Tag Archives: GDILAB

Yopie Suryadi mengalami pahit getirnya memperjuangkan kelangsungan startup yang didirikannya. Kini mengklaim sudah profitable bersama MTARGET

Yopie Suryadi: Kegagalan Berikan Inspirasi Membangun Bisnis

Selama lima tahun terakhir Yopie Suryadi memimpin MTARGET yang merupakan startup SaaS yang fokus di otomasi pemasaran email. Meskipun kini mengklaim sudah berada dalam posisi yang aman, bahkan sudah profitable, Yopie sempat merasakan jatuh bangunnya membangun perusahaan. Demikian juga perjalanan kariernya, khususnya di industri teknologi, yang sudah ia jalani sejak tahun 2011.

Kepada DailySocial, Yopie menceritakan kegagalannya membangun startup dan depresi yang sempat mematahkan semangat dirinya untuk membangun kembali bisnis dari awal. Pun bagaimana kemudian ia bangkit dan bertahan hingga sekarang.

Berawal dari gadget

Hadirnya Yopie di industri diawali ketertarikannya dengan gadget dan perangkat teknologi terkini di awal tahun 2010-an. Meskipun saat itu proses jual-beli smartphone masih didominasi secara offline di lokasi tertentu, hal ini tidak mengurungkan niatnya menerima request pembelian dengan sistem pengantaran langsung ke rumah dan pembayaran dengan konsep Cash on Delivery (COD). Sayangnya effort yang dikeluarkan dianggap tidak setimpal hasilnya untuk menjadi suatu bisnis berkelanjutan.

Ia juga sempat membangun portal berita yang mengupas informasi seputar gadget bernama Gopego.com.

Lepas dari bisnis gadget, Yopie tertarik untuk fokus mengembangkan bisnis yang berbeda. Proyek selanjutnya adalah GDILab yang merupakan layanan analisis media sosial. Didirikan bersama Billy Boen, Jefri Dinomo dan Masas Dani pada bulan Desember 2013. Pada awal kemunculannya GDILab sudah menghasilkan beberapa deretan produk analitik, yakni Polaris (Facebook-Twitter Analytics), Iris (Instagram Analytics), dan juga GNEWS.

Di tahun 2015, GDILab melakukan spin off terhadap GNEWS untuk berdiri sendiri sebagai perusahaan. Selepas spin off tersebut, pada Mei 2016 Yopie dan Masas full exit untuk fokus di GNEWS sebagai CEO dan CTO. Billy Boen dan Jefri Dinomo tetap bertahan GDILab dan kini masing-masing menjadi CEO dan VP Product.

“Waktu itu kita masuk ke Social Media Analytics, ada satu fitur yang menurut saya bagus. Intinya adalah news aggregrator tapi berdasarkan siapa yang paling cepat, lebih awal dan siapa yang paling kredibel. Berbeda dengan agregator berita yang bisa saja berita hoax. [..] Akhirnya kita spin off itu, saya exit dari GDILab, kemudian membangun GNEWS,” kata Yopie.

Konsep awal sebagai platform pencarian berita berbasis media sosial, ternyata tidak dapat berjalan dengan baik. Pada tahun 2016, belum genap setahun berdiri, GNEWS terpaksa menghentikan operasional.

“Kita melihat waktu hanya dihabiskan untuk mengajak orang mengunduh aplikasi, menggunakan aplikasi dan sisanya mencari dana segar. Pada akhirnya karena adanya perbedaan visi dengan Co-founder lainnya dan shareholder, akhirnya GNEWS berhenti beroperasi,” kata Yopie.

Sempat mengalami rock bottom

Yopie Suryadi dan tim MTARGET / MTARGET

Penutupan GNEWS menyisakan kesedihan bagi Yopie. Kegagalan tersebut cukup memukul dirinya. Berkat dukungan sang istri, Yopie berupaya bangkit dari kegagalan dan menciptakan inovasi baru yang berbeda.

Ide yang menjadi perhatian Yopie adalah kurangnya channel distribusi konten saat ia membangun GNEWS. Peluang tersebut yang kemudian ia coba kembangkan. Melihat keberhasilan Mailchimp, layanan email marketing bernama Mail Target ( selanjutnya menjadi MTARGET) ia luncurkan.

“Yang saya lihat adalah sulit bagi platform seperti Mailchimp untuk bisa berkembang di Indonesia, karena karakteristik yang berbeda. Hanya platform lokal yang bisa menyediakan layanan yang ideal dan dibutuhkan oleh pengguna di Indonesia,” kata Yopie.

Untuk memberikan layanan yang berkualitas, Yopie menghabiskan waktu cukup lama mempelajari lebih mendalam apa itu SaaS dan bagaimana strategi layanan email marketing yang tepat untuk pengguna di Indonesia. Meskipun awalnya Yopie ingin menargetkan pasar UMKM, karena masih adanya tantangan edukasi dan pemahaman ia dan tim fokus ke segmen enterprise.

Ia mengatakan, “Waktu itu pemicu permasalahan yang saya hadapi adalah persoalan distribusi. Masih belum banyak masyarakat umum yang belum aware dengan email marketing. Padahal secara tidak langsung email sudah menjadi oksigen bagi kebanyakan masyarakat umum.”

“Saat itu memang terlihat kurang keren untuk mengembangkan platform SaaS email marketing dan ternyata hingga saat ini masih terlihat seperti itu. Setelah saya pelajari lebih mendalam, dari perjalanan karier Pendiri Mailchimp Ben Chestnut, [..] kesimpulan yang saya ambil adalah bisnis email marketing kebanyakan adalah self funded dan self sustained,” lanjutnya.

Meskipun mengklaim telah menemukan formula yang tepat, tidak berarti mereka sudah keluar dari masalah. Di awal pandemi MTARGET sempat mengalami pertumbuhan bisnis yang melambat. Menjelang pertengahan bulan April 2020, ketika bisnis mulai beradaptasi ke situasi pandemi, kondisi perusahaan pun berangsur pulih.

Menurutnya, pandemi telah mempercepat akselerasi digital, “meloncat” hingga tiga tahun. Mereka yang tadinya tidak terlalu berminat untuk mengadopsi teknologi, dipaksa untuk menggunakannya.

Yopie mengklaim hingga akhir tahun 2021 lalu perusahaan mengalami pertumbuhan positif dan telah memiliki profit.

Berkat dukungan tim dan keluarga, Yopie berhasil mengatasi tantangan saat pandemi. Sempat ditawarkan untuk bekerja di perusahaan lain, Yopie memilih tetap bersama dengan tim, membangun MTARGET yang lebih besar lagi. Keputusan tersebut, menurutnya, menjadi keputusan terbaik yang pernah ia ambil sebagai pendiri startup.

“Saya lebih memikirkan ketenangan atau kedamaian saat mengambil keputusan. Saya tidak ingin mengorbankan ketenangan tersebut dan menurut saya akan menjadi tidak worth it. Sejak saat itu saya mulai belajar untuk memahami non technical decision making,” kata Yopie.

Dukungan ke startup generasi baru

Meskipun telah berdiri sejak tahun 2017, MTARGET termasuk di jajaran startup yang tidak terlalu rutin menggalang dana. Tercatat hanya tiga kali putaran pendanaan yang diterima, termasuk dari Azure Ventures dan Prasetia Dwidharma.

Menurut Yopie, sebuah startup yang ingin tumbuh dengan baik dan profitable sebaiknya jangan terlalu fokus untuk selalu melakukan penggalangan dana. Hal itu menjadi mantra yang ia sampaikan ke startup generasi baru.

“Saat ini yang ingin saya lakukan adalah membantu startup generasi baru belajar dari kegagalan yang telah saya alami, dan pentingnya bagi mereka untuk memikirkan bagaimana mendapatkan profit sejak awal,” kata Yopie.

UMKMLab GDILABS

GDILab Rilis Produk SaaS “UMKMLab” dan Perbarui Fitur Media Sosial “SocialConnext”

GDILab, anak usaha Young on Top yang bergerak di digital analitik, mengumumkan produk SaaS untuk bantu pelaku usaha yang memasarkan produknya di platform media sosial “UMKMLab,” serta memperbarui tampilan dan fitur aplikasi media sosial “SocialConnext.”

Executive Assistant of CEO YoT Chelen menjelaskan, UMKMLab dirilis untuk membantu para pelaku usaha yang memanfaatkan platform media sosial seperti Facebook Shop dan Instagram Shop untuk berjualan. Selama ini, setiap transaksi yang terjadi lewat kedua platform tersebut masih sangat manual karena menggunakan WhatsApp.

Kondisi tersebut membuat banyak pelaku usaha yang kehilangan leads dengan berbagai alasan, misalnya lama membalas, proses inventori tidak rapi, dan masih banyak lagi. Agar mereka tetap dapat berjualan di Facebook Shop dan Instagram Shop, maka proses transaksi harus dilakukan secara otomatis. Untuk itu dibutuhkan situs yang dapat langsung terintegrasi dengan keduanya.

“UMKMLab hadir sebagai penyedia website yang dapat langsung terintegrasi dengan Facebook dan Instagram Shop sehingga proses transaksi bisa dilakukan lebih otomatis,” ucap Chelen saat dihubungi DailySocial.

UMKMLab memiliki berbagai fitur, di antaranya memilih domain dan desain website profesional, otomatis terintegrasi dengan jasa pengiriman dan pembayaran, dapat mengakses data statistik penjualan kapan saja, cetak label pesanan & faktur, dan notifikasi email pesanan untuk setiap transaksi. Setiap fitur tersebut disediakan oleh GDILab hasil kerja sama dengan berbagai pihak ketiga yang sudah dikurasi demi menyesuaikan dengan kebutuhan UMKM.

Pembeda tersebut membuat UMKMLab jadi lebih kompetitif di industri. Dari segi harga berlangganan yang tertera di situsnya dimulai dari Rp228 ribu per bulan. Untuk segmen usaha yang dapat menggunakan UMKMLab sebenarnya sangat luas, tapi Chelen mengaku saat ini sedang fokus untuk menyasar pelaku usaha yang bergerak di fesyen, F&B, dan kerajinan lokal.

“Harapannya Young on Top dan GDILab melalui UMKMLab ini dapat membantu para UMKM bisa go digital yang pada akhirnya dapat menaikkan omzet mereka melalui Facebook Shop dan Instagram Shop.”

Pembaruan SocialConnext

Sementara itu, GDILab juga sebelumnya merintis aplikasi media sosial SocialConnext sejak 2018 bertepatan pada acara Young on Top National Conference. Dalam perjalanannya hingga versi teranyar, Partnership SocialConnext Iis Dayanti menuturkan platform tersebut banyak mengalami peningkatan dari sisi UI/UX serta performa aplikasinya. Dari segi jumlah unduhan kini sudah menembus ke angka 5000 unduhan dengan pengguna aktif 933 orang. Para pengguna ini berada di rentang usia 18-25 tahun.

Tampilan aplikasi SocialConnext / YoT
Tampilan aplikasi SocialConnext / YoT

SocialConnext membawa pendekatan yang berbeda dibandingkan aplikasi sejenisnya, yakni pengembangan komunitas anak muda. Dari visi tersebut, SocialConnext menghadirkan fitur-fitur yang didesain dan dikembangkan secara relevan untuk generasi muda dalam mengembangkan kreativitas, soft skill, dan hard skill, seperti Artikel, Podcast, Trivia, Community, Chat, dan Ask Mentor.

Fitur unggulan dari SocialConnext adalah Community yang memungkinkan para pengguna terhubung dengan komunitas lainnya di seluruh Indonesia dan Ask Mentor yang memberikan kesempatan para pengguna untuk bertanya kepada para mentor yang sudah berpengalaman di bidangnya. Ada berbagai topik yang bisa ditanyakan, mulai dari teknologi, investment, self-development, karier, dan lainnya.

Iis menuturkan ada 15 mentor yang sudah bergabung. Mereka adalah Billy Boen (CEO dan Founder YoT), Richie Wirjan (VP Investment at Kejora SBI Orbit), Gunawan Susanto (Country Manager AWS Indonesia), Maya Arvini (CCO dan COO Qlue), Nendra Rengganis (CEO hipwee) dan masih banyak lagi.

Tantangan SocialConnext untuk menjaring lebih banyak pengguna yang tidak sebatas mengunduh aplikasinya saja, tapi juga mampu memanfaatkan fitur-fitur untuk pengembangan komunitasnya. “Peluang SocialConnext adalah aplikasi one stop solution platform bagi para komunitas, mereka bisa engage, connect, bahkan memonetisasi kegiatan mereka untuk mendapatkan keuntungan,” tutup Iis.

Application Information Will Show Up Here
CEO GDILab Billy Boen di sebuah acara / GDILab

GDILab Siapkan Ekspansi Regional, Perluas Layanan Chatbot [UPDATED]

GDILab, layanan analitik media sosial, mengumumkan rencana ekspansi ke skala regional untuk mengembangkan lebih jauh layanan chatbot yang dipadu padankan dengan analitik.

Aksi ini akan dimulai pada kuartal dua tahun ini, dimulai dengan menggandeng mitra strategis untuk negara yang bakal disasar, seperti Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

GDILab terakhir kali mengumumkan perolehan investasi pada Oktober 2016 dari investor strategis dengan nominal dan identitas yang tidak diungkapkan. Hanya disebutkan investor tersebut adalah CEO dari perusahaan TI besar di Indonesia. Sebelumnya, perusahaan ini menerima investasi dari Andy Zain, Managing Director Kejora.

“Saat ini kami sedang masuk ke pasar Asia dengan solusi yang kami miliki, dengan menggandeng beberapa mitra strategis. Kami yang akan jadi partner teknologinya,” terang Co-Founder & VP Business Development GDILab Jefri Dinomo kepada DailySocial.

Menurutnya, secara skala bisnis memadupadankan antara chatbot dengan analitik memiliki potensi yang sangat besar. Secara teknologi, penerapannya sama saja di antara satu negara dengan yang lainnya karena kesamaan algoritma. Yang membedakan hanya dari segi bahasa dan perilaku konsumen.

Teknologi chatbot ini, diungkapkan Jefri, rupanya bukan barang baru untuk GDILab. Mereka sudah mengembangkannya sejak tahun 2015. Hanya saja, pada waktu itu GDILab masih menggunakan chatbot untuk layanan autoresponder yang didukung oleh Twitter Indonesia.

Chatbot yang terdapat di perusahaan dikhususkan untuk platform media sosial dengan menggunakan teknologi pintar LEAP (Listen Engage Analyze Product) sebagai tulang punggung seluruh produk analitik digital yang dibuat GDILab.

Adapun, produk seputar analitik yang sudah dipasarkan GDILab, di antaranya GDI Analytics yang merupakan peleburan dari dua produk sebelumnya Polaris (Facebook-Twitter Analytics) dan Iris (Instagram Analytics). Kemudian, ada GNEWS, dan SocialMeter (untuk UKM dan buzzer).

“Dua tahun ini kita seriusin [chatbot] karena beberapa klien minta kita untuk dibuatkan marketing solution, bantu masalah sales mereka.”

Bermitra dengan BNI dan AXIS

Mulai digaungkannya teknologi chatbot yang dibuat GDILab makin meramaikan peta persaingan dengan perusahaan teknologi lainnya yang menawarkan layanan serupa. Ada beberapa perusahaan yang bermain di sektor yang sama di Indonesia, di antaranya Kata.ai, Bang Joni, Qiscus, EVA, dan sebagainya.

GDILab telah mengumumkan kemitraan dengan BNI dan AXIS yang didukung oleh Twitter. Untuk BNI, fitur chatbot kini diaplikasikan melalui akun Twitter @BNI dalam kolom Direct Message.

Nasabah bisa mencari tahu informasi mengenai produk E-Money dari BNI, seperti Tap Cash dan Yap!, untuk top up saldo, cek saldo, dan cek promo terkini. Sedangkan dengan AXIS, fitur chatbot juga diaplikasikan dalam akun Twitter @AXISgsm untuk memudahkan pelanggan dalam proses registrasi SIM Card.

“Layanan kami buat berupa tombol, sehingga memudahkan nasabah BNI untuk melakukan layanan ke nasabahnya.”

Tak hanya dengan kedua perusahaan tersebut, layanan chatbot GDILab juga tersedia untuk lembaga pemerintah bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM. Pemerintah nantinya akan dipermudah berkomunikasi dengan masyarakat menggunakan akun Twitter @kemenkopUKM.

“Karena melihat keseriusan KemenkopUKM dalam melayani pelaku UKM, maka GDILab berkomitmen untuk membantu memudahkan pelayanan publik dengan membuatkan chatbot untuk Twitter @kemenkopUKM. Di akun ini, pelaku UKM dengan mudah bisa mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi usaha mereka,” ujar CEO GDILab Billy Boen dalam keterangan resmi.


*Kami memperbarui produk analitik yang sudah dihasilkan GDILab

Mengoptimalkan Penggunaan Platform Media Sosial dalam Bisnis

Melihat generasi millenials yang sangat intens menggunakan media sosial menjadikan banyak perusahaan dan startup memfokuskan pada strategi pemasaran digital. Salah satu yang bisa dimanfaatkan dari besarnya konten yang ada di media sosial ialah menggunakan pendekatan digital analytics, untuk memastikan pelaku usaha mendapatkan manfaat yang maksimal karena tepat sasaran dalam memasarkan produknya.

Melalui diskusi #SelasaStartup yang diselenggarakan DailySocial, hadir Co-Founder GDILab Jefri Dinomo (atau akrab dipanggil Uje) untuk berbagi pemahamannya tentang menghindari kesalahan pemasaran menggunakan media sosial. GDILab sendiri melahirkan sebuah platform analitik berbasis media sosial yang dinamakan GDI Analytics yang ditargetkan untuk para UKM atau korporasi di Indonesia.

Berikut beberapa hal yang menjadi catatan kami dalam #SelasaStartup kali ini berkaitan dengan pemanfaatan media sosial.

Memiliki strategi media sosial yang terarah

Menurut Uje, ketika menggunakan media sosial, harapan konsumen adalah mendapatkan kebutuhan melalui platform. Melalui kampanye media sosial inilah yang harusnya menjadi pemasaran terbesar pada media sosial saat ini.

Dengan model strategi yang hanya menjual teks melalui media sosial terkesan biasa saja untuk pembaca. Namun, dengan menambahkan beberapa animasi dapat mewakili apa pun sampai kepada target penjualan. Apalagi di Twitter dan Facebook memiliki chatbot yang bisa berhubungan langsung dengan banyak konsumen.

“Ketika menjual mobil di Twitter dengan banyak target, pastikan mengatur tim kreatif pastikan bahwa itu ada gambar atau animasi, dan video selain membahas kontennya. Karena itu akan mendukung strategi penjualan melalui platform media sosial,” ujar Uje.

Memilih platform yang sesuai

Semakin banyaknya pengguna yang memasarkan barang/jasa jauh dari model pemasarannya menyebabkan menurunnya intensitas nilai dari platform marketing tersebut. Menurut Uje, Twitter dan Facebook masih menjadi platform media sosial yang tepat untuk melakukan postingan berupa teks, foto, animasi maupun video, salah satunya karena bisa menambahkan tautan. Hal ini akan sangat berguna bila dijadikan acuan bisnis dalam mengembangkan pemasaran di kedua media sosial itu.

Sehingga, banyaknya kompetitor yang bersaing dalam platform penyedia kebutuhan pengguna saat ini, tidak hanya investasi yang diutamakan, namun waktu yang panjang untuk sebuah platform yang dibutuhkan.

“Seperti online shop ada yang memasarkan barang melalui Instagram selalu di bill-nya ada akun lain, seperti LINE, WhatsApp, Twitter. Karena mereka (Instagram) belum dapat memecahkan transaksi penjualan berhasil langsung dari platform-nya,” tutur Uje.

Meningkatkan brand produk di media sosial

Media sosial tempat yang tepat memasarkan melalui aktivitas online dan melakukan perbandingan brand dengan platform lain. Pengguna berlomba-lomba melakukan promosi, memperkenalkan produk, membangun jaringan dengan pelanggan demi tercapainya brand yang lebih baik. Kegiatan inilah yang meningkatkan brand pada pengguna media sosial.

Perhatian konsumen terhadap produk pun tidak terlepas pada isi konten yang di branding. Jangan lupa untuk selalu kreatif dalam mencari ide, demi membungkus konten iklan yang dengan mudah konsumen tertarik pada brand yang dipasarkan.

GDILab Luncurkan Platform Analitik Media Sosial SocialMeter

Pada Rabu kemarin (17/5), GDILab mengumumkan peluncuran produk terbarunya yakni SocialMeter, sebuah platform analitik media sosial yang diperuntukkan untuk UKM dan influencer/buzzer dalam rangka meningkatkan penjualan, reach, exposure, engagement, serta popularitas.

Ada dua jenis layanan yang diberikan SocialMeter, yakni SocialMeter for Small Business dan SocialMeter for Influencer.

Secara model bisnisnya, SocialMeter melakukan pemantauan, menganalisis, dan memberikan arahan kepada pengusaha agar akun media sosial mereka dapat secara maksimal menjangkau konsumen. Hanya tiga akun media sosial yang bisa dimonitor, yakni Twitter, Instagram, dan Facebook.

Founder dan CEO GDILab Billy Boen menerangkan berdasarkan hasil laporan IBM, sebanyak 84% anak muda membeli barang atas pengaruh media online dan media sosial. Dari situ bisa disimpulkan, membuat akun media sosial itu gratis sehingga akan sangat disayangkan bila pengusaha tidak memanfaatkannya secara maksimal.

“Harapannya SocialMeter bisa bantu usaha yang mikro sekalipun, segmen yang tidak ada agensi yang mau memperhatikan bisnis mereka. Kami ingin bantu mereka cara pakai media sosial seperti apa dan cara berjualannya bagaimana. Lalu untuk para influencer bisa lebih terkenal, sehingga pemilik brand mau endorse jasa mereka,” kata Billy saat ditemui DailySocial.

Dia melanjutkan strategi yang perlu diterapkan oleh masing-masing akun media sosial akan berbeda-beda tergantung algoritma yang diberlakukan. Untuk Instagram dan Facebook, algoritma yang diberlakukan adalah urutan teratas berdasarkan konten yang disukai pengguna, status yang dikomentari sebelumnya, atau foto yang diberi tanda like.

Sedangkan untuk Twitter, algoritma yang diberlakukan masih berdasarkan cuitan terbaru yang menduduki posisi teratas.

“Setiap sosial media berisi hasil monitor dan arahan yang berbeda karena memperhatikan algoritma yang ditentukan masing-masing platform tersebut. Misal untuk Twitter, agar engagement-nya tinggi pengguna perlu tweet sebanyak 20-40 kali dalam sehari.”

Pengusaha yang tertarik hanya perlu melakukan pendaftaran dengan memasukkan tiga akun media sosial bisnis dan pembayaran. Setelah itu, GDILab akan secara rutin mengirimkan email pada setiap minggunya tergantung masa berlangganan.

Isi email tersebut mencakup hasil pantauan, analisa, dan saran/strategi yang sebaiknya dilakukan dengan bahasa yang mudah dicerna. Tujuannya agar ketiga akun tersebut dapat secara maksimal reach, exposure, engagement, dan penjualan meningkat dari waktu ke waktu.

Sejauh ini, GDILab telah bekerja sama dengan beberapa partner strategis untuk SocialMeter, di antaranya Young On Top dan Infia Group.

“Solusi ini adalah jawaban bagi pengusaha maupun influencer yang menggunakan media sosial untuk bisnis, promosi, dan marketing. Produk ini memberi rangkuman informasi mengenai data dan aktifitas di sosial media, serta saran dan hal apa saja yang perlu dilakukan,” pungkas Co-Founder Infia Group Andrey Noelfry.

CEO GDILab Billy Boen di sebuah acara / GDILab

GDILab Kembali Umumkan Perolehan Pendanaan

Layanan analisis media sosial GDILab mengumumkan perolehan pendanaan kembali dari investor strategis yang tidak disebutkan namanya. Hanya disebutkan bahwa investor tersebut adalah CEO perusahaan IT besar di Indonesia. Ini hanya berselang sebulan dari pengumuman perolehan investasi serupa dari Andy Zain. Selain itu, Komisaris Utama Billy Boen kini berperan aktif di perusahaan sebagai CEO.

GDILab didirikan oleh Billy Boen, Jefri Dinomo, Masas Dani, dan Yopie Suryadi pada bulan Desember 2013. Pada awal kemunculannya GDILab sudah menghasilkan beberapa deretan produk analitik, yakni Polaris (Facebook-Twitter Analytics), Iris (Instagram Analytics), dan juga GNEWS.

Di tahun 2015, GDILab melakukan spin off terhadap GNEWS untuk berdiri sendiri sebagai perusahaan. Selepas spin off tersebut, pada Mei 2016 Yopie dan Masas full exit untuk fokus di GNEWS sebagai CEO dan CTO.

Billy Boen dan Jefri Dinomo tetap bertahan GDILab dan kini masing-masing menjadi CEO dan VP Product.

Perolehan investasi tersebut bakal digunakan untuk memperkuat tim engineer untuk mempercepat pengembangan produk analitik digital yang telah ada di pipeline hingga tahun 2017.

“Kami berterima kasih dan sangat bangga karena GDILab kembali berhasil dipercaya oleh seseorang yang sangat berpengalaman dalam membangun dan mengembangkan perusahaan di bidang IT hingga beromzet triliunan Rupiah. Atas kepercayaan yang diberikan kepada GDILab pula, per 21 Oktober 2016 lalu dengan persetujuan seluruh pemegang saham, saya telah memutuskan untuk turun gunung. Saya tidak lagi menjabat sebagai Komisaris Utama, tapi sekarang saya adalah CEO di GDILab,” ujar Billy.

GDILab Umumkan Perolehan Investasi dari Angel Investor

Salah satu startup lokal yang bergerak di bidang analisis media sosial, GDILab akhir pekan ini mengumumkan perolehan investasi dari angel investor Andy Zain yang merupakan Direktur Founders Institute dan Managing Director Kejora Ventures. Salah satu alasan yang membuat Andy berinvestasi di GDILab karena visi GDILab yang berusaha membantu UKM atau startup di Indonesia.

I believe in GDILab’s vision, the shareholders, the team, dan apa yang akan GDILab lakukan untuk membantu jutaan UKM/startups di Indonesia,” terang Andy.

Andy Zain secara resmi menjadi angel investor GDILab pada tanggal 21 September 2016. Sayangnya tidak ada keterangan berapa jumlah dana yang disuntikan Andy untuk GDILab.

Untuk informasi GDILab didirikan oleh Billy Boen, Jefri Dinomo, Masas Dani, dan Yopie Suryadi pada bulan Desember 2013. Pada awal kemunculannya GDILab sudah menghasilkan beberapa deretan produk analitik, yakni Polaris (Facebook-Twitter Analytics), Iris (Instagram Analytics), dan juga GNEWS. Pada periode tahun 2015 silam GDILab melakukan spin off pada GNEWS untuk berdiri sendiri sebagai perusahaan. Selepas spin off tersebut pada Mei 2016 seluruh co-founder yakni Yopie dan Masas full exit dan fokus pada GNEWS dengan Yopie sebagai CEO.

Produk lain yang dikembangkan GDILab antara lain GDI Analytics, sebuah tools analisis media sosial yang merupakan penggabungan dari Polaris dan Iris. Dengan produk-produk yang dikembagnkannya GDILab memiliki misi untuk membantu UKM, brand, startup, dan perusahaan mendapatkan wawasan pasar digital dari media sosial untuk bisa memudahkan merancang strategi pemasaran yang akurat.

Menanggapi Andy yang menjadi angel investor, Billy Boen mengungkapkan bahwa pemegang saham dan tim merasa bangga karena dipercaya menjadi salah satu startup yang dipercaya Andy untuk berinvestasi. Setelah mendapat pendanaan ini GDILab akan berupaya untuk terus bisa membantu UKM dan startup agar lebih siap untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan berbekal riset dan data.

“Ini merupakan pengakuan dari seorang investor handal bahwa apa yang telah kami bangun selama hampir 3 tahun dengan kerja keras tidak pernah sia-sia,” ungkap Billy.

Bantu UKM Menganalisis Media Sosial, GDIAnalytics Kembangkan Fitur yang Terkoneksi dengan Facebook

Setelah resmi diluncurkan pada bulan Maret 2016 lalu GDIAnalytics yang merupakan produk analitik terbaru dari GDILab telah menunjukkan inovasi dan perkembangan yang cukup signifikan dalam hal market insight melalui analisis media sosial untuk membantu brand, bisnis, dan UKM. Salah satu platform media sosial yang saat ini tengah dikembangkan adalah Facebook.

Di awal bulan Agustus 2016 ini GDIAnalytics resmi mendapatkan approval untuk mengakses Facebook API versi 2.5. Facebook API merupakan jembatan antara Facebook dan aplikasi di luar Facebook agar dapat terhubung dan berinteraksi dengan Facebook, termasuk mengakses data yang tersimpan.

“Tujuannya agar GDILab tetap dapat menangkap dan menganalisis data yang ada di Facebook, sehingga pembaruan versi ini membuat hal tersebut dapat terus dilakukan karena berperan sebagai jembatan antara GDIAnalytics dengan percakapan yang terdapat di Facebook,” kata Head of Analyst GDILab Joh Juda kepada DailySocial.

Selain itu dengan menggunakan Facebook API versi 2.5, GDIAnalytics dengan Facebook Analytics dapat meningkatkan performa dalam penarikan data menjadi lebih cepat, sehingga dapat selalu membantu para pelaku bisnis dan UKM semakin maju melalui analisis media sosial.

“Dari sisi pengguna, bisa dengan mudah mendapatkan informasi yang lebih lengkap dari Facebook Fan Page seperti total like yang didapatkan, siapa saja yang menyukai postingan di Fan Page, bahkan ke depannya pengguna akan mendapatkan data insight yang lebih luas seperti siapa saja yang menyukai Fan Page dan bagaimana pertumbuhan jumlah penyuka Fan Page pada periode waktu yang ditentukan. Yang paling banyak menggunakan adalah agency dan pelaku bisnis,” kata Joh.

Membantu proses analisis lebih akurat dan in-depth

Dalam perjalanannya, GDILab telah membantu sejumlah perusahaan, brand, dan agency dalam mencapai kepuasan pelanggan, memetakan influencer yang tepat dan efektif dalam melakukan penetrasi pasar, menganalisis kompetitor dari industri sejenis, serta mengembangkan produk, melalui analisis media sosial Facebook, Twitter, dan Instagram.

“Di antaranya adalah kami membantu perusahaan taksi yang selama ini menggunakan mystery shopper melalui social media analytics dengan memberikan laporan mingguan mengenai kepuasan pelanggan mereka. Kami juga membantu perusahaan asuransi mendapatkan insight bahwa asuransi pendidikan non-formal akan diminati oleh calon customer, dan setelah produknya dikeluarkan ternyata prediksi tersebut tepat,” kata Joh.

Di akhir tahun 2016 ini GDILab menargetkan masyarakat khususnya pelaku UKM lebih siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan berbekal riset dan data.

GDILab Luncurkan GDIAnalytics untuk UKM dan Startup

GDILab, perusahaan teknologi yang berbasis di Jakarta dan bergerak di bidang social media analytics, hari ini meluncurkan produk analitik terbaru GDIAnalytics. Dengan memanfaatkan tiga media sosial paling favorit di Indonesia yaitu Twitter, Facebook, dan Instagram, GDIAnalytics ingin menyasar kalangan UKM dan bertujuan untuk memberikan layanan terpadu yang mampu memantau dan menganalisis performa ketiga media sosial tersebut untuk membantu perusahaan, UKM, dan startup menentukan strategi pemasaran yang tepat sasaran.

Platform yang ditawarkan oleh GDIAnalytics adalah Twitter, Facebook dan Instagram dilatar belakangi fakta bahwa ketiganya memiliki unstructured data yang berpotensi menjadi digital market insight.

“GDIAnalytics mencoba untuk menganalisis data agar brand dan perusahaan bisa mencapai target dan goal yang ada. Tujuan GDIAnalytics untuk membantu UKM dengan menawarkan layanan digital analytics,” kata Co-Founder GDILab Billy Boen.

GDIAnalytics merupakan perpaduan dua produk yang diciptakan sebelumnya yaitu Polaris dan Iris. Dengan produk tersebut, GDILab mengklaim sebagai perusahaan Indonesia pertama yang menyediakan perangkat lunak alat analitik terbuka sebagai bagian dari layanan atau Software as a Service (SaaS).

“Kita memang bukan company analytic pertama di Indonesia namun kita merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang cukup percaya diri bersaing dengan perusahaan global lainnya dengan menawarkan harga yang terjangkau,” kata Billy.

Bermitra dengan Twitter dan IBM

GDILab didukung oleh Twitter Indonesia sebagai bagian dari ekosistem Twitter. Kerja sama yang dibangun ini berupaya memberikan dampak terbaik bagi masing-masing pihak, membantu lebih banyak UKM, dan memahami potensi yang dimiliki.

”Kerja sama bukan hanya sekedar pengembangan data tapi bagaimana data tersebut bisa digunakan untuk klien Twitter dan GDILab dengan menggunakan tools yg ada. Twitter sebagai media sosial yang paling banyak memberikan open data, fungsi dari Twitter lebih kepada memahami interest dari orang-orang,” kata Country Business Head Twitter Indonesia Roy Mangunsong.

Selama ini Twitter telah menjadi platform bagi masyarakat untuk membicarakan topik yang berkaitan dengan brand atau produk, meng-update diri dengan berita terkini. Dengan menggunakan tagar, Twitter juga kerap digunakan untuk berkampanye dan bisa direspon langsung oleh follower dengan mudah.

Dikembangkan dalam bentuk dashboard, fitur-fitur GDIAnalytics membuat pengguna dapat mengetahui apa yang dibicarakan orang mengenai produk atau brand terkait, mengukur performa buzzer, siapa saja yang ikut mempromosikan kampanye berikut lokasinya, serta mengukur popularitas sebuah kampanye yang telah dijalankan.

“Kami ingin menyasar semua kalangan UKM yang mau mengembangkan usaha dan tentunya telah melek teknologi dan bersedia membayar Rp 500 ribu setiap bulannya,” kata Billy.

Untuk mengedukasi lebih banyak UKM memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi, GDILab melakukan rangkaian kegiatan offline, seperti pelatihan, didukung sepenuhnya oleh Kementerian Koperasi dan UKM. Diharapkan mereka bisa memperkenalkan lebih banyak manfaat media sosial untuk mendukung kemajuan usaha UKM di Indonesia.

“Saya melihat saat ini perusahaan global yang menawarkan fitur dan layanan yang sama belum sepenuhnya peduli kepada UKM di Indonesia, dengan GDIAnalytics kami akan membantu semua UKM dengan memanfaatkan fitur-fitur yang dibutuhkan dan tentunya dengan harga yang terjangkau,” kata Billy.

Selain bermitra dengan Twitter, GDILab juga didukung IBM untuk hal infrastruktur. GDILab juga telah bermitra dengan perusahaan analitik Thailand Digital Associates Co.Ltd. (DA) yang telah berjalan selama hampir satu tahun.

“Analitik memungkinkan untuk menerka dan menentukan seperti apa minat serta interest dari konsumen. Diharapkan GDIAnalytics juga bisa berguna untuk UKM dan startup yang ada di Indonesia,” tuntas Billy.

GNEWS Kini Bisa Diakses Melalui Browser

Platform pencarian berita berbasis media sosial GNEWS baru-baru ini mengumumkan beberapa pembaruan untuk layanannya. Pembaruan pertama, GNEWS mengusung tagline baru yakni “Remarkably New”. Pembaruan berikutnya saat ini GNEWS dapat diakses melalui situs, baik dari mobile ataupun dari komputer. Sebelumnya GNEWS hanya dapat dinikmati dari aplikasi mobile yang tersedia untuk platform Android dan iOS.

Selain itu GNEWS juga mengusung tampilan baru yang lebih sosial. Pada tampilan baru GNEWS, pengguna dapat mengetahui topik-topik apa yang sedang marak diperbincangkan (trending topic). Tidak hanya itu, pengguna juga dimudahkan dengan ketersediaan berita yang relevan dengan topik-topik yang ada. Untuk memaksimalkan pengalaman pembaca, tim GNEWS juga menyediakan fitur kategori, yang berisikan pemberitaan sesuai dengan kategori yang dipilih.

GNEWS Website

CEO GNEWS Yopie Suryadi optimis GNEWS yang baru dapat dimanfaatkan sesuai visi yang tercantum dalam tagline, yaitu GNEWS dengan identitas baru dan sebagai platform yang memanjakan masyarakat dalam mencari berita sesuai dengan topik yang diminati.

GNEWS merupakan search platform untuk mendukung PR & Marcomm Professionals, Brand Managers, Strategic Planners at Creative Agencies, Talent Managers, Jurnalis, hingga Political Campaign Strategists, untuk mencari dan mengumpulkan berita yang relevan dan terakurasi dari media sosial. Dengan didukung oleh machine learning analytics technology yang dinamakan GENESIS.

Sebelumnya pada pertengahan tahun lalu, GNEWS memutuskan untuk melakukan spin-off dari induknya GDIlab. Waktu itu, disampaikan oleh Yopie, GNEWS memutuskan untuk berdiri sendiri sebagai perusahaan dengan dalih agar jauh lebih fokus dengan pengembangan bisnisnya. GDILab sendiri akan terus mengepakkan sayap dengan produk analytics-nya.

Setelah sukses melakukan pembaruan versi 2.1, GNEWS kini juga terlihat makin matang dari sisi platform. Yopie mengungkapkan bahwa timnya mengusahakan untuk selalu melakukan pembaruan di versi Android dan iOS per dua minggu.