Tag Archives: GetPlus

Startup penyedia platform loyalitas GetPlus meluncurkan Retail Media Network, produk papan iklan video berbasis AI dari AWL.Inc

GetPlus Perkenalkan “Retail Media Network”, Papan Iklan Video Berbasis AI

Startup penyedia platform loyalitas GetPlus meluncurkan Retail Media Network, layanan papan iklan video berbasis AI. Teknologi ini hadir berkat kerja sama dengan perusahaan teknologi asal Jepang, AWL.Inc.

Dalam peresmiannya, Co-founder & COO/CMO GetPlus Indonesia Adrian Hoon menjelaskan, papan iklan ini dapat dikostumisasi dan dipersonalisasi berdasarkan jenis kelamin, usia, dan durasi pelanggan melihat iklan video yang ditempatkan di jaringan ritel dengan memanfaatkan kamera.

Ketika pelanggan melewati papan iklan GetPlus, mereka akan melihat iklan yang sudah dipersonalisasi sesuai kategori tersebut. Kamera tersebut bahkan mampu mendeteksi sekalipun pelanggan tidak melihat ke kamera.

“Dalam sekejap, kurang dari satu detik kamera akan langsung mendeteksi beberapa muka sekaligus. Dan iklan yang dipersonalisasi akan muncul hanya dalam waktu kurang dari satu detik,” terangnya, Senin (15/1).

Menurutnya, solusi GetPlus Retail Media Network yang ditempatkan di jaringan ritel terkemuka, memungkinkan para mitra ritel mendapatkan first party data yang lebih akurat dari platform iklan berbasis AI yang dapat dipersonalisasi secara real time dan terukur.

“Misi kami adalah bekerja dengan mitra ritel kami dan merek untuk sepenuhnya mengelola strategi loyalitas mereka, mengidentifikasi wawasan dan tren pelanggan utama, memaksimalkan ROI pemasaran mereka untuk meningkatkan penjualan.”

Inovasi ini sudah diterapkan di Ranch Market Grand Indonesia dan Farmers Market Summarecon Mall Kelapa Gading. Ranch Market dan GetPlus merupakan portofolio dari Grup Djarum.

Teknologi AI milik AWL.Inc disebutkan memiliki akurasi hingga 70%. Di negara asalnya, sejak pertama kali beroperasi di 2016, solusi AWL telah diterapkan luas oleh berbagai global ritel modern, seperti AEON, Lawson, Family Mart. Sebanyak 15 ribu kamera di 3 ribu lokasi telah di-install oleh AWL.

President Representative Director and CEO AWL.Inc Muneharu Kitade menambahkan, teknologi yang disiapkan untuk GetPlus mampu mengenali wajah, usia, jenis kelamin, serta durasi pelanggan melihat iklan video secara real time dan akurat. “Sehingga dapat memberikan wawasan mendalam tentang demografi dan perilaku pelanggan yang terukur,” katanya.

Walau teknologi ini masih sangat baru di Indonesia, lanjut Adrian, dalam lanskap ritel yang dinamis saat ini, pelaku industri membutuhkan solusi yang melebihi periklanan tradisional dan dapat diukur efektivitasnya. Ia berharap, keberadaan saluran ini tidak hanya sebagai solusi, namun juga berkontribusi pada pertumbuhan ekosistem industri ritel di Indonesia.

Pemilik brand dapat menerima manfaat berupa engagement dari pelanggan yang memicu konversi dan penurunan preferensi terhadap merek tertentu. Sedangkan bagi ritel, dapat menghasilkan lebih banyak pendapatan dan meningkatkan pengalaman berbelanja pelanggan. Terakhir, keuntungan bagi pelanggan sendiri adalah mendapatkan iklan yang telah dipersonalisasi sehingga lebih relevan.

“Kami menawarkan Retail Media Network yang canggih yang dapat menciptakan audiens yang sesuai dengan menggunakan data pihak pertama, sehingga memungkinkan brand untuk menargetkan pesan yang tepat kepada audiens yang tepat di lokasi yang juga tepat, sehingga dapat menghasilkan ROAS yang optimal,” pungkasnya.

Satu tahun sebelumnya, GetPlus bermitra dengan Mil.k, startup sejenis GetPlus asal Korea Selatan yang memanfaatkan teknologi blockchain dan mengintegrasikan dengan berbagai perusahaan jasa, seperti industri perjalanan, rekreasi, mode, budaya, dan gaya hidup lainnya.

Sejak beroperasi di 2019, diklaim kini GetPlus memiliki lebih dari 1 juta pengguna dan lebih dari 500 merchant yang terdaftar. Sebagai program loyalitas, pengguna GetPlus bisa mendapatkan poin dari kegiatan berbelanja sehari-hari baik secara online dan offline di berbagai kategori merchant.

Poin tersebut dapat ditukar dengan banyak pilihan, misalnya voucher belanja, jasa, atau produk fisik dari berbagai partner. Startup ini beririsan dengan Shopback dan Snapcart.

GetPlus menggunakan model coalition yang berbeda dengan program loyalitas yang ada sejauh ini, misalnya model single-brand (contoh: Starbucks Card) atau close-loop (contoh: MAP Club). Model ini dirancang untuk memberikan value berkelanjutan untuk merchant, konsumen, dan operator. Di saat yang sama, membantu merek memperoleh pelanggan baru, mendorong retensi, dan meningkatkan pengeluaran belanja.

Application Information Will Show Up Here
Startup penyedia platfrom loyalitas GetPlus mengumumkan kemitraan dengan startup asal Korea Selatan Mil.k sediakan fitur penukaran poin rewards dengan token kripto

GetPlus Gaet Mil.k Hadirkan Fitur Penukaran Poin Reward dengan Koin Kripto

Startup penyedia platfrom loyalitas GetPlus mengumumkan kemitraan dengan startup sejenis asal Korea Selatan Mil.k. Realisasi dari kemitraan tersebut adalah menghadirkan fitur penukaran poin GetPlus menjadi koin token kripto Milk (MLK).

“Misi kita adalah bantu industri ritel dengan coalition loyalty. User dapat earn point dari banyak kategori everyday shopping yang sudah bermitra dengan kami. Hadirnya Mil.k tentunya memberikan tambahan value proposition bagi konsumer dalam menikmati poin rewards,” ucap COO GetPlus Adrian Hoon dalam konferensi pers, Senin (13/3).

Kehadiran inovasi ini diharapkan membuka peluang baru dan manfaat yang lebih besar bagi pengguna GetPlus, lantaran platform Mil.k bermitra dengan berbagai perusahaan internasional untuk menyediakan penukaran dari berbagai penyedia layanan gaya hidup.

Di antaranya, AirAsia global, pusat perbelanjaan Megabox Shinsegae Duty Free, OTA Yanolja, convenience store CU, e-commerce INTERPARK dan lainnya. Tak hanya itu, koin MLK dapat diperdagangkan di bursa kripto internasional, seperti Gate.io, Kucoin, Huobi Global, Upbit, Bithumb, dan Coinone.

CEO Mil.k Cho Jung Min menyampaikan kemitraan dengan GetPlus sekaligus menandai ekspansi ke Indonesia, diikuti tiga negara lainnya di Asia Tenggara yang sudah diincar sepanjang tahun ini, yakni Thailand, Malaysia, dan Singapura.

“Saya sangat percaya bahwa layanan penukaran poin dengan GetPlus akan menghasilkan sinergi yang baik untuk memberikan manfaat dan nilai eksklusif kepada pengguna global. Tim Mil.k akan berusaha untuk memberikan pengalaman penukaran poin yang terbaik kepada pengguna di Indonesia,” ucap Cho.

Sebagai catatan, Mil.k adalah startup sejenis GetPlus yang memanfaatkan teknologi blockchain dan mengintegrasikan dengan berbagai perusahaan jasa, seperti industri perjalanan, rekreasi, mode, budaya, dan gaya hidup lainnya.

Proposisi yang ditawarkan berbeda dengan kebanyakan karena dalam ekosistem Mil.k memungkinkan pengguna mengonversi poin loyalitas menjadi token MLK, yang kemudian dapat ditebus dengan membeli dari mitra mana pun (atau menjual dengan imbalan uang tunai). Tak hanya kemudahan saat redeem token MLK, dalam pertukaran menjadi mileage dapat dibeli dengan harga lebih rendah dari nilai sebenarnya menggunakan token MLK.

Menurut Cho, meski di negara asalnya solusi Mil.k sudah lengkap, namun untuk tahap awal kehadirannya di Indonesia akan memfokuskan pada solusi penukaran poin rewards. Tak menutup kemungkinan untuk memperluas ke solusi lainnya, seperti token MLK yang bisa diperjual-belikan di bursa kripto lokal.

Meskipun kemitraan GetPlus dan Mil.k diumumkan hari ini, namun fiturnya sendiri rencananya baru bisa dinikmati pada Juni 2023 mendatang. Cho juga memastikan perusahaan akan berupaya perbanyak kemitraan dengan perusahaan global lainnya demi meningkatkan benefit bagi pengguna terlepas di mana pun mereka berada. Disebutkan pengguna Mil.k tembus di angka 1,3 juta orang.

Perkembangan GetPlus

Hoon menambahkan, “GetPlus akan terus menambahkan lebih banyak partner seperti bank digital, fintech, asuransi, dan mata uang kripto lainnya untuk memberikan kesempatan lebih besar dan luas untuk pengguna mendapatkan dan menukarkan poin GetPlus.”

Hoon menargetkan sepanjang tahun ini perusahaan dapat tumbuh 50% dari jumlah transaksi dan 80% untuk jumlah pengguna. Adapun untuk jumlah pengguna diklaim telah mencapai lebih dari 600 ribu orang dan 250 merchant online dan offline yang tersebar di Jakarta dan Surabaya.

GetPlus sendiri merupakan program loyalitas dari berbagai brand yang difokuskan untuk memberikan keuntungan bagi pengguna dari aktivitas belanja sehari-hari. Pengguna dapat memperoleh poin reward setiap hari hanya dengan memindai struk belanja ke aplikasi GetPlus dan setelah itu dapat menukar poin ke berbagai opsi, seperti produk, jasa layanan, dan e-voucher.

Pengguna dapat menukarkan poin mereka menjadi miles AirAsia, miles Singapore Airlines atau menjadi saldo e-wallet DANA untuk berbelanja sehari-hari.

GetPlus menggunakan model coalition yang berbeda dengan program loyalitas yang ada sejauh ini, misalnya model single-brand (contoh: Starbucks Card) atau close-loop (contoh: MAP Club).

“Coalition dirancang untuk memberikan value berkelanjutan untuk merchant, konsumen, dan operator. Program ini membantu pedagang memperoleh pelanggan baru, mendorong retensi, dan meningkatkan pengeluaran belanja. Dengan catatan itu, kami percaya GetPlus memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi di Indonesia,” terang Hoon dalam wawancara bersama DailySocial.id beberapa waktu lalu.

Application Information Will Show Up Here
Aplikasi Loyalty GetPlus

Lakukan Penyesuaian Akibat Pandemi, Platform Loyalitas GetPlus Gulirkan Fitur Baru

Salah satu upaya untuk memberikan layanan lebih kepada pelanggan adalah dengan menghadirkan rewards program. Sebagai platform yang dikembangkan untuk membantu bisnis ritel melalui program loyalitas koalisi (coalition loyalty), GetPlus mencatat saat ini menjadi waktu yang tepat bagi brand untuk melancarkan kegiatan tersebut.

Kepada DailySocial, Co-Founder & COO GetPlus Adrian Hoon mengungkapkan, era digital telah meningkatkan ekspektasi pelanggan, di sisi lain persaingan yang ketat juga menjadikan rewards program menjadi penting untuk menjaga loyalitas dan kepercayaan brand. Selain Adrian, co-founder GetPlus lainnya adalah Antonny Liem yang juga merupakan Partner dari GDP Venture yang juga memberikan investasi tahap awal ke GetPlus.

“Agar tetap relevan dan memenangkan loyalitas dalam ekonomi digital, brand harus memanfaatkan data konsumen untuk memberikan pengalaman pelanggan yang sangat relevan, sangat nyaman, dan dapat dipercaya. Ini akan membina hubungan yang lebih baik dengan basis pelanggan terbaik Anda,” kata Adrian.

Disinggung seperti apa pandemi mempengaruhi pertumbuhan bisnis dari GetPlus, sekitar 80% dari mitra merchant adalah ritel offline, F&B, dan bisnis travel yang sangat terpengaruh oleh penutupan sementara mal dan pergerakan terbatas. Meskipun semua proses belanja beralih ke online, namun jumlah transaksi terlihat menurun dan kebanyakan orang melakukan pembelian untuk barang yang tidak terlalu penting.

“Bisnis kami mengalami penurunan 60-70% selama tahap awal PSBB pada tahun 2020. Respons kami selanjutnya adalah dengan cepat meningkatkan teknologi Optical Character Recognition (OCR) untuk menerima tanda terima pembelian pengiriman rumah, memungkinkan pengguna kami untuk terus mendapatkan poin GetPlus saat berbelanja di rumah dan pada saat yang sama membantu meningkatkan beberapa bisnis mitra F&B kami,” kata Adrian.

GetPlus mengklaim telah mengelola tiga kali lipat kemitraan dengan merchant dan menggandakan basis keanggotaan melalui kerja sama strategis dengan 4 dari 5 operator telekomunikasi teratas dan beberapa layanan e-commerce. Masih banyak rencana yang bakal dilancarkan oleh GetPlus, salah satunya adalah ekspansi ke kota-kota besar di Indonesia. Rencana tersebut tergantung kepada besarnya permintaan dan kondisi pandemi di daerah tersebut.

Meluncurkan kanal baru

GetPlus meluncurkan kanal terbaru, memungkinkan pengguna mendapatkan poin dengan mengunggah struk pembelian. Harapannya pilihan ini bisa mempermudah lebih dari 300 ribu pengguna GetPlus menukarkan struk belanja dari supermarket dan minimarket apa pun di Jabodetabek menjadi Poin GetPlus.

“Model bisnis kami adalah membantu menghubungkan mitra merchant kami dengan konsumen (yang merupakan anggota kami) melalui program loyalitas koalisi kami. Perpanjangan ke minimarket dan supermarket memberi anggota kami jalan lain untuk mendapatkan poin GetPlus.”

Selain ritel bahan makanan, GetPlus juga memiliki CPG (consumer package goods) dalam kemitraan brand dengan untuk memberi penghargaan kepada pelanggan yang membeli produk mereka. Cara ini memungkinkan anggota untuk mendapatkan poin GetPlus dari ritel dan brand CPG secara bersamaan-penghasilan berlipat ganda dalam satu perjalanan belanja.

“Melalui brand CPG, kami menyadari pentingnya melibatkan pelanggan mereka secara langsung. Karena konsumen telah mengubah perilaku belanja mereka, model periklanan dan pemasaran tradisional tidak efektif seperti sebelumnya. Dengan memanfaatkan platform loyalitas koalisi GetPlus, brand CPG dapat memiliki ‘permulaan yang cepat’ tanpa investasi teknologi pemasaran, untuk mempromosikan langsung kepada konsumen dan memberi penghargaan atas pembelian mereka,” kata Adrian.

Application Information Will Show Up Here

User Loyalty Program: Between Loyalty and Temptation

When opening the GoPoints feature in Gojek’s app, You’ll no longer find spinner gamification with points that used to be popular. All transactions on Gojek platform will no longer gain points since last January. The remaining points can still be redeemed until 30 June 2020. Gojek is said to develop GoPoints with a different approach.

GoPoints, similar to Ovo Points, TokoPoints, or Shopee Coins. These programs were originally designed to maintain user loyalty, but in the long run, creates comparison variables that influence purchase decisions rather than price.

I tried to talk with several users of digital applications, millennials, and actually care for these points. Some are looking for more benefits such as discounts, some tend to love these points to be used for other things – balance top-up for example.

July Andrian uses and benefits from some loyalty program, such as GoPoint, GrabRewards, Ovo Points, TokoPoint, Shopee Coins, Ponta, and I-Pocket. Everything is collected in order to get other benefits.

“[User loyalty program] This is an advantage for me. Getting some feedback on our loyalty / the amount of money we spend. Therefore, we believe to gain more profit from the purchases we make,” Juli explained.

This opinion is also admitted by others. Including the existence of various points obtained, they become more selective of an item/merchant/service.

“Always, because [I am] very frugal and avoid many losses,” Galuh Intan added.

“[I am] very considering. Whenever I want to buy something, I’ll check which offers the biggest cashback,” Prilita Kamalia said.

Loyal to the points, cashback, and discounts

Indonesians are mostly price-sensitive people. The program should be an answer to loyalty, but vice versa. Most of the users now expecting “bonus” from every transaction they’ve made. Eventually, the brand constantly offers something to gain users.

This is not a very good deal for the sustainability of service/brand/trader. For those which offer no extra benefits for certain users. The benefits become an addictive habit that cannot be avoided to gain users. Being mistaken to implement a loyalty program.

GetPlus, a loyalty service provider program, agreed on this phenomenon. Everyone likes discounts/cashback/rewards/points. However, they still believe people who devoted or loyal to certain brands and traders are exist.

“Consumers [who like certain brands] value recognition, to get loyalty rewards from their purchases and enjoy the shopping experience through the offline store. This is the value proposition of the loyalty program, which is a well-designed program that will be as attractive as a discount offer,” GetPlus’ Co-Founder & COO, Adrian Hoon told DailySocial.

Andrian also explained that Indonesia currently has many loyalty programs by brands or merchants, however, some are not well designed in terms of technology, process, resources, marketing, and other investments. The management is not good enough, followed by poor user experience with a negative impact on the business.

Meanwhile, Co-founder & CEO Member.id Marianne Rumantir said, getting loyal customers is not only from the user loyalty program but through the company’s products and services.

She explained, there are such things as transactional loyalty and emotional loyalty. Transactional loyalty usually exists when a brand provides discounts or offer cheap prices, whereas emotional loyalty is a condition where customers remain loyal to a certain brand even though the price is increasing. It is because customers have trusted the brand, in terms of products and services.

“In terms of discount and cashback programs, this should be considered as an acquisition program, not for a retention program. Regular discounts and cashback usually [and should be] offered to get as many members/users as possible at first attempt, but there is a next customer journey where the loyalty program should be able to provide other benefits to reward its customers beyond discount/cashback. Here [we] offer the loyalty program as a retention program,” Marianne explained.

some loyalty program by platforms in Indonesia
some loyalty program by platforms in Indonesia

How should the loyalty program works

The user loyalty program is a long-term investment program that is related to good relationships between services or brands with users. In the system, besides being able to grow users, this program can be used to capture feedback, view demographics, and track user habits. This program should play an important role in the journey of business growth.

Marianne stated several challenges related to the loyalty programs in Indonesia. Two of them are less comprehensive program socialization and some user loyalty programs without a clear customer journey.

“The best loyalty program is the one with well-designed customer journey. If I were to describe, there are 4 phases, Aspiration, Earnings, Benefits, Rewards. Each phase has elements that must be designed and executed well depending on the brand of each industry,” Marianne said.

The point is, Marianne said, in order for user loyalty program to work well, it must be followed by the on-demand products, competitive price to the market, and well-developed service.

“Loyalty programs should run to complement products and improve existing services, therefore, they can provide consumer appreciation as well as helping brands to understand consumers thoroughly,” Marriane added.

loyalty

Redefining loyalty program

The most noticeable impact of the user’s selective habits on prices and points occurs in the SME business. At first, they intend to provide appreciation and experience for loyal customers but changed the habits of users instead. They become addicted.

Redefining user loyalty programs must be done to prevent misinterpretation. Marriane and Andrian said the key is in the well-designed loyalty program. Not only providing points and cashback, but also a clear system.

A well-designed loyalty program, as for Marriane, is user loyalty programs designed in stages and have their respective phases. Marriane calls it a customer journey or simply a user loyalty initiative built with full consideration of the whole experience.

Each stage is adjusted with its own role in the user relation. It manages time for points, cashback, and other forms of appreciation. The gamification model can also be an alternative, for example for customers who already have certain points.

Adrian took one good example of user loyalty programs in Indonesia. He explained a well-known restaurant group in Indonesia with a well-designed user loyalty program.

“The program they run is designed in such ways as to recognize consumers after making a reservation, reward points earned after making transactions without having to show membership ID, rewards offered based on transaction history, and other restaurant preferences. In addition, there are also occasional rewards. Well, such programs have an influence on brand preference, retention, meanwhile to increase spending driven by extraordinary experience to achieve challenges, bonus rewards, and others,” Adrian said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Program loyalitas pengguna seharusnya menjadi cara layanan mendapatkan kesetiaan pengguna, tapi kenyataan berkata lain

Program Loyalitas: Antara Kesetiaan dan Rayuan Poin

Ketika membuka GoPoints di aplikasi Gojek hari ini, Anda tak lagi menemukan gamifikasi berupa permainan spinner dengan poin yang sempat populer beberapa waktu lalu. Seluruh transaksi Gojek juga sudah tak lagi mendapat poin mulai akhir Januari lalu. Pengguna yang memiliki poin masih bisa menukarkan poinnya hingga 30 Juni 2020. Gojek dikabarkan ingin mengembangkan GoPoints dengan pendekatan berbeda.

GoPoints serupa dengan Ovo Points, TokoPoints, atau Koin Shopee. Program-program ini awalnya dirancang untuk menjaga loyalitas pengguna, tapi pada akhirnya menjadi salah satu variabel pembanding yang menentukan keputusan pembelian selain harga.

Saya mencoba berbincang dengan beberapa pengguna aplikasi digital, semuanya milenial, dan mereka sepakat bahwa mereka sangat mencintai poin-poin ini. Ada yang cinta karena mereka bisa mendapat keuntungan lebih berupa potongan harga, ada pula yang cinta karena poin ini bisa digunakan untuk hal lain–beli pulsa misalnya.

Juli Andrian menggunakan dan memanfaatkan poin dari banyak layanan, seperti GoPoint, GrabRewards, Ovo Point, TokoPoint, Koin Shopee, Ponta, dan I-Saku. Semuanya dikumpulkan sehingga bisa mendapatkan keuntungan lain.

“[Program loyalitas pengguna] Ini menjadi keuntungan buat saya. Dapat timbal balik dari loyalitas kita/banyaknya uang yang kita belanjakan. Jadi merasa dapat keuntungan lebih dari pembelian yang kita lakukan,” terang Juli.

Pendapat Juli ini diamini yang lain. Termasuk dengan adanya berbagai macam poin yang didapat mereka jadi lebih pemilih terhadap sebuah barang/merchant/layanan.

“Selalu, soalnya [saya] anaknya hemat dan ga mau rugi banget,” jelas Galuh Intan.

“[Kalau saya] sangat mempertimbangkan. Bahkan kalau aku mau beli sesuatu cek-cek dulu mana yang cashback paling gede,” timpal Prilita Kamalia.

Lebih setia pada poin, cashback, dan diskon

Masyarakat Indonesia masih sangat sensitif terhadap harga. Kehadiran program loyalitas pengguna seharusnya menjadi jawaban untuk sebuah kesetiaan, tapi justru sebaliknya. Banyak dari pengguna kini juga mempertimbangkan “bonus” dari setiap transaksi yang mereka lakukan. Efeknya, brand harus terus “menawarkan” sesuatu untuk tetap mendapatkan pengguna.

Kondisi ini tidak baik bagi keberlangsungan sebuah layanan/brand/merchant. Mereka yang tak lagi menawarkan benefit bakal keluar dari kelompok pilihan pengguna. Memberikan benefit menjadi sebuah ketergantungan yang tak bisa dihindarkan untuk bisa mendapat pengguna. Menjadi salah kaprah bagi implementasi program loyalitas.

GetPlus, sebuah penyedia layanan program loyalitas, tidak menampik fenomena ini. Mereka percaya bahwa semua konsumen menyukai diskon/cashback/rewards/poin yang diberikan secara gratis. Namun mereka masih percaya bahwa masih ada konsumen yang menyukai atau setia pada beberapa brand dan merchant tertentu.

“Konsumen [yang menyukai beberapa brand tertentu] ini menghargai recognition, bisa memperoleh loyalty rewards dari pembelanjaan mereka dan menikmati pengalaman berbelanja melalui offline store. Hal inilah yang merupakan value proposition dari loyalty program, yaitu sebuah program yang didesain dengan baik dan akan sama menarik layaknya penawaran diskon,” terang Co-Founder & COO GetPlus Adrian Hoon kepada DailySocial.

Adrian juga menjelaskan, saat ini di Indonesia banyak program loyalitas yang diterapkan oleh brand atau merchant, namun sayangnya banyak di antaranya tidak well designed dari segi investasi teknologi, proses, sumber daya, marketing, dan lainnya. Pengelolaannya juga kurang baik sehingga membuat pengalaman pengguna tidak baik dan berdampak negatif pada bisnis.

Sementara itu Co-founder & CEO Member.id Marianne Rumantir menilai, mendapatkan pelanggan yang loyal tak diperoleh dari program loyalitas pengguna, tetapi dari produk dan layanan perusahaan itu sendiri.

Ia menjelaskan, saat ini ada yang namanya transactional loyalty dan emotional loyalty. Transactional loyalty biasanya ada pada saat brand sedang ada diskon atau murah, sedangkan emotional loyalty adalah kondisi di mana pelanggan tetap loyal kepada brand tertentu meskipun harganya naik. Alasannya karena pelangan sudah percaya ke brand itu, dari segi produk dan layanan.

“Untuk program diskon dan cashback misalnya, ini seharusnya dianggap sebagai program akuisisi bukan untuk program retensi. Diskon dan cashback biasa [dan seharusnya] ditawarkan untuk mendapatkan member/user sebanyak-banyaknya di awal, namun setelah itu ada customer journey selanjutnya di mana seharusnya loyalty program bisa menyediakan benefit-benefit lain untuk menghargai konsumennya di luar diskon/cashback. Di sini loyalty program digunakan sebagai retention program,” jelas Marianne.

Beberapa platform dan program loyalitas pengguna
Beberapa platform dan program loyalitas pengguna

Bagaimana seharusnya program loyalitas bekerja

Program loyalitas pengguna merupakan program investasi jangka panjang yang berkaitan dengan hubungan baik layanan atau brand dengan pengguna. Di dalam sistemnya, selain bisa menumbuhkan pengguna, program ini bisa digunakan untuk menangkap feedback, melihat gambaran demografi, dan melacak minat pengguna. Seharusnya program ini mengambil peranan penting dalam perjalanan pertumbuhan bisnis.

Marianne berpendapat, ada beberapa tantangan terkait dengan program loyalitas pengguna yang ada di Indonesia saat ini. Dua di antaranya adalah sosialisasi soal program yang kurang menyeluruh dan banyaknya program loyalitas pengguna yang tidak memiliki customer journey yang jelas.

The best loyalty program is the one that has a well-designed customer journey. Customer journey ini kalo saya gambarkan ada 4 phase, Aspiration. Earning, Benefit, Rewards. Di masing-masing phase ada unsur-unsur yang harus dirancang dan dieksekusi dengan baik tergantung brand dari industri masing-masing,” ujar Marianne.

Pada intinya, menurut Marianne, untuk bekerja dengan baik program loyalitas pengguna harus diikuti dengan produk yang dibutuhkan, harga yang sesuai pasar, dan tingkat layanan.

Loyalty program lalu dijalankan untuk membantu melengkapi produk dan meningkatkan servis yang sudah ada sehingga dapat membantu menyediakan apresiasi kepada konsumen begitu juga membantu brand untuk mengerti konsumen nya lebih dalam,” imbuh Marriane.

Platform penyedia program loyalitas pengguna

Mendefinisikan ulang program loyalitas

Dampak paling kentara dari kebiasaan pengguna yang lebih selektif terhadap harga dan poin terjadi di bisnis UKM. Awalnya berniat memberikan penghargaan dan pengalaman bagi pelanggan setia mereka, tetapi malah mengubah kebiasaan penggunanya. Mereka menjadi ketergantungan.

Mendefinisikan ulang program loyalitas pengguna harus dilakukan untuk mencegah penyalahartiannya. Marriane dan Adrian menyebut kuncinya ada pada well-designed loyalty program. Tidak asal poin dan cashback, tetapi juga memiliki sistem yang jelas.

Well-designed loyalty program, menurut penjelasan Marriane, merupakan program loyalitas pengguna yang dirancang dengan bertahap dan memiliki fase masing-masing. Marriane menyebutnya sebagai customer journey atau secara sederhana sebuah inisiatif loyalitas pengguna yang dibangun dengan memperhatikan perjalanan pengalaman penggunaan.

Setiap tahap disesuaikan dan memiliki peran masing-masing dalam hubungan dengan pengguna. Seperti kapan harus memberikan poin, kapan harus memberikan cashback, dan bentuk penghargaan lainnya. Model gamifikasi juga bisa jadi alternatif, misalnya untuk pelanggan yang sudah memiliki poin tertentu.

Adrian turut mencontohan program loyalitas pengguna yang menurutnya bagus di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa ada salah satu grup restoran ternama di Indonesia yang sudah menerapkan program loyalitas pengguna dengan baik.

“Program yang mereka jalankan dirancang sedemikian rupa untuk mengenali consumer setelah melakukan reservasi, reward points didapatkan setelah bertransaksi tanpa harus menunjukkan membership ID, rewards bonus ditawarkan berdasarkan riwayat transaksi, dan preferensi restaurant lainnya. Selain itu, terdapat juga occasional surprise rewards. Nah, program seperti inilah yang memengaruhi preferensi terhadap brand, retention, sekaligus menambah pengeluaran yang didorong oleh experience yang luar biasa untuk mencapai tantangan, rewards bonus, dan lain-lain,” terang Adrian.

GetPlus Platform Offers “Coalition Loyalty” Program for Retail Business

GetPlus was first developed to help the retail business through the coalition loyalty program, allowing users to connect further with the shopping center and gain more benefits of each transaction.

Through the application, customers who currently visiting shopping centers can get points from their transactions with various brands and product categories. Points are to be accumulated in one account, making it easier to claim the rewards.

GetPlus’ Co-Founder & COO, Adrian Hoon said, they’ve been using some approaches to help retails improving their business performance. “First is to acquire new users through a membership system. Then, the coalition model for loyalty platform is said to significantly increase visitors and transactions.”

“GetPlus also tried to keep retail’s margin using reward points to acquire users in the early season – reducing massive discounts during the sales period. With digital-based business, collected data can be used in mapping users’ behavior and demographics.”

In the previous release, GetPlus is currently available in Grand Indonesia Shopping Center. Users can exchange their shopping receipts into points. There’s also an integration with Grand Indonesia’s G CARD. The points are now redeemable into GetPlus point.

Backed by GDP Venture

Since the launching on February 21st, 2019, GetPlus has acquired 150 thousand users, with 12 earning partners/channels. The application is available on Android and iOS.

GetPlus’ Adrian has another co-founder named Antonny Liem. In its debut, the company has secured seed funding from GDP Venture. A positive notion in Jakarta, will increase expansion level, including to all Indonesia’s first-tier cities per 2021.

He also mentioned the different coalition model with the current loyalty program, such as a single-brand model (e.g. Starbucks Card) or close-Loop (e.g. MAP Club).

Coalition

“Coalition is designed to give advanced value for merchant, consumers, and operators. This program helps sellers to acquire new users, boost-up retention, and increase consumerism. With all the benefits, we do believe in GetPlus to have rapid growth in Indonesia,” he added.

Within the next year, GetPlus is to be focused on adding more merchants and members, particularly in Jabodetabek area. In addition, they’re also to educate retail industry on the coalition loyalty program and consumer data management for business development. While improving the UI/UX for user experience in the application.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Platform GetPlus Tawarkan Program “Coalition Loyalty” untuk Bisnis Ritel

GetPlus dikembangkan untuk membantu bisnis ritel melalui program loyalitas koalisi (coalition loyalty), mungkinkan pelanggan untuk dapat terhubung lebih dekat dengan pusat perbelanjaan dan mendapatkan keuntungan lebih dari setiap transaksi.

Melalui aplikasi GetPlus, pelanggan di pusat perbelanjaan bisa mendapatkan poin hadiah dari aktivitas belanjanya di berbagai merek dan kategori produk. Poin-poin tersebut akan diakumulasikan dalam satu akun, sehingga memudahkan dalam mengklaim berbagai jenis hadiah.

Co-Founder & COO GetPlus Adrian Hoon menyampaikan, terdapat beberapa pendekatan yang coba diberikan untuk membantu peritel meningkatkan performa bisnisnya. “Pertama untuk akuisisi pelanggan baru, melalui sistem keanggotaan. Kemudian model coalition untuk platform loyalitas diklaim meningkatkan kunjungan dan besaran belanja secara signifikan.”

“GetPlus juga mencoba membantu melindungi margin ritel dengan menggunakan poin hadiah bonus untuk mendorong pelanggan di awal musim – mengurangi diskon besar-besaran selama periode penjualan. Berbasis digital, bisnis juga bisa memanfaatkan data yang didapat untuk memetakan demografi dan kebiasaan pelanggan.”

Dalam rilis sebelumnya dikabarkan, saat ini GetPlus sudah diaplikasikan di pusat perbelanjaan Grand Indonesia. Pengguna dapat menukarkan struk belanja menjadi poin. Integrasi juga dilakukan, sebelumnya Grand Indonesia sudah memiliki G CARD. Sekarang pengguna bisa menukarkan poin mereka menjadi poin GetPlus.

Mendapatkan pendanaan dari GDP Venture

Sejak resmi dirilis pada 21 Februari 2019 lalu, GetPlus kurang lebih telah digunakan oleh 150 ribu pengguna, dengan 12 earning partners/channels. Saat ini aplikasi sudah tersedia untuk platform Android dan iOS.

Selain Adrian, co-founder GetPlus lainnya adalah Antonny Liem. Mengawali debutnya, perusahaan mendapatkan pendanaan awal dari GDP Venture. Catatan positif di Jakarta, akan meningkatkan agresivitas ekspansi, termasuk ke berbagai kota besar di seluruh Indonesia per tahun 2021 nanti.

Adrian turut menjelaskan perbedaan model coalition dengan program loyalitas yang ada sejauh ini, misalnya model single-brand (contoh: Starbucks Card) atau close-Loop (contoh: MAP Club).

coalition loyalty

Coalition dirancang untuk memberikan value berkelanjutan untuk merchant, konsumen, dan operator. Program ini membantu pedagang memperoleh pelanggan baru, mendorong retensi, dan meningkatkan pengeluaran belanja. Dengan catatan itu, kami percaya GetPlus memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi di Indonesia,” terang Adrian.

Selama setahun ke depan, fokus GetPlus meningkatkan merchant dan anggota, khususnya di area Jabodetabek. Selain itu mereka juga ingin mengedukasi industri ritel mengenai program coalition loyalty dan pemanfaatan data konsumen untuk peningkatan bisnis. Sembari terus meningkatkan UI/UX aplikasi untuk kenyamanan pengguna.

Application Information Will Show Up Here