Tag Archives: gelombang otak

MIT Kembangkan Robot yang Bisa Dikendalikan Dengan Pikiran

Di tahun 2011, Toyota sempat mengembangkan sepeda Prius berkemampuan thought-control. Kendaraan roda dua itu punya kemampuan untuk membaca gelombang otak dan menerje-mahkannya menjadi perintah untuk mengganti gigi. Pencapaian ini sangat mengagumkan, namun bagi mayoritas orang, mengendalikan sesuatu hanya berbekal pikiran baru ada di alam fiksi ilmiah.

Itu alasannya upaya yang dilakukan para peneliti Massachusetts Institute of Technology baru-baru ini terdengar luar biasa. Tim Computer Science and Artificial Intelligence Laboratory berhasil membuat robot yang dapat dikendalikan berbekal pikiran. Ketika robot biasa bekerja berbasis program atau dikendalikan langsung operator, manusia hanya berperan sebagai supervisor bagi robot MIT ini.

Cara kerja kreasi CSAIL itu sangat simpel. Berbekal robot Baxter buatan Rethink Robotics, sistem buatan tim ilmuwan bisa mendeteksi gelombang otak secara real-time. Yang tinggal Anda lakukan adalah mengawasinya bekerja. Lalu jika ia keliru dalam bertindak, Anda dapat mengoreksinya dengan menggerakkan tangan. Kemampuan sang robot dipamerkan oleh tim CSAIL melalui satu video singkat, silakan simak di bawah.

Di video, CSAIL memperlihatkan seorang ‘pengawas’ memerintahkan robot membor satu dari tiga titik di tubuh mock-up pesawat terbang. Saat robot itu keliru, supervisor tinggal menggerakkan tangannya hingga robot mengarahkan bor ke posisi yang tepat. Hal terbaik dari metode penyajian ini adalah: robot bisa dioperasikan oleh siapapun tanpa memerlukan pelatihan khusus mengingat ‘interface-nya’ sangat sederhana.

Buat mengontrol robot, Anda perlu memasang topi berisi rangkaian sensor otak (EEG atau electroencephalography) dan menyematkan elektroda EMG di tangan agar sistem dapat menangkap sinyal listrik di otot. Sinyal otak diproses buat mencari ‘error-related potentials‘ yang dihasilkan pikiran tanpa disadari, kemudian sinyal otot secara terus menerus dibaca untuk menentukan sasaran yang tepat.

Mengendalikan robot dengan otak pada dasarnya menuntut Anda untuk berpikir dalam cara tertentu agar sensor bisa menerjemahkan perintah secara tepat. Tak masalah jika pengoperasian dilakukan di laboratorium tertutup, tapi bagaimana jika Anda diminta mengendalikan robot di suasana gaduh?

Itulah mengapa kemampuan memindai ‘error-related potentials‘ menjadi krusial. Teknologi tersebut dapat mengetahui kesalahan begitu Anda menyadarinya dan segera menghentikan gerakan robot. Jika betul-betul diperlukan, supervisor bisa mengambil alih kendali secara manual.

Berbekal pengawasan manusia dan solusi berbasis EEG serta EMG, CSAIL melaporkan bahwa keakuratan robot Baxter meningkat dari 70 persen menjadi 97 persen.

Sumber: MIT.

Freer Logic Kembangkan Sandaran Kepala Mobil yang Bisa Deteksi Gelombang Otak

Sandaran kepala memang bukanlah aspek pertimbangan utama saat Anda sedang memilih mobil. Kita umumnya fokus menakar performa mesin, desain, kapasitas penumpang, atau mungkin efisiensi dalam pemakaian bahan bakar. Tetapi sebuah teknologi unik garapan tim Freer Logic dan Changhong Reserch Lab memastikan headrest di mobil masa depan tidak lagi diabaikan.

Di masa yang akan datang, headrest tak lagi hanya menjadi alat pelengkap kenyamanan (serta keselamatan) berkendara. Perusahaan privat dari North Carolina itu menggandeng sang produsen barang elektronik Tiongkok untuk mengembangkan sandaran kepala berteknologi electroencephalogram, membuatnya mampu membaca dan merekam gelombang otak. Dengan EEG, sandaran kepala bisa membantu pengendara tetap terjaga.

Pertama kali dipamerkan di CES 2017, sandaran kepala eksperimental kreasi Freer Logic menyimpan sensor yang bisa mengukur aktivitas otak secara real-time. Hebatnya, kepala Anda tidak harus selalu menyentuh headrest agar sistem EEG dapat bekerja karena ia tetap bisa membaca brain wave di jarak 15- sampai 20-sentimeter. Saat konsentrasi pengemudi mulai berkurang, device ini akan segera mengaktifkan notifikasi.

Kepada Digital Trends, Peter Freer selaku presiden dari Freer Logic menyampaikan bahwa otak merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab dalam memproses informasi dan menyelesaikan masalah, berhubungan langsung pada level perhatian dan kesadaran. Sayangnya solusi keselamatan berkendara sejauh ini masih menggunakan indikator eksternal, satu contohnya ialah kamera pelacak lengkungan atau gerakan kelopak mata.

Menurut Freer, teknik ‘kuno’ itu merupakan sebuah metode analisis yang tidak langsung, dan dengan memangkas proses deteksi – yaitu langsung mendeteksi gelombang di neuron terdekat dari permukaan terluar otak – pengendara bisa menghindari situasi-situasi berbahaya lebih dini. Agar bisa bekerja, headrest turut didukung oleh algoritma canggih, berfungsi buat mengkalibrasi gelombang, dan selanjutnya informasi langsung dipaparkan di layar.

Dalam demo live di CES 2017, info aktivitas otak yang diperoleh headrest EEG diperlihatkan di display. Saat pengemudi konsentrasi, warna hijau mengisi penuh bar indikator. Namun begitu perhatiannya terpecah (misalnya sewaktu ia melihat layar smartphone), sistem segera memperlihatkan perubahan. Selanjutnya, developer atau perusahaan otomotif bisa menciptakan solusi untuk mengembalikan konsentrasi pengemudi – misalnya lewat getaran di setir.

Peter Freer sendiri mengakui, industri otomitif memang sedikit lambat dalam mengadopsi teknologi-teknologi baru seperti ini, tetapi timnya sudah mulai melakukan kolaborasi dengan sejumlah perusahaan alat transportasi. Ia mengestimasi, teknologi EEG tersebut akan mulai dimanfaatkan di tahun 2020.

Via Wired.

Ilmuwan Coba Manfaatkan Gelombang Otak Sebagai Password?

Anda bisa menemukan berbagai cara untuk menciptakan password anti-retas, dari mulai menggunakan kalimat atau serentetan kata. Masalahnya, semakin panjang, password jadi sulit diingat. Dan karena lebih ringkas, itu mengapa adopsi biometric scanner di perangkat bergerak jadi bertambah populer. Tapi tersedianya teknik baru juga membuka peluang munculnya celah keamanan baru.

Seorang pakar keamanan cyber dan data mining sekaligus asisten profesor di Texas Tech University bernama Abdul Serwadda memperkenalkan terobosan yang akan membuat Touch ID dan pemindai iris jadi ketinggalan zaman. Sang doktor mengajukan sebuah metode yang memungkinkan penggunaan gelombang otak sebagai password. Di sisi keamanan, gelombang otak akan sangat sulit ditembus.

Meski mengusung teknologi yang sudah ada, metodenya memang tidak sederhana. Serwadda memanfaatkan electroencephalogram atau EEG, sebuah cara memonitor aktivitas listrik di otak. Teknik ini sering digunakan di dunia kedokteran, terutama untuk memeriksa epilepsi, turut dipakai buat mendiagnosis gangguan tidur, koma, penyakit serta matinya fungsi otak; umumnya dipilih karena non-invasi, cukup dengan menempatkan elektroda di kulit kepala.

Seperti EEG, user perlu mengenakan headset. Setelah itu, sistem segera mencocokkan identitas pengguna. Dari sana terbuka banyak sekali potensi manfaatnya: device tidak hanya berfungsi saat identifikasi atau log-in saja, namun berguna untuk merekam aktivitas otak sewaktu kita bekerja di depan komputer. Mungkin sesekali, sistem akan mencoba mengecek apakah headset masih dikenakan oleh individu yang diizinkan mengakses konten.

Kemampuannya memang sangat menjanjikan, tapi Serwadda melihat terbukanya peluang eksploitasi terhadap data-data super-sensitif misalnya kondisi medis, emosi, konsumsi obat-obatan tertentu, dan lain-lain. Bukan hanya ancaman hacker, developer applikasi yang memiliki akses ke data juga dapat memakainya untuk kepentingan mereka sendiri. App tersebut bisa melakukan apapun, misalnya men-share info ke berbagai pihak, termasuk ke pencipta malware.

Pada Digital Trends, Serwadda menyampaikan bahwa proses otentikasi berbekal gelombang otak masih jauh dari kata rampung. Di sana, terdapat banyak tantangan lain, satu contohnya: kehadiran metode ini akan berdampak besar pada penyajian aplikasi. Sang asisten profesor berargumen, “Walaupun teknik pemindai gelombang otak belum diimplementasikan, tidak berarti tak ada ancaman.”

Keharusan memakai headset juga menjadi salah satu kendalanya. Mungkin jika teknologi ini sudah matang di masa depan, kita cuma tinggal menempelkan smartphone di dahi untuk meng-unlock-nya…

Gambar header: RedTail.

Bisa ‘Meretas’ Syaraf, Cincin Pintar V1bes Bantu Anda Atasi Stres

Stres dapat dikelola dengan menggeser pola pikir serta hidup lebih sehat. Tapi teori memang jauh lebih mudah diucapkan dari prakteknya. Untung saja teknologi kini sudah sangat maju, telah tersedia banyak device yang dirancang buat membantu Anda melawan stres. Namun pertanyaannya, apakah alat tersebut mudah digunakan dan memang cocok untuk Anda? Continue reading Bisa ‘Meretas’ Syaraf, Cincin Pintar V1bes Bantu Anda Atasi Stres

Narbis Adalah Kacamata yang Bisa Membantu Anda Berlatih Konsentrasi

Melatih konsentrasi itu tidak mudah. Saat tengah mengerjakan sesuatu sehari-harinya, baik yang terkait pekerjaan atau bukan, seringkali konsentrasi kita buyar akibat berbagai macam faktor. Continue reading Narbis Adalah Kacamata yang Bisa Membantu Anda Berlatih Konsentrasi

Alat Ini Bisa Beri Peringatan Saat Pengemudi Mengantuk

Kita telah melihat teknologi lampu depan mobil yang bisa dikendalikan oleh mata. Sistem tersebut memanfaatkan kamera dan sensor-sensor untuk mengenali pergerakan mata. Pertanyaan saya waktu itu, apa yang terjadi ketika sang pengemudi memejamkan matanya lalu tertidur? Continue reading Alat Ini Bisa Beri Peringatan Saat Pengemudi Mengantuk

Samsung Menggabungkan Perangkat Wearable dan Aplikasi Mobile Menjadi Alat Pendeteksi Stroke

Stroke adalah salah satu musuh paling menakutkan bagi umat manusia. Tidak terhitung setiap tahunnya berapa korban yang meninggal akibat stroke. Mereka yang beruntung dan selamat pun biasanya tetap harus menderita kelumpuhan. Continue reading Samsung Menggabungkan Perangkat Wearable dan Aplikasi Mobile Menjadi Alat Pendeteksi Stroke