Indonesia adalah salah satu pasar ride-hailing terbesar di dunia yang didukung oleh pertumbuhan pesat pengguna internet dan segmen kelas menengah. Saat ini, pasar ride-hailing Indonesia didominasi oleh dua pemain utama, yaitu Gojek dan Grab.
Kali ini, platform ride-hailing asal Rusia yang berbasis di Mountain View, California, AS, inDrive, mencoba peruntungan di pasar Indonesia. Perusahaan baru-baru ini berganti nama menjadi Inner Drive dari sebelumnya Independent Drivers. Kepada DailySocial.id, Business Development Manager inDrive Indonesia Georgy Malkov mengungkap rencana inDrive untuk memperluas layanan dan vertikal baru di Indonesia menyusul penggalangan dana sebesar Rp2,28 triliun dari General Catalyst.
Proses negoasiasi dan pembayaran tunai
Beroperasi sejak tahun 2019, inDrive telah melayani kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Medan, dan Makassar. inDrive juga sudah hadir di 47 negara dan lebih dari 700 kota dengan total 2 miliar perjalanan. Seperti layanan ride-hailing umumnya, inDrive memanfaatkan kendaraan milik mitra pengemudi untuk disewakan sebagai moda transportasi.
“Yang membedakan inDrive dari pemain lainnya adalah P2P ride-hailing service. Jadi, kami memberdayakan komunitas untuk mendapatkan layanan terbaik. Komisi yang kami kenakan kepada pengemudi adalah 10% saja,” kata Georgy.
Adapun, inDrive menyediakan pilihan negosiasi dan harga yang terjangkau dan transparan kepada penumpang dan pengemudi. Proses negosiasi bisa dilakukan untuk mendapatkan harga yang sesuai dengan menekankan kepada kebebasan yang bisa dilakukan oleh penumpang dan pengemudi. Penumpang bisa memesan lewat aplikasi inDrive dari lokasi satu ke lokasi lainnya.
Nantinya akan muncul rekomendasi harga di aplikasi. Kedua pihak bisa menolak jika harga yang ditawarkan tidak sesuai, dan bisa langsung menerima jika sudah sesuai dengan kesepakatan antara kedua pihak. Model ini menjadi unggulan inDrive, dan diklaim cukup diminati sebagian besar pengguna di Indonesia.
Saat ini, inDrive belum masuk ke segmen korporasi sebagai target pengguna dan masih fokus ke pengguna individu. Metode pembayaran juga ada dalam opsi tunai, sedangkan pembayaran digital lewat e-wallet maupun kartu kredit belum tersedia. Namun, pihaknya mengklaim telah mendapatkan feedback positif dari pengguna ride-hailing inDrive.
Kantongi pendanaan baru
Awal tahun ini, inDrive telah menggalang dana sebesar $150 juta (Rp2,28 triliun) dalam instrumen hybrid inovatif dari General Catalyst. Dana segar tersebut akan dimanfaatkan untuk mendanai pemasaran, termasuk akuisisi pengguna dan biaya retensi. General Catalyst sebelumnya berpartisipasi dalam putaran investasi seri C senilai $150 juta yang dipimpin oleh Insight Partners pada 2021.
Di tengah kondisi makro global yang menantang, inDrive mengaku mencatat pertumbuhannya yang cepat di sepanjang 2022. Pendapatan kotor inDrive naik sebesar 88% (YoY). Wilayah operasionalnya bertambah dari 37 negara di 2021 menjadi 47 negara. Jumlah timnya juga tercatat sebanyak 2.700 karyawan yang tersebar di 17 kantor di seluruh dunia dengan 1.000 karyawan baru.
Di tahun yang sama, perusahaan telah meluncurkan beberapa lini bisnis baru, memperluas penawarannya dari yang sebelumnya terbatas pada transportasi penumpang dan kargo, pengiriman, dan layanan tukang, kini inDrive menawarkan iklan pencarian pekerjaan dan layanan pembelian secara berkelompok.
Saat ini inDrive telah memiliki tim yang ditempatkan di Indonesia. Khusus untuk pasar Indonesia, inDrive memiliki beberapa rencana untuk mendorong pertumbuhan bisnis hingga dua kali lipat. Perusahaan juga akan menambah kualitas dan keamanan layanan kepada pengguna. Bukan hanya tersedia di kota-kota besar, inDrive juga ingin memperluas layanan di rural area.
Persaingan ketat layanan on-demand
Selain Gojek dan Grab, di Indonesia saat ini layanan ride-hailing juga diisi oleh pemain baru, yakni Maxim. Namun, masuk ke bisnis on-demand di Indonesia tidak mudah. Untuk bisa bertahan, penyedia layanan perlu mendiversifikasi layanan, fokus pada pengalaman pelanggan, membangun kemitraan yang kuat, berinovasi, dan beradaptasi.
Di saat yang sama, perusahaan juga perlu menyadari tantangan yang dihadapi pasar, termasuk hambatan regulasi, persaingan ketat, retensi pengemudi, dan ketidakpastian ekonomi.
Sementara Grup AirAsia saat ini secara aktif telah menghadirkan layanan-layanan baru sebagai upaya menumbuhkan pendapatan non-maskapainya. Salah satunya adalah layanan ride-hailing yang sudah resmi meluncur di Malaysia pada 2020. Indonesia menjadi negara ketiga peluncuran layanan ride-hailing di Bali, setelah Thailand dan Filipina untuk ekspansi regional airasia Super App.