Tag Archives: GoBlueBird

Gojek has strong reasons to "bound" Blue Bird from competitors

Analyzing Gojek’s Decision to Acquire Minority Ownership of Blue Bird

In the recent regulatory filing on February 14th, PT Blue Bird Tbk (Blue Bird) announced the operator’s holding company has sold 4.3% stock worth of $30 million (411 billion Rupiah) to the undisclosed buyer. Bloomberg named Gojek as a buyer, according to the rumor spread since the end of last year.

The public must be questioning the reason behind Gojek’s interest in Indonesian largest taxi company stocks. Based on our observation, there are certain points of concern when Gojek, in collaboration with Blue Bird trying to dominate the on-demand transportation services market in Indonesia.

Alliance and Innovation

The enemy of my enemy is my friend. Dealing with Grab and the large sum cash poured by its investors, including electric car development, the adage sounds legit as Gojek took (and tie) Blue Bird to join forces in “winning” the Indonesian market.

Grab has quite rapid innovation in Indonesia within the last year by initiating Greenline taxi and introducing the electric fleet with Hyundai — as one of its investors.

Rather than individually “battling”, the two ally and innovate. Blue Bird has a diversified broad product line, including BYD and Tesla electric cars, however, lacks of assignments on digital innovation.

In addition, Gojek has the most rapid innovation, including the payment channel, though a lack of diversification in transportation products. They are very dependent on the driver’s partner vehicles.

Digital transformation of Blue Bird

As a publicly listed company, it is literally visible that Blue Bird’s market capitalization and profits have not improved since its peak in early 2015 (before the high-penetration of on-demand services in Indonesia).

BIRD stock exchange in the last 5 years
BIRD stock exchange in the last 5 years

The current value of Blue Bird’s share then is at Rp 12,100. As of this writing 5 years later, the number has shrunk to Rp 2,400, it shows the company’s market capitalization to only one fifth.

Officially introduced as (minority) owner, Gojek should put technology transfer, such as a mapping system, PoI (Point of Interest) determination, and ways of communicating between drivers and passengers as its current focus.

This collaboration should be the green light, especially for public investors, that Blue Bird can afford to be sustainable and relevant. Unlike other taxi companies that flunked in a storm of on-demand services with heavy cash to burn.

Will this become a new trend?

We’ll have to wait and see, for the results of a broader partnership between the two companies this year. Gojek’s focus on pursuing revenues and profits has met its match with Blue Bird Corporation.

It is too early to speculate the angle of this collaboration, or whether synergy like this will become a new trend between technology startups and conventional companies.

The thing is, Gojek has been one step ahead in pulling Blue Bird, as a taxi company with the best brand value, from the pool of tempting competitors. It is not impossible that we will see GoSilverBird or GoBlueBirdElectric options in the near future.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Gojek memiliki alasan kuat untuk "memagari" Blue Bird dari godaan kompetitor

Memahami Alasan Gojek Ambil Saham Minoritas Blue Bird

Di keterbukaan tanggal 14 Februari lalu, PT Blue Bird Tbk (Blue Bird) mengakui bahwa keluarga pengendali perusahaan telah menjual 4,3% saham senilai sekitar $30 juta (411 miliar Rupiah) ke pembeli yang tidak disebutkan namanya. Bloomberg menyebutkan pembelinya adalah Gojek yang rumornya sudah berseliweran sejak akhir tahun lalu.

Publik tentu bertanya-tanya kenapa Gojek sangat meminati saham perusahaan taksi terbesar di Indonesia ini. Menurut hemat kami, ada beberapa poin yang menjadi perhatian tentang ketika Gojek menggandeng Blue Bird dalam usahanya bersama-sama mendominasi pasar layanan transportasi on-demand di Indonesia.

Aliansi dan inovasi

The enemy of my enemy is my friend. Menghadapi Grab yang memiliki pendanaan besar dari investor-investornya, termasuk pengembangan mobil listrik, adagium tersebut terasa logis ketika Gojek menggandeng (dan mengikat) Blue Bird untuk bersama-sama “memenangkan” pasar Indonesia.

Inovasi Grab dalam setahun terakhir ini di Indonesia termasuk pesat dengan menginisiasi lini taksi Greenline dan menghadirkan lini mobil listrik bersama Hyundai–sebagai salah satu investornya.

Ketimbang sendiri-sendiri “berperang”, keduanya beraliansi dan berinovasi. Blue Bird memiliki diversifikasi lini produk yang luas, termasuk mobil listrik BYD dan Tesla, di berbagai kota besar Indonesia tapi memiliki PR besar soal inovasi digital.

Di sisi lain, Gojek termasuk dalam jajaran startup yang paling cepat inovasinya, termasuk lini pembayaran, tapi memiliki kekurangan diversifikasi lini produk transportasi. Mereka sangat bergantung pada kendaraan mitra pengemudi.

Transformasi digital untuk Blue Bird

Sebagai sebuah perusahaan terbuka, sesungguhnya sangat terlihat bahwa kapitalisasi pasar Blue Bird dan profitnya tidak kunjung membaik sejak puncaknya di awal 2015 (sebelum booming layanan on-demand masuk Indonesia).

Pergerakan nilai saham BIRD dalam 5 tahun terakhir
Pergerakan nilai saham BIRD dalam 5 tahun terakhir

Kala itu nilai per lembar saham Blue Bird mencapai angka Rp12.100. Per tulisan ini dibuat 5 tahun kemudian, angkanya menyusut menjadi Rp2400-an, artinya kapitalisasi pasar perusahaan hanya tinggal seperlimanya.

Dengan secara resmi menjadi pemilik (minoritas), transfer teknologi, misalnya sistem pemetaan, penentuan PoI (Point of Interest), dan cara berkomunikasi pengemudi dan penumpang seharusnya menjadi agenda Gojek.

Diharapkan kolaborasi ini bisa menjadi sinyal positif, terutama bagi investor publik, bahwa Blue Bird dapat terus bertahan dan relevan. Tidak seperti perusahaan taksi lainnya yang luluh lantah di antara badai layanan on-demand dengan suntikan dana jor-joran.

Apakah bakal menjadi tren?

Kita harus wait and see melihat hasil kemitraan yang lebih luas antar kedua perusahaan tahun ini. Fokus Gojek yang mulai mengejar pendapatan dan keuntungan semakin pas disandingkan dengan korporasi seperti Blue Bird.

Masih terlalu prematur untuk berspekulasi tentang arah kolaborasi keduanya, atau apakah sinergi seperti ini bakal menjadi tren baru antara startup teknologi dan perusahaan konvensional.

Yang jelas Gojek telah satu langkah di depan dalam membentengi Blue Bird, sebagai perusahaan taksi dengan brand value terbaik, dari godaan kompetitor-kompetitornya. Bukan tidak mungkin kita akan melihat pilihan GoSilverBird atau GoBlueBirdElektrik dalam waktu ke dekat.