Tag Archives: GIC

Bibit Bags Over 1,1 Trillion Rupiah Funding Led by GIC

The wealthtech platform Bibit announced to secure over $80 million (more than 1,1 trillion Rupiah) funding in the latest round led by GIC Private Limited (GIC). Also participated in this round Prosus Ventures and other previous investors.

Previously, the news of GIC’s involvement in Bibit has been circulating since February 2022. GIC is an investment fund institution of the Singapore government. Bukalapak and Bank Jago are part of its portfolios in Indonesia.

Bibit is to use the fresh funding for the launching of its latest product and services, technology development, talent hiring, and powering the education program in order to boost the investment penetration in Indonesia.

Bibit’s Co-founder & CEO, Sigit Kouwagan said, the team believes that everyone has the rights of better future. Bibit is to facilitate Indonesian people to participate in the capital market and to achieve the financial goals through investing in the right way.

“We’re very enthusiastic to welcome GIC as our new investor and very pleased to have other investors that have been loyal to support us for accelerating this mission,” he said in the official statement, Wed (5/25).

Bibit has its debut in early 2019 after being acquired by Stockbit, a space for investors to share ideas about stock investing, news, and real-time information. The platform is designed as a mutual fund “robo-advisor” in Indonesia, helping investors to build portfolios according to their risk profile and investment objectives. Based on the data, 90% of Bibit users are millennial investors who previously had no experience in investing.

To date, Bibit is claimed to have millions of investors, mostly millennials and novice investors, in 500 cities in Indonesia to build investment portfolios based on their risk profile and financial goals in a safe, simple and easy way.

Over the past year, the company has recorded several achievements, including the launch of Stockbit Sekuritas, a fully online e-IPO feature that allows users to participate in the IPO process. In addition, Stockbit Academy was launched as a means for the public to learn stocks for free from experienced financial mentors. Also, the platform also selected by the Ministry of Finance of the Republic of Indonesia as a Distribution Partner (Midis) of Selling Government Securities (SBN) in early 2022.

Based on the Indonesia Stock Exchange (IDX) and the Indonesian Central Securities Depository (KSEI), the number of mutual fund investors in Indonesia grew by 80.3% (YoY) from 4.41 million investors in April 2021 to 7.95 million in April. 2022.

Meanwhile, in the same period, the number of stock investors increased by 66.7% (YoY) and has reached 3.83 million investors. The growth was also due to the rising number of retail investors. Over half of these investors are claimed to use Bibit and Stockbit as investment applications. Despite the significant growth, the number of people who invest in the capital market is still below 4% of the total population.

Its closest competitor, Pluang, previously announced a $55 million funding round earlier this year led by Accel, followed by other investors, including Trung Nguyen, Andy Ho, Aleksander Leonard Larsen, and Jeffrey Zirlin (founder of Axie Infinity), BRI Ventures, Gold House, along with previous investors consisting of Square Peg, Go-Ventures, UOB Venture Management, and Openspace Ventures, and others.

In addition, Ajaib has officially become a unicorn after closing the $153 million series B funding round.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Platform wealthtech Bibit mengumumkan telah meraih pendanaan sebesar lebih dari $80 juta (lebih dari 1,1 triliun Rupiah) dalam putaran yang dipimpin GIC Private Limited (GIC)

Bibit Kantongi Dana Segar Lebih dari 1,1 Triliun Rupiah Dipimpin GIC

Platform wealthtech Bibit mengumumkan telah meraih pendanaan sebesar lebih dari $80 juta (lebih dari 1,1 triliun Rupiah) dalam putaran yang dipimpin GIC Private Limited (GIC). Putaran ini diikuti pula oleh Prosus Ventures dan investor lain yang sebelumnya telah mendukung Bibit.

Sebelumnya, kabar mengenai masuknya GIC ke Bibit sudah tercium sejak Februari 2022. GIC merupakan lembaga dana investasi pemerintah Singapura. Bukalapak dan Bank Jago adalah salah satu portofolionya di Indonesia.

Bibit akan memanfaatkan dana segar untuk meluncurkan produk dan layanan baru, mengembangkan teknologi, merekrut talenta terbaik, serta memperkuat program edukasi demi meningkatkan penetrasi investasi yang tengah marak di Indonesia.

Co-founder & CEO Bibit Sigit Kouwagam mengatakan, pihaknya percaya bahwa setiap orang berhak atas masa depan yang lebih baik. Bibit hadir untuk membantu masyarakat Indonesia berpartisipasi di pasar modal, serta mencapai tujuan keuangan mereka dengan cara-cara investasi yang benar.

“Kami merasa sangat antusias menyambut GIC sebagai investor baru kami dan sangat senang atas para mitra investor yang selama ini mendukung kami untuk mengakselerasi misi ini,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (25/5).

Bibit mengawali kiprahnya pada awal 2019 pasca diakuisisi Stockbit, layanan bagi investor untuk berbagi ide mengenai investasi saham, berita, dan informasi secara real-time. Platform Bibit didesain sebagai “robo-advisor” reksa dana di Indonesia, membantu investor memiliki portofolio sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi. Dari data yang diberikan, 90% pengguna Bibit merupakan investor milenial yang sebelumnya tidak berpengalaman terkait investasi.

Diklaim, saat ini, Bibit telah membantu jutaan investor, yang sebagian besar merupakan generasi milenial dan investor pemula, di 500 kota di Indonesia untuk membangun portofolio investasi berdasarkan profil risiko dan tujuan keuangan mereka dengan cara-cara yang aman, sederhana, dan mudah.

Selama setahun terakhir, perusahaan telah mencatat beberapa pencapaian, di antaranya peluncuran Stockbit Sekuritas, fitur e-IPO yang memungkinkan pengguna berpartisipasi dalam proses IPO yang 100% online. Selain itu juga ada peresmian Stockbit Academy sebagai sarana masyarakat belajar saham secara gratis dari para financial mentor yang sudah berpengalaman. Serta, ditunjuk oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebagai Mitra Distribusi (Midis) Penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di awal 2022.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor reksa dana di Indonesia tumbuh sebesar 80,3% (YoY) dari 4,41 juta investor di bulan April 2021 menjadi 7,95 juta di bulan April 2022.

Sementara itu, pada periode yang sama, jumlah investor saham meningkat 66,7% (YoY) dan telah menyentuh angka 3,83 juta investor. Pertumbuhan disokong oleh melesatnya jumlah investor ritel. Lebih dari separuh investor ini diklaim menggunakan Bibit dan Stockbit sebagai aplikasi investasi. Terlepas dari pertumbuhan yang signifikan, perlu dicatat bahwa jumlah masyarakat yang berinvestasi di pasar modal masih berada di bawah angka 4% dari total populasi.

Kompetitor terdekatnya, Pluang, sebelumnya mengumumkan perolehan pendanaan pada awal tahun ini sebesar $55 juta yang dipimpin Accel. Kemudian diikuti jajaran investor lainnya, di antaranya Trung Nguyen, Andy Ho, Aleksander Leonard Larsen, dan Jeffrey Zirlin (pendiri Axie Infinity), BRI Ventures, Gold House, beserta investor sebelumnya yang terdiri dari Square Peg, Go-Ventures, UOB Venture Management, dan Openspace Ventures, dan lainnya.

Selain itu ada juga Ajaib yang sudah resmi menjadi unicorn setelah menutup putaran pendanaan seri B $153 juta.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
GIC Investasi Bukalapak

GIC Singapura Tambah Kepemilikan, Kini Kuasai 11% Saham Bukalapak

Dana abadi negara (Sovereign Wealth Fund) dari Singapura GIC Private Limited melakukan pembelian saham Bukalapak sebanyak 1,60 miliar saham dengan harga Rp850 per saham. Dana yang digelontorkan sebanyak Rp1,36 triliun.

Dalam keterbukaan Bursa Efek Indonesia, transaksi tersebut dilakukan pada 5 Agustus 2021. Artinya, GIC menambah kepemilikan sehari sebelum BUKA melantai di bursa pada Jumat kemarin (6/8).

“GOS dan MAS memiliki 11,33 miliar saham atau sama dengan 11,001% dari seluruh modal yang ditempatkan dan disetor Perseroan,” tulis manajemen GIC Private Ltd, dikutip Selasa (10/8).

Pembelian ini dilakukan atas nama Pemerintah Singapura (GOS) dan Otoritas Keuangan Singapura (MAS). Lebih detailnya, GIC melakukan transaksi sebanyak 1,35 miliar saham yang mewakili 1,315% atas nama GOS dan 245.685.200 saham yang mewakili 0,238% atas nama MAS.

Sebelum transaksi ini, GOS telah memiliki 9,73 miliar saham BUKA atau setara 9,45% melalui Archipelago Investment Pte. Ltd. Merujuk dari prospektus BUKA, jumlah kepemilikan GOS sebanyak 12,6% sebelum BUKA melakukan penawaran umum saham perdana. GIC termasuk pemegang saham terbesar di BUKA baik sebelum maupun setelah melantai.

Sebelum transaksi ini pula, GIC termasuk ke dalam jajaran pemegang saham terbesar ketiga, setelah PT Kreatif Media Karya yang menguasai 24,66 miliar saham dan API (Hong Kong) Investment Limited dengan 12,1 miliar saham. Kemudian, ada Mirae Asset (1,85 miliar saham), UBS AG, London Branch (1,91 miliar saham), Batavia Incubator Pte. Ltd. (2,29 miliar saham), New Hope OCA Limited (2,93 miliar saham).

Selanjutnya, disusul para co-founder Bukalapak, seperti Achmad Zaky (4,45 miliar saham), Willix Halim (1,43 miliar saham), M. Fajrin Rasyid (2,45 miliar saham), dan Nugroho Herucahyono (1,93 miliar saham).

Tabel kepemilikan saham Bukalapak saat penawaran perdana / DSInnovate

Dalam aksi korporasi BUKA, perusahaan meraup dana segar sebesar Rp21,9 triliun. CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin mengatakan seluruh dana ini akan menjadi modal kerja perseroan dan juga entitas anak guna melakukan investasi di beragam produk dan layanan untuk meningkatkan kinerja, profitabilitas, dan keberlangsungan.

Antusiasme investor ritel

Meski tujuan utama BUKA adalah mengincar investor dengan dana jumbo, dengan alokasi lebih dari 97% dari target dana sebesar Rp21,9 triliun, patut menjadi perhatian adalah tingginya antusiasme investor ritel untuk berpartisipasi menjadi pemegang saham.

Selama proses penawaran awal (bookbuilding), jumlah pemesanan (melalui metode pooling allotment) mencapai Rp4,8 triliun, kelebihan permintaan sekitar 8,7 kali lipat dengan pemesanan hampir 100 ribu investor. Perseroan pun menambah porsi pooling allotment dari semula 2,5% menjadi 5% dari total pemesanan yang tersedia, atau senilai Rp1,1 triliun dari sebelumnya Rp547,5 miliar.

Pergerakan harga BUKA pada hari ini (10/8) bergerak di harga Rp1.035 per lembar, atau naik 20,63% sejak penawaran saham perdana di Jumat (6/8).

Application Information Will Show Up Here

Traveloka is Reportedly Secured Fresh Funding, Valuation Drops at $2,75 Billion

Traveloka is reportedly secured fresh funding. As quoted from Bloomberg, the company is in the final negotiation with some investors, including Siam Commercial Bank and FWD Group – also the previous investors, GIC and East Ventures.

The agreement is subject to change and secured funding is around $250 million (3.6 trillion Rupiah). DealStreetAsia mentioned a bigger number at $100 million (around 1.4 trillion Rupiah).

Along the process, Traveloka’s valuation is estimated to drop at $2.75 billion (nearly 40 trillion Rupiah). The down round was taken due to the Covid-19 pandemic’s impact on the company’s business.

Last year, some sources reported Traveloka’s valuation to reach $4.5 billion (nearly 65 trillion Rupiah). Still, they targeted to raise new funds worth of $500 million (7.2 trillion Rupiah).

All businesses in the OTA landscape experienced a great storm due to the pandemic. In addition, Expedia (a Traveloka investor), in Q1 2020 experienced a decrease in total orders of up to 39%. Traveloka’s affiliated company in the budget hotel sector, Airy, closed its business due to unbearable business operations.

Traveloka alone has performed layoffs for its employees, although the number is not clearly stated.

Aside from Traveloka, some Indonesian unicorn startups are looking for fresh funding. Gojek is finalizing its Series F funding, while Tokopedia is reportedly in the middle of discussing a follow-on round with Temasek and Google.

Traveloka was founded in 2012 by Ferry Unardi, Albert Zhang, and Derianto Kusuma. The latest one has “exited” since November 2018 and drop the CTO position. Traveloka services are already available in several countries in Southeast Asia and Australia.

Adapting Business

Investors’ only hope is the recovery of the post-pandemic travel business. In fact, new normal is indeed being pursued in many areas, but the fear of the new wave of Covid-19 has caused many people to discourage travel – in addition to various destinations, they are yet to open due to restrictions.

The company alone does not remain silent. They try to clean up. With its assets, Traveloka launches online activity through Xperience. They also try to optimize fintech services through several products, including Paylater, which is managed by its own financial company.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Traveloka disebut sedang menggalang dana $250 juta dengan valuasi $2,75 miliar. Angka ini down round dibanding valuasi perusahaan tahun sebelumnya.

Traveloka Dikabarkan Finalisasi Pendanaan Baru, Valuasi Turun di Angka $2,75 Miliar

Traveloka dikabarkan kembali mendapatkan pendanaan baru. Menurut sumber yang dikutip Bloomberg, perusahaan dalam negosiasi tahap akhir dengan sejumlah investor, termasuk Siam Commercial Bank dan FWD Group — juga investor terdahulu, seperti GIC dan East Ventures.

Kendati kesepakatan masih bisa berubah, dana yang akan diamankan berada di kisaran $250 juta (3,6 triliun Rupiah). Lebih besar yang dikabarkan DealStreetAsia, yakni $100 juta (sekitar 1,4 triliun Rupiah).

Untuk mendapatkan dana itu, valuasi Traveloka diestimasi turun menjadi $2,75 miliar (hampir 40 triliun Rupiah). Aksi down round ini diambil karena bisnis perusahaan yang terpukul akibat Covid-19.

Tahun lalu, beberapa sumber laporan mengestimasi valuasi Traveloka menyentuh angka $4,5 miliar (hampir 65 triliun Rupiah). Tahun lalu juga mereka menargetkan mendapatkan dana baru di angka $500 juta (7,2 triliun Rupiah).

Semua bisnis di lanskap OTA mengalami gangguan besar akibat pandemi. Selain Traveloka, Expedia (salah satu investor Traveloka), di Q1 2020 mengalami penurunan total pesanan hingga 39%. Perusahaan afiliasi Traveloka di sektor hotel budget, Airy, bahkan menutup bisnisnya karena tidak sanggup lagi menanggung operasional bisnis.

Traveloka sendiri sudah santer melakukan layoff terhadap pegawainya, meskipun tidak diumumkan secara pasti berapa banyak pegawai yang terdampak.

Selain Traveloka, sejumlah startup unicorn Indonesia memang terus mencari pendanaan baru. Gojek sedang menggenapkan pendanaan Seri F-nya, sedangkan Tokopedia dikabarkan tengah membicarakan investasi lanjutan dengan Temasek dan Google.

Traveloka didirikan pada tahun 2012 oleh Ferry Unardi, Albert Zhang, dan Derianto Kusuma. Yang terakhir, sudah “exit” sejak November 2018 dan melepas jabatannya sebagai CTO. Layanan Traveloka sudah tersedia di beberapa negara di Asia Tenggara dan Australia.

Adaptasi bisnis

Satu-satunya pengharapan investor adalah pulihnya kembali bisnis travel pasca pandemi. Nyatanya new normal memang sedang diupayakan di banyak wilayah, namun kekhawatiran hadirnya gelombang baru Covid-19 membuat banyak masyarakat mengurungkan niat bepergian – di samping berbagai destinasi juga belum membuka diri akibat pembatasan.

Perusahaan sendiri tidak tinggal diam. Mereka mencoba berbenah. Dengan aset yang dimiliki, Traveloka  meluncurkan opsi aktivitas online melalui Xperience. Mereka juga mencoba mengoptimasi layanan fintech melalui beberapa produk, termasuk Paylater yang dikelola perusahaan finansialnya sendiri.

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan Traveloka

Traveloka Dikabarkan Tengah Cari Pendanaan Baru Senilai 7 Triliun Rupiah

Startup unicorn Traveloka dikabarkan tengah dalam diskusi untuk mendapatkan pendanaan baru. Nilai yang ditargetkan mencapai $500 juta (setara lebih dari 7 triliun Rupiah) dan akan membawa valuasi perusahaan di angka $4,5 miliar.

Kabar yang dilaporkan oleh WSJ tersebut turut memaparkan mengenai rencana Traveloka untuk meningkatkan ekspansi regional. Belum ada informasi mengenai calon investor yang akan berpartisipasi, dikatakan oleh sumber akan segera “ditutup” beberapa bulan mendatang.

Terakhir, berita tentang putaran pendanaan baru Traveloka tersiar di April 2019 lalu dalam private equity round, dipimpin oleh GIC (Government of Singapore Investment Corporation), konon nilainya $450 juta. Sehingga ada kemungkinan $500 juta tersebut bagian dari penutupan putaran ini.

Inisiatif fundraising Traveloka juga sudah tersiar sejak tahun lalu. Pada awalnya ditargetkan mendapatkan dana $400 juta.

Secara layanan, startup yang didirikan Ferry Unardy, Derianto Kusuma dan Albert Zhang tersebut memang sudah tersedia di beberapa negara. Selain Indonesia, ada Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Australia yang menjadi fokus pangsa pasar bagi mereka. Termasuk untuk layanan terbarunya Xperience yang akhir-akhir ini terlihat sangat digenjot penetrasinya.

Tidak hanya sekadar memfasilitasi layanan transportasi, kini perusahaan mulai ingin memaksimalkan pengalaman bepergian secara menyeluruh. Bulan lalu, Traveloka memimpin pendanaan seri B untuk PouchNATION. Aksi korporasi tersebut digadang-gadang sebagai salah satu strategi masuknya “disrupsi” di bisnis hiburan — kedua perusahaan akan mengintegrasikan platform.

Application Information Will Show Up Here