Tag Archives: Global Founder Capital

Moladin Reportedly Secured Series A Funding, Listed as Centaur with 3.3 Trilllion Rupiah Valuation

Moladin reportedly secured series A funding worth of $42 million or equivalent to 601.5 billion Rupiah. Based on regulators’ data, Sequoia Capital India and Northstar Group are leading this round. Also participated some previous investors, including East Ventures and Global Founder Capital. With the additional fresh funds, the company’s valuation is said to reach $231 million or equivalent to 3.3 trillion Rupiah.

In fact, this fundraising has been rumored since mid 2021. Moladin officially announced the latest round in January 2020.

Was founded in 2017, Molaldin is led by Jovin Hoon and Mario Tanamas. The platform aims to cater the purchasing of new and used motorcycles. To date, they are shifting focus to the used cars business. In fact, the “Motor” (Bike) menu is already vanished.

Moladin’s penetration brough a new crowd to the car marketplace competition, which recently taken the public’s attention. It is known that the two neighbor platforms Carro and Carsome have reached the unicorn status – both have a fairly strong business base in Indonesia. Prior to this, there is also BeliMobilGue which was rebranded into OLX Autos.

Potential market

In the first half of 2021, OLX Autos confirmed the business transactions on its platform had surpassed $1 billion globally. The company alone has started operating since January 2020. According to the company research, the positive trend for used car industry remains after the Covid-19 pandemic hits the country. Even during the pandemic, the general demand for used car products still increase by 15-20%.

It is likewise to the data compiled by Carro. Until Q3 2021, they observe an 11x increase in transactions. For its business units in Indonesia, 45.87% of transactions are proceed online with most users come from Greater Jakarta.

To date, used car sales services are centralized in the offline business. Moladin, Carro and other services are trying to democratize the process. Not only listing, the infrastructure also provide financing. The business model applied is comprehensive through C2B2C – buying cars from users, then selling them either to dealers using an auction system or directly to consumers through the website.

Moladin’s journey

Since its  launching, Moladin has been backed with seed funding from East Ventures and some other investors. The initial service is two-wheeler sales for users in the Jabodetabek, Banten, Bandung, Yogyakarta, Solo, and Semarang areas. Then, the $1.2 funding was focused on regional expansion and strengthening business partnerships with dealers and leasing companies in various regions.

Back then, until mid-2018, the motorcycle business still found very attractive traction. Moladin claims to experience sales growth of 20-30% per month with a total transaction value of more than $1 million.

In 2019, Moladin also claimed to have succeeded in doubling the GMV from the previous year. They managed to add 8000 used motorcycle listings in its system, including 8 times growth in app usage. Moladin also introduced new products such as auto mortgage loans to facilitate users with options to buy motorcycle.

In early January 2020, East Ventures led another funding for Moladin in the pre-series A round. Funding is to be focused on strengthening business and expansion to fixed its position in the industry.

Until in 2021, Moladin started to shift from motorcycle to used cars. We had sent inquiries about business developments and funding confirmation, however, Moladin is yet to accept interviews from the media in the near future.

It will be interesting to wait for Moladin’s next strategy with this new business model. Moreover, the company will directly compete with such powerful players.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan Seri A Moladin

Dikabarkan Dapat Pendanaan Seri A, Moladin Capai Tonggak “Centaur” dengan Valuasi 3,3 Triliun Rupiah

Moladin dikabarkan telah mendapatkan pendanaan seri A senilai $42 juta atau setara 601,5 miliar Rupiah. Menurut data yang diinputkan ke regulator, Sequoia Capital India dan Northstar Group terlibat memimpin pendanaan ini. Diikuti sejumlah investor sebelumnya termasuk East Ventures dan Global Founder Capital. Dengan dana segar yang didapat, diklaim valuasi perusahaan telah mencapai $231 juta atau setara 3,3 triliun Rupiah.

Kabar soal penggalangan dana ini sebenarnya sudah terendus sejak pertengahan tahun 2021 lalu. Adapun putaran terakhir secara resmi diumumkan Moladin pada Januari 2020 dalam pra-seri A.

Didirikan sejak 2017, Molaldin dinakhodai oleh Jovin Hoon dan Mario Tanamas. Awalnya platform tersebut didirikan untuk menjembatani kebutuhan pembelian motor baru da bekas. Hanya saja kini mereka sudah mengalihkan fokus ke jual-beli mobil bekas. Bahkan sudah tidak ada menu “Motor” lagi di situs mereka.

Masuknya Moladin ke bisnis ini semakin menambah peta persaingan car marketplace yang beberapa waktu terakhir menyita perhatian publik. Diketahui sebelumnya dua platform dari negeri tetangga Carro dan Carsome telah mencapai tonggak unicorn – keduanya juga memiliki basis bisnis yang cukup kuat di Indonesia. Sebelumnya juga ada BeliMobilGue yang kini menjadi OLX Autos.

Pasar yang besar

Pada paruh pertama 2021, OLX Autos menyampaikan capaian transaksi mobil bekas di platformnya telah melampaui $1 miliar secara global. OLX Autos sendiri mulai beroperasi sejak Januari 2020. Menurut riset yang dilakukan perusahaan, dampak Covid-19 juga masih memberikan tren positif pada industri jual-beli mobil bekas di Indonesia. Bahkan selama pandemi, permintaan secara umum untuk produk mobil bekas masih bisa naik 15-20%.

Pun demikian data yang disampaikan Carro. Sampai Q3 2021, mereka mendapati peningkatan transaksi 11x lipat. Untuk unit bisnisnya di Indonesia, 45,87% transaksi dilakukan secara online dengan pengguna dari Jabodetabek menjadi penyumbang utama penjualan.

Selama ini layanan penjualan mobil bekas memang masih tersentralisasi pada bisnis offline. Layanan Moladin, Carro, dan lainnya mencoba mendemokratisasi proses tersebut. Tidak hanya menyediakan layanan listing, infrastruktur mereka juga meliputi pembiayaan. Model bisnis yang diterapkan juga menyeluruh melalui C2B2C – membeli mobil dari pengguna, lalu menjualnya baik ke diler dengan sistem lelang maupun secara langsung ke konsumen melalui situs.

Perjalanan Moladin

Sejak meluncur, Moladin mendapatkan dukungan pendanaan awal dari East Ventures dan sejumlah investor lainnya. Layanan awal mereka pembelian motor untuk pengguna yang tinggal di area Jabodetabek, Banten, Bandung, Yogyakarta, Solo, dan Semarang. Pendanaan $1,2 yang kala itu didapat juga difokuskan untuk perluasan wilayah dan memperkuat aspek kemitraan bisnis dengan diler dan perusahaan leasing di berbagai daerah.

Kala itu, sampai pertengahan 2018, bisnis penjualan motor masih mendapati traksi yang sangat menarik. Moladin mengklaim mengalami pertumbuhan penjualan 20-30% per bulannya dengan total nilai transaksi lebih dari $1 juta.

Di tahun 2019, Moladin juga menyampaikan berhasil menggandakan GMV dari tahun sebelumnya. Mereka berhasil menambahkan 8000 listing sepeda motor bekas di sistem mereka, termasuk 8 kali lipat pertumbuhan penggunaan aplikasi. Moladin juga memperkenalkan produk baru seperti auto mortgage loan untuk memudahkan pengguna yang membutuhkan pilihan dalam mendapatkan sepeda motor mereka.

Lalu pada awal Januari 2020 East Ventures kembali memimpin pendanaan untuk Moladin di putaran pra-seri A. Pendanaan masih difokuskan untuk memperkuat posisinya di industri dengan penguatan bisnis dan ekspansi.

Sampai pada akhirnya di tahun 20121, Moladin mulai beralih dari produk motor ke mobil bekas. Kami sempat mengirimkan inquiry untuk menanyakan soal perkembangan bisnis dan konfirmasi pendanaan, namun demikian pihak Moladin untuk waktu dekat ini masih belum bersedia menerima wawancara dari media.

Menjadi menarik untuk ditunggu rancangan strategi berikutnya Moladin dengan model bisnis baru yang ditekuni. Terlebih ia langsung akan berhadapan dengan pemain-pemain yang notabenenya sudah memiliki power yang besar.

Application Information Will Show Up Here

Ribbit Capital Reportedly Led Series A Funding for Pihhome

Pinhome proptech startup reportedly received a series A funding worth of $25.5 million or equivalent to 369.3 billion Rupiah. We received the information that Ribbit Capital led this round. It is also its second investment in Indonesia after previously leading the series A funding of Ajaib platform.

Some other investors also participated in Pinhome’s recent investment, including Goodwater Capital, Insignia Ventures Partners, and Global Founder Capital as the investment unit of Rocket Internet.

As DailySocial’s team reached out, Pinhome refused to provide a response regarding investment. They only said that their main focus is currently to incerease the number of listings and expanding collaboration with stakeholders in the property sector.

In addition, they also said that they are expanding intensively for the on-demand services, Pinhome Home Service. Currently, the service is available in 14 cities including Jabodetabek, Bandung, Malang, Sleman, Sidoarjo, and Surabaya. Users can access it through the GoService feature in the Gojek application.

Service differentiation

Was founded by Dayu Dara Permata (CEO ) and Ahmed Aljunied (CTO ) last year, Pinhome aims to facilitate easier, faster, and transparent property transactions with the help of technology.

In an interview, Dara explained, “Pinhome is very unique, we are an online platform that facilitates interaction between property owners, buyers, and agents. As a property owner, it will be very easy as in the future we will have access to hundreds of thousands of agents who are ready to help market their properties.”

In Indonesia, the proptech sector is rapidly growing. Some players, especially with the listing feature, find the traction quite impressive. In addition, several other business models are starting to appear in the digital landscape, such as financing services.

Startup proptech di Indonesia
Indonesia’s proptech startups, data as of the end of 2019

Meanwhile in the regional, competition is narrowing into two major groups, PropertyGuru (its units in Indonesia: Rumah.com and Rumahdijual.com) and 99.co (has acquired Urbanindo). 99.co also has a strategic partnership with REA Group, which previously acquired iProperty — including the Rumah123 platform in Indonesia.

However, with services more specific and emphasize the cultural matters, local startups such as Pinhome, Travelio, Mamikos, Rukita, and others are trying to win the local market.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan Seri A Pinhome

Ribbit Capital Dikabarkan Pimpin Pendanaan Seri A untuk Pinhome

Startup proptech Pinhome dikabarkan mendapatkan pendanaan seri A senilai $25,5 juta atau setara 369,3 miliar Rupiah. Dari informasi yang kami dapatkan, Ribbit Capital memimpin putaran tersebut. Ini sekaligus menjadi investasi kedua mereka di Indonesia setelah sebelumnya memimpin pendanaan seri A platform investasi Ajaib.

Beberapa investor lain juga turut andil dalam pendanaan Pinhome, di antaranya Goodwater Capital, Insignia Ventures Partners, dan Global Founder Capital selaku unit investasi milik Rocket Internet.

Ketika dihubungi DailySocial, pihak Pinhome enggan memberikan tanggapan terkait pendanaan. Mereka hanya menyampaikan saat ini fokus utamanya meningkatkan jumlah listing dan memperluas kerja sama dengan stakeholder di bidang properti.

Selain itu, mereka juga mengatakan tengah gencar melakukan ekspansi untuk layanan on-demand Pinhome Home Serivice. Saat ini layanan tersebut sudah bisa digunakan di 14 kota termasuk Jabodetabek, Bandung, Malang, Sleman, Sidoarjo, dan Surabaya. Pengguna bisa mengaksesnya melalui fitur  GoService di aplikasi Gojek.

Diferensiasi layanan

Didirikan oleh CEO Dayu Dara Permata dan CTO Ahmed Aljunied sejak tahun lalu, Pinhome hadir dengan tujuan memfasilitasi transaksi properti agar lebih mudah, cepat, dan transparan dengan bantuan teknologi.

Dalam sebuah kesempatan wawancara Dara menjelaskan, “Pinhome sangat berbeda, kami adalah sebuah platform online yang memfasilitasi interaksi antara pemilik, pembeli, dan agen properti. Sebagai pemilik properti akan sangat dimudahkan karena ke depannya kami akan memiliki akses ke ratusan ribu agen yang siap membantu memasarkan propertinya.”

Di Indonesia sendiri, layanan proptech cukup berkembang pesat. Beberapa pemain, khususnya dengan fitur listing, mendapati traksi yang cukup mengesankan. Selain itu beberapa model bisnis lain juga mulai hadir di lanskap digital, seperti layanan pembiayaan.

Startup proptech di Indonesia
Startup proptech di Indonesia, data per akhir 2019

 

Sementara di kancah regional, persaingan makin mengerucut di dua grup besar, yakni PropertyGuru (unitnya di Indonesia: Rumah.com dan Rumahdijual.com) dan 99.co (sempat mengakuisisi Urbanindo). 99.co juga menjalin kerja sama strategis dengan REA Group, yang sebelumnya terlebih dulu akuisisi iProperty — termasuk di dalamnya platform Rumah123 di Indonesia.

Namun dengan layanan yang lebih spesifik dan menekankan pada hal-hal kultural, startup lokal seperti Pinhome, Travelio, Mamikos, Rukita, dan sebagainya mencoba memenangkan pasar lokal.

Application Information Will Show Up Here