Tag Archives: game streaming platform

Pendapatan Twitch Bakal Terus Naik Berkat Esports

Amazon membeli Twitch pada 2014 senilai US$1,1 miliar. Ketika itu, mereka memperkirakan bahwa pendapatan dari Twitch akan mencapai US$72 juta. Sayangnya, sampai sekarang, Amazon tak pernah mengungkap total pendapatan dari Twitch. Tapi, menurut laporan The Information, pada 2018, pendapatan Twitch mencapai US$230 juta dan naik menjadi US$300 juta pada 2019. Memang, jika dibandingkan dengan total pendapatan Amazon pada 2019, yang mencapai US$70 miliar, kontribusi Twitch tidak ada apa-apanya. Meskipun begitu, diperkirakan, pendapatan Twitch ke depan masih akan terus naik seiring dengan berkembangnya industri esports.

Saat ini, Twitch telah sukses menjadi platform streaming konten game paling populer. Menurut StreamElements, per Desember 2019, Twitch menguasai 61 persen pangsa pasar platform streaming. Pesaing terbesar Twitch adalah YouTube Gaming, yang memiliki pangsa pasar 28 persen. Pada akhir 2019, Twitch memiliki 3,4 juta streamer dan 15 juta pengguna aktif harian.

Sementara itu, jumlah penonton esports juga terus bertambah, yang akan menguntungkan Twitch. Pada 2018, jumlah penonton esports hanya mencapai 380 juta. Newzoo memperkirakan, jumlah penonton esports pada 2021 akan mencapai 557 juta orang. Beberapa tahun belakangan, Twitch juga sukses untuk membuat para penonton menjadi lebih interaktif. Rata-rata, waktu yang dihabiskan oleh para pengguna menonton Twitch adalah 95 menit, yang menunjukkan betapa aktifnya penonton Twitch, menurut The Motley Fool.

Jumlah penonton esports terus bertambah.
Jumlah penonton esports terus bertambah.

Twitch juga terus berusaha untuk mendekatkan diri dengan para penontonnya. Misalnya, kategori IRL (In Real Life) di Twitch kini menjadi semakin populer. Di sini, para streamer biasanya hanya mengobrol dengan para fans mereka. Dengan begitu, para fans bisa merasa lebih dekat dengan idola mereka. Jika Twitch berhasil meningkatkan jumlah penonton dan membuat mereka menjadi lebih aktif, ini akan mendorong mereka untuk mencapai tujuan mereka, yaitu mendapatkan pemasukan sebesar US$1 miliar.

Satu hal yang harus diperhatikan oleh Twitch adalah persaingan yang semakin memanas. Meskipun saat ini Twitch mendominasi pasar platform streaming, pangsa pasar mereka perlahan tergerus oleh para pesaingnya, khususnya oleh Facebook Gaming, yang pertumbuhannya mencapai 210 persen pada 2019 jika dibandingkan dengan tahun 2018. Mengingat Facebook memiliki miliaran pengguna, tidak heran jika Facebook Gaming bisa tumbuh dengan cepat.

Dapat Kontrak Eksklusif dengan Facebook, Gonzalo “ZeRo” Barrios Pergi dari Twitch

Gonzalo “ZeRo” Barrios, streamer yang pernah menjadi salah satu pemain Super Smash Bros. terbaik, memutuskan untuk berhenti menyiarkan siaran langsung di Twitch setelah mendapatkan kontrak eksklusif dengan Facebook. Selama ini, dia telah mendapatkan 520 ribu pengikut di Twitch dan 820 ribu subscriber di YouTube. Dengan perjanjian eksklusif dengan Facebook, Barrios akan berhenti melakukan siaran langsung di Twitch. Sebagai gantinya, dia akan melakukan siaran langsung di Facebook. Namun, dia akan tetap mengunggah videonya di YouTube.

Menurut situs statistik TwitchTracker, Barrios duduk di peringkat 272 dalam daftar streamer dengan pengikut terbanyak. Ketika dia melakukan siaran langsung, biasanya dia mendapatkan sekitar 2.000 concurent viewers. Sebelum menjadi streamer, Barrios pernah menjadi top player di Super Smash Bros. Brawl. Dia berhasil memenangkan 56 turnamen secara berturut-turut. Dia masih memegang gelar pemain terbaik menurut Panda Global Top 100 Rankings untuk Smash di Wii U bahkan setelah dia mengundurkan diri, menurut laporan ESPN.

Sumber: Twitter
Sumber: Twitter

Meskipun pemain esports profesional identik dengan reputasi muda, kaya, dan berbakat, ada beberapa hal yang harus dikorbankan oleh seseorang jika mereka mau menjadi pemain esports profesional yang sukses. Menurut pengalaman Barrios, salah satu masalah yang dia hadapi adalah komunitas yang tidak suportif. Inilah yang mendorongnya untuk berhenti sebagai pemain profesional dan fokus pada karirnya sebagai streamer.

Barrios menjadi streamer terbaru yang memutuskan untuk keluar dari Twitch. Sebelum ini, sejumlah streamer ternama juga telah pindah dari Twitch dan bergabung dengan platform streaming lainnya, seperti Tyler “Ninja” Blevins dan Michael “Shroud” Grzesiek yang bergabung dengan Mixer milik Microsoft atau Jack “CouRage” Dunlop yang keluar dari Twitch setelah mendapatkan kontrak eksklusif dengan YouTube Gaming.

Di tengah pesatnya perkembangan esports, perusahaan-perusahaan teknologi raksasa berlomba-lomba untuk menjadi platform streaming terpopuler. Dari segi jumlah jumlah jam video ditonton, Twitch dari Amazon masih menjadi nomor satu, menguasai 75,6 persen total jam ditonton pada Q3 2019, menurut StreamElements. Microsoft berusaha untuk menyaingi Twitch dengan membuat kontrak eksklusif dengan sejumlah streamer ternama. Sejauh ini, Mixer berhasil menambahkan jumlah streamer, tapi tidak begitu dengan jumlah penonton. Meskipun begitu, Microsoft punya alasan mengapa mereka tetap berkeras untuk bertahan di industri gaming dan esports.

Sumber header: Redbull

Dapat Investasi, Genvid Technologies Kembangkan Streaming Engine Interaktif

Genvid Technologies baru saja mendapatkan pendanaan senilai US$27 juta (sekitar Rp381 miliar) untuk mengembangkan streaming engine interaktif. Pendanaan kali ini dipimpin oleh Galaxy Interactive, divisi dari Galaxy Digital yang fokus untuk membantu perusahaan yang bergerak di bidang konten interaktif dan teknologi, khususnya yang terkait dengan game dan esports. Streaming engine interaktif buatan Genvid Technologies memungkinkan kreator untuk memonetisasi video live streaming via sponsorship dan pembelian saat streaming berlangsung (in-stream purchase). Tujuan dari Genvid untuk mengembangkan teknologi ini adalah untuk membuat streaming esports menjadi lebih interaktif.

“Sejak awal, kami memang ingin membuat tool untuk game developer agar mereka dapat memberikan pengalaman baru dalam menyiarkan konten,” kata CEO Genvid Technologies, Jacob Navok pada GamesBeat. “Kami mulai dengan esports, dan kami menunjukkan konten baru di Game Developers Conference tahun ini. Game-game baru dengan engine baru yang dibangun di bangun untuk diintegrasikan dengan teknologi Genvid. Kami menginvestasikan tool untuk game-game itu sehingga kami bisa mempercepat pertumbuhan kami.”

Dengan streaming engine interaktif buatan Genvid Technologies, para penonton akan bisa menyesuaikan konten yang mereka lihat ketika mereka menonton pertandingan esports. Memang, menurut CFO Activision Blizzard, Dennis Durkin pengalaman menonton pertandingan esports masih bisa ditingkatkan. Memudahkan masyarakat awam memahami apa yang terjadi selama pertandingan dipercaya akan membuat esports menjadi lebih populer.

Sekarang, penonton biasanya melihat apa yang terjadi selama pertandingan dengan sudut pandang pemain. Biasanya, ini membuat penonton awam tak sepenuhnya paham apa yang terjadi, terutama game dengan pace cepat seperti Overwatch. Dengan teknologi Genvid, penonton bisa meyesuaikan konten berdasarkan apa yang mereka ingin lihat. Ini juga akan menguntungkan pengiklan karena mereka bisa menampilkan iklan sesuai dengan selera penonton.

Untuk menunjukkan teknologinya, Genvid bekerja sama dengan operator Jepang, NTT Docomo di Tokyo Game Show. Dalam acara tersebut, Genvid memanfaatkan jaringan 5G NTT Docomo untuk menunjukkan acara streaming interaktif. Tujuan demonstrasai ini adalah untuk menunjukkan bagaimana jaringan 5G mobile bisa mengubah industri gaming dan esports.

Genvid dan NTT Docomo bekerja sama untuk memamerkan teknologi streaming baru via 5G | Sumber: VentureBeat
Genvid dan NTT Docomo bekerja sama untuk memamerkan teknologi streaming baru via 5G | Sumber: VentureBeat

“Streaming interaktif menggabungkan game dan media tradisional,” kata Navok. “Kami memungkinkan setiap penonton untuk melihat konten unik yang interaktif. Jika mereka ingin menonton pemain tertentu di tim esports, mereka bisa melakukan itu. Kami juga telah mengembangkan sekumpulan backend tools yang memungkinkan developer untuk membuat atau mengatur streaming interaktif dan menyiarkannya di berbagai platform.”

Genvid mengatakan, teknologi mereka telah digunakan oleh game developer indie maupun game publisher besar untuk memberikan konten gaming yang unik. Selain demonstrasi pada Tokyo Game Show, Navok berkata, teknologi Genvid juga digunakan dalam menyiarkan babak final dari turnamen Counter-Strike: Global Offensive di Twitch.

Investasi yang didapatkan oleh Genvid kali ini akan digunakan untuk mengembangkan fitur Software Development Kit (SDK) dan menyediakan paltform layanan end-to-end untuk para developer untuk mengembangkan streaming interaktif, mulai dari pengembangan web sampai integrasi dengan platform. Selain itu, Genvid juga akan melakukan ekspansi bisnis dengan masuk ke industri media dan olahraga tradisional.

Navok mengatakan, mereka tengah mengembangkan toolkit standar untuk para developer yang ingin membuat game dan broadcast mereka menjadi lebih interaktif seara real-time. “Kami akan terus memperbaiki tool kami dengan menambahkan fitur baru yang memanfaatkan 5G, teknologi televisi interaktif, dan dukungan untuk berbagai format media digital baru yang dibuat oleh developer pihak ketiga yang bekerja sama dengan Genvid,” ungkapnya.

Tim Genvid Technologies | Sumber: VentureBeat
Tim Genvid Technologies | Sumber: VentureBeat

Sekarang, ujar Navok, Genvid juga memiliki beberapa proyek baru terkait olahraga tradisional, yang akan memungkinkan penonton untuk menonton siaran langsung olahraga yang interaktif. Selain itu, Genvid juga sedang membuat format siaran televisi langsung yang memungkinkan penonton untuk menentukan apa yang terjadi selama siaran berlangsung. Genvid juga memulai proyek tentang konten gaming yang mereka buat dari nol. Selain perusahaan game, Genvid juga hendak mendekati perusahaan media dan perusahaan yang menyiarkan siaran olahraga.

Navok mengaku, walau Genvid memulai bisnisnya dengan menyediakan SDK untuk game, kini mereka juga ingin memasuki ranah olahraga dan media. “Kami telah memiliki beberapa prototipe yang memungkinkan Anda untuk menonton streaming interaktif ketika menonton siaran olahraga atau menonton reality show. Dan Anda dapat berinteraksi langsung dengan para aktor,” katanya. Dia menyebutkan, saat menghadapi perusahaan media besar, mereka harus dapat memberikan penjelasan yang lengkap tentang layanan apa saja yang bisa mereka berikan. “Salah satu kelebihan kami sebagai perusahaan adalah kami bisa menjalin kerja sama yang sangat dekat dengan mereka,” ujarnya.

Sumber header: VentureBeat

Shroud: Mixer Punya Komunitas yang Lebih Baik dari Twitch

Esports telah menjadi industri dengan nilai lebih dari US$1 miliar. Semakin banyak perusahaan endemik dan non-endemik yang tertarik untuk masuk ke ranah esports sebagai sponsor. Jumlah investor di bidang esports juga terus bertambah, yang dianggap sebagai salah satu tanda bahwa industri ini telah menjadi semakin matang. Satu hal yang menarik banyak perusahaan untuk menjadi sponsor adalah penonton esports yang relatif muda.

Inilah mengapa beberapa organisasi esports besar tidak hanya fokus pada memenangkan turnamen, tapi juga dalam membuat konten untuk ditayangkan di platform live streaming dan media sosial. Salah satunya adalah EVOS Esports yang belum lama ini mendapatkan kucuran dana sebesar US$4,4 juta (sekitar Rp61 miliar) yang ditujukan untuk mengembangkan divisi influencer mereka. Tentu saja, tak semua influencer menjadi bagian dari organisasi esports. Contohnya Michael “Shroud” Grzesiek, yang sempat menjadi pemain profesional di bawah Cloud9 sebelum memutuskan untuk pensiun dan menjadi streamer.

Sama seperti kebanyakan streamer, Shroud memulai karirnya di Twitch. Namun, pada akhir Oktober 2019, Shroud mengumumkan keputusannya untuk pindah ke Mixer, platform live streaming milik Microsoft. Saat ini, dari segi viewership, Twitch masih mendominasi. Karena itu, tidak heran jika setelah pindah ke Mixer, jumlah view yang didapatkan oleh Shroud menurun drastis. Meskipun begitu, ketika ditanya oleh penontonnya dalam sesi streaming, Shroud mengaku tidak menyesali keputusannya untuk pindah ke Mixer. Menurutnya, komunitas Mixer lebih baik daripada penonton di Twitch.

“Saya suka komunitas di sini,” kata Shroud, dikutip dari Dexerto. “Orang-orang di sini adalah komunitas utama saya. Seseorang tidak akan menonton konten saya di Mixer jika mereka adalah orang kurang ajar. Orang-orang itu tetap di Twitch, melakukan apa yang mereka senang lakukan, tapi orang-orang yang baik dan suportif mengikuti saya ke Mixer. Saya senang saya bisa tahu siapa fans saya yang setia.” Dia lalu melanjutkan, “Tentu saja, ada orang-orang yang tidak menonton konten saya di Mixer karena mereka memang tidak mau, walau mereka tetap bisa menikmati konten saya, dan mereka mungkin sesekali tetap menonton streaming saya. Pada dasarnya, apa yang saya ingin bilang adalah komunitas di sini lebih baik.”

Shroud bukanlah satu-satunya streamer yang memutuskan untuk pindah dari Twitch. Pada Agustus, Tyler “Ninja” Blevins juga mengumumkan kepindahannya ke Mixer. Selain itu, Soleil “EwOk” Wheeler dari FaZe Clan juga melakukan hal yang sama. Sementara Jack “CouRage” Dunlop memutuskan untuk pindah ke YouTube Gaming setelah mendapatkan kontrak eksklusif.

Sumber header: Twitter

10 Game Terpopuler di Twitch Saat Ini

Walau tak terlalu populer di Indonesia, Twitch masih menjadi platform streaming nomor satu di dunia. Setiap bulan, para penonton Twitch bisa menghabiskan waktu hingga ratusan juta jam untuk menonton para gamer profesional saling bertanding atau menonton streamer. Channel paling populer Twitch bisa mendapatkan penghasilan hingga puluhan ribu dollar dari sponsor, donasi dari penonton, atau biaya berlangganan. Biasanya, channel paling populer di Twitch hanya fokus pada sejumlah game yang memang sedang populer. Meskipun begitu, game-game yang paling sering ditonton di Twitch biasanya berubah.

Inilah 10 game yang paling populer di Twitch, menurut laporan dari Business Insider.

1. League of Legends, total jam ditonton: 125,65 juta jam
Tahun ini, Riot merayakan ulang tahun League of Legends yang ke-10. Salah satu cara Riot untuk merayakan hal ini adalah dengan memamerkan beberapa adaptasi dari League of Legends, mulai dari fighting game, card game, sampai mobile game. League of Legends World Championship juga baru selesai dengan FunPlus Phoenix sebagai juara. Pada Oktober, jumlah penonton League of Legends naik 62 persen jika dibandingkan dengan September. Memang, Riot menjalankan LWC dengan format sedemikian rupa sehingga jumlah penonton bisa terus stabil sepanjang turnamen.

2. Fortnite, total jam ditonton: 79,1 juta jam
Epic Games meluncurkan Fortnite pada 2017. Meskipun game ini bukan game battle royale pertama, tapi ia dengan cepat menjadi populer. Pada Oktober 2019, Epic merilis update besar-besaran pertama, “Chapter 2”. Berkat update ini, jumlah viewership untuk Fortnite di Twitch naik 31 persen pada Oktober jika dibandingkan dengan jumlah viewership pada September. Sekarang, Fortnite memang masih menjadi salah satu game yang paling ditonton, tapi ia sempat merosot ke posisi empat pada pada September.

Sumber: Epic Games
Sumber: Epic Games

3. Just Chatting, total jam ditonton: 68,4 juta jam
Pada Agustus 2019, memang mulai terlihat tren semakin populernya fitur Just Chatting. Seperti namanya, dalam sesi Just Chatting, biasanya streamer sekadar mengobrol dengan para penonton atau menunjukkan kehidupan mereka di dunia nyata. Terkadang, streamer juga bisa menggunakan sesi Just Chatting untuk membuka diskusi tentang sebuah kejadian yang ramai dibicarakan.

4. Counter-Strike: Global Offensive, total jam ditonton: 44,77 juta jam
CS:GO diluncurkan pada 2013. Meskipun game ini sudah cukup tua, CS:GO masih cukup digemari. Belum lama ini, CS:GO bahkan mencetak rekor baru dalam jumlah rata-rata pemain. Meski jumlah pemain CS:GO sempat mengalami penurunan, Valve berhasil membuat game ini kembali diminati dengan membuatnya menjadi game gratis pada 2018. Mengingat CS:GO juga memiliki berbagai turnamen esports, tidak heran jika game ini menjadi salah satu game yang paling sering ditonton di Twitch.

5. Grand Theft Auto V, total jam ditonton: 36,89 juta jam
Sejak diluncurkan pada 2013, Grand Theft Auto V berhasil menjadi salah satu game paling laris dengan penjualan mencapai 115 juta copy. Gameplay yang memungkinkan para pemain untuk melakukan apapun yang mereka inginkan juga membuat game ini menarik untuk ditonton.

Sumber: Steam
Sumber: Steam

6. World of Warcraft, total jam ditonton: 36 juta jam
Pada September 2019, World of Warcraft menjadi game terpopuler di Twitch berkat “WoW Classic”, yang menampilkan gameplay game ini pada 2006. Peluncuran WoW Classic ditonton oleh lebih dari satu juta orang pada saat bersamaan. Popularitas game ini juga sempat naik karena perayaan ulang tahun franchise World of Warcraft yang ke-15.

7. Dota 2, total jam ditonton: 30 juta jam
Dota 2 adalah salah satu game PC paling populer dengan jutaan pemain. Selain itu, Dota 2 juga memiliki berbagai turnamen esports dengan The International sebagai turnamen tahunan paling bergengsi. Karena itu, setiap bulan, cukup banyak penonton Twitch yang menonton konten Dota 2.

8. Apex Legends, total jam ditonton: 26,6 juta jam
Apex Legends dari EA adalah salah satu game paling populer tahun ini. Game ini juga masih bisa menarik perhatian penonton Twitch beberapa bulan setelah ia dirilis. Sama seperti Fortnite, Apex Legends merupakan game battle royale. Biasanya, satu match akan berlangsung selama sekitar 20 menit. Ini memudahkan penonton untuk mencerna konten yang disajikan.

Apex Legends - Art 2
Sumber: EA

9. FIFA 20, total jam ditonton: 26,6 juta jam
Dirilis September 2019, FIFA 20 adalah game terbaru dari seri FIFA. Biasanya, para penonton di Twitch tertarik untuk menonton para pemain FIFA profesional saling bertanding dengan satu sama lain. Di Indonesia, FIFA adalah salah satu game esports yang paling dikenal. Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki sejumlah atlet esports yang bertanding FIFA, seperti Eggsy dari RRQ yang memenangkan IGL FIFA 19 FUT pada Agustus lalu.

10. Call of Duty: Modern Warfare, total jam ditonton: 2,69 juta jam
Jika dibandingkan dengan sembilan game lainnya, total jam ditonton dari Call of Duty: Modern Warfare memang jauh lebih sedikit. Tidak heran, karena game ini baru diluncurkan pada akhir Oktober. Meskipun begitu, para penonton Twitch tertarik untuk menonton konten game Call of Duty terbaru ini untuk melihat gameplay dari game tersebut.

Berkat Ninja, Jumlah Streamer di Mixer Naik

Walau tak terlalu dikenal di Indonesia, Twitch merupakan platform streaming konten game dan esports terbesar di dunia. Itu tidak menghentikan Tyler “Ninja” Blevins untuk keluar dari Twitch dan menandatangani kontrak eksklusif dengan Mixer buatan Microsoft. Sebagai salah satu streamer paling populer, keberadaan Ninja diperkirakan akan mendongkrak popularitas Mixer, yang memang memiliki beberapa fitur unik.

Menurut laporan Streamlabs dan Newzoo, sejak Ninja bergabung dengan Mixer, total durasi konten yang disiarkan di Mixer memang mengalami kenaikan. Tidak tanggung-tanggung, pertumbuhan total durasi siaran Mixer pada kuartal tiga naik 188 persen jika dibandingkan kuartal sebelumnya. Selain itu, jumlah channel di Mixer juga bertambah. Ini menunjukkan, semakin banyak streamer yang memutuskan untuk menyiarkan kontennya di platform buatan Microsoft tersebut. Kemungkinan, keberadaan Ninja menjadi salah satu alasan mnegapa semakin banyak streamer tertarik untuk membuat channel di Mixer. Sayangnya, bertambahnya jumlah streamer di Mixer tidak diiringi dengan naiknya jumlah penonton. Faktanya, durasi video ditonton di Mixer justru mengalami penurunan. Pada Q3 2019, total durasi video ditonton di Mixer hanya mencapai 90,2 juta jam, turun 10,6 persen dari tahun lalu. Meskipun begitu, pada Q3 2018, total durasi video ditonton di Mixer hanya mencapai 43,5 juta. Itu artinya, total durasi video ditonton di Mixer pada kuartal tiga tahun ini naik lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Sumber: Newzoo
Total durasi video ditonton di Mixer. | Sumber: Newzoo

Tentu saja, kepergian Ninja juga memengaruhi Twitch. Jumlah channel dan total durasi video disiarkan di platform itu menurun. Per kuartal ini, Twitch memiliki 3,77 juta channel, sementara total durasi video yang disiarkan di Twitch turun 2,3 juta jam dari kuartal lalu, menjadi 87,3 juta jam. Menariknya, total durasi video ditonton justru naik, meski tidak besar. Selain itu, jumlah penonton per channel juga naik menjadi 3,6 persen sementara jumlah concurrent viewer (CCV) naik 3,5 persen.

Sebenarnya, tidak aneh jika jumlah penonton atau total durasi video ditonton mengalami penurunan pada September. Pada bulan September, penonton di rentang umur 13-18 tahun telah kembali bersekolah, sehingga waktu mereka untuk menonton konten game dan esports di platform streaming berkurang. “Walau biasanya kami melihat adanya penurunan dalam total durasi video ditonton dari Agustus ke September, ada beberapa hal menarik yang terjadi di industri live streaming pada kuartal ini,” kata CEO StreamElements, Doron Nir, dikutip dari Dot Esports. “Misalnya, kepindahan Ninja ke Mixer ternyata tidak memiliki dampak yang sebesar yang diharapkan untuk merebut pangsa pasar Twitch.”

Sumber: StreamElements
Pangsa pasar platform streaming | Sumber: StreamElements

Pada Q3 2019, satu-satunya platform streaming yang berhasil menaikkan viewership mereka adalah Facebook Gaming. Hal ini terjadi berkat perombakan struktur media sosial mereka, yang mendorong para pengguna untuk mengakses Facebook Gaming. Pada kuartal tiga tahun ini, total durasi video ditonton di Facebook Gaming naik menjadi 53,4 juta jam dari 37 juta jam pada kuartal sebelumnya. Sekarang, Facebook Gaming menguasai 3,7 persen dari total pangsa pasar industri streaming. Sementara pangsa pasar YouTube turun menjadi 17,6 persen. Twitch masih mendominasi dengan pangsa pasar 75,6 persen.

Data ini menunjukkan bahwa satu streamer bintang seperti Ninja tidak cukup untuk membuat Mixer mengalahkan Twitch. “Satu hal yang menarik tentang keputusan Mixer untuk bekerja sama secara eksklusif dengan Ninja adalah meski Ninja tak memberikan pengaruh besar pada total durasi video ditonton, itu adalah cara yang bagus untuk mempromosikan merek Mixer, terutama karena Ninja juga bersedia melakukan wawancara panjang terkait keputusannya,” kata Nir, lapor Business Insider.

Sumber: The Esports Observer, Digital Trends

Mengenal Perbedaan Model Bisnis Platform Streaming Game dari China dan Twitch

Layanan streaming seperti Twitch membantu industri esports untuk tumbuh besar. Keberadaan layanan streaming memungkinkan banyak orang untuk menonton turnamen esports.

Menurut Newzoo, tahun ini, penonton esports secara global mencapai angka 453,8 juta orang, tumbuh 15 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Dari total penonton, sebanyak 201,2 juta masuk dalam kategori Enthusiast dan 252,6 juta sisanya menjadi bagian dari Occasional Viewer.

Semakin banyak jumlah penonton esports, semakin banyak pula perusahaan yang mau menjadi sponsor atau ikut serta dalam industri bernilai US$1,1 miliar ini. Misalnya, Honda baru mengumumkan keputusannya untuk menjadi sponsor dari League of Legends Championship Series untuk menjangkau konsumen generasi milenial dan generasi Z.

Secara global, Twitch adalah platform streaming paling dikenal. Meski belakangan, Mixer mulai berusaha mengejar. Namun, di China, pemerintah melarang Twitch untuk masuk. Ini memberikan ruang bagi perusahaan lokal untuk membuat layanan serupa.

Dikutip dari Abascus News, para analis memperkirakan bahwa industri streaming game di China akan mencapai US$3 miliar. Beberapa tahun lalu, ratusan layanan streaming game muncul. Pada 2016, terjadi “perang” antara platform streaming game di China. Douyu adalah salah satu pemain yang tersisa, bersama dengan pesaingnya, Huya.

Di tengah persaingan yang ketat, strategi Douyu adalah dengan menjadi royal dengan para top streamer mereka. Ialah Liu “PDD” Mou, top streamer di Douyu. Douyu membayar US$4 juta pada PDD agar dia mau menyiarkan kontennya secara eksklusif di platform itu. Setiap hari, PDD menyiarkan empat jam konten ketika dia bermain League of Legends.

Liu "PDD" Mou. | Sumber: YouTube
Liu “PDD” Mou. | Sumber: YouTube

Uang yang didapatkan oleh Liu dari Douyu itu tidak termasuk virtual gift yang diberikan oleh fans-nya. Harga virtual gift ini beragam, mulai dari beberapa dollar sampai US$300. Virtual gift juga akan menguntungkan Douyu sebagai platform karena mereka akan mendapatkan setengah dari total penjualan virtual gift.

Bisnis model platform streaming game di China memang berbeda dengan platform lain seperti Twitch. Sementara Twitch menjadikan iklan dan biaya berlangganan sebagai sumber pendapatan, hidup dan mati Douyu tergantung pada virtual gift. Pada kuartal yang berakhir pada Maret, 91 persen pendapatan dari Douyu berasal dari pembelian virtual gift.

Jangan heran jika Douyu sangat royal pada para top streamer mereka, seperti DPP. Menurut Ke Yan, analis Aequitas Research dari Singapura, Liu memberikan 3 persen kontribusi pada total pendapatan Douyu.

Sebagai perbandingan, Tyler “Ninja” Blevins, pria yang sempat menjadi streamer paling populer di Twitch sebelum pindah ke Mixer, mendapatkan US$500 ribu per bulan, menurut lapora Business Insider. Untuk mencapai ini, dia harus membuat konten siaran selama 12 jam setiap harinya.

Selain virtual gift dari fans untuk streamer, Douyu berusaha untuk mendapatkan pendapatan dengan membuat kegiagan offline. Belum lama ini, mereka mengadakan festival untuk jumpa fans dengan para streamer selama tiga hari. Dari ini, mereka berhasil meraup 20 juta yuan dari penjualan tiket.

Sumber: Douyu via Weibo
Sumber: Douyu via Weibo

Liu adalah salah satu streamer yang hadir di sini. Dalam festival itu, Liu juga menjamu 3.000 fans-nya selama dua malam. Semua itu dia lakukan menggunakan uangnya sendiri.

Ini adalah salah satu cara Liu untuk memuaskan para fans setianya. Salah satunya fans hardcore Liu adalah Sun Yi, pria berumur 22 tahun yang rela untuk naik kereta selama 24 jam demi dapat ikut serta dalam makan malam jamuan DPP.

Masalah Platform Streaming di China
Jika dibandingkan dengan pesaing utamanya, Huya, Douyu memiliki jumlah pengguna yang lebih banyak. Selain itu, jumlah top streamer mereka juga lebih banyak. Namun, dari segi pendapatan dan margin laba, Huya masih lebih baik.

“Terlepas dari laporan keuangan Douyu pada kuartal pertama yang sangat baik, Huya memiliki bisnis yang lebih baik,” kata Arun George, analis di Global Equity Research dari Inggris, seperti yang dilaporkan Abascus News.

Dia memperkirakan, alasan mengapa Huya dapat melakukan monetisasi dengan lebih baik karena aplikasinya yang dapat menampilkan konten sesuai dengan selera pengguna.

Strategi Douyu untuk fokus pada top streamer tidak salah. Namun, muncul pertanyaan apakah strategi ini bisa dipertahankan. Salah satu masalah yang dihadapi Douyu saat ini adalah bagaimana top streamer “membeli” popularitas.

Misalnya, tak lama setelah Liu menandatangani kontrak dengan Douyu pada Maret, dia menghabiskan hampir 20 juta yuan untuk mendapatkan dukungan penonton dalam kompetisi tahunan yang diadakan Douyu.

CEO Douyu, Chen Shaojie mengonfirmasi bahwa setengah dari total uang yang dihabiskan oleh Liu dihitung sebagai pemasukan Douyu sementara setengahnya kembali ke kantong Liu.

“Suara ‘belian’ itu akan tetap dihitung sebagai pemasukan karena, di bawah standar akuntansi, streamer tetaplah pelanggan yang membayar,” kata George. “Fokus Douyu pada top streamer membuat platform itu lebih rentan akan hal-hal seperti ini.”

Masalah lain yang harus dihadapi oleh platform streaming di China adalah penyensoran dari pemerintah. Seorang top streamer diblokir karena dia membuat candaan tentang serangan Jepang ke China.

Liu menyadari hal ini. Karena itulah, dia semakin berhati-hati ketika melakukan streaming. Misalnya, dia berhenti merokok di hadapan penonton.

Di Indonesia, Huya masuk dengan merek Nimo TV. Menurut laporan Antara News, total pengguna Nimo TV pada September dan Oktober 2018 naik hingga 300 persen. Ini menunjukkan besarnya potensi bisnis untuk platform streaming di Indonesia.

Memang, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kepios bersama We Are Social dan HootSuite, sebanyak 26 persen pengguna internet Indonesia menonton turnamen esports.

Mengingat APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) mengatakan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 171 juta orang, itu artinya, ada 44,5 juta orang yang menonton esports.

Sumber: Abascus News, TechCrunch, Business Insider

Ini dia 20 Streamer Bintang Debutan Game.ly MLBB Rising Stars!

Game.ly MLBB Rising Stars telah menyelesaikan rangkaian kompetisi yang mereka selenggarakan. Setelah 41 hari saling menunjukkan kebolehan bermain MLBB di platform streaming Game.ly, akhirnya muncul 20 bintang dari kompetisi yang selesai 24 Februari 2019 kemarin.

Gelaran Game.ly MLBB Rising Stars merupakan usaha Game.ly dan Moonton, untuk menciptakan bintang baru di dunia hiburan Mobile Legends. Alasan penyelenggaraan MLBB Rising Stars waktu itu sempat diungkap Ryan Lymn, Vice President Game.ly, kepada senior editor Hybrid, Yabes Elia.

Dalam sebuah artikel wawancara, Ryan mengatakan keresahan yang ia miliki seputar hubungan antara game streamer dengan dukungan platform. Menurutnya banyak streamer amatir yang punya potensi, namun sayangnya tidak bisa atau belum mendapat dukungan dari platform streaming. Untuk itu Game.ly MLBB Rising Stars muncul sebagai solusi atas keresahan yang dirasakan Ryan tadi.

Sumber:
Sumber: gamely.com

Ternyata apa yang dirasakan Ryan benar adanya, acara ini berhasil menarik perhatian banyak streamer kecil yang punya mimpi besar. Salah satu kisah yang menarik untuk disimak adalah kisah perjuangan dari salah satu pemenang, Novi “NovKrissst” Kristina. Sosok yang satu ini bercerita, bahwa alasan ia mengikuti Game.ly MLBB Rising Stars ini sebenarnya sesederhana karena ia hobi bermain Mobile Legends.

Berpikir bisa mendapatkan sesuatu dari hobinya, Novi lalu mencoba peruntungan dalam kompetisi antar streamer yang dibesut Game.ly ini. Ketika mengikuti kompetisi, harapan Novi pun sebenarnya juga tidak muluk. Ia hanya ingin mencoba peruntungan lewat hal-hal baru dan berharap bisa menuai prestasi dari percobaan tersebut, agar dapat membanggakan orang tuanya.

Sumber:
Sumber: Instagram @gamelyofficial

“Menjadi sebuah kebanggan bagi kami bisa melihat begitu antusiasnya para gamers, sampai akhirnya MLBB Rising Stars dapat melahirkan bintang baru. Perjalanan karir mereka baru saja dimulai, yang tentu dengan berbagai rintangan di depan. Oleh karena itu Game.ly berkomitmen, bahu-membahu, membantu para pemenang menggeluti profesi ini.” ucap Noppy Angreani, Community Manager Moonton Indonesia.

“Berakhirnya kompetisi MLBB Rising Stars bukan berarti akhir dari perjuangan, melainkan sebuah awal karir dari para pemenang. Event ini telah menjadi bukti nyata bahwa talent bisa diciptakan, menjadi penanda lahirnya influencer baru di Game.ly. Kehadiran mereka diharapkan dapat memotivasi gamers lainnya untuk berani berkarya dan berprestasi dalam industri game streaming.” ungkap Ryan Lymn, Vice President Game.ly.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Game.ly dan Moonton akan bersama-sama mendukung serta membimbing perjalanan karir para pemenang MLBB Rising Stars. Para pemenang tersebut mendapatkan hadiah berupa kontrak eksklusif dengan Game.ly selama 1 tahun dan Moonton Indonesia selama 2 tahun.

Selamat bagi para pemenang! Semoga mimpi besar kalian untuk menjadi esports-preneur bisa tercapai dan mendapat karir yang cemerlang di ekosistem esports Indonesia.