Tag Archives: gandengtangan

Peluang P2P Lending di Indonesia

Pelaku Industri P2P Lending Bicara Peluang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2023

Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia tengah melambat. Resesi yang terjadi di global diprediksi bakal menghampiri Indonesia pada tahun depan. Apa artinya situasi ini bagi industri P2P lending dan dampaknya bagi pelaku usaha di Tanah Air?

Sesi #SelasaStartup kali ini mengulas cukup dalam mengenai keyakinan pelaku industri P2P lending dan perannya terhadap pertumbuhan ekonomi. Simak selengkapnya, rangkuman dari sudut pandang Yolanda Sunaryo sebagai Wakil Ketua Klaster Multiguna Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) sekaligus CEO RupiahCepat dan Betania Jezamin selaku CEO GandengTangan.

Peluang pertumbuhan

AFPI mengaku optimistis Indonesia dapat keluar dari masa resesi pada tahun depan. Menurut Yolanda, mungkin yang akan terjadi di Indonesia bukan resesi, melainkan kontraksi. Apa yang terjadi saat ini sebetulnya sudah pernah dirasakan ketika pandemi awal terjadi di 2020. Saat itu, TKB90 sejumlah P2P naik, karena borrower mengalami kesulitan keuangan.

Namun, situasi saat ini maupun ke depan dapat menjadi momentum bagi pemberi pinjaman atau lender untuk menyalurkan pinjaman. Platform P2P lending memfasilitasi penyaluran pinjaman dengan return hingga 21%. Imbal hasil ini tidak mungkin diberikan oleh lembaga keuangan konvensional. Tinggal bagaimana lender harus selektif dalam memilih sektor sesuai risiko yang dipahami.

Dari sisi peminjam atau borrower, banyak dari mereka sebetulnya belum terlayani lembaga keuangan. P2P dapat menjadi opsi alternatif apabila pengajuan mereka tidak diproses oleh lembaga keuangan, baik untuk kebutuhan mendesak atau modal usaha.

“Kami memprediksi penyaluran pinjaman di 2023 dapat naik hingga 25%. Pandemi tidak menyurutkan masyarakat untuk mencari berbagai peluang yang ada. Demikian juga peluang UMKM semakin tinggi. Kami optimistis pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 5%,” paparnya.

Sementara, Betania (Jezzy) Jezamin menilai faktor perang Ukraina-Rusia memang berdampak besar ke sejumlah negara di dunia, tetapi tidak terlalu signifikan bagi Indonesia. Ia membandingkan resesi global yang terjadi di 2008 kala itu juga serupa.

Salah satunya dikarenakan Indonesia sedang mempersiapkan Pemilu 2009. Di samping itu, Indonesia tidak terlalu bermain pada instrumen sekuritas atau mortgage. Yang menarik, tuturnya, tahun politik akan dimulai di 2023. Mesin-mesin penggerak milik partai politik akan mulai bergerilya.

Jezzi menyebut setiap interaksi politik tersebut akan membutuhkan dukungan logistik. Dengan kata lain, situasi tersebut berpotensi menjadi stimulus ekonomi tidak langsung. Ia meyakini peluang pertumbuhan ekonomi masih besar di tahun depan. “Saya melihat [situasi] di 2023 akan sama seperti 2008 di mana Indonesia tidak terlalu terdampak,” katanya.

Langkah mitigasi

Yolanda menyebutkan sejumlah poin penting terkait upaya mitigasi dalam menekan potensi risiko kredit macet tahun depan. AFPI yang memayungi para pelaku industri terus memantau aktivitas penyaluran pinjaman.

Salah satunya memanfaatkan Fintech Data Center (FDC) atau pusat data nasabah untuk mencegah penyaluran pinjaman secara berlebih. “Apabila ada calon peminjam yang mengajukan lebih dari dua atau tiga, itu akan memengaruhi credit rating,” ucapnya.

Dari aspek bisnis, Yolanda menyarankan pelaku P2P agar lebih selektif dalam memfasilitasi penyaluran pinjaman. Misalnya, P2P di segmen produktif fokus pada sektor usaha yang tidak terdampak dari resesi atau tidak terlalu bergantung pada bahan baku impor.

“Dari sisi penyaluran pendanaan, kami tidak terlalu khawatir selama tingkat mitigasi risiko penyaluran sudah aman. Yang utama itu mengamankan risiko yang akan terjadi. Pertumbuhan akan tetap ada, tetapi melambat. Kami juga mendorong masyarakat agar lebih bijak dalam menentukan mana kebutuhan dan keinginan sebelum meminjam,” tambah Yolanda.

Peran P2P dan kolaborasi

Mengutip data AFPI, Yolanda mengungkap bahwa kebutuhan pinjaman/kredit di Indonesia mencapai Rp2.600 triliun. Sementara, lembaga keuangan konvensional, termasuk perbankan, pegadaian, dan pembiayaan, hanya mampu menyalurkan sekitar Rp1.000 triliun. Artinya, masih ada gap 650 triliun.

Maka itu, ia menilai kehadiran P2P lending punya peran besar dalam membantu memperkecil gap tersebut. “Banyak masyarakat yang pengajuan pinjamannya tidak dapat diproses oleh lembaga keuangan karena mereka tidak memenuhi persyaratan, seperti memiliki rekening bank. Demikian juga dengan hampir 50 juta UMKM yang tidak punya akses ke pinjaman,” ujar Yolanda.

Di sisi lain, Jezzi menyebut bahwa P2P sebagai bagian dari sektor keuangan masih terbilang muda di Indonesia. Sektor ini baru mengalami pertumbuhan di 2016. Namun, P2P telah mengalami ‘ujian’ pertamanya di 2020 ketika pandemi terjadi. Apa yang akan terjadi di tahun ini akan menjadi semacam ujian kedua.

Dari sudut pandang perusahaan, pemain P2P harus berhati-hati mengambil langkah agar dapat bertahan di tengah gejolak ekonomi. Namun di sisi lain, pemain P2P memiliki moral obligation untuk ambil peran dalam pemulihan ekonomi Indonesia.

“Kunci utama adalah kolaborasi dengan pemangku kepentingan terkait. Pemulihan ekonomi tidak bisa dilakukan sendiri. Bagi GandengTangan, kami fokus bikin Open API sehingga memudahkan siapa pun bermitra dengan kami, bisa langsung terintegrasi dengan cepat dan transparan,” tambahnya.

Sebagaimana mandat OJK menuntut sektor P2P menjadi pelaku industri keuangan yang sehat, Jezzi juga menyebut pentingnya untuk menjadi self-sustaining company. Mentality ini perlu dibangun agar startup dapat fokus menghasilkan pendapatan, dan tak melulu bergantung pada modal investor.

“Kecuali, ada rencana pengembangan inovasi baru, tentu butuh biaya besar. Artinya, fokus menyehatkan perusahaan itu utama karena OJK menuntut pelaku industri menjadi lembaga keuangan yang sehat,” tutupnya.

GandengTangan p2P Lending

Klaim Pertumbuhan Bisnis, GandengTangan Segera Rampungkan Penggalangan Dana Seri A

Platform peer-to-peer lending GandengTangan tahun 2021 lalu berhasil menyalurkan pinjaman hingga Rp40,5 miliar, meningkat 10x lipat dari tahun sebelumnya.

Di tahun yang sama, GandengTangan juga telah mengantongi status berizin dari OJK. Meskipun saat pandemi tahun 2020 lalu mengganggu pertumbuhan GandengTangan, namun 2021 mereka telah mencatatkan rekor angka penyaluran pinjaman sejak awal berdiri.

Perdalam kerja sama dengan bank

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO GandengTangan Jezzie Setiawan mengungkapkan, startupnya telah menambah kerja sama strategis dengan berbagai pihak. Salah satunya adalah dengan Bank Sulselbar. Kerja sama tersebut akan dilanjutkan ke tahap integrasi yang lebih mendalam; awal tahun ini platform GandengTangan akan digunakan di 32 cabang Bank Sulselbar.

“Kami telah melakukan sosialisasi untuk roll out di 32 cabang Bank Sulselbar. Harapannya dengan kerja sama strategis ini bisa memberikan kesempatan kepada UMKM untuk mendapatkan pinjaman dari bank,” kata Jezzie.

Meskipun cukup sulit proses yang harus dilalui oleh platform fintech seperti GandengTangan untuk bisa menjalin kerja sama strategis dengan bank daerah, namun peluang tersebut dinilai bisa menyasar pelaku UMKM secara langsung. Karena masih besarnya risiko bank untuk memberikan pinjaman kepada usaha mikro, menjadikan kolaborasi dengan platform fintech sangat relevan. GandengTangan juga telah berkolaborasi dengan BRI. Saat ini bersama BRI juga telah dilakukan piloting di Tasikmalaya.

GandengTangan telah memiliki 10 lender institusi termasuk bank dan perusahaan modal ventura; dan 20 ribu lender dari kalangan individu. Untuk lender individu berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Sementara untuk lender institusi, kebanyakan masih di pulau Jawa dan Sulawesi Barat. GandengTangan juga saat ini telah memiliki kategori borrower dari pelaku UMKM kelas mikro hingga menegah.

“Untuk borrower tercatat saat ini sudah sekitar 25 ribu dan sudah di seluruh Indonesia. Kami berhasil menjaga NPL 3% dan TKB90 sekitar 97%,” jata Jezzie.

Komitmen menjadi platform yang aman dan terproteksi diwujudkan GandengTangan dengan memperkuat sistem manajemen risiko. Langkah yang dilakukan adalah penggunaan berbagai macam metode pengamanan pembayaran dan menerapkan model credit scoring yang lebih komprehensif.

Inovasi baru dan penggalangan dana

Secara khusus saat ini GandengTangan memiliki 3 produk unggulan. Di antaranya adalah untuk pelaku UMKM mikro yang memanfaatkan koperasi hingga platform digital sebagai mitra mereka, kemudian ada juga invoice financing, dan yang terakhir adalah menyalurkan pinjaman limit Rp250 juta dengan suku bunga 6% per tahun. Layanan ini bisa terwujud berkat dukungan PT Bahana Artha Ventura yang juga merupakan investor dari GandengTangan.

Sementara untuk skema invoice financing, UMKM dapat menjadikan invoice belum terbayar sebagai jaminan untuk mendapat pendanaan dengan limit Rp2 miliar. Usaha perorangan pun dapat mengajukan pendanaan dengan limit Rp25 juta melalui GandengTangan berkat kemitraan dengan koperasi dan lembaga keuangan mikro (LKM).

“Tahun ini kami fokus untuk mengembangkan sederet inovasi pendanaan agar memudahkan UMKM jalankan usahanya. Beberapa inovasi tersebut sudah kami mulai di awal tahun ini,” ucap Jezzie.

Rencana lain yang ingin dilancarkan adalah melakukan penggalangan dana untuk tahap seri A. Masih dalam proses finalisasi, GandengTangan menargetkan sudah bisa mengantongi dana segar tersebut di kuartal dua tahun ini. Nantinya pendanaan tersebut akan digunakan oleh GandengTangan untuk memperluas kolaborasi dengan mengembangkan teknologi API, agar bisa disematkan di berbagai platform.

Saat ini GandengTangan telah memiliki aplikasi khusus untuk lender. Sementara untuk borrower disediakan pilihan untuk akses melalui situs web atau melalui mitra koperasi hingga platform digital yang menjalin kerja sama strategis dengan GandengTangan.

“Jika 2021 adalah tahun bangkitnya UMKM, di tahun ini kami berharap UMKM bisa semakin berkembang. GandengTangan akan selalu siap mendampinginya mencapai kesuksesan,” tutup Jezzie.

Sepanjang tahun 2021 (hingga November), menurut statistik yang dihimpun OJK, platform fintech lending telah menyalurkan sekitar Rp77,5 triliun dananya ke sektor produktif di berbagai bidang. Layanan fintech lending memang diharapkan menjadi alternatif pembiayaan modal di tengah pertumbuhan pesat sektor UMKM di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
GandengTangan, startup fintech crowdlending, merilis aplikasi untuk pengguna Android dalam rangka merayakan hari jadinya yang keempat.

Startup Crowdlending GandengTangan Rilis Aplikasi, Bidik Penyaluran 130 Miliar Rupiah

GandengTangan, startup fintech crowdlending, merilis aplikasi untuk pengguna Android dalam rangka merayakan hari jadinya yang ke-4. Peluncuran ini diharapkan dapat menggenjot kinerja GandengTangan, ditargetkan penyaluran tembus ke angka Rp130 miliar dari tahun lalu Rp8 miliar.

Perlu diketahui, crowdlending ini agak sedikit berbeda dengan p2p lending dan crowdfunding. Crowdlending adalah pengumpulan dana pinjaman, sementara crowdfunding juga pengumpulan dana tapi untuk donasi.

Dibandingkan p2p lending, perbedaannya ada di jumlah pendananya. Kalau di p2p lending bisa patungan atau seorang saja, sementara crowdlending selalu berbentuk patungan.

“Setelah 4 tahun mengandalkan situs serta mendengar banyak masukan dari pengguna, kami membuat aplikasi untuk memfasilitasi keinginan para pengguna. Kami ingin menawarkan kemudahan dalam berinvestasi sekaligus menciptakan dampak sosial bagi para pelaku usaha mikro,” terang CEO GandengTangan Jezzie Setiawan kepada DailySocial.

Aplikasi ini akan terus diperkuat dengan fitur-fitur yang siap dikembangkan perusahaan. Salah satunya adalah auto-lending untuk memudahkan pendana berinvestasi secara otomatis, dan laporan pendapatan untuk memudahkan pendana melaporkan pajak. Tak hanya itu, perusahaan juga mempersiapkan aplikasi untuk mitra lapangan GT-Trust dan para peminjam yang berasal dari usaha mikro.

Jezzie menjelaskan aplikasi ini akan jadi salah satu faktor pendukung yang siap menggenjot target penyaluran sebesar Rp130 miliar. Strategi lainnya adalah berkolaborasi dengan mitra strategis, seperti distributor tradisional, koperasi, lembaga keuangan mikro konvensional, dan kerja sama dengan bank daerah.

Kinerja GandengTangan

Secara akumulatif, perusahaan telah menyalurkan lebih dari Rp8 miliar sejak pertama kali hadir di 2016. Bila dijabarkan lebih dalam, untuk tahun lalu saja, total penyalurannya sebesar Rp5 miliar. Angka itu naik 10 kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Pendana di perusahaan tembus diangka 13 ribu orang dengan lokasi mayoritas ada di Jakarta dan tersebar di 12 provinsi.

Untuk jumlah usaha yang telah dibiayai ada 1.859 usaha, jenis usahanya beragam dari warung sembako, transporter kaki lima, pedagang makanan, petani, dan pedagang pakaian. Jezzie menyebut pihaknya akan perlebar jangkauan sampai ke luar Jawa supaya penyebaran dampak bagi usaha mikro dapat lebih merata ke seluruh Indonesia.

Dalam mencari dan menyaring peminjam, GandengTangan merekrut mitra lapangan yang disebut GT-Trust. Mereka juga bertugas untuk memberikan pendampingan setiap bulan kepada peminjam dalam urusan pembukuan, juga menjadi “teman curhat” bagi pengusaha mikro.

Persyaratannya, usaha harus tergolong kategori mikro, pinjaman untuk usaha (produktif), usaha telah berjalan selama enam bulan, memiliki rekening bank, dan bersedia mengikuti proses pendampingan dengan GT-Trust. Nominal pembiayaan yang bisa diajukan maksimal Rp10 juta, tenor maksimal 24 minggu (6 bulan), dan bunga mulai dari 2%-2,5% per bulan.

Sementara untuk jadi pendana, minimal dana yang dapat disalurkan mulai dari Rp50 ribu dan tidak ada batasan maksimalnya. Imbal hasil yang bisa diterima pendana sekitar 12% per tahun.

Perusahaan telah resmi terdaftar dan diawasi OJK per awal Februari 2019. Jezzie mengatakan saat ini perusahaan sedang dalam proses diskusi untuk penggalangan pendanaan eksternal. Terakhir GandengTangan memperoleh dana hibah dari program akselerator Remake City Jakarta Batch 2 sebesar US$25 ribu.

Application Information Will Show Up Here
Pemanfaatan Crowdfunding

Memanfaatkan Platform Crowdfunding untuk Kegiatan Sosial dan Modal Usaha

Platform crowdfunding saat ini sudah menjadi alternatif komunitas, individu dan masyarakat untuk menggalang dana secara independen. Mulai dari biaya pendidikan, kesehatan, modal usaha hingga acara sosial. Didukung dengan teknologi, transparansi dan keamanan yang ditawarkan crowdfunding dinilai lebih relevan.

Salah satu layanan crowdfunding yang mencoba untuk meng-cater kebutuhan tersebut adalah IndoGiving, platform crowdfunding yang baru berdiri 5 bulan lalu dan menargetkan pengguna dari kalangan milenial.

“Alasan utama mengapa kami menargetkan kalangan milenial, karena ke depannya mereka yang akan menjadi pemimpin di Indonesia. Selain itu kita juga ingin membiasakan kalangan milenial untuk ‘berbagi’ menjadi bagian dari gaya hidup,” kata CMO IndoGiving Jessica Sugandi dalam sesi #Selasastartup DailySocial.

Di Indonesia saat ini sudah banyak platform crowdfunding yang dapat digunakan oleh masyarakat. Mulai dari Kitabisa, Gandengtangan, Indiegogo, Kolase dan masih banyak lagi. Semua memiliki komunitas, organisasi hingga pengguna aktif.

IndoGiving menegaskan perbedaan yang dimiliki dibanding platform lainnya adalah konsep “sinergi” yang lebih dikedepankan dibandingkan kolaborasi.

“Dengan sinergi semua bisa ambil bagian tanpa adanya bagian untuk masing-masing. Di IndoGiving kami mengedepankan transparansi, mulai dari data pemberi hingga payment gateway yang kami gunakan,” kata Jessica.

Menyadari pentingnya menumbuhkan kepercayaan kepada pengguna dan pemberi donasi, IndoGiving juga memastikan mulai dari proses, prosedur hingga pemilihan komunitas, organisasi yang ingin memanfaatkan platform IndoGiving dikurasi dengan baik didukung dengan teknologi.

Dukungan OJK untuk platform crowdfunding

Saat ini bukan hanya keperluan sosial dan edukasi, crowdfunding juga mulai banyak dimanfaatkan oleh pelaku UKM hingga startup untuk mendapatkan tambahan modal.

Melihat peluang tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kemudian memberikan ruang bagi perusahaan kecil dengan modal kurang dari Rp30 miliar untuk melakukan penghimpunan dana dari publik di luar pasar modal. Mekanisme ini dinamakan Layanan Urun Dana melalui penawaran saham berbasis teknologi informasi equity crowdfunding.

OJK telah menerbitkan peraturan terkait crowdfunding melalui penawaran saham berbasis teknologi. Aturan tersebut tertuang dalam POJK Nomor 37/POJK.04/2018 pada 31 Desember 2018.

Lewat aturan ini, OJK menjelaskan sebagai otoritas pengawasan, menerapkan pendekatan pengawasan berbasis market conduct pada kegiatan urun dana. Dengan pendekatan ini OJK mendorong keterbukaan informasi oleh penerbit, terbentuknya penyelenggara yang kredibel, serta terbangunnya sistem TI yang aman dan andal dalam kegiatan urun dana.

Menggapi aturan yang telah dirilis oleh OJK, Bekraf juga menyambut baik keputusan tersebut. Sehingga bisa memunculkan lebih banyak lagi peluang UKM untuk mengembangkan bisnis, memanfaatkan platform crowdfunding.

Melihat Potensi Social Entrepreneurship di Indonesia

Dalam risetnya Asian Venture Philanthropy Network melakukan kajian terhadap tren serta potensi ekonomi sosial di Indonesia, yang mulai didomonasi oleh platform crowdfunding serta sumber dana dari investor. Berikut adalah rangkuman tren social entrepreneurship, kontribusi pengusaha lokal dan maraknya investor lokal hingga asing, yang ingin memberikan kontribusi dalam hal ekonomi sosial di Indonesia.

Bangkitnya tren crowdfunding dan crowdlending

Sejak dua tahun terakhir Indonesia mulai diramaikan dengan crowdfunding platform yang berfungsi untuk menampung dan mengumpulkan dana untuk pengguna yang membutuhkan. Salah satu crowdfunding lokal yang cukup populer di tanah air adalah Kitabisa yang menyasar program sosial dan berinvestasi kepada ekonomi sosial.

Pada akhir tahun 2016 yang lalu Kitabisa mengumumkan telah berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp 61 miliar, naik tujuh kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp 7,2 miliar. Adapun rincian pengelolaan dana tersebut Kitabisa mewadahi 3.227 kampanye dan menghubungkan 192 ribu donatur, dengan rata-rata donasi per orang sebesar Rp 289 ribu.

Penggalangan dana terbesar yang berhasil dihimpun oleh Kitabisa adalah masjid Chiba Jepang dengan nilai mencapai Rp 3,2 miliar. Untuk kampanye populer lainnya, seperti bencana dan kemanusiaan di Garut ketika banjir bandang sebesar Rp 883 juta dan banjir Sumedang Rp 203 juta. Ada juga untuk bantuan medis perjuangan tumor otak di perantauan sebesar Rp 471 juta.

Kemudian terkait isu nasional misalnya donasi untuk dukungan Rio Haryanto sebesar Rp 273 juta, dan kegiatan lain seperti Shelter Garda Satwa Indonesia sebesar Rp 285 juta.

Platform lain yang juga cukup aktif di Indonesia adalah GandengTangan. GandengTangan menawarkan alternatif solusi untuk membantu pelaku usaha dan gerakan-gerakan sosial untuk menggalang dana pinjaman tanpa bunga (crowdlending) melalui situs mereka GandengTangan.org.

Berbeda dengan crowdfunding, konsep crowdlending yang diusung oleh GandengTangan memberikan lebih banyak kesempatan setiap orang yang ingin berperan dan meminjamkan dana mereka, minimal Rp 50 ribu, dengan bunga 0%.

Selain Kitabisa dan Gandengtangan, iGrow juga hadir sebagai platform untuk agrikultur, yang bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan pendanaan untuk pertanian dari investor. iGrow didirikan oleh Muhaimin Iqbal, Andreas Sanjaya, dan Jim Oklahoma untuk menghubungkan sponsor/investor, petani, pemilik lahan, dan pembeli hasil pertanian secara bersamaan. iGrow adalah jebolan program akselerasi 500 Startups Batch 16.

Sebagai platform yang merangkul banyak pihak, iGrow mengedukasi pasar dengan memberikan bukti nyata keuntungan yang bisa dibuat dengan menanam. iGrow juga membentuk komunitas yang memperoleh asupan info-info terbaru soal program yang dilakukan.

Investor lokal dan asing mendukung social enterprise

Sepanjang tahun 2015-2016 sudah banyak investor asing dan lokal yang turut memberikan pendanaan kepada startup social enterprise. Mulai dari pertanian, kesehatan hingga UMKM, para investor tersebut cukup agresif menanamkan modalnya di tanah air. Beberapa social enterprise yang sempat mendapatkan pendanaan tersebut adalah, m-clinica dari investor Unitus Impact serta Amartha dari BEENEXT dan Mandiri Capital.

Keberadaan ekonomi sosial juga saat ini sudah banyak didukung oleh jaringan angel investor seperti ANGIN hingga organisasi internasional seperti Omidyar, Kinara, dan YCAB Ventures yang bisa membantu ekosistem untuk social impact di Indonesia.

Di akhir riset tersebut disebutkan, tantangan selanjutnya yang bakal dihadapi oleh investor dan entrepreneur adalah terkait dengan aturan dari regulator dalam hal ini pemerintah, dan bagaimana para pengusaha, investor bisa bekerja sama dengan pemerintah. Tantangan lain adalah, bagaimana para pengusaha dan investor bisa memperluas jangkauan wilayah layanan bukan hanya di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, namun juga di pelosok kota di Indonesia.

GandengTangan Terima Pendanaan dari Angel Investor

Layanan crowdlending GandengTangan hari dikabarkan menerima pendanaan dari Mariko Asmara yang didukung oleh ANGIN (Angel Investment Network Indonesia) dengan jumlah yang tidak disebutkan. Mariko Asmara Yoshihara sendiri sejauh ini dikenal sebagai salah satu angel investor yang aktif menyuntikkan dana investasi untuk perusahaan rintisan di Indonesia.

Dari manuvernya, GandengTangan mengklaim telah mengumpulkan kurang lebih 700 pemberi pinjaman dan membantu pendanaan 20an bisnis dengan menciptakan dampak sosial bagi lebih dari 3500 orang. Inisiatif tersebut disebutkan untuk membawa visi pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dengan membantu akses keuangan bisnis UMKM.

“Kami sangat senang dengan terjalinnya kolaborasi ini. Dengan Ibu Mariko sebagai bagian dari keluarga GandengTangan kami berharap untuk bisa meningkatkan kualitas layanan GandengTangan serta dampak yang ingin dicapai perusahaan di masa depan,” ungkap Chief Community Officer GandengTangan Darul.

Sejak didirikan tahun 2015 silam GandengTangan mulai fokus mengatasi masalah UMKM, terutama untuk masalah modal. GandengTangan mendorong investor untuk memberikan pinjaman ringan, atau dengan kata lain pinjaman tanpa bunga.

GandengTangan sejauh ini juga telah menjalin kerja sama dengan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) untuk bisa menjangkau lebih banyak pengguna. GandengTangan juga tidak menutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan lembaga keuangan lainnya untuk bersama-sama mengembangkan UMKM di Indonesia.

“Sebagai angel investor dan pengusaha di Indonesia saya melihat hambatan besar bagi startup atau pemain baru untuk meminjam uang untuk ekspansi ke Indonesia dari lembaga keuangan formal. Namun saya melihat begitu banyak dampak dan kontribusi yang bisa mereka lakukan untuk bangsa dan masyarakat. Saya percaya bahwa GandengTangan dapat meningkatkan kinerja UKM di masa depan. Seiring dengan program pemerintah, kita harus mampu meningkatkan persentase pengusaha di Indonesia dari 1% menjadi 5%,” terang Mariko.

Perkembangan lain yang dialami GandengTangan adalah dengan diperkenalkannya program GT-Trust. Sebuah program yang akan menjadi cara GandengTangan untuk mencari dan mendidik UMKM untuk mendapatkan pinjaman yang lebih baik dan mengoptimalkan modal mereka.

“Dengan memperkenalkan peran GT-Trust kami percaya bahwa platform ini tidak hanya menyediakan mereka dengan agen lokal terpercaya yang akan membantu bisnis kecil dan menengah dengan strategi pertumbuhan dan peningkatan mata pencaharian pribadi,” terang CEO GandengTangan Jezzie Setiawan.

Masuk Tahun Kedua GandengTangan Hadirkan GandengTangan 2.0

Menutup bulan Mei 2016, GandengTangan menghadirkan GandengTangan 2.0. Platform digital untuk tempat masyarakat dapat memberikan pinjaman tulus dengan bunga 0% kepada wirausaha sosial dan pengusaha UMKM ini menghadirkan sejumlah fitur baru yang diharapkan dapat memberikan manfaat dengan menggandeng para UMKM untuk dapat mendaftarkan usahanya.

Sejak pertama kali diluncurkan pada 15 Maret tahun lalu GandengTangan sudah berhasil menggalang dana pinjaman lebih dari Rp300 juta yang dikumpulkan dari lebih 600 pemilik dana individu. Dana tersebut telah mendanai 12 usaha sosial yang memberikan manfaat kepada kurang lebih 3.320 orang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Jakarta, Tanggerang hingga Kutai-Kalimantan dan Desa Adonara, NTT.

Dalam peluncuran GandengTangan versi 2.0 yang dilangsungkan Sabtu(28/5) Mei CEO GandengTangan Jezzie Setiawan menjelaskan bahwa transformasi yang dilakukan Gandengtangen ini menitikberatkan pada perluasan manfaat dengan menggandeng UMKM untuk dapat bergabung dengan GandengTangan.

“Fokus kami adalah upaya untuk penuntasan kemiskinan dan UMKM memiliki peran besar dalam penuntasan masalah sosial ini,” terangnya lebih lanjut.

Peluncuran GandengTangan 2.0
Peluncuran GandengTangan 2.0

Di versi 2.0 kali ini GandengTangan menyematkan beberapa fitur baru, seperti, kanal interaksi antara pemilik dana dengan peminjam, riwayat transaksi, dan laporan usaha yang lebih terperinci. Fitur-fitur tersebut dihadirkan dalam rangka untuk membuat semua transaksi pinjaman antara kedua belah pihak menjadi lebih transparan dan para pemberi dana dapat memantau seberapa besar dampak sosial yang mereka dapatkan setelah membantu para pemilik usaha.

Selain itu, GandengTangan versi 2.0 ini juga dilengkapi dengan fitur  “Host Event” dan “Kampanye Versi Kamu” sebagai bentuk perwujudan aksi gotong royong untuk membantu para UMKM dan wirausahawan sosial. Dengan fitur ini, masyarakat bukan hanya menjadi pemberi dana usaha saja, tetapi juga dapat menggalangkan dana pinjaman untuk usaha-usaha yang ada di GandengTangan.

GandengTangan Luncurkan Platform Crowdlending Online

Tim GandengTangan Saat Peluncuran / DailySocial

Fasilitas bantuan finansial yang mendukung ruang gerak usaha kecil memang tidak sedikit. Meskipun demikian peraturan dan kebijakannya sering kali mempersulit para pelaku usaha untuk mendapatkan modal. Memanfaatkan teknologi, GandengTangan menawarkan alternatif solusi untuk membantu pelaku usaha dan gerakan-gerakan sosial untuk menggalang dana pinjaman tanpa bunga (crowdlending) melalui situs mereka GandengTangan.org.

Continue reading GandengTangan Luncurkan Platform Crowdlending Online