Tag Archives: game fps riot games

Riot Games Kembangkan Fitur untuk Menekan Perilaku Toxic di League of Legends

Perilaku toxic oleh player lain dalam sebuah game, bukanlah hal yang asing lagi. Hanya saja, bukan berarti menjadi toxic player menjadi hal yang bisa dibenarkan. Secara tidak langsung perilaku dari player dan anggota komunitas pada umumnya dapat memberikan dampak negatif kepada pengalaman bermain, terlebih kelangsungan sebuah game sendiri.

League of legends, game dengan skena esports yang cukup stabil, tidak luput dari perilaku players yang toxic. Dalam mode matchmaking, tidak pernah ada jaminan mendapatkan teman satu tim yang suportif. Keberadaan player yang toxic di dalam satu tim dapat menjadi kasus yang sering terjadi.

Report and mute button | via: leagueoflegends.com
Report and mute button | via: leagueoflegends.com

Adapun Riot Games melalui rilis resminya berusaha untuk menyikapi dan mengambil inisitif menangani permasalahan player yang toxic. Dalam game bergenre MOBA, di dalam satu tim akan ada pembagian role sesuai dengan kemampuan masing-masing player.

Tidak jarang ditemukan player yang berusaha melakukan tindakan yang tidak suportif saat tahapan drafting atau champion select. Pola yang mudah ditemukan adalah kengototan untuk pick champion dan role tertentu, sampai serangan dengan kata-kata yang terbilang kasar dan ofensif.

Pada contoh yang lebih merugikan lagi, seorang player bisa dengan sengaja meninggalkan game atau melakukan tindakan intentional feeding. Selain menambah beban tim, perilaku toxic dengan mudah dapat memecah konsentrasi dan menyulut emosi. Bahkan sampai di akhir game perilaku toxic masih bisa dilancarkan dengan mengirimkan pesan mengolok-olok yang memprovokasi.

Sedangkan salah satu tujuan bermain game adalah hiburan dan kesenangan, dengan perilaku player toxic yang merajalela akan mengurangi kesenangan dari bermain game itu sendiri. Bermain game yang kompetitif dan kemudian menang tentu saja akan menambah poin ekstra dalam pengalaman bermain, jika memang kesenangan bisa diukur menggunakan angka-angka.

Di dalam patch update terbaru, secara bertahap Riot Games menambahkan fitur tombol mute dan report semenjak tahap drafting atauk champion select. Dengan inisiatif dan fitur yang baru, Riot Games mencoba memetakan dan memonitor perilaku toxic yang merugikan sebelum dimulainya game. Dengan menekan mute button atau bahkan report, player yang toxic bisa di-mute sepanjang jalannya permainan dan kemudia diproses oleh sistem.

Lebih jauh lagi, Riot Games akan terus mencoba untuk menemukan cara melacak perilaku toxic secara otomatis dan menghubungkannya dengan sistem punishment yang sudah ada sebelumnya. Dengan adanya sistem punishment yang jelas, diharapkan perilaku toxic dapat dicegah dan ditekan untuk menjaga dan meningkatkan player experience.

G2 Esports Ingin Ekspansi ke Valorant dan Mendominasi Kompetisi

G2 Esports, organisasi esports asal Jerman yang baru saja memenangkan League of Legends European Championship 2020, mengatakan bahwa mereka ingin ekspansi ke Valorant dan mendominasi kompetisi. Hal ini diucap sendiri oleh Carlos Rodriguez Santiago (Ocelote), saat diwawancara oleh outlet media luar, Sky Sports.

Lewat wawancara tersebut Ocelote memberikan pendapatnya soal Valorant, dan juga rencana ekspansi G2 ke ranah FPS besutan Riot Games tersebut. “Game tersebut dirancang dengan sangat baik, berjalan dengan mulus, semua elemen game sangat tepat guna dan tak ada yang tak berguna di sana.” Ucap Ocelote membahas Valorant.

Sumber: Riot Games Official Media
Wajah sumringah Carlos Rodriguez Santiago (Ocelote) founder G2 Esports setelah timnya memenangkan League of Legends European Championship. Sumber: Riot Games Official Media

“Awalnya mungkin akan membuat bingung, tetapi Valorant sebenarnya sangat sederhana. Namun kesederhanaan tersebut malah membuat Valorant menjadi sangat dalam. Game ini memiliki semua yang dibutuhkan, tak berlebihan, tetapi juga tidak kekurangan. Hal itu membuat Anda bisa menjadi pemain yang hebat di Valorant dari berbagai sudut dan berbagai map. Valorant adalah game yang sempurna, saya sangat merasa bahwa ini adalah game yang sangat sempurna.” Ocelote menjelaskan opininya soal Valorant secara lebih lanjut.

G2 Esports saat ini sudah memiliki beberapa konten seputar Valorant. Mereka membuat playlist khusus untuk Valorant dan berencana mengadakan turnamen bertajuk European Brawl yang akan dimulai pada 27 April 2020 mendatang. Mereka juga sudah mempersiapkan diri dengan merekrut dua streamer Twitch yang terkenal dengan nama panggung Lothar dan Orb.

“G2 akan menjadi juara dunia Valorant pada suatu masa nanti. Seiring untuk mencapai hal tersebut, kami juga telah membuat berbagai konten dan turnamen Valorant. Silahkan berharap banyak kepada kami, karena Valorant akan menjadi game utama bagi G2 Esports.” Ocelote memberikan pernyataan berani.

Saat ini G2 Esports memiliki enam tim dari enam esports games yang berbeda. Secara historis, juara dunia memang menjadi tradisi bagi G2 Esports. Mereka menjadi juara dunia di skena Rainbow Six: Siege lewat gelaran Six Invitational 2019. Tak hanya itu, G2 Esports di League of Legends sudah mendapat 7 gelar juara Eropa, walau harus puas hanya menjadi runner-up di tingkat dunia setelah kalah oleh FunPlus Phoenix.

Ini bukan untuk pertama kalinya ada organisasi esports menyatakan ketertarikannya untuk berkompetisi ataupun terjun ke dalam komunitas Valorant. T1 mungkin menjadi yang pertama, saat mereka merekrut Brax, ex-pemain CS:GO untuk menjadi streamer Valorant.

Melihat banyak elemen ekosistem esports yang tertarik, sepertinya tinggal tunggu waktu saja hingga Valorant menjadi game dan esports global setelah rilis musim panas 2020 nanti.