Tag Archives: gamedev Indonesia

Strategi Untuk Akselerasi Ekosistem Game di Indonesia

Beberapa bulan ke belakang kita disuguhi banyak sekali kabar gembira dari game developer di tanah air. Mulai dari kesuksesan Coffee Talk di kancah global, Coral Island yang bisa mendapatkan crowdfunding hingga 1,6jt dolar dengan gamenya yang apik, hingga rilis game karya teman-teman dari Kalimantan yang berjudul Escape from Naraka yang memanfaatkan teknologi RTX terbaru dari NVIDIA.

Walaupun saat ini banyak sekali kabar gembira dari industri game dalam negeri, namun secara skala masih jauh dibandingkan dengan industri game di global. Kita bisa berbahagia melihat ada pertumbuhan yang baik di dalam negeri. Tetapi dengan ekosistem yang kita miliki sekarang, masih sulit sekali bagi game developer untuk bisa tumbuh, apalagi scale up hingga skala company-nya jutaan hingga ratusan juta dolar.

Saat ini ada beberapa kendala yang dialami oleh industri game, terutama dari sisi scaling dan funding. Karena sebagian besar studio game di Indonesia masih di skala UMKM, (revenue di bawah 5 miliar pertahun), agar mereka bisa mengembangkan project dengan budget yang lebih besar maka butuh external funding

Dengan budget development yang terbatas, dev lokal harus compete dengan game developer yang memiliki capital ratusan hingga jutaan dolar dalam membuat game. Sehingga game yang dev lokal miliki saat ini mentok di skala yang kecil saja. Mungkin kita bisa berharap salah satu game skala kecil ini ada yang super hits, hingga punya revenue puluhan juta dolar, dan bisa memutar uangnya untuk membuat game dengan skala yang lebih besar.

Ketika uangnya ada, entah dari self funding maupun eksternal, masalah berikutnya timbul. Dengan pertumbuhan di indie developer kita yang cukup subur, publisher mulai melirik game dari Indonesia. Sudah cukup banyak gamedev kita yang mendapatkan funding dari publisher dan ingin scale up. Di sini pun masalah kembali terjadi. 

Saya lihat di sosial media teman-teman game dev informasi lowongan kerja banyak sekali. Curhat mereka pun sama, susah yah cari talenta di Indonesia yang sudah ready untuk masuk ke industri. Terutama untuk posisi game programming, game designer, dan 3D artist. Artinya supply talent menjadi bottle neck juga bagi studio game di Indonesia untuk berkembang, meski sudah punya capital.

Lalu bagaimana cara kita mengakselerasi kondisi ini? Talenta-talenta yang ada sekarang dari sisi supply kurang mumpuni, yang berada di indie pun sudah mengalami kesulitan untuk scale-up

Jika harus menunggu perkembangan secara organik, akan terlalu lama dan bisa jadi industrinya keburu mati sebelum sempat tumbuh. Untuk itulah kita perlu strategi untuk membangun ekosistem industri game ini dari sisi supply maupun demand.

Framework Membangun Eksosistem Game Indonesia

Ketika saya mewakili AGI dan berdiskusi dengan berbagai kementerian, kita mencoba banyak sekali program adhoc untuk mengisi berbagai bolong di ekosistem dengan bermacam program. Tapi kita perlu sebuah framework besar untuk menggambarkan strategi untuk bisa membuat industri game di Indonesia tumbuh. 

Minggu hari Senin kemarin kami di ajak meeting oleh Kemenko Marves untuk membahas Framework yang lebih besar agar bisa menumbuhkan ekosistem game di Indonesia. Tim dari AGI sudah menyiapkan banyak sekali riset dan kajian baik itu dari internal melalui riset-riset di dalam negeri maupun di negara lain melalui diskusi dengan partner-partner AGI dari berbagai negara seperti di SEA ada Singapura, Malaysia, Filipina, hingga ke Australia. 

Ada juga partner-partner AGI dari US, Poland, Jerman, UK, dan negara-negara yang punya ekosistem game yang maju. Dari situ, kita coba pelajari dan bangun strategi yang cocok untuk di Indonesia.

Supply dan demand, dua mata rantai yang harus diputus bersamaan. Oleh karena itu kita perlu strategi yang bisa mendorong terciptanya talenta baru serta mendorong terbukanya demand dan juga investment. 

Jadi ada tiga strategi besar yang bisa kita lakukan:

  1. Kembangkan talenta berkualitas. 
  2. Tumbuhkan indie game developer kita agar bisa naik level. 
  3. Buat insentif untuk masuknya investasi ke dalam negeri. Kondisi kita saat ini adalah jumlah talent yang ready masih minim serta studio-studio game masih dalam skala kecil. 

Yang perlu kita push adalah agar talenta yang ready makin banyak, jumlah studio game yang berada di mid level semakin besar, dan juga bisa ada triple A company atau studio game skala unicorn di Indonesia.

Bagaimana Cara Menumbuhkan Talenta Pengembang Game

Cara paling cepat dan super efektif untuk mendapatkan talenta baru dalam jumlah banyak adalah ‘bakar duit’. Ini strategi yang dilakukan oleh startup-startup unicorn kita. Inget kan dulu jaman awal-awal Gojek. 

Developer Indonesia sudah sanggup untuk bikin aplikasi memanfaatkan fitur-fitur canggih di kala itu dengan memanfaatkan location based untuk order ojek. Tapi kalau kita ngomong skala untuk bisa meng-handle puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu order dalam waktu bersamaan, skill kita belum sampai. Itulah mengapa Gojek mengakuisisi software house dari India. 

Walaupun dulu banyak yang nyinyir Karya Anak Bangsa jadi Karya Anak Bangalor, lihat hasilnya sekarang, Gojek jadi aplikasi super power yang sangat reliable. Tak hanya itu, lulusan-lulusannya pun ketika resign dari Gojek bisa bikin startup baru yang lebih keren lagi. 

Tapi sayangnya, di Indonesia belum ada kapital yang membanjiri studio game seperti unicorn-unicorn yang ada di dunia startup, jadi kita harus cari strategi lain.

Ideally, klo secara organik, dosen-dosen yang mengajar di kampus itu adalah lulusan studio game triple A yang sudah lelah dan ingin mengejar passionnya mengajar. Lalu, mahasiswa-mahasiswa yang lagi kuliah pun ketika intern, bisa intern di perusahaan triple A untuk mendapatkan knowledge dan experience di skala yang besar. Pun ketika mahasiswa lulus, ada banyak sekali lowongan pekerjaan dari studio game baik dari level indie maupun triple A yang siap menampung mereka. 

Walaupun tidak mau masuk dunia kerja, untuk mereka membuat studio gamenya sendiri, banyak funding pemerintah ataupun grant lainnya yang bisa dijadikan modal untuk mereka mencoba dan belajar. Ketika mencoba dan belajar pun, di dalam ekosistem sudah banyak pelaku yang bisa dijadikan mentor untuk tempat mereka bertanya agar bisa sukses lebih cepat.

Di ekosistem game Indonesia, kondisi ideal itu belum ada sehingga perlu ada tindakan yang mengintervensi agar bisa terbangun ekosistemnya. Ibarat kata kita ini di padang pasir, harus kayak Qatar dan Dubai yang pemerintahnya mengubah padang tandus menjadi tempat yang nyaman ditinggali. Pemerintah pun perlu melakukan strategi disruptif agar ekosistem game bisa bertumbuh dengan cepat.

Dari sisi supply, kampus harus bisa menjawab kebutuhan skill di industri. Lalu perlu ada paid internship agar para indie studio ini bisa menampung mahasiswa untuk belajar tanpa perlu menguras kas perusahaan. Lalu perlu perbanyak grant untuk riset agar mahasiswa-mahasiswa bisa merasakan langsung membuat game. Dan yang terpenting, bagaimana dosen-dosen bisa di-scale up, atau bisa didatangkan dari luar negeri, untuk memastikan talenta yang tumbuh nanti bisa memiliki kompetensi yang cukup.

Kondisi lain, kita punya modal indie developer yang cukup banyak. Ini adalah bonus demografi di Indonesia yang menjadikan kita dikaruniai oleh studio game yang keren-keren. Mereka ini bisa kita push dan upscale agar bisa menjadi lebih besar lagi. Kenapa kita perlu mereka bisa jadi lebih besar? Tentu selain karena kita ingin revenue game developer di Indonesia makin besar, kita juga ingin kapasitas mereka untuk bisa menyerap sumber daya manusia bisa lebih tinggi lagi. 

Dengan proyek yang mereka kerjakan akan semakin tinggi scope-nya, maka sumber daya yang dibutuhkan akan semakin banyak. Ini bisa jadi salah satu demand yang akan menyedot talenta untuk masuk ke industri game. Studio game di level ini selain perlu funding, perlu juga mentorship dan support marketing untuk bisa level up.

Dan yang terakhir adalah regulasi untuk memancing studio unicorn masuk ke Indonesia. Kenapa kita butuh ini? Karena unicorn ini akan menjadi penggerak utama bagi para mahasiswa untuk memilih berkarir ke industri game dan menjadi game developer. Melihat studio game besar yang mungkin membuat game favorit mereka, bisa jadi motivasi untuk mereka belajar lebih keras untuk masuk ke studio tersebut. 

Studio triple A ini jadi penting untuk menetapkan diri sebagai hub industri game di region SEA. Malaysia punya, Singapura punya, Vietnam punya banyak banget, sedangkan di Indonesia gak ada. Ini jadi tantangan buat kita. Pemerintah harus menyiapkan insentif dan program-program atraktif untuk mengundang mereka.

Bahkan negara-negara maju kayak Kanada dan Polandia pun sedang aktif “mencuri” talent dan studio game dari Indonesia untuk pindah ke negara mereka dengan bujuk rayu fasilitas yang menarik mulai dari kemudahan permit, funding, keringanan pajak, dll.

Kesimpulan

Seluruh negara sedang kekurangan talenta. Indonesia punya sumber daya manusia yang banyak. Jika kita bisa menyiapkan talenta yang jago, maka semua mata akan menuju ke Indonesia. Ini adalah potensi yang tidak boleh sampai kita kelewat dan harus dipersiapkan sedini dan secepat mungkin. Pemerintah sudah menaruh perhatian besar untuk industri game jadi tidak ada momen yang lebih tepat untuk mengejar selain saat ini.

Tulisan ditulis oleh Adam Ardisasmita, Vice President AGI (Asosiasi Game Indonesia). Pertama kali ditulis di blog pribadi. Pemuatan di Hybrid atas persetujuan penulis. Ada beberapa editing yang dilakukan sesuai karakter Hybrid.co.id tanpa mengubah konteks dan makna artikel. 

Ada bisa kontak langsung jika ingin memberikan saran tambahan atau berdiskusi. Adam bisa dikontak melalui FB, LinkedIn atau AGI

Saudara e-Sports Menjuarai Lokapala Melon Minor Tournament Season 2

Pada Melon Minor Tournament Season 1 kita melihat MORPH Team keluar sebagai juara, dengan kemenangan telak 3-0 melawan Nirvana ft Siam. Kini pada Lokapala Melon Minor Tournament Season 2 ada tim Saudara e-Sports, yang berhasil menjadi juara setelah bertarung dengan cukup sengit dengan ZERO Esports.

Diikuti oleh 64 tim, Lokapala Melon Minor Tournament Season 2 berlangsung selama 3 hari (24 – 26 Juli 2020). Perjalanan Saudara e-Sports terbilang cukup mulus menuju babak final. Sepanjang perjalanannya, Saudara e-Sports bermain solid dan berhasil mendapatkan kemenangan tanpa balas.

Saat pertandingan memasuki babak Semi-Final, Saudara e-Sports juga menang mulus, libas PKxERORR 2-0 dari seri best of 3. Pada sisi lain, Zero Esports sebagai penantang Saudara e-Sports sedikit terseok di babak Semi-Final. Mereka berhasil ditahan satu kali oleh ARCHANGEL. Namun Zero Esports bangkit lagi, melaju ke babak Final setelah menang 2-1 dalam seri best of 3 di Semi-Final.

Masuk babak Final Saudara e-Sports dan Zero Esport saling adu otot dengan keras, sehingga skor menjadi satu sama. Pada game 3, Saudara e-Sports mendapat angin segar setelah semua tower bagian luar tim Zero Esports hancur. Meski tinggal menembus menghancurkan bangunan Core, namun Zero Esports berhasil menahan dengan sekuat tenaga. Zero Esports memaksa permainan sampai Golem muncul di menit 25. Zero Esports yang kalah secara net-worth jadi kesulitan menghasilkan damage, sehingga Saudara e-Sports dengan mudah hancurkan golem musuh, dan amankan game ketiga.

Masuk game 4, Saudara e-Sports kembali mendapat momentum positif sejak awal permainan. Memiliki keunggulan net-worth dan skor kill, Saudara e-Sports segera memanfaatkan keadaan untuk terus menekan posisi Zero Esports. Tower atas dan tengah hancur sampai dalam, kini Saudara e-Sports tinggal mencari cara untuk menjebol bangunan Core.

Saudara e-Sports menggunakan taktik yang cukup brilian untuk mengamankan kemenangan. Memanfaatkan empat pemain saja, Saudara e-Sports memaksa pertarungan dan membuat kericuhan di mid lane. Sementara pemain-pemain Zero Esports teralih, ARCSTAR dengan Vijaya menyelinap ke arah base, menyerang bangunan Core sampai akhirnya hancur, dan memberi kemenangan kepada Saudara e-Sports.

Dengan ini, berikut pengisi peringkat 4 besar dari gelaran Lokapala Melon Minor Tournament Season 2.

Sumber: Anantarupa Studios
Sumber: Anantarupa Studios
  • CHAMPION – SAUDARA ESPORTS – Rp5.000.000,-
  • Peringkat 2 – ZERO ESPORTS – Rp3.750.000,-
  • Peringkat 3 – ARCHANGEL – Rp2.500.000,-
  • Peringkat 4 – PK X ERROR – Rp1.250.000,-

Selamat untuk para pemenang! Rangkaian turnamen Melon Minor Tournament belum berhenti sampai sini. Turnamen Melon Minor Tournament dikabarkan akan berlanjut pada Season 3, namun belum ada informasi lebih lanjut seputar jadwal.

Melon Minor Tournament, Kompetisi Perdana MOBA Besutan Pengembang Lokal

Tanggal 20 Mei 2020 kemarin, Lokapala akhirnya resmi diluncurkan secara terbuka kepada komunitas gamers di Indonesia. Walau demikian, game ini sendiri sebenarnya sudah dapat diakses oleh para pemain sejak Februari 2020 kemarin. Namun, ketika itu Lokapala masih memiliki banyak sekali keterbatasan, yang membuat game terbilang belum siap untuk digunakan berkompetisi.

Kini setelah peluncuran, dan berbagai perbaikan yang dilakukan, Lokapala segera menampilkan sebuah kompetisi untuk menarik antusiasme penggemar genre MOBA di Indonesia dalam kompetisi yang bertajuk Melon Minor Tournament. Memperebutkan total hadiah sebesar 25 juta Rupiah, Melon Minor Tournament akan diselenggarakan sebanyak dua musim selama bulan Juni dan Juli 2020 ini.

Untuk musim pertama, fase registrasi sudah dibuka sejak tanggal 8 Juni 2020 kemarin hingga 22 Juni 2020 mendatang, dengan jadwal pertandingan dilakukan pada 26 – 28 Juni 2020 mendatang. Sementara itu, pendaftaran musim kedua dimulai pada 6 – 20 Juli 2020 mendatang, dengan jadwal bertanding pada 24 – 26 Juli 2020 mendatang.

Pada saat perilisan, Anantarupa yang merupakan pengembang Lokapala memang cukup ambisius untuk dapat memenangkan pasar MOBA di Indonesia lewat game Lokapala. Diana Paskarina, Managing Director Anantarupa Studios pengembang Lokapala menceritakan, mereka butuh 2 tahun dan kolaborasi dengan berbagai insan kreatif lokal sampai Lokapala akhirnya bisa dimainkan seperti sekarang ini.

“Kerja keras kami selama dua tahun ditambah kolaborasi dengan komikus Ragasukma, studio animasi Kratoon, komposer Elwin Hendrijanto, dan rumah produksi audio INharmonic, kami persembahkan game esports lokal pertama di Indonesia, Lokapala.” Ucap Diana Paskarina dikutip dari Jakarta Post.

Kehadiran Lokapala juga menjadi ambis pemerintah untuk dapat menarik keuntungan dari pasar game, yang sebenarnya punya potensi besar. Mengutip dari Investor Daily, Jerry Sambuaga Wakil Menteri Perdagangan RI yang juga hadir saat peluncuran mengatakan. “Peluncuran Lokapala sebagai esports game Indonesia yang pertama merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk maju dan bersaing dengan negara lain. Indonesia juga harus bisa menjadikan industri game sebagai salah satu ekspor andalan nasional ke depan.”

Sumber: Lokapala Official
Beberapa turnamen yang direncanakan oleh Anantarupa Studios, yang dipublikasi saat peluncuran Lokala 20 Mei 2020 silam. Sumber: Lokapala Official

Jika mengutip dari apa yang yang diumumkan Anantarupa pada saat peluncuran Lokapala kemarin, Melon Minor Tournament merupakan awal dari skema esports yang direncanakan oleh sang pengembang. Dalam skema dan rencana tersebut, Lokapala juga nantinya akan menghadirkan Piala Menpora 2020, Weekly Online Amateur Championship, Melon Mini Tournament, dan Melon Major Tournament.

Untuk mendaftar, Anda bisa pergi ke tautan yang satu ini: bit.ly/lokapalaminor

Dengan skena kompetitif yang beragam, akankah para penggemar genre MOBA di Indonesia bisa tertarik terhadap game besutan Anantarupa?

[REVIEW] Lokapala, Status Beta yang Penuh Keterbatasan

Awal Februari ini khalayak gamers Indonesia disemarakan dengan rilisnya Lokapala: Saga of Six Realms. Masuk masa pra-pendaftaran sejak November 2019 lalu di Play Store, iterasi MOBA pertama pengembang Indonesia ini segera mendapat sambutan positif. Banyak yang tidak sabar untuk mencoba dan memainkannya.

Proyek ambisius ini dibesut oleh ANANTARUPA Studio, gamedev lokal yang sudah beroperasi sejak tahun 2011. Kini, walau masih menyandang status beta, Lokapala sudah dapat diakses secara terbuka di Play Store. Namun demikian, saya merasa bahwa perilisan beta terbuka Lokapala masih terlalu terburu-buru. Kenapa? Karena banyak hal di dalam game ini yang terlihat seperti masih setengah jadi. Lebih lanjut, mari simak ulasan saya terhadap MOBA lokal Indonesia yang satu ini.

MOBA Indonesia yang Kurang Indonesia

Dalam MOBA, satu hal yang konsisten selalu muncul adalah karakter yang dapat kita gunakan di dalam permainan. Ada beberapa sebutan untuk karakter ini, ada yang menyebutnya Hero ada yang menyebutnya Champion. Lokapala sendiri memilih menyebut karakter-karakter heroik yang akan bertarung bersama Anda di dalam permainan sebagai Ksatriya.

Untuk rilisan pertama, Lokapala menghadirkan 15 Ksatriya, yang semuanya bisa Anda coba dan mainkan. Namun sayang, beberapa karakter yang dihadirkan pada Lokapala mungkin belum tentu dikenal oleh orang Indonesia sendiri. MungkIn pendapat saya ini muncul karena nilai pelajaran sejarah Indonesia saya tidak terlalu baik, saat masih bersekolah dulu…hehehe.

Sumber: Facebook Fanpage Lokapala
Beberapa Ksatriya yang dihadirkan di dalam Lokapala. Sumber: Facebook Fanpage Lokapala

Hal ini mungkin karena beberapa Ksatriya mungkin memang bersifat orisinil atau dibuat sendiri oleh tim ANANTARUPA Studio. Tetapi saya merasa agak sayang jika tidak ada karakter-karakter populer, karena bisa jadi membuat pemain enggan mencoba game ini. Padahal Lokapala bisa saja memunculkan Ksatriya dari sejarah atau cerita rakyat populer seperti Gajah Mada sang Mahapatih Kerajaan Majapahit , atau tokoh kenamaan dalam pewayangan seperti Gatot Kaca.

Untungnya ANANTARUPA Studio sudah melakukan beberapa usaha untuk memperkenalkan cerita orisinil Lokapala kepada khalayak. Salah satunya seperti contoh di bawah ini, sebuah postingan media sosial yang bercerita asal pertarungan Lokapala. Ceritanya, pertarungan di Lokapala berdasarkan kepada konsep multiverse, yaitu penggabungan berbagai ruang dan waktu dalam satu semesta.

Sumber: Facebook Fanpage Lokapala
Sumber: Facebook Fanpage Lokapala

Mengutip dari laman resmi Lokapala, para Ksatriya yang bertarung datang dari enam Loka (alam semesta) yang tergabung di dalam Lokapala, yaitu Narakaloka, Pretaloka, Tiraccanaloka, Manusyaloka, Asuraloka, dan Svargaloka. Dari 6 Loka yang diceritakan, muncullah karakter-karakter yang ada di Lokapala. Beberapa ada yang datang dari sejarah Vijaya atau Pangeran Wijaya dan beberapa ada yang orisinil seperti Ilya yang ceritanya datang dari masa depan.

Selain soal daftar Ksatriya yang dihadirkan, ada satu hal lagi yang buat saya merasa menjadi poin penting kenapa Lokapala menjadi game Indonesia yang kurang Indonesia. Lokapala kehilangan satu hal penting yang bisa membantu game ini lebih mudah diterima oleh gamers Indonesia, yaitu in-game language Bahasa Indonesia. Ya Anda tidak salah dengar, versi beta Lokapala yang menekankan khasanah lokal Indonesia lewat latar tempat dan cerita karakter Ksatriya malah hadir menggunakan Bahasa Inggris, dan tidak ada opsi Bahasa Indonesia.

Ini sebenarnya cukup membingungkan, karena saya merasa tidak ada alasan yang tepat untuk menggunakan bahasa Inggris pada Lokapala. Jika alasannya untuk mengincar pasar global, rasa-rasanya Lokapala terbilang sudah ketinggalan cukup jauh jika dibanding beberapa pengembang lain yang sudah lebih dulu terjun di pasar MOBA untuk mobile.

Sumber: Tangkapan Layar Pribadi
Amat disayangkan, Lokapala versi beta malah tidak memiliki opsi bahasa Indonesia, Alhasil,cerita Pangeran Wijaya dari kerajaan Singhasari jadi agak sulit dipahami karena menggunakan bahasa Inggris. Sumber: Tangkapan Layar Pribadi

Jika alasannya untuk mengenalkan budaya Indonesia ke khalayak global, orang Indonesia sendiri saja mungkin belum mengenal Ksatriya yang dihadirkan dalam Lokapala. Jawaban untuk semua ini sebenarnya adalah dengan menghadirkan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia ke dalam game. semoga saja update berikutnya dapat menghadirkan in-game language, dan mungkin juga menghadirkan voice-act bahasa Indonesia. Apalagi, menurut opini saya personal, membaca cerita legenda Indonesia dengan bahasa ibu akan terasa lebih nyaman dan mudah dimengerti.

Walau dengan segala kekurangannya, saya cukup mengapresiasi bagaimana tim pengembang ANANTARUPA membangun cerita dunia Lokapala, terutama dari cerita 6 Loka yang menjadi satu di dalam arena pertarungan Lokapala. Dalam hal lore Ksatriya, walau orisinil, namun sayangnya cerita yang disajikan masih  terlalu singkat. Hal ini membuat saya tidak bisa mengenal asal muasal sang Ksatriya secara lebih mendalam.

Sisi Indonesia lain yang menurut saya patut diapresiasi adalah musik yang disajikan oleh Inharmonics. Composer yang juga mengisi musik pada game Legrand Legacy ini berhasil memunculkan nuansa peperangan penuh semangat khas MOBA sembari tetap menonjolkan khazanah Indonesia dalam musik yang mereka sajikan pada menu utama. Dalam musik tersebut, musik orkestra yang modern melebur halus dengan aksen khas etnis lewat gamelan Jawa, yang hampir membuat saya lupa dengan pengalaman bermain Lokapala yang akan saya jelaskan pada poin berikutnya.

Esports Game Pertama Indonesia yang Belum Esports Ready

Istilah “esports ready” pertama muncul sebagai meme di tengah perbincangan komunitas ketika PUBG dijadikan esports untuk pertama kalinya. Istilah tersebut muncul karena pada awal rilis, PUBG mendukung kegiatan esports untuk game tersebut. Sementara core gameplay PUBG masih memiliki terlalu banyak kendala teknis seperti respon yang tidak sinkron, serta bug di sana dan sini.

Pada kasus PUBG, kendala tersebut terjadi karena PUBG adalah game multiplayer online pertama yang mempertemukan 100 orang sekaligus secara real-time. Kejadiannya Bluehole mungkin mirip dengan ANANTARUPA. Lokapala sudah dicap sebagai game esports pada saat perilisan beta, mungkin karena mereka memilih genre MOBA. Namun nyatanya, Lokapala belum esports ready, yang mungkin disebabkan karena ANANTARUPA belum punya banyak pengalaman membuat real-time online multiplayer yang kompleks seperti MOBA.

Memang, pada kenyataanya membuat game online bersifat real-time seperti MOBA punya kerumitan dari sisi teknis. Jika Anda belum tahu, ada dua jenis online games berdasarkan cara game tersebut terkoneksi ke server. Ada real-time online seperti MOBA, yang mana satu player bertemu dengan player lain secara langsung. Ada asynchronous online games, yang mana walau online, namun player satu dengan player tidak bertemu secara langsung seperti Clash of Clans.

Sumber: Tangkapan Layar Pribadi
Menghubungkan 10 pemain bermain di dalam satu server secara berbarengan tidak bisa dibilang mudah, terutama bagi pengembang Indonesia yang masih minim pengalaman. Sumber: Tangkapan Layar Pribadi

Walau ini adalah MOBA pertama, tapi Anantarupa bukanlah pengembang lokal Indonesia pertama yang bisa membuat real-time online multiplayer game. Sebelumnya ada juga Minimo, pengembang yang berbasis di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, yang membuat game bertemakan balap off-road bernama Mini Racing Adventures.

Kembali membahas Lokapala, kesulitan teknis ini diakui sendiri oleh sang pengembang. Jika Lokapala memang belum “esports ready“, jadi sudah sampai mana sebenarnya rilisan beta Lokapala? Maafkan jika saya terlalu jujur namun saya merasa Lokapala sebenarnya belum pantas untuk dirilis secara open beta. Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya karena Lokapala memiliki beberapa masalah fundamental, yang membuat core game experience menjadi tidak nyaman.

Sebelum menuju ke dalam permainan, masalah sudah muncul, yaitu ketika kita tap tombol dan ingin melakukan Find Match. Setelah masuk Lobby dan menekan tombol Start, Lokapala malah memunculkan kode error seperti yang satu ini.

Sumber: Tangkapan Layar Pribadi - Akbar Priono
Sumber: Tangkapan Layar Pribadi

Melihat error seperti ini, yang terbesit di pikiran saya adalah melakukan reset Lobby dengan menekan tombol back yang ada di pojok kiri atas. Apa yang terjadi? Ya, muncul kode error lagi yang membuat saya terjebak di dalam Lobby.

Sumber: Tangkapan Layar Pribadi - Akbar Priono
Kalau sudah begini, apa daya. Sumber: Tangkapan Layar Pribadi

Jika hal ini terjadi, mau tidak mau jalan terakhir adalah tinggal melakukan reset game. Force close game tersebut lewat tombol recent apps, lalu buka kembali.

Setelah beberapa saat, saya akhirnya berhasil masuk ke dalam game. Saat berada di dalam permainan saya melihat banyak elemen lain di dalam game yang juga masih kurang sempurna. Seperti 3D model karakter yang terlihat kurang realistis, atau animasi karakternya yang terlalu kaku. Tapi itu mungkin tidak terlalu masalah karena 3D model karakter Mobile Legends pun demikian ketika baru pertama kali dirilis.

Masuk ke dalam game saya menemukan satu hal lagi yang cukup mengganggu, masalah tersebut datang dari model bush atau brush. Kalau Anda sering main MOBA, Anda tentu tahu mekanik bush, tempat berupa semak-semak yang bisa digunakan pemain untuk bersembunyi. Pada kebanyakan MOBA bush biasanya berbentuk seperti namanya, yaitu semak rumput yang tinggi dan lebat.

Sumber: Tangkapan Layar Pribadi - Edit: Akbar Priono
Perbandingan bentuk dan warna bush antara Lokapala dengan dua MOBA terpopuler di mobile. Sumber: Tangkapan Layar Pribadi – Edit: Akbar Priono

Pada Lokapala visual bush memiliki dua hal yang menurut saya cukup mengganggu. Pertama, bentuknya bukan semak rumput, melainkan terlihat seperti tanaman berbunga dengan warna yang sangat mencolok. Kedua, warna antar bush juga tidak konsisten yang mungkin bisa membuat pemain baru kebingungan. Bush bagian tengah berwarna ungu, sementara pada bush bagian pinggir terlihat berwarna merah. Semoga saja nantinya model bush bisa diperbaiki sambil tetap menunjukan ciri khas tersendiri yang membedakan Lokapala dari MOBA lain.

Berlanjut ke dalam permainan, semua berjalan lancar, setidaknya sampai beberapa menit game berjalan. Seiring waktu, permainan jadi terasa laggy. Keadaan tersebut bisa jadi datang dari dua hal, masalah optimasi game engine dan masalah optimasi server.

Dari sisi optimasi game engine, saya saat itu mencoba bermain dengan menggunakan pengaturan grafis tertinggi rata kanan. Setelah beberapa saat bermain, semakin lama animasi karakter menjadi stutter atau patah-patah setelah beberapa saat bermain. Belum lagi animasi atau gerakan karakter ketika menyerang atau mengeluarkan skill juga terasa sangat kaku, yang juga membuat saya jadi sulit menilai apakah hal tersebut merupakan stutter atau memang animasi karakter yang kurang rapih.

Hal ini terjadi mungkin karena saya menggunakan mode High Frame Rate. Jika rumor Lokapala menggunakan game engine yang sama dengan AOV dan Mobile Legends benar, maka kejadian ini jadi cukup masuk akal. Karena pada AOV dan Mobile Legends sekalipun, mode High Frame Rate kerap kali tidak stabil.

Selain itu perasaan lag juga muncul dari sisi koneksi. Ketika itu ping permainan saya hanya 8 – 16ms saja, namun pada beberapa momen saya merasakan delay yang sangat mengganggu. Beberapa kali di dalam permainan, skill yang saya lempar malah telat keluar membuatnya jadi tidak mengenai musuh. Jika ini terus terjadi, tentunya akan menjadi sangat mengganggu bagi para pemain. Apalagi jika mengatakan Lokapala sebagai game esports, hal ini tentu akan menjadi sangat kontradiktif, karena dalam permainan esports respon adalah segalanya.

Sumber: Tangkapan Layar Pribadi
Glitch Haya menyebabkan pedangnya tidak kembali setelah dilemparkan. Sumber: Tangkapan Layar Pribadi

Sisi gameplay berikutnya adalah dari sisi hitbox. Hitbox sendiri adalah sebutan untuk sebuah kotak tak terlihat yang mendeteksi tumbukan antar objek (contohnya hero dengan skill). Pada Lokapala hitbox bisa dibilang masih inkonsisten. Jadi jika kita melempar skillshot ke satu titik tipis tertentu di bagian tubuh Ksatriya musuh, efeknya bisa jadi kena bisa jadi tidak.

Belum lagi masih ada beberapa glitch grafis yang terasa, seperti pedang Ksatriya Haya yang tertinggal setelah dilemparkan. Lalu masalah targeting yang membuat skill terlempar entah ke mana jika kita mentargetkan skill secara otomatis. Ditambah lagi efek serangan dan angka indikator damage juga terlihat kurang jelas, yang bisa membuat bingung, apakah serangan Anda sudah kena atau belum.

Lalu bagaimana dengan balancing? Rasanya agak sulit untuk bisa menilai balancing pada Lokapala jika pengalaman bermain saja masih kurang nyaman, mulai dari awal hingga akhir permainan. Satu kali saya sempat bermain menggunakan Skar, menggunakan build tank, dan menemukan ternyata hero tersebut punya damage yang cukup lumayan besar meski mayoritas item yang saya gunakan adalah item defense.

Sumber: Tangkapan Layar Pribadi
Ksatriya Haya sedang menaiki Vahana. Sumber: Tangkapan Layar Pribadi

Mungkin satu yang cukup berbeda adalah ketidakhadiran mekanik Recall di dalam Lokapala. Recall digantikan dengan Vahana, semacam tunggangan yang sifatnya mempercepat pergerakan Anda dari satu titik ke titik lain di area map. Vahana bisa digunakan kapanpun, namun untuk mengaktifkannya Anda harus berdiam sejenak atau chanelling selama beberapa detik. Jika Anda terkena damage saat sedang mengendarai Vahana, Anda akan terjatuh dan terkena stun untuk sesaat.

Jika Anda sudah pernah memainkan MOBA mobile lainnya, mekanisme ini mungkin terasa cukup menyulitkan. Saya pun merasa demikian, karena walau Vahana mempercepat pergerakan, tanpa mekanisme Recall Anda bisa saja tertangkap ketika darah sedang sekarat. Belum lagi mekanisme ini juga terbilang cukup boros waktu, terutama jika Anda sedang push tower terdalam musuh namun sekarat dan harus pulang, menyebabkan Anda harus berjalan dengan jarak yang sangat jauh.

Kesimpulan

Pada akhirnya saya personal merasa keputusan ANANTARUPA merilis Lokapala secara publik agaknya terlalu terburu-buru. Masih terlalu banyak kekurangan pada core gameplay Lokapala. Beberapa contohnya sudah saya jabarkan saat menceritakan pengalaman saya memainkan Lokapala, mulai dari bug untuk Find Match, masalah optimasi grafis dan server, masalah hitbox dan lain sebagainya.

Kalau soal animasi dan grafis, saya rasa hal tersebut masih bisa ditoleransi, karena MOBA lainnya pun punya grafis yang tidak sebegitu bagus pada hari pertama rilis. Namun kalau soal core gameplay, saya rasa keputusan untuk merilis Lokapala secara terbuka ini berpotensi memunculkan masalah bagi sang pengembang. Bagaimanapun, impresi pertama tetap merupakan hal penting bagi pemain. Jika impresi pertama saja sudah buruk, karena terlalu banyak masalah teknis di dalam game, pemain bisa saja enggan untuk mencoba bermain kembali meski Lokapala sudah berkembang menjadi lebih baik.

Tetapi, tetap ada beberapa hal yang patut diapresiasi dari Lokapala. Beberapa di antaranya seperti story dunia Lokapala yang orisinil atau art karakter yang cukup baik. Menurut saya salah satu elemen terbaik dalam game ini adalah soundtrack menu utama. Penggabungan aksen modern lewat musik orkestra khas MOBA dengan aksen khas etnik Indonesia lewat gamelan Jawa berhasil membuat saya lupa dengan segala permasalahan teknis yang ada di dalam game ini.

Lokapala saat ini masih dalam status beta. Semoga saja seiring waktu, pengembang bisa berkomitmen untuk terus memperbaiki Lokapala dari berbagai sisi dan menjadi game yang lebih baik. Karena bagaimanapun, mengembangkan game MOBA ibarat lari marathon, yang pengembangannya akan terus berjalan selama game-nya masih dimainkan…