Tag Archives: Gerakan Nasional 1000 startup

Sebagai pembaruan program sebelumnya, The Next 1001 Startup Digital tak lagi targetkan kuantitas 1000 startup

Kemkominfo Umumkan “The Next 1001 Startup Digital”

Kementerian Kominfo bersama para penggerak ekosistem digital meluncurkan “The Next 1001 Startup Digital”. Program ini merupakan pembaruan dari Gerakan Nasional 1000 Startup yang sebelumnya sudah dijalankan sejak 2016. Nantinya berbagai lembaga, seperti BUMN dan perusahaan swasta, akan lebih banyak disinergikan dalam suksesi program tersebut.

“Gerakan ini disinergikan dengan program dari lembaga lain seperti BUMN dan perusahaan lainnya. Di masing-masing kota (ada 10 kota yang sudah disinggahi program sebelumnya) rencananya akan didirikan pusat inovasi, pelaku dan kreator lokal dapat berkolaborasi menciptakan solusi bagi kebutuhan masyarakat setempat,” ujar Dirjen Aptika Kemkominfo Semuel Abrijani Pangerapan.

Jika gerakan sebelumnya menargetkan kuantitas melahirkan 1000 startup, dengan pembaruan visi kegiatan ini lebih ditargetkan untuk menjaga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Menurut Samuel, semua pihak –baik itu telko, komunitas, akademisi, pemerintahan, hingga coworking space—akan diajak berbaur untuk melangsungkan The Next 1001 Startup.

“1001 itu dari angka biner, digital. Kita ada moto, mari kita bangun dengan 1000 mimpi, 1000 karya dan 1000 solusi untuk 1 Indonesia Raya,” ujar Samuel.

Sementara itu Staf Khusus Menkominfo Lis Sutjiati menekankan, bahwa keluaran dari program ini nantinya berupa startup yang mampu menyelesaikan isu-isu terkait kebutuhan industri digital. Dengan kualitas lebih baik dan sesuai keinginan investor.

“Program lanjutan 1000 Startup Digital ini akan terus mempertahankan kualitas terbaik, dengan memperbarui mentor, membuat modul pembelajaran secara online, memaksimalkan ide dan bakat yang dimiliki. Dengan harapan dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia,” ujar Lis.

Untuk pengembangan startup sendiri, Kemkominfo menaungi beberapa program. Di tahapan early stage ada program ini. Sementara untuk scaling stage, Kemkominfo juga punya program The Nexicorn, dengan target membawa startup ke pendanaan tingkat lanjut dan menjadi unicorn.

Tonggak.id Sajikan Daftar Masalah Tervalidasi untuk Bekal Memulai Startup

Satu Data Indonesia Kantor Staf Presiden (SDIKSP), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Kibar lewat Gerakan Nasional 1000 Startup menginisiasikan peluncuran platform Tonggak.id sebagai wadah berkumpulnya para akademisi, peneliti dan komunitas untuk saling bertukar pikiran dan mengubah masalah jadi potensi, lalu mengubah potensi jadi aksi nyata.

Inisiasi ini dilakukan karena berdasarkan survei internal peserta dari Gerakan Nasional 1000 Startup saat melakukan roadshow, menemui kesulitan melakukan riset untuk menentukan ide bisnis apa yang paling dibutuhkan di kota mereka masing-masing. Alasannya, salah satunya karena keterbatasan akses dan sumber daya.

Mereka pun jadi sulit menemukan masalah apa yang paling mendesak untuk diselesaikan, sehingga solusi yang ditawarkan kurang beragam. Alhasil, startup yang dihasilkan lagi-lagi hanya berputar di solusi transportasi online atau marketplace.

“Padahal seharusnya setiap kota punya kebutuhan yang unik dan berbeda-beda,” kata Executive Director Gerakan Nasional 1000 Startup Digital Enda Nasution, Kamis (20/7).

Tonggak.id memberi data yang berisi permasalahan yang ada di sekitar secara terkurasi, aktual dan tervalidasi diperuntukkan untuk orang-orang yang ingin mendirikan startup. Hasil akhir yang disasar dari Tonggak.id adalah calon startup founder dapat menemukan peluang bisnis melalui solusi tepat guna bagi orang banyak berdasarkan data yang tepat.

Selain itu, Tonggak.id juga menjadi jawaban bagi terbukanya akses informasi untuk konsumsi publik, didukung oleh penyajian data dengan visual menarik sehingga memudahkan saat interpretasi.

Pada tahap awal, Tonggak.id akan fokus pada enam kategori masalah berdasarkan program prioritas pemerintah, yaitu ketahanan pangan, maritim, pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dan logistik.

“Harapannya Tonggak.id bisa membuat semua orang jadi lebih melek data. Data pun jadi lebih mudah diakses, sehingga teman-teman startup bisa membuat bisnis dari masalah dengan data yang valid sesuai dengan kondisi, tidak berdasarkan asumsi. Data kami dapatkan dari hasil riset kampus, lembaga pemerintahan, dan komunitas,” terang Co-Founder Tonggak.id Octa Ramayana.

Untuk alur dan peran Tonggak.id dalam mendapatkan data, ada empat proses yang saling berkesinambungan. Pertama, dimulai dari ditemukannya definisi masalah oleh SDIKSP yang kemudian di proses peneliti dan akademisi untuk validasi data.

Setelah itu, proses pengayaan dan penyebaran data yang dilakukan komunitas dan startup. Terakhir adalah pelaporan oleh komunitas dan startup untuk dibawa ke langkah aksi, merealisasikan masalah menjadi solusi baru.

Pemerintah daerah masih sulit buka data

Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden Robertus Theodore mengatakan saat ini untuk keterbukaan data dari internal pemerintah daerah masih sulit dilakukan. Hanya ada beberapa daerah saja yang sudah menerapkan keterbukaan data, seperti Bandung, Yogyakarta dan Pontianak. Ini tergantung kebijakan dari masing-masing pimpinannya.

Namun, sebagian besar pemimpin daerah masih banyak yang menganggap data baru akan didapat apabila ada yang memintanya terlebih dahulu. Menurut dia, salah satu penyebabnya adalah belum adanya payung hukum tertinggi berbentuk Peraturan Presiden yang dapat “memaksa” pemerintah daerah untuk berbagi data ke publik.

“Sejak 2014 kami dirikan Satu Data Indonesia sebagai ajang untuk open government agar data-data yang dihimpun jadi lebih optimal. Kami sedang fokus dorong pemerintah untuk menerbitkan Perpres keterbukaan data, “memaksa” lembaga untuk berbagi data internal ke publik,” kata Robertus.

Robertus melanjutkan, dengan keterlibatan SDIKSP dalam inisiasi Tonggak.id menjadi salah satu upayanya dalam mendorong reformasi tata kelola data pemerintah lewat pemanfaatan data. Pihaknya percaya bahwa data akan bernilai lebih apabila data tersebut dimanfaatkan oleh pengguna baik itu pemerintah dalam konteks data-driven decision making dan masyarakat umum, termasuk pelaku startup.

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital Gelar Demo Day untuk 13 Startup Batch Pertama

Setelah mengikuti kegiatan bootcamp selama 3 bulan, hari ini batch pertama Gerakan Nasional 1000 Startup Digital mengadakan kegiatan Demo Day. Dari 16 startup asal Jogja, Surabaya dan Jakarta yang berhasil masuk ke tahap Bootcamp terpilih 13 startup yang berhak melakukan pitching kepada 5 dewan juri, yang terdiri dari Thomas Diong dari Sale Stock, Vishnu Mahmud dari Ogilvy, Steven Vanada dari CyberAgent Ventures, Widyawan dari UGM, dan Herbet Ang dari Acer Indonesia.

Selama 3 menit, masing-masing perwakilan dari startup wajib menyampaikan informasi lengkap seputar model bisnis hingga strategi monetisasi yang bakal dilancarkan.

Dalam sambutannya Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyampaikan apresiasinya kepada Gerakan Nasional 1000 Startup Digital dan kepada 13 startup yang beruntung masuk dalam tahap Demo Day.

“Sesuai dengan harapan dari Presiden Jokowi, semoga startup yang berhasil masuk dalam tahap ini bisa memberikan produk dan layanan terbaik untuk mendukung ekonomi digital di Indonesia.”

Kegiatan Demo Day juga menjadi acara kelulusan bagi 13 startup yang telah mendapatkan mentoring intensif selama 3 bulan terakhir. Selanjutnya Gerakan Nasional 1000 Startup Digital gelombang kedua, akan dimulai kembali di Jakarta, Surabaya dan Yogyakarta.

“Kami optimis mereka yang lulus mampu berperan sebagai role model bagi pendiri startup dari kota lainnya yang belum masuk ke tahap inkubasi,” kata Chief Executive Kibar Yansen Kamto.

Layanan on demand hingga event discovery

Dari 13 startup yang mendapatkan kesempatan untuk melakukan pitching di hadapan dewan juri, kebanyakan menawarkan layanan on demand yang saat ini masih menjadi favorit di Indonesia. Diantara mereka juga berusaha menghadirkan layanan edukasi, olahraga hingga tutoring untuk calon mahasiswa yang bersiap untuk memilih jurusan paling tepat di universitas. Berikut adalah 13 startup yang berhasil masuk ke tahap Demo Day:

Jahitin

Startup yang berasal dari Surabaya ini, mencoba untuk menghadirkan layanan on demand untuk masyarakat yang membutuhkan tenaga penjahit. Platform yang mengkhususkan kepada pakaian kebaya dan dress ini berupaya menghadirkan fahionpreneur yang mudah dengan harga yang terjangkau

Xparring

Startup yang berasal dari Jakarta ini, merupakan platform yang dapat mencari lawan tanding untuk berolahraga khususnya bulutangkis. Xparring ingin mempertemukan pecinta dan komunitas olahraga.

Karapan

Startup yang satu ini cukup agresif dalam penyampaian pitching-nya di hadapan dewan juri. Startup yang berasal dari Surabaya ini, merupakan online community dan partnership platform yang mempertemukan peternak sapi rakyat dalam pengelolaan manajemen peternakan, manajemen pemasaran sapi dan daging serta permodalan peternakan.

Kooliah

Startup asal Yogyakarta ini merupakan platform terpadu yang bisa membantu calon mahasiswa menentukan jurusan yang ideal dan sesuai minat. Aplikasi ini memungkinkan calon mahasiswa belajar mata kuliah sesuai jurusan secara online dan bimbingan mendapatkan beasiswa.

Panggilin

Startup yang berasal dari Jakarta. Panggilin adalah marketplace jasa on-demand (C2C) yang mempertemukan antara pengguna dan penyedia jasa di sekitar (location based).

Fataway

Startup asal Jogjakarta ini ingin menghadirkan pilihan menu sehat sekaligus katering yang bisa disesuaikan untuk memantau program diet pengguna.

Goodjob

Layanan marketplace jasa khusus untuk perbaikan AC, dengan target pasar B2B. Goodjob memastikan harga serta kualitas dari mitra yang ada bisa dijamin hanya yang terbaik. Goodjob berasal dari Jakarta.

Adsiconic

Startup yang berasal dari Jogja ini merupakan sebuah platform interaktif dalam periklanan kendaraan dengan memanfaatkan teknologi QR Code dan tracking untuk kampanye iklan.

Agenda kota

Startup asal Surabaya yang menghadirkan discovery event untuk acara di seluruh Indonesia. Agenda Kota juga platform yang mempertemukan penyelenggara event dengan pengguna untuk berbagi informasi.

Qtaaruf

Startup asal Surabaya yang merupakan platform pencarian pasangan dengan cara taaruf sesuai dengan ajaran agama islam. Selain memanfaatkan kecocokan antar pengguna, Qtaaruf juga menggunakan ustadz untuk menentukan pilihan yang tepat.

Sweep

Startup asal Jogjakarta yang merupakan aplikasi last-minute-deals untuk promo instan yang menghubungkan bisnis F&B dengan calon pelanggan secara real time.

Roo

Aplikasi monitoring kesehatan untuk anak di bawah usia enam tahun. Aplikasi ini diciptakan untuk orang tua agar dapat terus memantau tumbuh kembang anak. Roo adalah startup asal Jakarta.

Ajarin

Startup yang berasal dari Jakarta yang menghadirkan layanan aplikasi mobile untuk membantu orang tua dalam menemukan, mengembangkan, dan menyalurkan bakat anak umur 4 – 15 tahun.

Dorong Pertumbuhan Layanan Fintech, Bank Bukopin Hadirkan BNV Labs

Sektor perbankan saat ini mulai bergerak untuk mengadopsi teknologi, salah satunya adalah dengan membuka kemitraan lebih luas dengan pelaku startup financial technology (Fintech). Setelah Bank Mandiri dan BCA, hari ini Bank Bukopin bersama dengan Kibar meluncurkan BNV Labs. Nantinya secara khusus BNV Labs akan fokus kepada tiga elemen utama, yaitu pembentukan tim yang terbaik, melancarkan program inkubasi dan yang terakhir mendirikan coworking space yang berfungsi sebagai wadah bagi pelaku startup berinovasi.

“Jika dulunya kami melihat fintech sebagai kompetitor, namun saat ini sudah waktunya untuk membuka kemitraan dengan layanan fintech di Indonesia. Dengan harapan bisa memperluas peluang bisnis dengan mengadopsi teknologi,” kata Direktur Utama Bank Bukopin Glen Glenardi kepada media hari ini.

Untuk membantu rencana tersebut bank Bukopin menggandeng Kibar sebagai mitra agar dapat bersinergi untuk memberikan kontribusi kepada ekonomi digtal Indonesia. Di sisi lain, Bukopin juga ingin mendukung program Gerakan Nasional 1000 Startup Digital yang digagas oleh Chief Executive KIBAR, Yansen Kamto.

“Kerja sama ini merupakan langkah strategis untuk membantu startup digital khususnya di bidang fintech agar dapat tumbuh subur. Saya berharap melalui kolaborasi ini bisa memberikan kontribusi untuk mewujudkan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi terbear di Asia,” kata Yansen.

Proses perekrutan ke universitas di 10 kota besar

Untuk langkah pertama, BNV Labs akan melakukan road show atau sosialisasi sekaligus perekrutan talenta muda di 10 kota besar di Indonesia, di antaranya Jakarta, Surabaya, Malang, Semarang, Bali, Medan, Makassar, Pontianak dan lainnya. Talenta baru yang berhasil direkrut akan dilakukan proses penyaringan secara ketat, hingga akhirnya beberapa calon pelaku startup yang terpilih sesuai dengan skill dan kemampuan yang ada. Mereka akan dipertemukan untuk bisa menciptakan inovasi baru yang menyentuh teknologi fintech dan layanan startup secara umum.

“Sebagai bank yang sudah berdiri selama 47 tahun, kami akan memberikan mentoring hingga konsultasi kepada mereka yang nantinya terpilih, terutama dalam hal regulasi hingga hal-hal krusial yang wajib diketahui oleh startup,” kata Direktur Pengembangan Bisnis & Teknologi Informasi Bank Bukopin Adhi Brahmantya.

Rangkaian program yang nantinya akan diterapkan oleh BNV Labs kepada calon pelaku startup diantaranya adalah, initiate, ignite, ideate, create, validate dan yang terakhir adalah incubate atau inkubasi. BNV Labs akan mendirikan sebuah coworking space yang nantinya bisa digunakan semua calon pelaku startup binaan BNV Labs dan pelaku startup lainnya. Selain mentoring dan konsultasi dari tim khusus Bank Bukopin, talenta yang terpilih nantinya juga akan diberikan akses pasar dari Bank Bukopin.

“Kami ingin mendidik semua talenta baru yang tertarik untuk menciptakan inovasi yang nantinya bisa diintegrasikan dengan Bank Bukopin, dalam hal ini yang menyasar sektor fintech,” kata Adhi.

Diluncurkannya BNV Labs Bank Bukopin diharapkan ikut serta mendorong pertumbuhan layanan fintech di tanah air untuk menciptakan solusi kolaboratif bersama dengan para pelaku industri keuangan dan perbankan.

“Kini sudah saatnya perbankan mulai mengadopsi teknologi dan mulai membuka kemitraan kepada pelaku fintech, mulai dari yang sudah eksis hingga yang baru tumbuh. Bukan lagi menganggap mereka sebagai kompetitor tapi menjadi partner,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.