Tag Archives: gaming smartphone

Red Magic 6S Pro Hadir Membawa Chipset Snapdragon 888+ dan Touch Sampling Rate 720 Hz

Dengan spesifikasi teratas dan layar yang mendukung touch sampling rate 360 Hz, Red Magic 6 Pro merupakan salah satu smartphone dengan kinerja paling overkill yang tersedia di pasaran saat ini. Namun dalam konteks perangkat gaming, tidak ada yang namanya performa berlebihan, dan itu dibuktikan oleh kehadiran Red Magic 6S Pro.

Suksesor yang berusia enam bulan lebih muda ini datang membawa layar dengan touch sampling rate 720 Hz, dua kali lebih responsif daripada yang ditawarkan pendahulunya. Namun jenis panel yang digunakan tidak berubah, masih AMOLED 6,8 inci dengan resolusi 1080p dan refresh rate maksimum 165 Hz. Layar ini punya color gamut 100% DCI-P3 dan tingkat kecerahan maksimum 700 nit.

Bagian lain yang ikut diperbarui adalah dua touch-sensitive trigger yang diposisikan di samping perangkat, yang touch sampling rate-nya telah ditingkatkan dari 400 Hz menjadi 450 Hz, memberikan waktu respon secepat 2,2 milidetik. Tidak seperti sebelumnya, pengguna akan menjumpai dua trigger ekstra di bagian punggung Red Magic 6S Pro.

Namun penyempurnaan dari segi performa tidak akan lengkap tanpa melibatkan chipset paling kencang yang tersedia buat produsen smartphone saat ini, yaitu Qualcomm Snapdragon 888+, tidak ketinggalan pula sistem pendinginan yang kian optimal. Ini penting karena secepat apapun prosesornya, kinerjanya tidak akan bisa maksimal kalau suhunya kelewat tinggi.

Selebihnya, Red Magic 6S Pro cukup identik dengan pendahulunya. Sistem kameranya tidak ada yang istimewa, mencakup kamera utama 64 megapiksel, kamera ultra-wide 8 megapiksel, depth sensor, serta kamera selfie 8 megapiksel.

Kapasitas baterainya pun juga sama: 5.050 mAh dengan dukungan fast charging 66 W (khusus versi yang dijual di Tiongkok, baterainya lebih kecil tapi mendukung fast charging 120 W).

Di pasar global, Red Magic 6S Pro kabarnya akan tersedia mulai 27 September dalam tiga konfigurasi RAM dan storage sebagai berikut: 12 GB/128 GB seharga $599, 16 GB/256 GB seharga $699, dan satu lagi varian 16 GB/256 GB tapi dengan panel belakang transparan seharga $729. Ponsel ini sebenarnya juga hadir dalam varian 18 GB/512 GB, tapi sepertinya itu cuma untuk pasar Tiongkok saja.

Sumber: GSM Arena.

Lenovo Legion Phone Duel 2 Diciptakan untuk Digunakan Secara Horizontal

Lenovo resmi merambah segmen smartphone gaming tahun lalu lewat Legion Phone Duel. Tanpa perlu menunggu lama, suksesornya sekarang sudah tiba. Dinamai Legion Phone Duel 2, ponsel ini pada dasarnya membawa ide-ide nyeleneh yang sebelumnya ditawarkan ke tingkat yang lebih ekstrem lagi.

Lihat saja desainnya. Lenovo lagi-lagi merancang smartphone gaming-nya agar bisa optimal dipakai dalam orientasi landscape. Hal ini kembali dibuktikan lewat penempatan kamera selfie-nya; masih di samping kanan, sehingga pengguna dapat merekam atau menyiarkan sesi gaming-nya dalam orientasi landscape secara lebih optimal.

Kalau kita tengok bagian belakangnya, tampak sebuah tonjolan di bagian tengah yang menjadi rumah atas komponen-komponen esensial yang menjadi bagian dari logic board, utamanya prosesor. Idenya adalah, ketika pengguna menggunakan perangkat dalam orientasi landscape (untuk bermain tentu saja), jari-jarinya tidak akan merasakan panas yang berlebih karena suhu panasnya ini akan terpusat di tengah, yang bisa diindikasikan oleh kehadiran sebuah kipas pendingin.

Performanya sendiri sesuai ekspektasi kita terhadap smartphone gaming di tahun 2021: Snapdragon 888, RAM LPDDR5 dengan pilihan kapasitas 12 GB, 16 GB, atau 18 GB, serta storage internal UFS 3.1 sebesar 256 GB atau 512 GB. Mengapit logic board tersebut adalah sepasang modul baterai, masing-masing berkapasitas 2.750 mAh.

Ya, total kapasitas baterainya naik menjadi 5.500 mAh, dan Lenovo masih mempertahankan fitur dual charging menggunakan dua kabel USB-C sekaligus dengan output maksimum 90 W, sehingga baterainya bisa terisi penuh dalam waktu 30 menit saja. Kalau cuma satu kabel saja yang menancap, otomatis output daya yang tersalurkan ‘cuma’ 45 W.

Perangkat ini besar; tebalnya mencapai 9,9 mm, dan beratnya berada di kisaran 259 gram. Layarnya juga sangat masif di angka 6,92 inci, dengan panel AMOLED beresolusi 2460 x 1080 pixel yang menawarkan refresh rate 144 Hz dan touch sampling rate 720 Hz. Agar pengalaman gaming yang didapat bisa semakin maksimal, Lenovo turut menyertakan vibration motor ganda dan sepasang speaker stereo.

Mengapit kamera selfie 44 megapixel-nya di sisi kanan adalah empat buah tombol ultrasonik yang dapat diprogram sesuai kebutuhan. Kalau itu masih kurang, di belakang masih ada lagi dua buah tombol kapasitif, persis di sebelah tonjolan bagian tengahnya. Tonjolan tersebut juga menjadi rumah untuk sepasang kamera: kamera utama 64 megapixel f/1.9, dan kamera ultra-wide 16 megapixel f/2.2.

Di kawasan Eropa, Lenovo Legion Phone Duel 2 kabarnya akan dijual dengan harga paling murah €799, sama persis seperti Asus ROG Phone 5 meski dengan konfigurasi RAM dan storage yang berbeda. Lenovo berencana menjualnya di beberapa negara di kawasan Asia Pasifik mulai bulan Mei mendatang, tapi sejauh ini belum ada informasi apakah Indonesia bakal termasuk sebagai salah satunya.

Sumber: Lenovo.

Vivo Resmikan iQOO Neo5, Unggulkan Layar OLED 120 Hz dan Chipset Snapdragon 870

Vivo baru saja memperkenalkan iQOO Neo5 secara resmi. Smartphone gaming ini adalah penerus iQOO Neo3 yang dirilis tahun lalu. Kenapa tidak ada iQOO Neo4? Kemungkinan besar terkait kepercayaan seputar angka 4 yang bermakna negatif, sama kasusnya seperti ROG Phone 5 yang juga dirilis belum lama ini.

Dibanding pendahulunya, iQOO Neo5 membawa sejumlah upgrade yang signifikan. Yang paling utama adalah layarnya, yang tadinya masih menggunakan panel IPS LCD, dan kini telah diganti menjadi panel OLED pada iQOO Neo5. Panel OLED tersebut memiliki ukuran 6,62 inci, dengan resolusi 1080p+ dan refresh rate maksimum 120 Hz.

Menariknya, refresh rate-nya ini justru menurun jika dibandingkan dengan sebelumnya (144 Hz). Namun saya pribadi lebih memilih OLED 120 Hz daripada IPS LCD 144 Hz, apalagi mengingat tingkat kecerahan layarnya bisa sampai seterang 1.300 nit. Lebih lanjut, Vivo juga telah membekali iQOO Neo5 dengan touch sampling rate yang terbilang fenomenal, yakni 1.000 Hz.

Terkait performanya, iQOO Neo5 datang mengusung chipset Snapdragon 870, bukan Snapdragon 888 yang lebih kencang (sekaligus lebih panas) seperti yang ada pada iQOO 7. Prosesor tersebut ditandemkan dengan pilihan RAM 8 atau 12 GB, tidak ketinggalan pula storage internal UFS 3.1 sebesar 128 atau 256 GB.

Dibandingkan pendahulunya, iQOO Neo5 punya sistem pendingin yang lebih efektif, dengan ukuran pelat penyalur panas dua kali lipat lebih luas. Suplai baterainya sendiri berasal dari modul sebesar 4.400 mAh yang mendukung fast charging dengan output maksimum sebesar 66 W.

Untuk kameranya, iQOO Neo5 mengandalkan trio kamera belakang yang terdiri dari kamera utama 48 megapixel f/1.79 (Sony IMX598), kamera ultra-wide 13 megapixel f/2.2, dan kamera monokrom 2 megapixel. Kamera depannya menggunakan sensor 16 megapixel dan lensa f/2.0. Tidak ada yang benar-benar wah di atas kertas, tapi sudah sewajarnya untuk ukuran smartphone gaming.

Yang istimewa, semua itu ditawarkan dalam harga yang lebih murah lagi ketimbang iQOO Neo3, yang sendirinya sudah termasuk sangat terjangkau untuk ukuran smartphone yang mengemas chipset flagship. Di Tiongkok, iQOO Neo5 akan dipasarkan dengan harga mulai 2.499 yuan (± Rp5,5 jutaan).

Sumber: GSM Arena dan GizmoChina.

Rekomendasi Gaming Smartphone di Tahun 2020

Seiring berkembangnya teknologi mobile gaming menjadi trend yang terus tumbuh secara luas, sekalipun tidak semua orang serius terjun jadi atlet esports, tetapi deretan mobile games terus bisa menemukan penggemarnya tersendiri.

Jika Anda lebih tertarik untuk mencari tahu spesifikasi ponsel apa saja yang penting untuk kebutuhan gaming, Anda bisa membacanya di sini.

Berikut adalah rangkuman rekomendasi smartphone sampai pertengahan 2020 dengan performa yang bisa meningkatkan pengalaman mobile gaming Anda:

 

Black Shark 3 Pro

black-shark-3-series-resmi-hadir-di-indonesia-2

Di urutan atas datang Black Shark yang fokus pada smartphone untuk keperluan gaming. Layar Super Big Amoled akan memanjakan mata dengan memberikan warna yang tajam.

Refresh rate di angka 90Hz menjadi pembaruan yang diterapkan Black Shark, selangkah lebih maju dari generasi sebelumnya. Sejauh ini Black Shark bisa memberikan touch response di angka 270Hz, angka yang jelas-jelas memimpin di kelasnya dan bisa memberikan input sentuh yang lebih akurat.

Dapur pacu prosesor Quallcomm Snapdragon 865 adalah yang membuatnya bisa bersaing dengan beberapa smartphone gaming lainnya. Selain dijejali dengan baterai sebesar 5000 mAh, ia juga disertai dengan sistem pendingin untuk kenyamanan bermain yang maksimal.

 

iPhone 11 Pro Max

iPhone 11 Pro

Siapapun yang merasa Apple fanboys, ponsel ini adalah pilihan terbaik untuk performa gaming yang mantap. Dengan chipset A13 Bionic yang dibenamkan, seluruh proses yang berlangsung pada iPhone Anda akan diatur secara efektif. Sekalipun iPhone pro Max tercatat memiliki 4GB RAM, performa yang diberikan tetap bisa menyamai smartphone high end lainnya karena manajemen proses yang berbeda dari sistem operasi Android.

iPhone 11 Pro Max ditopang oleh baterai berkapasitas 3969mAh, juga mencatatkan response rate di angka 120Hz. Selain refresh rate 60Hz, ia juga bisa menjanjikan menggunakan pilihan setting grafis game rata kanan.

 

Samsung Galaxy S20

Samsung Galaxy S20

Koleksi baru dari Samsung ini sekalipun tidak dirancang khusus untuk gaming, sebenernya sangat siap dari sisi hardware. Response rate layar Samsung Galaxy S20 ternyata bisa meraih angka 240Hz. Refresh rate sebesar 120Hz akan menyajikan tampilan video dan grafis yang mulus dari casual game sampai game yang menuntut tampilan hi-res.

Memori penyimpanan yang masih bisa ditambah dengan memory card membuat Samsusng bisa diandalkan menyimpa file berukuran besar. Samsung Galaxy S20 beredar dengan 2 prosesor yang berbeda yaitu Snapdragon 865 dan Exynos 990, keduanya sama-sama menjanjikan performa yang efisien.

 

Huawei P40

review-huawei-p40-15

Huawei ternyata tidak main-main dalam meramu lini produk flagship mereka. Huawei P40 adalah versi yang lebih ringan dari versi pro dan pro+ yang mengusung fitur kamera yang serius.

Di luar fitur kamera, performa Huawei P40 juga cukup mumpuni bagi kegiatan mobile gaming. Layar berukuran 6.4 inci masih  mendukung refresh rate di angka 60Hz. Dengan baterai berkapasitas 3800mAh Huawei P40 bisa dimainkan dan dipakai beraktivitas dalam waktu yang cukup panjang. Pengisian daya juga menjadi poin penting jika Anda tidak ingin berlama-lama menunggu untuk kembali bermain.

 

Blackshark 2 Pro

Black-Shark-2-Pro-4

Smartphone yang yang hadir lebih dulu sebelum Black Shark 3, masih pantas untuk duduk dalam daftar ini. Kapasitas baterai 4000 mAh dan refresh rate 60Hz masih menjadi poin yang kuat unntuk bersaing di lini produk gaming smartphone papan tengah.

Snapdragon 855+ menjadi kunci dari performa Black Shark 2 Pro. Kapasitas penyimpanan 128 GB dan RAM 8 GB adalah keperluan hardware yang cukup untuk mencegah performa laggy dari game yang dimainkan.

 

Vivo iQoo 3 5G

IQOO 3

Dari deretan gaming smartphone di rentang menengah Vivo iQoo 3 5G adalah pilihan yang tepat. Ukuran layar 6.4 inci dan Corning Gorilla Glass 6 akan membuat Anda merasa aman untuk tidak menambahkan aksesori pelindung.

Dari sisi prosesor Vivo iQoo 3 5G membenamkan chipset teknologi terkini yaitu  Snapdragon 865. Didukung dengan baterai 4400 mAh maka Anda dapat bermain tanpa harus khawatir mengisi daya kembali. Pada versi basic kapasitas penyimpanan 128 GB didukung dengan RAM sebesar 6 GB.

 

OPPO Reno 3

OPPO Reno3

OPPO tergolong jarang terdengar digunakan sebagai smartphone dengan kekuatan gaming. Namun nyatanya OPPO bisa menjadi pilihan untuk mendapatkan pengalaman gaming dengan visual yang baik di kelasnya.

Layar berukuran 6.4 inci menjadi faktor yang bisa ditonjolkan oleh OPPO. Chip  Helios P90 adalah salah satu teknologi chip yang bisa bersaing dengan teknologi Snapdragon di level yang seimbang. RAM sebesar 8GB dan penyimpanan 128GB ikut menjadi standar untuk gaming smartphone.  Pengisian daya dari OPPO Reno 3 tergolong cukup cepat dengan baterai berkapasitas 4025mah.

 

Xiaomi MI 9 T Pro

via: GSMarena

Penantang yang cukup potensial datang dari lini produk Xiaomi MI. Sejauh ini MI bisa menyajikan hardware dari lini smartphone kelas atas dengan harga lebih terjangkau. Tercatat refresh rate 120 FPS bisa diberikan oleh MI 9 T Pro. Dengan chipset Snapdragon 730 performanya masih bisa dimaksimalkan. Sedangkan kapasitas storage dari 64GB dan RAM 6GB sudah cukup untuk memainkan game hi-res bahkan keperluan esports.

 

Realme 6 Pro 

realme 6 & realme 6 Pro (1)

Best option berikutnya datang dari ponsel berkisar harga Rp4 jutaan. Realme 6 pro memberikan setidaknya seluruh pendukung untuk menjalankan game dengan performa maskimal. Dari sisi prosesor Realme 6 Pro dibekali dengan Snapdragon 720G. Refresh rate yang tercatat pada angka 90Hz yang bisa memaksimalkan tampilan yang halus pada video maupun game yang dimainkan. Kapasitas baterai 4300 mAh dilengkapi juga dengan RAM 8GB dan penyimpanan sebesar 128GB.

 

Vivo V17 Pro

Vivo V17 Pro experience

Yang terakhir, sekalipun membawa lensa yang apik, VIVO V17 Pro memiliki potensi untuk menjalankan game dengan spec yang tinggi. Dari sisi memori, VIVO V 17 Pro diluncurkan dengan kapasitas RAM 8GB dan internal storage 128GB. Layar Super AMOLED 6.4 inci masih bisa memberikan refresh rate 60Hz dan resolusi 4K. Sedikit kelemahan yang dimiliki Vivo v17 Pro adalan grip yang terasa sedikit licin.

 

Black Shark 3S Hadir Membawa Layar 120 Hz dan Sedikit Lonjakan Performa

Baru beberapa bulan setelah Black Shark 3 tersedia secara resmi di Indonesia, di Tiongkok sekarang sudah ada Black Shark 3S yang membawa sejumlah peningkatan. Namun kalau Anda mengira peningkatannya berupa upgrade chipset dari Snapdragon 865 ke 865+ seperti milik Asus ROG Phone 3 maupun Lenovo Legion Phone Duel, Anda salah besar.

Entah kenapa alasannya, Black Shark 3S tetap menggunakan Snapdragon 865 biasa. Meski demikian, konsumen tetap akan menjumpai peningkatan performa berkat pembaruan di sektor RAM dan storage, sebab Black Shark 3S hadir membawa RAM LPDDR5 pada seluruh varian, tidak ketinggalan pula storage UFS 3.1.

Namun perubahan terbesarnya bisa kita temukan di layarnya. Panelnya tetap AMOLED dengan bentang diagonal 6,67 inci dan resolusi 1080p+, akan tetapi refresh rate-nya kini tercatat di angka 120 Hz. Memang belum 144 Hz seperti sejumlah kompetitornya, tapi setidaknya bukan lagi 90 Hz, yang sebenarnya sudah bisa kita dapatkan bahkan dari smartphone berharga 3 jutaan rupiah.

Touch sampling rate layarnya tidak berubah dan masih 270 Hz. Tingkat kecerahan maksimumnya berada di angka 500 nit. Lalu perihal akurasi warna, layarnya punya coverage 105% color gamut DCI-P3.

Perubahan lain yang tak kalah menarik datang dari segi software. Sistem operasi JOYUI 12 yang menenagai Black Shark 3S dilengkapi dengan fitur screen mirroring. Jadi dengan menyambungkan smartphone ke PC via kabel USB-C, pengguna dapat memainkan game dengan keyboard dan mouse. Prosesnya dipastikan mulus, karena fitur ini mendukung frame rate 60 fps dan latency 40 milidetik.

Selebihnya, Black Shark 3S identik dengan Black Shark 3. Tiga kamera belakangnya tidak berubah sedikit pun – kamera utama 64 megapixel, kamera ultra-wide 13 megapixel, dan depth sensor 5 megapixel – demikian pula kamera depan 20 megapixel-nya. Kapasitas baterainya juga sama persis: 4.729 mAh, dengan dukungan fast charging 65 W yang mampu mengisi penuh dalam waktu 38 menit saja.

Lalu di mana Black Shark 3S Pro? Entahlah, namun yang pasti Black Shark 3S sekarang sudah dipasarkan di Tiongkok dengan rincian RAM dan storage sebagai berikut:

  • 12 GB + 128 GB = 4.000 yuan (± Rp 8,4 juta)
  • 12 GB + 256 GB = 4.300 yuan (± Rp 9,1 juta)
  • 12 GB + 512 GB = 4.800 yuan (± Rp 10,1 juta)

Sumber: GSM Arena.

Akankah Trigger Ultrasonik Menjadi Tren Baru di Ranah Smartphone Gaming?

Lenovo meluncurkan smartphone gaming perdananya pada tanggal 23 Juli kemarin, kebetulan sama persis dengan hari diluncurkannya Asus ROG Phone 3. Namun ternyata kesamaan kedua ponsel tersebut lebih dari sebatas jadwal pengumumannya saja.

Keduanya sama-sama ditenagai chipset Snapdragon 865+, sama-sama mengemas RAM 16 GB pada salah satu variannya, sama-sama mengusung layar 144 Hz, dan sama-sama dilengkapi kamera utama 64 megapixel. Terkait fitur yang spesifik untuk kebutuhan gaming, keduanya juga dibekali dengan sepasang tombol trigger ultrasonik di sisi kanannya.

Asus menamainya AirTrigger, sedangkan Lenovo menjulukinya Y Trigger. Meski namanya berbeda, teknologi yang digunakan sebenarnya sama-sama datang dari sebuah startup bernama Sentons. Sentons menamai teknologi ini dengan istilah Software-Defined Surfaces (SDS), dan mereka tidak berhenti mematangkannya semenjak teknologi tersebut pertama dipakai di ROG Phone generasi pertama.

Prinsip kerja teknologi SDS sebenarnya cukup simpel. Berbekal sensor ultrasonik dan chip khusus, beragam jenis permukaan pada perangkat dapat diubah menjadi kontrol sentuh, tidak peduli bahan permukaannya terbuat dari apa. Pada Legion Phone Duel dan ROG Phone 3, teknologi SDS yang dijadikan basis adalah generasi terbaru yang Sentons juluki SDS GamingBar.

Lenovo Legion Phone Duel / Lenovo
Lenovo Legion Phone Duel / Lenovo

Berbicara kepada VentureBeat, CEO Sentons, Jess Lee, mengklaim GamingBar sebagai versi yang lebih matang dan yang memiliki kinerja lebih baik daripada versi sebelumnya. Juga menjadi kelebihan utamanya adalah perihal kustomisasi; fungsi tombol trigger virtual ini dapat diprogram sesuai kebutuhan, jadi satu tap singkat dengan satu tap yang ditekan agak keras bisa diterjemahkan menjadi input yang berbeda.

Mengusap ke kiri atau kanan juga demikian, semuanya dapat disesuaikan dengan skenario penggunaan yang berbeda. Kustomisasi trigger virtual ini sebenarnya sudah ada di ROG Phone 2 tahun lalu dan terbukti memicu respon positif dari konsumen. Maka dari itu wajar apabila Lenovo kini memutuskan untuk mengimplementasikan fitur yang sama dengan bekerja sama dengan Sentons.

Dibandingkan tombol kapasitif biasa yang terdapat di smartphone gaming lain, tombol ultrasonik seperti ini jelas punya banyak kelebihan. Yang paling utama tentu saja adalah, keberadaannya sama sekali tidak berpengaruh terhadap estetika maupun ergonomi perangkat. Berhubung tidak ada tonjolan maupun ceruk pada salah satu sisi perangkat, konsumen semestinya dapat menggenggamnya secara lebih nyaman.

Apakah trigger ultrasonik ini ke depannya bakal menjadi standar di segmen smartphone gaming? Bisa jadi begitu. Asus sudah memulai trennya sejak dua tahun lalu, dan sekarang Lenovo pun ikut menyusul. Bukan tidak mungkin apabila ke depannya produsen smartphone gaming lain juga ikut mengadopsi teknologi Sentons ketimbang memakai panel kapasitif.

Sumber: VentureBeat.

Lenovo Luncurkan Smartphone Gaming Perdananya, Legion Phone Duel

Tren smartphone gaming belum menunjukkan tanda-tanda bakal meredup dalam waktu dekat. Malahan, sekarang Lenovo juga ikut-ikutan. Mereka baru saja mengungkap smartphone gaming pertamanya: Legion Phone Duel.

Sebagai sebuah smartphone gaming, layar dengan refresh rate di atas rata-rata tentu merupakan suatu keharusan. Berhubung 120 Hz sudah cukup menjamur di ranah ponsel flagship, pilihan Lenovo pun jatuh pada 144 Hz, sama seperti Nubia Red Magic 5G belum lama ini. Touch sampling rate 240 Hz turut melengkapi spesifikasi panel AMOLED 6,65 inci beresolusi 1080p tersebut.

Seperti yang bisa kita lihat, layarnya tidak dinodai notch atau lubang kamera sedikit pun. Lenovo memilih untuk mengadopsi kamera pop-up, dan ketimbang menanamkannya di sisi atas perangkat, Lenovo justru menyematkannya ke samping. Tujuannya? Supaya pengguna bisa merekam atau menyiarkan sesi gaming-nya dalam orientasi landscape secara maksimal.

Kamera depannya sendiri dibekali sensor 20 megapixel dan mampu merekam video dengan resolusi maksimum 4K 30 fps, atau 1080p jika dipakai untuk live streaming. Lenovo juga tidak lupa untuk membekalinya dengan empat mikrofon noise cancelling supaya suara sang streamer bisa tertangkap dengan jelas.

Gaming sekaligus streaming tentu menuntut kinerja yang gegas, dan di sini Legion Phone Duel telah ditenagai oleh chipset paling premium saat ini, yaitu Qualcomm Snapdragon 865+ yang baru diumumkan belum lama ini. Kapasitas RAM yang ditawarkan ada dua, yakni 12 GB dan 16 GB, semuanya tipe LPDDR5. Pada varian termahalnya, Lenovo telah membenamkan storage UFS 3.1 berkapasitas 512 GB.

Guna mencegah perangkat menghasilkan panas yang berlebih selagi dipakai untuk bermain sekaligus streaming, tentu saja Lenovo sudah mengimplementasikan sistem liquid cooling. Namun upaya mereka tidak berhenti sampai di situ saja; baterai Legion Phone Duel rupanya sudah dibagi menjadi dua, masing-masing dengan kapasitas 2.500 mAh (total 5.000 mAh), demi mencegah overheating.

Juga unik adalah fakta bahwa ponsel ini mengemas dua port USB-C sekaligus – satu di bawah seperti biasa, dan satu di samping kiri supaya kabel yang menancap tidak mengganggu saat perangkat dipakai bermain dalam posisi horizontal – dan dua-duanya bisa dipakai untuk charging secara simultan.

Lenovo bilang Legion Phone Duel mendukung charging dengan output maksimum 90 W. Pengisian dari 0 – 50% cuma membutuhkan waktu sekitar 10 menit, sedangkan 30 menit charging sudah cukup untuk mengisi baterainya hingga penuh.

Mengingat ini merupakan smartphone gaming, jangan heran kalau kamera belakangnya cuma dua. Meski Lenovo terkesan menyepelekan perkara ini, setidaknya mereka masih menanamkan kamera utama 64 megapixel dan kamera ultra-wide 16 megapixel. Kameranya pun tidak punya tonjolan yang berlebihan, sebab memang perangkat ini cukup tebal di angka 9,9 mm, dan bobotnya pun lumayan berat di angka 239 gram.

Melengkapi itu semua adalah fitur-fitur spesifik untuk gaming macam sepasang tombol trigger ultrasonik, speaker stereo dengan dukungan software Dirac Audio untuk menyajikan efek audio 3D yang maksimal, serta tentu saja lampu RGB programmable di sisi belakangnya.

Juga menarik adalah fitur untuk melihat sekaligus merekam replay sesi gaming beberapa detik sebelumnya dengan mengusap salah satu tombol trigger-nya. Saya tidak tahu cara kerja persisnya bagaimana, tapi yang pasti fitur ini sangat berguna seandainya pengguna kelupaan merekam manuver kerennya dalam game.

Rencananya, Lenovo Legion Phone Duel akan segera dipasarkan di Tiongkok dan di beberapa negara lain, termasuk sejumlah negara di kawasan Asia Pasifik. Di Tiongkok, ponsel ini dinamai Lenovo Legion Phone Pro dan dibanderol 4.199 yuan (± Rp 8,8 juta) untuk varian 12GB/256GB, atau 5.999 yuan (± Rp 12,5 juta) untuk varian tertinggi 16GB/512GB.

Sumber: Lenovo via Android Central.

Smartphone Gaming Nubia Red Magic 5G Unggulkan Layar 144 Hz dan Kipas Pendingin ala Laptop

Tidak semua orang suka dengan smartphone gaming. Sebagian menilai desainnya terlalu norak, sebagian lainnya merasa fitur-fiturnya terlalu gimmicky. Kategori ini memang tergolong niche, tapi di saat yang sama smartphone gaming juga berjasa memperkenalkan satu fitur premium ke ranah mainstream, yaitu layar dengan refresh rate di atas standar.

Ponsel pertama yang menawarkan refresh rate 120 Hz adalah Razer Phone di tahun 2017. Refresh rate tinggi pada awalnya cuma bisa dicapai dengan panel LCD, tapi seperti yang kita tahu sekarang, panel OLED pun juga bisa menawarkan refresh rate 120 Hz, macam yang terdapat pada Samsung Galaxy S20 atau OPPO Find X2.

120 Hz juga bukan batas maksimum. Hal ini sudah dibuktikan oleh ZTE, yang belum lama ini meluncurkan Nubia Red Magic 5G. Smartphone gaming tersebut mengemas panel OLED 6,65 inci beresolusi 1080p dengan refresh rate 144 Hz. Seberapa signifikan bedanya dibanding 120 Hz belum ada yang tahu, tapi setidaknya ZTE punya momen untuk menyombongkan diri.

Nubia Red Magic 5G

Sebagai smartphone gaming, Red Magic 5G sudah pasti mengusung spesifikasi yang bombastis: Snapdragon 865, pilihan RAM 8 GB, 12 GB, atau 16 GB (LPDDR5), serta storage internal 128 GB atau 256 GB (UFS 3.0). Performanya jelas tidak perlu diragukan, tapi lalu apa yang membuatnya berbeda dari smartphone flagship non-gaming?

Jawabannya adalah kipas pendingin. Ya, layaknya sebuah laptop, ponsel ini dilengkapi dengan sebuah kipas yang bertugas mendinginkan prosesor. Kipasnya menyedot angin segar dari sebuah ventilasi yang terletak di sisi kiri perangkat, lalu angin panasnya dibuang ke luar melalui ventilasi di sisi kanan, persis di atas tombol power dan volume.

Selain ventilasi, samping kanannya juga dihuni oleh sepasang tombol kapasitif di ujung atas dan bawah. Solusinya memang belum seekstrem Black Shark 3 Pro yang mengandalkan tombol fisik, tapi setidaknya tetap ada tombol ekstra untuk menemani sesi gaming pengguna. Di samping kiri, ada konektor untuk aksesori di bawah ventilasinya.

Nubia Red Magic 5G

Red Magic 5G dibekali baterai berkapasitas 4.500 mAh. Memang bukan yang paling besar, tapi setidaknya baterai ini bisa diisi ulang dengan sangat cepat. Menggunakan charger bawaannya, Red Magic 5G hanya memerlukan waktu sekitar 40 menit agar baterainya bisa terisi penuh. 15 menit charging pun cukup untuk mengisi 56% dari total dayanya.

Di sektor kamera, Red Magic mengandalkan kamera utama 64 megapixel (Sony IMX686) f/1.8, ultra-wide 8 megapixel, dan macro 2 megapixel. Kamera selfie-nya sendiri punya resolusi 8 megapixel. Jujur saya suka dengan desain ponsel ini, terutama karena bezel atas dan bawahnya yang simetris.

Nubia Red Magic 5G

Sepertinya ada tren tersendiri terkait desain smartphone gaming. Baik Red Magic 5G dan Black Shark 3 Pro sama-sama mempunyai wajah yang simetris, tanpa notch, hole-punch, apalagi kamera depan model pop-up. Apakah notch atau lubang kamera selama ini cukup mengganggu jalannya permainan?

Mungkin tidak di semua game, tapi saya yakin ada beberapa yang bagian UI-nya tertutupi oleh notch atau lubang kamera. Mempertahankan bezel bisa dianggap sebagai jalur aman yang ditempuh produsen smartphone gaming. Dan selama bezel-nya setipis ini, saya sebagai konsumen tidak akan keberatan.

Nubia Red Magic 5G

Masih seputar desain, corak belakang smartphone ini sebenarnya tidak kelewat norak. Aura gaming-nya masih cukup terasa, terutama pada varian yang punggungnya memiliki dua warna (biru dan merah), mirip seperti Nintendo Switch dan sepasang controller-nya.

Nubia Red Magic 5G kabarnya bakal dipasarkan secara global mulai bulan April ini. Di Tiongkok, banderol harganya berada di kisaran 3.799 yuan (± Rp 8,7 juta) sampai 4.999 yuan (± Rp 11,5 juta).

Sumber: Ars Technica.

Black Shark 3 dan Black Shark 3 Pro Diungkap, Kini dengan Layar 90 Hz

Salah satu kelemahan utama seri Black Shark 2 adalah layarnya yang cuma memiliki refresh rate 60 Hz. Perbedaannya semakin kentara jika dibandingkan dengan smartphone gaming lainnya, macam ROG Phone 2 atau Razer Phone 2, yang keduanya sama-sama mengunggulkan refresh rate 120 Hz.

Kekurangan tersebut akhirnya sudah dibenahi oleh Black Shark 3 dan Black Shark 3 Pro. Keduanya sama-sama mengandalkan layar dengan refresh rate 90 Hz, dan touch sampling rate-nya pun kian naik dari 240 Hz menjadi 270 Hz, dengan touch latency yang lebih rendah lagi di angka 24 milidetik (sebelumnya 34,7 milidetik dan sudah tergolong sangat rendah).

Black Shark 3 Pro
Black Shark 3 Pro / Black Shark

Panel layarnya sama-sama AMOLED, tapi ukuran dan resolusinya berbeda: 6,67 inci 2400 x 1080 pixel pada Black Shark 3, dan 7,1 inci 3120 x 1440 pixel pada Black Shark 3 Pro. Urusan performa, kedua model sama-sama ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 865 dan RAM berkapasitas 8 atau 12 GB. Soal storage internal, Black Shark 3 menawarkan pilihan kapasitas 128 atau 256 GB, sedangkan Black Shark 3 Pro cuma 256 GB saja.

Selain lebih kencang dari pendahulunya, seri Black Shark 3 tentu juga menghadirkan sistem liquid cooling yang lebih bagus lagi. Terkait baterai, Black Shark 3 dibekali kapasitas 4.720 mAh, sedangkan Black Shark 3 Pro sebesar 5.000 mAh. Kedua model sama-sama mendukung fast charging 65 W via sambungan USB-C, yang diklaim mampu mengisi baterai hingga penuh dalam waktu 38 menit saja.

Black Shark 3 Pro
Pada Black Shark 3 Pro, shoulder button-nya berupa tombol fisik yang akan menyembul ketika diperlukan / Black Shark

Spesifikasi kelas sultan saja sebenarnya tidak cukup untuk kategori smartphone gaming, sebab ini bisa disaingi oleh smartphone flagship. Yang unik dari seri Black Shark 3 adalah kehadiran sepasang shoulder button di ujung kiri dan kanan atas perangkat (dalam posisi landscape tentunya), dimaksudkan sebagai input tambahan di samping empat zona pressure-sensitive pada layar.

Di Black Shark 3, shoulder button ini hanya berupa panel kapasitif. Namun di Black Shark 3 Pro, tombolnya benar-benar merupakan sepasang tombol fisik yang akan menyembul setinggi 1,5 mm ketika dibutuhkan. Kedua tombol tersebut diklaim tahan hingga lebih dari satu juta klik, dan mekanisme keluar-masuk tombolnya sendiri diyakini dapat berlangsung mulus sampai lebih dari 300 ribu kali.

Black Shark 3 memiliki layar yang lebih kecil serta shoulder button yang cuma kapasitif / Black Shark
Black Shark 3 memiliki layar yang lebih kecil serta shoulder button yang cuma berupa panel sentuh kapasitif / Black Shark

Beralih ke kamera, duo Black Shark 3 ini sama-sama mengemas tiga kamera belakang – 64 megapixel, 13 megapixel ultra-wide, 5 megapixel depth sensor – serta kamera selfie 20 megapixel. Kalau melihat bagian punggungnya, tampak bahwa perangkat ini masih mempertahankan struktur antena berbentuk huruf “X” yang diyakini bisa membantu menstabilkan koneksi.

Di Tiongkok, kedua ponsel ini akan segera dipasarkan dengan rincian harga sebagai berikut:

  • Black Shark 3 (8 GB/128 GB) 3.499 yuan (± Rp 7,1 juta)
  • Black Shark 3 (12 GB/128 GB) 3.799 yuan (± Rp 7,7 juta)
  • Black Shark 3 (12 GB/256 GB) 3.999 yuan (± Rp 8,1 juta)
  • Black Shark 3 Pro (8 GB/256 GB) 4.699 yuan (± Rp 9,5 juta)
  • Black Shark 3 Pro (12 GB/256 GB) 4.999 yuan (± Rp 10,1 juta)

Sumber: 1, 2, 3.

ASUS Minta Masukan Gamer Profesional Indonesia untuk ROG Phone II

Sesuai dengan janjinya, ASUS resmi meluncurkan ROG Phone II pada hari ini, Kamis, 5 Desember 2019. Saat memamerkan gaming smartphone terbarunya, ASUS juga mengundang tiga tim esports profesional ke atas panggung, yaitu Aerowolf, RRQ, dan ONIC. Deputy Marketing Manager, Davina Larissa menjelaskan, tiga tim esports ini adalah “bagian dari kerajaan gamer kami.” Dia mengatakan, tiga tim esports ini tidak hanya berfungsi layaknya influencer untuk ASUS, mereka juga memberikan saran dan masukan terkait produk gaming ASUS, seperti ROG Phone II.

“Kami membuat gaming smartphone, kami perlu mendapatkan feedback. Bagian apa yang bisa kami tingkatkan,” kata Willy Chen, Country Product Manager, ASUS Indonesia. Dengan percaya diri, dia berkata bahwa ROG Phone II sudah sangat baik, tapi ASUS percaya, masih ada hal yang masih bisa mereka perbaiki. Mencari masukan dari para gamer tampaknya memang strategi ASUS secara global. Belum lama ini, ROG Phone mengumumkan bahwa mereka akan menjadi sponsor dari tim Player Unknown’s Battleground Mobile asal India, Entity Gaming. Ketika itu, mereka juga mengatakan bahwa mereka ingin mendapatkan saran dan komentar para pemain profesional dalam pengembangan gaming smartphone.

Ketika ditanya apakah ASUS berencana untuk menjadi sponsor dari tim esports seperti yang mereka lakukan di India, Willy berkata, “Kalau kami punya kesempatan untuk itu, tentu saja. Namun, sampai saat ini, kami belum menemukan rekan yang cocok.” Meskipun begitu, ASUS telah pernah menjadi sponsor dari turnamen esports di Indonesia, seperti PUBG Campus Championship (PMCC). Sebagai sponsor, ASUS menyediakan ROG Phone II untuk digunakan oleh para pemain yang bertanding di babak final. Tak hanya itu, tim yang memenangkan turnamen tersebut juga berhak untuk mendapatkan ROG Phone II.

ASUS ROG Phone II | Sumber: Dokumentasi Hybrid/Ellavie I.A.
ASUS ROG Phone II | Sumber: Dokumentasi Hybrid/Ellavie I.A.

Willy mengatakan bahwa ASUS menyadari, mobile gaming kini tengah populer, khususnya di kalangan generasi Z. Inilah salah satu alasan mengapa ASUS memutuskan untuk menjadi sponsor dari PMCC. Mereka ingin mendekatkan diri dengan gamer yang masih duduk di bangku perkuliahan. “Kami ingin mengetahui apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka inginkan dari gaming smartphone,” ujarnya. Ke depan, dia mengatakan bahwa ASUS berencana untuk mengadakan acara esports sendiri. Sayangnya, dia tidak memberikan informasi lebih lanjut, seperti bentuk dan waktu dari acara tersebut diadakan.

Menguasai pangsa pasar lebih dari 50 persen, ASUS mendominasi pasar gaming laptop di Indonesia. Dengan ROG Phone II, mereka juga berencana untuk menguasai pasar gaming smartphone di Tanah Air. Tahun lalu, perusahaan Taiwan ini telah meluncurkan ROG Phone. Sayangnya, ASUS mengalami kendala dengan stok untuk gaming smartphone tersebut. Belajar dari kesalahan, ASUS kini memastikan bahwa stok ROG Phone II cukup memadai sebelum meluncurkannya di Indonesia.