Tag Archives: Goers

Startup penyedia platform ticketing GOERS paparkan peningkatan pendapatan hingga 1,5 kali lipat, total nilai transaksi naik dua kali lipat sepanjang 2022

GOERS Ungkap Pertumbuhan Positif Seiring Geliat Bisnis Pariwisata

Startup penyedia platform ticketing GOERS mengungkapkan pencapaian positif sepanjang tahun 2022. Meski perusahaan hanya membeberkan angka berdasarkan pertumbuhan saja, diungkapkan peningkatan pendapatan hingga 1,5x lipat, total nilai transaksi naik 2x lipat.

Kemudian, tercatat ada tiga juta pengguna yang terhubung ke aplikasi, dengan satu juta di antaranya adalah pengguna aktif.  Basis pengguna tersebut juga berhasil  memproses hingga 5 juta tiket.

“Targetnya di tahun 2023, kami akan mempertahankan pendapatan bersih positif selama tiga tahun berturut-turut dan menaikkan laba bersih sebanyak dua kali lipat,” ungkap Co-founder dan CEO GOERS Sammy Ramadhan dalam keterangan resmi, Jumat (10/3).

Menurutnya, dorongan dari Presiden Joko Widodo yang mengajak masyarakat untuk kembali menonton konser dan menghadiri event, adalah stimulus dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dorongan tersebut tentunya berdampak positif bagi GOERS, didukung dengan ragam kemudahan, seperti cicilan, cashback, hingga diskon untuk pembelian tiket melalui aplikasi dan situs.

Sejak didirikan di 2015, GOERS memfokuskan diri sebagai marketplace tiket event, destinasi, dan aktivitas; sistem pemesanan dan reservasi, dan manajemen kunjungan di lokasi. Diklaim GOERS telah menjadi mitra digitalisasi dari sekitar 1.000 event organizers dan venue atraksi, seperti Taman Impian Jaya Ancol, The Lodge Maribaya, Solo Safari by Taman Safari Indonesia, dan Formula E 2022.

Perusahaan akan terus perbanyak kemitraan dengan sejumlah partner agar penjualan tiket event dan venue atraksi menjadi lebih mudah, terautomasi, dan praktis. Kabar teranyar, perusahaan menggaet Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (DPP PUTRI) agar dapat mendigitalisasi taman rekreasi yang berada di bawah naungan perhimpunan ini.

DPP PUTRI saat ini menjadi rumah bagi sejumlah destinasi wisata unggulan Indonesia, seperti The Lodge Maribaya, Lombok Wildlife Park, Taman Impian Jaya Ancol, Jawa Timur Park, Merapi Park, dan Solo Safari. Disebutkan saat ini GOERS kembali dipercaya sebagai official ticketing partner bagi sejumlah konser dan festival, di antaranya Pasar Malem by Narasi TV, Donasi Slankers X Millenial Gamelan, dan Ungu Disini Untukmu 26th Anniversary.

Di Indonesia, Goers bersaing langsung dengan Loket sebagai sesama perusahaan lokal. Di samping itu, irisan bisnis (khususnya bisnis penjualan tiket) juga digarap oleh pemain OTA dan e-commerce, di antaranya Traveloka, Tiket.com, dan Tokopedia.

Angkat Arya Setiadharma

Sammy melanjutkan, bergabungnya terkait kehadira Arya Setiadharma sebagai komisaris diharapkan dapat meningkatkan kapabilitas GOERS dalam mendorong inovasi di industri hiburan hingga pariwisata.

Tak hanya Arya, sebelumnya jajaran Komisaris juga diisi oleh Kenneth Li (MDI Ventures Singapura) dan Rudi Laksmana (Mahaka Media). Sebagai catatan, Prasetia Dwidharma merupakan jajaran investor di GOERS, bersama MDI Ventures dan Mahaka Media.

Mengenai tanggapannya menjadi komisaris, Arya mengatakan bahwa teknologi ticketing yang dikembangkan GOERS terbukti memberikan sumbangsih dalam mendigialkan lanskap pariwisata Indonesia, terutama di venue wisata dan event.

“Sektor pariwisata menjadi indikator kuat perkembangan ekonomi suatu bangsa. Apalagi Indonesia tengah digadang-gadang sebagai destinasi yang mulai diperhitungkan oleh pasar wisata internasional dengan diadakannyaevent berskala dunia di negara kita. Maka dari itu, pemanfaatkan teknologi dalam venue wisata dan event sangat penting,” kata Arya.

Arya memiliki lebih dari satu dekade sebagai entrepreneur dan investor. Melalui PT Prasetia Dwidharma, ia disebut-sebut berhasil membangun portofolio dan mendanai 100 startup tahap awal di Asia Tengara, India, dan Amerika, seperti Cakap, Mekari, dan Lummo. Kemudian pada 2021 masuk ke dalam daftar salah satu orang yang paling berpengaruh di Asia oleh Majalah Tatler.

Application Information Will Show Up Here
Founder & CEO Goers Sammy Ramadhan

Klaim Telah Profitable, Goers Segera Galang Pendanaan Seri B

Sebagai startup binaan Indigo Creative Nation (ICN), Goers awalnya hadir sebagai penyedia direktori untuk pencarian tiket acara dan atraksi. Kemudian mereka berkembang untuk membantu penyelenggara dalam mempromosikan acara mereka memanfaatkan inovasi teknologi yang mereka miliki.

Saat ini ketika kondisi sudah mulai pulih saat pandemi, mulai banyak minat wisatawan lokal, pemilik venue, hingga tempat wisata yang beroperasi kembali. Hal tersebut dimanfaatkan oleh Goers untuk menambah informasi dari sisi pencarian venue dan atraksi kepada pengguna mereka. Tercatat saat ini Goers telah memiliki sekitar 1,5 juta pengguna.

Disinggung seperti apa strategi Goers untuk bersaing dengan perusahaan teknologi seperti Traveloka dan Tiket melalui kanal experience dan attraction mereka, Founder & CEO Goers Sammy Ramadhan menegaskan, pada dasarnya dengan layanan secara terpadu yang mereka tawarkan juga dengan teknologi yang lebih relevan, persaingan tersebut tidak menjadi kendala. Kebanyakan kanal tersebut hanya fokus kepada penjual saja, tidak terlalu membantu pemilik tempat wisata, atraksi dan venue untuk digitalisasi.

“Kita juga memberikan kebebasan kepada mereka untuk memanfaatkan channel tersebut untuk menambah jumlah penjualan mereka. Namun untuk teknologi dan layanan terpadu hanya Goers yang bisa menyediakan semua,” kata Sammy.

Terkait pendanaan Goers menyebutkan hingga saat ini memang tidak terlalu gencar memberikan informasi seputar kegiatan penggalangan dana mereka. Hal tersebut sengaja mereka lakukan agar bisa fokus mengembangkan bisnis. Tercatat pendanaan pra-seri A yang telah diterima oleh mereka adalah tahun 2016 lalu dari grup Mahaka Media. Sebelumnya Oktober 2015 Goers memperoleh pendanaan awal dari sejumlah investor.

Selama dua tahun terakhir mereka mengklaim telah menerima pendanaan baru dari 2 investor. Di antaranya adalah investor asal Malaysia dan Indonesia. Investor Goers saat ini di antaranya adalah Prasetia Dwidharma, MDI Ventures, dan Mahanusa Capital.

Rencananya di kuartal 3 tahun ini, Goers akan melakukan penggalangan dana seri B. Mengklaim perusahaan sudah profitable tahun lalu, dana segar tersebut jika nanti sudah dikantongi akan digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan Goers Experience Manager (GEM) dan mulai menjajaki pengembangan teknologi yang sedang popular saat ini seperti NFT, Blockchain dan lainnya.

“Saat ini menjadi menarik lagi buat kita ketika NFT dan blockchain sudah mulai ramai diperbincangkan oleh semua penggiat startup dan perusahaan teknologi. Goers pun memiliki rencana untuk menjelajahi peluang tersebut ke dalam teknologi Goers,” kata Sammy.

GEM untuk B2B

Setelah diluncurkan pada tahun 2019 lalu, Goers Experience Manager yang merupakan inovasi teknologi dari Goers mengalami pertumbuhan yang positif. Bukan hanya menyediakan teknologi dan layanan secara end-to-end, teknologi ini juga membantu berbagai tipe destinasi, seperti waterpark, taman hiburan, galeri, museum, tempat wisata alam & buatan, untuk meningkatkan pendapatan dan beroperasi guna membantu pemerintah mengakselerasi pemulihan sektor pariwisata nasional.

Badan Pusat Statistik mencatat bahwa Indonesia memiliki hampir 3.000 destinasi wisata-rekreasi pada 2019. Sayangnya, belum semuanya terdigitalisasi. Sistem pengelolaan manual memiliki pilihan pembayaran yang terbatas dan sangat rentan terhadap kebocoran data dan keuangan karena human error, kebocoran kunjungan karena pemalsuan tiket, serta keterbatasan dalam memonitor jumlah pengunjung.

Manajemen pengelolaan digital yang terautomasi dan mandiri, seperti GEM Solution, memungkinkan operator destinasi wisata-rekreasi untuk memiliki sistem penjualan online dan onsite, penanganan kunjungan hingga promosi yang terautomasi, efisien dan akurat.

“Jika sudah terdigitalisasi, maka destinasi akan lebih mudah ditemukan dan berdampak pada peningkatan kunjungan wisata di Indonesia. Hal ini selaras dengan rencana Kementerian Pariwisata RI untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan mengakselerasi pemulihan sektor pariwisata nasional,” kata COO Goers Niki Tsuraya Yaumi.

Tercatat saat ini Goers telah bekerja sama dengan lebih dari 50 destinasi wisata-rekreasi, antara lain Taman Impian Ancol, Go! Wet Grand Wisata Bekasi, Faunaland Ancol, Dunia Fantasi Ancol, dan Rumah Atsiri Indonesia. Mereka juga telah menjalin kemitraan strategis dengan Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI). Harapannya dengan kemitraan ini anggota dari PUTRI juga bisa menggunakan teknologi Goers untuk mempermudah proses adopsi digital. Target Goers tahun ini selain mengembangkan GEM juga ingin menambah jumlah portofolio mereka hingga 100.

“Fokus kita saat ini adalah bagaimana tempat wisata dan atraksi bisa mengembangkan bisnis mereka lebih baik lagi dengan digitalisasi dan layanan yang mereka butuhkan. Bukan hanya fokus kepada penjualan namun pengembangan bisnis dari berbagai area lainnya” kata Sammy.

Application Information Will Show Up Here
Event virtual menjadi makin diminati, meski tidak bisa 100% menggantikan pengalaman event offline

Potensi Event Virtual Jadi Salah Satu Kegiatan “New Normal”

Banyak hal terdampak pandemi Covid-19 ini. Salah satunya adalah industri berbasis event. Bagi penggiat di sektor ini, mencari cara beradaptasi agar tetap relevan adalah kunci melewati ini semua. Tidak mudah, tapi diupayakan.

Salah satu yang mulai beradaptasi dengan cara tersebut adalah Loket / GoTix. VP of Commercial Loket Mohamad Ario Adimas (Dimas) menjelaskan, kondisi tetap di rumah saja dalam waktu lama membuat masyarakat butuh hiburan. Di sisi lain, musisi dan semacamnya butuh tetap berkarya dan menyapa penggemarnya. Akhirnya event virtual menjadi salah satu solusi.

“Adaptasi ke event online pun menjadi salah satu jawaban. Melalui event online, Loket berupaya untuk mendorong agar industri event dan hiburan tetap hidup, para musisi dan kru event tetap dapat berkarya, serta masyarakat dapat terus memperoleh akses hiburan ke beragam event. Kondisi ini juga yang akhirnya memicu Loket untuk berkolaborasi dengan para event creator dalam menemukan solusi terbaik di tengah krisis ini,” terang Dimas.

Dimas melanjutkan, Loket menyediakan halaman khusus yang bisa memudahkan para event creator untuk membuat sebuah event virtual. Loket juga mengklaim telah berinovasi dengan menggabungkan layanan sistem manajemen tiket dengan streaming video, sehingga mulai dari perencanaan, pengaturan, produksi, hingga komunikasi dengan audiens yang berbentuk website atau yang disebut dengan virtual venue.

“[Kami] menerapkan analogi sebagaimana tiket dalam event offline. Penjualan dan distribusi tiket juga dibuat secara eksklusif, di mana satu link URL hanya bisa digunakan pada satu ​device konsumen. Hal ini menjadi salah satu cara agar para event creator tetap mendapatkan apresiasi yang sepatutnya atas apa yang mereka lakukan,” imbuh Dimas.

Adaptasi serupa juga dilakukan Goers. Dengan layanan Goers Experience Manager (GEM), mereka mencoba beradaptasi dengan perubahan pola event yang ada seperti sekarang ini.

GEM resmi diluncurkan oleh Goers pada tahun lalu. Tujuannya memberikan pengalaman bagi para pemilik acara maupun pengguna yang ingin mengikuti acara. Kini, di tengah situasi pandemi, GEM menjadi salah satu layanan penting yang bisa membantu penyelenggaraan event online.

“Goers Experience Manager adalah sebuah platform bagi experience creators untuk membuat experience, mendigitalisasi penjualan tiket secara online dan offline, dan terhubung dengan lebih dari 450 ribu pengguna Goers,” ujar Co-Founder dan COO Goers Niki Tsuraya Yaumi.

Ia menambahkan, melalui GEM para pemilik acara disediakan berbagai macam fitur untuk pengelolaan acara, mulai dari email blast, laporan dan settlement, kustomisasi URL, hingga penggunaan kode voucher.

Event virtual jadi salah satu new normal

Event online atau virtual mulai ramai sejak pandemi memaksa semua kegiatan offline batal dan pemerintah menghimbau untuk tinggal di rumah saja. Beragam bentuk kegiatan diselenggarakan, mulai dari konser musik, workshop atau pelatihan, webinar, dan semacamnya.

Dimas percaya ke depannya event online akan menjadi new normal yang terus diminati meskipun seandainya pandemi ini berakhir. Ia berkaca pada lonjakan pembuatan event online di Loket. Sejauh ini ada 2.000 event dalam kurun waktu satu bulan terakhir, di antaranya konser online yang berhasil menjual hingga 5000 tiket.

“Angka yang cukup tinggi untuk penjualan tiket event online di Indonesia. Ke depan, kami berkomitmen untuk terus berupaya meluncurkan inovasi-inovasi baru bagi industri event dan hiburan, dan tak henti untuk terus giat berkontribusi. Loket berharap para event creator dan audiens dapat memaksimalkan fitur event online ini dan menjadikannya sebagai solusi untuk tetap produktif,” jelas Dimas.

Hal senada disampaikan Niki. Ia menilai meski suatu saat pandemi usai, perkembangan teknologi dan kebiasaan melakukan banyak hal dari tempat lain secara fleksibel akan membuat event online akan terus tumbuh dan tetap memiliki peminat. Di sanalah GEM mengambil posisi sebagai platform yang memudahkan bagi pembuat event.

“Event offline terbatas oleh jarak dan waktu, sedangkan event online tidak. Kami melihat masa depan online event sangat cerah. Sebagai perbandingan, beberapa partner kami ada yang merasakan kenaikan jumlah peserta sebesar 50% karena mengadakan acara secara online,” imbuh Niki.

Kendati tidak 100% bisa menggantikan pengalaman acara secara langsung, penyelenggaraan secara online akan menjadi salah satu pilihan penyelenggaraan acara saat ini. Fleksibilitas yang ditawarkan di dalamnya menjadi daya tarik tersendiri bagi para penontonnya. Momok terbesarnya saat ini, khususnya di Indonesia, adalah kestabilan jaringan internet dan ketersediaan infrastruktur secara nasional.

Goers melebarkan bisnisnya melalui kehadiran platform pengelolaan event, atraksi, dan bisnis experience

Platform Pengelolaan Event “Goers Experience Manager” Resmi Meluncur, Wadahi Kreator Lokal

Startup penyedia solusi ticketing dan pencarian event Goers resmi meluncurkan Goers Experience Manager (GEM). Platform ini memungkinkan para kreator lokal untuk mengembangkan bisnis experience, mulai dari konser musik, atraksi, workshop, hingga kelas seni.

Ditemui di acara peluncuran, Co-founder dan COO Goers Niki Tsuraya Yaumi mengatakan, platform GEM sebetulnya sudah beroperasi sejak 2018. Namun belum resmi dirilis ke publik saat itu karena alasan pengembangan produk.

“Saat itu kami terus menunggu feedback dulu dari pengguna untuk tahu bagaimana experience mereka. Dari situ kami melakukan perbaikan dan penambahan fitur,” ujar Niki.

Menurut Niki, platform GEM dikembangkan bukan sebagai lini bisnis baru, melainkan dukungan ekosistem terhadap aplikasi Goers yang sudah lebih dulu ada untuk pencarian tiket event.

Startup binaan Indigo Creative Nation (ICN) di 2015 ini awalnya hadir sebagai penyedia direktori untuk pencarian tiket event dan atraksi. Kemudian mereka berkembang untuk membantu penyelenggara acara mempromosikan acara mereka.

Lebih lanjut, pihaknya berupaya untuk menjawab kebutuhan para kreator lokal atau siapa saja yang mengalami tantangan dan hambatan dalam membuat event atau bisnis experience lainnya.

Tantangan yang dimaksud misalnya sistem yang masih manual dan tidak terintegrasi sehingga membuat biaya operasional tidak efisien, sulitnya mengelola saluran penjualan karena terlalu banyak, atau tidak adanya database pengunjung yang dapat dikelola secara berkelanjutan.

Saat ini platform GEM baru dapat diakses melalui situs, namun Niki menjanjikan aplikasi GEM dapat meluncur di kuartal pertama 2020. Hingga sekarang, GEM telah digunakan 1.200 kreator lokal di Indonesia.

Fitur unggulan untuk scale up bisnis para kreator

Untuk dapat bersaing di industri ini, Niki mengungkap bahwa pihaknya mengembangkan sejumlah fitur unggulan yang dinilai dapat membantu para kreator untuk melakukan scale up bisnisnya.

Menurutnya, yang membuat Goers berbeda dengan platform serupa di Indonesia adalah fokus perusahaan terhadap kreator lokal. “Karena siapapun bisa [membuat event]. Kami mengembangkan teknologi yang mudah digunakan mereka sehingga mereka bisa scale up,” tuturnya.

Beberapa fitur GEM yang diunggulkan antara lain ticketing management system (TMS) dan sistem penjualan tiket online terintegrasi, sistem pengelolaan distribusi penjualan, Point of Sales (POS) dengan berbagai metode pembayaran, fitur untuk promosi, Goers Ticket Scanner untuk memantau jumlah pengunjung, laporan analisis event beserta database peserta, dan kustomisasi tiket.

Untuk menghindari event fiktif, Goers mengklaim telah menjalankan mekanisme tertentu untuk memvalidasi para kreator, seperti NPWP untuk legalitas dan verifikasi email.

Dorong sektor pariwisata di Tanah Air

Di kesempatan sama, Dirjen Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Samsul Widodo mengungkapkan bahwa kehadiran platform ini tak hanya mendorong pelaku bisnis experience dalam negeri, tetapi juga mendorong sektor pariwisata Indonesia.

Samsul mencontohkan bagaimana sebelumnya Pemerintah bekerja sama dengan Goers untuk melakukan digitalisasi ticketing di desa-desa tertinggal. Dengan platform GEM, ada banyak peluang untuk menghadirkan event-event budaya dan pariwisata.

“Di Lombok saja, kami berencana melakukan digitalisasi ticketing di 30 desa tertinggal. Nah, saat ini ada 7.000 desa yang memiliki potensi untuk menjadi tujuan wisata. Ini dapat dikembangkan melalui digitalisasi.

Application Information Will Show Up Here
Tim EventEvent / EventEvent

EventEvent Mudahkan Pengelola Acara Lakukan Promosi Melalui Aplikasi

Berangkat dari pemikiran masih belum optimalnya platform penyelenggara acara di Indonesia, EventEvent diluncurkan. Secara khusus aplikasi ini dikembangkan untuk mempromosikan acara kelas menengah ke bawah.

Kepada DailySocial, Founder & CEO EventEvent Deddy Wiryawan mengungkapkan, saat ini masih banyak kesulitan yang dihadapi oleh pihak penyelanggara untuk mendaftarkan acaranya secara online. Terutama untuk mendaftarkan acara yang sifatnya small-medium ke platform yang well-established. Cenderung sulit karena harga yang mahal juga mekanisme yang rumit dengan dibutuhkan pengajuan kontrak dan lainnya.

“Didirikan pada tahun 2016, kami mulai mengembangkan aplikasi EventEvent. Sebuah event marketplace yang menargetkan Event Organizer dan Event Enthusiast, dengan sistem yang memungkinkan setiap user untuk mendaftarkan, menjual, membeli, dan berbagi event sendiri. Mereka juga bisa bersosialisasi dengan sesama pengguna.”

Secara konsep, platform yang ditawarkan oleh EventEvent tampak serupa dengan platform seperti Goers dan Loket. Namun dengan fitur unggulan yang ada, EventEvent mengklaim memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Di antaranya adalah fitur analytic dashboard bagi Event Organizers, fungsi media sosial, sistem check-in yang terintegrasi, dan sistem self-service yang sederhana.

“Mungkin ada marketplace lain yang memungkinkan Event Organizers untuk mendaftarkan acaranya sendiri, namun prosesnya panjang dan administrasinya merepotkan. Di EventEvent, tidak ada proses verifikasi yang membutuhkan Event Organizers untuk mengunggah dokumen-dokumen tertentu,” kata Deddy.

Sejak hadir dua tahun yang lalu, saat ini EventEvent telah memiliki lebih dari 10 ribu pengguna di seluruh Indonesia. Untuk acara yang didaftarkan melalui aplikasi, EventEvent mencatat banyak yang berasal dari Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, dan Bali.

“Tapi tak jarang juga ada user dan event dari berbagai kota lainnya, dan ada beberapa user yang datang dari India, Singapura, Tiongkok dan Amerika Serikat,” kata Deddy.

Cara kerja dan strategi monetisasi

Setiap pengguna yang telah mendaftar memiliki kesempatan yang sama untuk mencari maupun menjual event. Mereka juga bisa menikmati semua fitur yang disediakan mulai dari fungsi ticketbox, gate system saat check in event, serta fungsi sosial untuk saling mengikuti dan berbagi update acara di sekitar mereka.

Dalam proses pembelian tiket, pengguna bisa memilih metode pembayaran yang paling sesuai. Mulai dari virtual account bank, Alfamart Group (Alfa Midi, DanDan) maupun kartu kredit. Setelah tiket dibeli maka bisa langsung digunakan untuk check-in pada lokasi acara.

“Untuk pengguna yang mendaftarkan event mereka untuk dijual di EventEvent, mereka memiliki dashboard analytic untuk melihat demografis pengguna lain yang mengunjungi profilnya. Mereka juga bisa mencairkan sendiri uang tiket yang sudah masuk ke akunnya. Pencairan dana bisa dilakukan ke lebih dari 150 bank,” kata Deddy.

Menargetkan pasar B2B dan B2C, EventEvent mengklaim telah menerapkan pembagian komisi yang ideal. Tidak ada penarikan biaya untuk event gratis, tetapi untuk event berbayar, sistem komisi yang berlaku sebesar 3% minimal Rp5 ribu untuk setiap pembelian tiketnya.

“Untuk B2C kami mengambil komisi sebesar 3% per tiket berbayar. Sementara untuk B2B kami bergerak sebagai event promotional dan creative serta management services,” kata Deddy.

Target EventEvent

Dengan mengedepankan tiga fitur andalan, yaitu fitur sosial, analytics, gate system, serta pendataan event yang sederhana, EventEvent ingin menjadi platform yang lengkap sekaligus mudah untuk diakses oleh pengguna. Selain itu untuk memudahkan proses check-in di acara, EventEvent juga menerapkan teknologi QR Code langsung di aplikasi.

“Tidak perlu install aplikasi lain untuk check in, tidak perlu juga print ticket. Menggunakan aplikasi yang sama pengunjung event bisa langsung memindai kode QR event untuk check-in, dengan demikian EO pun dapat langsung melihat pengunjung yang datang,” kata Deddy.

Di tahun 2018 ini, masih banyak target yang ingin dicapai oleh EventEvent. Di antaranya adalah melakukan pengembangan fitur agar platform menjadi lebih baik dari sisi teknologi dan meningkatkan user experience. EventEvent juga ingin menjangkau kota-kota lainnya yang belum ada di platform.

“Saat ini kami masih menjalankan bisnis secara bootstrap, namun untuk mewujudkan rencana yang ada kami juga ingin melakukan penggalangan dana dan mencari investor yang tepat,” kata Deddy.

Application Information Will Show Up Here
Sammy Ramadhan, Co-Founder dan CEO Goers / DailySocial

Lima Hal yang Perlu Diketahui dari Layanan “Life Experience”

Di era kekinian, semakin mudah untuk mengisi waktu luang di akhir pekan. Kamu bisa menonton film, menyaksikan pertunjukan musik, hingga pergi berlibur. Tiket pertunjukan atau perjalanan kini juga mudah didapatkan secara online dengan sekali tap di ponsel kamu.

Nah, beragam aktivitas hiburan yang disebutkan di atas biasa disebut sebagai produk “life experience“. Masyarakat dapat merasakan sebuah nilai tambah (value added) dari kegiatan yang mereka lakukan.

Di era digital, produk life experience kini telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban. Lalu, mengapa produk life experience kini menjadi penting?

Untuk mengetahui lebih dalam, #SelasaStartup edisi kali ini diisi Sammy Ramadhan, Co-Founder dan CEO Goers, sebuah platform penyedia informasi sekaligus penjual tiket event.

Kebangkitan bisnis life experience

Produk life experience ditandai dengan beragam aktivitas hiburan yang dapat dinikmati di segala situasi. Tak terbatas hanya pertunjukan musik, teater, film, atau tiket perjalanan, life experience dapat pula berupa aktivitas olahraga.

Sammy menceritakan bagaimana bisnis life experience mulai mengalami kebangkitan di Amerika Serikat (AS). Hal ini ditandai dengan maraknya penyedia layanan on-demand dengan mengadopsi model bisnis sharing economy. Menurutnya, hal ini memicu masyarakat AS lebih memilih untuk menikmati ragam produk life experience ketimbang harus membeli barang ritel.

“Mereka tidak berpikir untuk memiliki rumah, mereka memilih untuk kerja di mana saja, jadi freelance. Kalaupun uang mereka bertambah, mereka tidak nabung, namun menaikkan kebutuhan sosial mereka,” tutur Sammy.

Situasi di atas berbeda dengan di Indonesia. Life experience masih dilihat sebagai aktivitas liburan di mana orang-orang harus menabung dulu untuk melakukannya. “Padahal, life experience itu tidak cuma sebatas berlibur,” tambahnya.

Kendati demikian, kondisi di atas justru dinilai menjadi peluang bagi Sammy untuk masuk ke meramaikan dan mendorong pertumbuhan industri hiburan di era digital.

Generasi milenial jadi pendorong

Indonesia dinilai memiliki potensi besar untuk mengembangkan layanan berbasis life experience. Mengutip ucapan Presiden RI Joko Widodo, Sammy mengungkapkan Indonesia memiliki daya saing tinggi, terutama pada sektor pariwisata. Sektor ini dinilai “seksi” mengingat Indonesia memiliki sumber daya yang unik yang tidak dapat diduplikasi.

Tentu ini akan mendorong masyarakat, terutama generasi milenial untuk pergi berlibur. Apalagi generasi milenial kini erat dengan media sosial. Mereka semakin melihat bahwa ada kebutuhan untuk membuat konten media sosial yang berkualitas.

“Banyak hal-hal yang bakal menjadi potensi besar untuk bisnis (life experience). Misalnya, tour, event organizer, trainer, dan pengajar di media sosial sekarang banyak. Di YouTube misalnya. Atau menjadi entertainer. Online presence itu [jadi] penting,” ungkap Sammy.

Pengalaman terbaik lewat mobile

Sammy menilai penting untuk mengetahui target pasar yang akan disasar. Mengingat produk life experience kebanyakan dinikmati oleh generasi milenial, ia pun menekankan pentingnya pengalaman bertransaksi melalui mobile.

“Dulu saat berjualan tiket offline, sistemnya cukup rumit, ada yang harus transfer, kirim buktinya ke WhatsApp, ada juga tiket palsu, atau harus cetak tiket, itu kan ribet, belum lagi antri,” lanjut Sammy.

Di Goers sendiri, ungkap Sammy, pihaknya lebih fokus untuk menyediakan pengalaman optimal melalui aplikasi. “Setelah kami pelajari, milenial itu ternyata mau bertransaksi via ponsel. Nah, solusi [masuk ke bisnis] life experience untuk menarik peluang adalah dengan mobile. Kami punya aplikasi dan partner,” jelasnya.

Life experience untuk mendongkrak bisnis

Selain memberikan nilai tambah kepada masyarakat, layanan life experience nyatanya dinilai dapat menguntungkan perusahaan. Bagaimana bisa?

Menurut Sammy, layanan life experience dapat dijadikan sebagai salah satu jembatan untuk memperkenalkan bisnisnya kepada khayalayak. Sejumlah perusahaan berskala besar pun kini mulai menerapkan strategi tersebut.

“Kenapa banyak perusahaan rokok menjadi sponsor untuk acara konser? Karena mereka menjual pengalamannya bukan rokoknya. Caranya melalui acara-acara tersebut. Jadi life experience menjadi salah satu jembatan untuk memperkenalkan produknya,” ungkap Sammy.

Contoh lainnya adalah memperkenalkan bisnis dengan mengadakan kelas yoga di restoran rooftop terbesar di Jakarta. “Yoga tidak ada hubungannya dengan restoran. Tetapi, mereka yang mengikuti kegiatan itu bisa menjadi brand loyalist yang secara tidak langsung mempromosikan tempatnya ke teman-teman,” lanjutnya.

Teknologi menjadi kunci

Diakui Sammy, saat ini layanan Goers tidak memiliki khusus untuk mengelola komunitas. Padahal, komunitas kini dianggap sebagai salah satu upaya untuk mendongkrak bisnis. Goers hanya mengandalkan rating dan review untuk meningkatkan engagement dengan pengguna.

Namun, untuk menjalankan bisnis penyedia produk life experience, penting pula untuk fokus terhadap pengembangan teknologi. Menurutnya, perusahaan bisa bersaing dengan membawa pengalaman yang lebih baik kepada pengguna.

“Kami tidak memiliki komunitas. Komunitas kami dibangun oleh pengguna sendiri. Tapi bukan berarti kami tidak mau, hanya saja kami ingin fokus dengan teknologi agar bisa bersaing. Dengan teknologi yang oke, user, partner, dan merchant akan datang dengan sendirinya,” katanya.

Dengan memosisikan diri sebagai perusahaan teknologi, perusahaan bisa lebih optimal untuk membawa experience lebih baik, baik pada offline maupun onlline.

Strategi Bukalapak, Goers, dan Seekmi Melakukan Perekrutan “Engineer”

Berbicara mengenai talenta di dunia startup masih menjadi persoalan yang berkepanjangan. Masih minimnya jumlah serta kualitas dari SDM Indonesia di bidang pengembangan teknologi, tidak dibarengi dengan makin meningkatnya jumlah startup berbasis teknologi lokal hingga asing di tanah air.

Kami mencoba berbincang dengan sejumlah penggiat startup lokal tentang bagaimana mereka menyikapi hal ini dan strategi apa yang mereka lakukan untuk menyiasatinya.

Kurangnya pengalaman dan ketrampilan mahasiswa lulusan baru

Menurut CEO Seekmi Clarissa Leung, salah satu alasan utama adalah masih kurangnya pengalaman dan ketrampilan mahasiswa lulusan IT (Sistem Informasi maupun Teknik Informatika) untuk mengisi posisi engineer yang saat ini banyak dicari startup.

“Saya melihat hanya dalam jumlah kecil lulusan terbaik dari Universitas ternama di Indonesia yang sudah bisa langsung bekerja sesuai dengan standar dari startup yang merekrut. Sebagian lagi masih perlu pelatihan dan training lebih lanjut.”

Persoalan belum maksimalnya kemampuan dari lulusan IT saat ini, bukan hanya terjadi di Indonesia saja. Berdasarkan pengalaman pribadinya saat kunjungan ke Silicon Valley beberapa waktu lalu, Clarissa melihat banyak anak muda yang melanjutkan studinya untuk mempelajari coding.

Alasan lain minimnya jumlah engineer di Indonesia adalah,kebanyakan mahasiswa lulusan IT, lebih memilih untuk bekerja di perusahaan multinasional dengan gaji yang lebih besar ketimbang bekerja di startup atau membangun startup sendiri. Pada akhirnya menyulitkan startup untuk mencari engineer terbaik hingga CTO yang berkualitas.

Memanfaatkan rekomendasi internal dan referral

Bukalapak sebagai salah satu layanan marketplace terbesar di Indonesia, melakukan proses perekrutan posisi engineer dengan cara yang berbeda. Memanfaatkan informasi dari pegawai sendiri, Bukalapak mampu menghasilkan rekomendasi engineer yang diinginkan sesuai dengan kriteria. Menurut VP Engineering Bukalapak Ibrahim Arief, cara tersebut cukup ampuh untuk mengatasi kesulitan mencari talenta baru di bidang pengembangan teknologi.

“Melihat mayoritas engineer berkualitas yang lolos seleksi kami berasal dari referral  pegawai internal, kami menyediakan internal referral  bonus sebesar 20 juta Rupiah untuk setiap engineer yang lolos.”

Untuk menambah opsi yang ada, Bukalapak juga mengadakan berbagai programming dan kompetisi app development dengan hadiah ratusan juta rupiah untuk menjaring talenta engineering Indonesia yang berbakat.

Strategi tersebut ternyata juga dilakukan di Goers. Menurut Co-Founder dan COO Goers Niki Tsuraya Yaumi, meskipun kerap mengalami kesulitan untuk menemukan engineer yang sesuai, namun perekrutan melalui referral dari engineer yang sudah ada cukup efektif untuk dilakukan.

“Ketika kami melakukan hiring, setiap kandidat akan menemui minimal tiga orang untuk dinilai.”

Selain itu Goers juga membuat pengumuman lowongan pekerjaan di universitas-universitas yang memiliki potensi mahasiswa lulusan IT, bekerja sama dengan acara-acara di kampus dan internship program jalur untuk menjadi pegawai tetap.

“Buat Goers, mencari engineer juga menjadi suatu tantangan, karena kami mencari tidak hanya dari segi skill saja, namun juga dari sisi culture fit,” kata Niki.

Perekrutan bertahap memanfaatkan akun media sosial

Berbeda dengan Bukalapak dan Goers, di Seekmi proses perekrutan lebih dilakukan secara bertahap dan tidak terbuka. Dengan melihat secara detil informasi pendidikan dan pengalaman bekerja, Clarissa menyebutkan untuk perekrutan Seekmi masih terus mencari namun tidak dalam skala yang besar. Jika saat tertentu Clarissa dan tim menemukan engineer yang sesuai dengan kriteria dan cocok untuk ditempatkan posisi tertentu, engineer tersebut akan langsung direkrut tanpa menyebarkan lowongan pekerjaan di job listing

“Tidak selamanya Seekmi melakukan perekrutan untuk engineer. Dari berbagai channel jika ada engineer yang qualified, pasti akan langsung kita rekrut,”

Clarissa menambahkan masih kurangnya pengalaman dan pendidikan informal yang dimiliki oleh mahasiswa lulusan teknologi informasi saat ini, masih menyulitkan startup untuk memperkerjakan tenaga baru tersebut.

Untuk ke depannya diperkirakan akan lebih banyak lagi SDM Indonesia di bidang pengembangan teknologi dibutuhkan. Untuk bisa menemukan engineer yang berkualitas, startup dan pihak terkait tentunya harus bisa lebih agresif lagi melakukan pendekatan, edukasi dan awareness terkait dengan Teknologi Informasi agar lebih tertarik untuk berprofesi menjadi engineer.

Sementara mereka yang tidak memiliki latar belakang pendidikan IT bisa memanfaatkan kelas coding yang saat ini sudah banyak tersedia di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.

DScussion #73: Tantangan Platform “Event Discovery” di Indonesia

DScussion kali ini mengajak pembaca DailySocial berbincang dengan CEO Goers Sammy Ramadhan. Kita menyelami tentang siapa sebenarnya pengguna layanan event discovery ini, apa saja tantangan layanan di bidang ini, dan bagaimana strategi untuk mengatasinya. Sebagai seorang CEO, Sammy juga membagikan tips bagaimana caranya menjadi pemimpin startup dan ikut terjun di lapangan.

Simak perbincangan kami dengan CEO Goers berikut ini.

Goers Mudahkan Pencarian Event dengan Kehadiran Situs Versi Lengkap

Setelah menghadirkan inovasi yang diharapkan bisa memudahkan wisatawan asing dan lokal mencari rekomendasi tempat wisata, Goers yang menampilkan beragam kegiatan, acara, kuliner dan informasi terkini kembali mengumumkan inovasinya. Setelah sebelumnya fokus di pengembangan aplikasi mobile, kini situs Goers bisa digunakan untuk memperoleh pengalaman yang sama.

Kepada DailySocial, COO Goers Niki Tsuraya Yaumi mengungkapkan fungsi situs Goers kini lebih lengkap dan beragam. Bermanfaat untuk pengguna sekaligus penyelenggara acara yang ingin mempromosikan acaranya melalui Goers.

“Dulu situs kami bukan menjadi fokus utama karena semua fitur dan informasi lengkap kami pusatkan di aplikasi, kini di situs Goers semua acara dan aktivitas seru di Jakarta dan Bandung bisa diakses melalui situs dan aplikasi,” kata Niki.

Saat ini Goers telah bekerja sama dengan ratusan partner di Jakarta dan Bandung, serta menyediakan ribuan informasi event setiap bulannya. Kategori event yang tersedia diaplikasi juga sangat beragam, dari event konser musik, pameran seni, event keluarga, festival kuliner, event belanja, event olahraga, hingga hiburan malam.

Beberapa layanan lain yang sebelumnya bersifat mobile only, atau hanya memberikan layanan di platform mobile, kini akhirnya juga mengembangkan situs (desktop dan mobile web) agar konsumen memiliki pilihan saat mengakses layanannya.

Situs Goers dilengkapi dengan fitur pencarian dan kumpulan event yang direkomendasikan berjudul Editor’s Pick. Meskipun demikian, saat konsumen ingin membeli tiket, flow-nya masih diarahkan untuk mengunduh aplikasi terlebih dahulu.

“Perihal booking saat ini masih fokus di aplikasi mobile saja, namun ke depannya tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan juga di situs Goers,” kata Niki.

Dashboard khusus untuk penyelenggara acara

Layanan tambahan yang saat ini juga sudah tersedia untuk pihak penyelanggara adalah dashboard atau tampilan khusus untuk penyelenggara acara yang mempromosikan acaranya melalui Goers.

Di laman Partnership, penyelenggara acara dapat mengetahui bagaimana Goers dapat membantu melancarkan event melalui Goers Solution. Dashboard tersebut juga dilengkapi dengan berbagai macam brand yang sudah bekerja sama dengan Goers serta testimonial dari para partner Goers.

“Dashboard khusus penyelenggara acara sendiri sebelumnya sudah tersedia di Goers, namun kini sudah sangat mumpuni untuk menangani beragam jenis acara dan aktivitas yang ada,” kata Niki.

Application Information Will Show Up Here

Goers Hadirkan Panduan Informasi Tujuan Wisata

Pasca mendapatkan investasi Pra-Seri A dari Mahaka Media bulan Agustus 2016 lalu, Goers yang merupakan Startup jebolan Indonesia Next Apps 2.0 terus melakukan pembaruan dan inovasi di aplikasinya. Salah satunya adalah yang menyasar sektor pariwisata.

Sebagai aplikasi yang menampilkan beragam kegiatan, acara, kuliner dan informasi terkini, Goers berencana menghadirkan inovasi baru yang diharapkan bisa memudahkan wisatawan asing dan lokal mencari rekomendasi tempat wisata.

“Konsepnya tidak akan jauh berbeda dengan yang saat ini kami jalani. Kami akan menyajikan informasi mengenai kegiatan, aktivitas, acara, dan tempat-tempat bepergian yang sedang tren di Indonesia seperti restoran, museum, dan lain-lain, untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun internasional.,” kata Co-Founder dan COO Goers Niki Tsuraya Yaumi Kepada DailySocial.

Di dalam fitur tersebut nantinya juga akan disematkan menu City Attraction yang berisi informasi mengenai tempat yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan. Tujuannya adalah agar para wisatawan dapat menemukan informasi mengenai acara-acara dan kegiatan-kegiatan lokal di lokasi wisata, serta merasakan pengalaman baru dengan mendatanginya.

Keseriusan Goers untuk mulai merambah sektor pariwisata di Indonesia dikukuhkan dengan nota kesepahaman yang dijalin antara Goers dan Menteri Pariwisata Arief Yahya baru-baru ini.

“Saat ini kami telah menjalin kesepahaman dengan Kementerian Pariwisata untuk Goers bisa mempromosikan destinasi-destinasi wisata di Indonesia,” kata Niki.

Tahun ini Goers berencana melakukan ekspansi ke tiga kota tujuan wisata di Indonesia.

Menyajikan informasi film di bioskop dan pembelian tiket

Tim Goers dan jajaran manajemen

Layanan lain yang bakal dihadirkan Goers adalah platform lengkap untuk jadwal film di bioskop terkini. Layanan tersebut juga nantinya dilengkapi dengan kesempatan melakukan pembelian tiket. Belum ada informasi kapan fitur ini bakal diluncurkan.

“Kami sadar bahwa salah satu kegiatan yang paling sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk mengisi waktu luang mereka adalah bepergian untuk menonton film layar lebar. Kami ingin menjadi solusi untuk mempermudah semua orang mendapatkan informasi serta pembelian tiket untuk menonton film layar lebar,” kata Niki.

Application Information Will Show Up Here