Tag Archives: golife

Layanan Pinhome Home Service sudah bisa diakses lewat menu GoService di Gojek

Gandeng Gojek, Pinhome Luncurkan Layanan “On-Demand” untuk Jasa Kebersihan

Sebagai bentuk komitmen untuk mempermudah akses dalam mendapatkan jasa kebersihan properti yang dimiliki oleh pengguna, platform proptech Pinhome menghadirkan Pinhome Home Service dan memperluas jangkauan layanannya melalui aplikasi Gojek.

Kepada DailySocial, Head of Marketing & Project Partnership Pinhome Dani Budianto mengungkapkan, Pinhome Home Service merupakan produk baru dari Pinhome yang bermitra dengan GoService dalam menawarkan layanan pembersihan, cuci mobil, hingga cuci AC untuk membantu menjaga kebersihan dan lingkungan kerja yang aman — baik di rumah atau di kantor.

“Layanan Pinhome Home Service sudah tersedia di aplikasi GoService mulai bulan Januari 2021. Namun, hingga kini Pinhome Home Service belum melakukan press realese dikarenakan ekspansi wilayah yang dapat dijangkau oleh Pinhome Home Service dilakukan secara bertahap.”

Saat ini layanan Pinhome Home Service baru terbatas di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Cara Kerja Pinhome Home Service yaitu, sebagai platform yang mempertemukan antara penyedia jasa yang kredibel dengan pengguna melalui menu GoService di aplikasi GoJek. Mengingat luasnya pengguna aplikasi GoJek, hal ini sangat memudahkan bagi Pinhome Home Service untuk dapat menghubungkan pengguna dengan penyedia jasa yang dibutuhkan.

Untuk memastikan kualitas, Pinhome mengenakan syarat yang cukup ketat dalam menerima mitra. Termasuk dilengkapi dengan sertifikasi dan pelatihan yang diberikan oleh Mitra Bisnis Pinhome. Proses pelayanan mengedepankan protokol kesehatan 4P (Pengecekan berkala, Perlengkapan pelindung, Proses aman, Pencegahan dan pengawasan) dari Pinhome Home Service serta protokol J3K dari Gojek.

Geliat layanan on-demand untuk jasa kebersihan mulai tampak kembali seiring dengan awareness masyarakat untuk menjaga kebersihan. Terbaru, KliknClean menggandeng Bukalapak untuk sediakan layanan serupa melalui aplikasi. Saat ini sudah bisa diakses pengguna di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya. Sebelumnya JD.id juga mulai masuk ke segmen bisnis ini melalui JD Life, menghadirkan kanal khusus untuk menghubungkan penyedia jasa dengan pengguna.

Menampung mantan mitra GoLife

Pinhome Home Service bekerja sama dengan Gojek melalui Third-Party Platform (3PP). Sebelumnya CEO Pinhome Dayu Dara Permata pernah menjabat sebagai Sr.VP GO-JEK, Head of Lifestyle & Commerce Product Group, dan memiliki pengalaman membangun layanan GoLife yang resmi ditutup semua layanan pada awal tahun 2020 lalu.

Layanan Pinhome Home Service hadir pertama kali pada masa pandemi Covid-19. Kehadiran Pinhome Home Service juga diharapkan dapat memberikan dampak sosial yang positif juga beriringan dengan bangkitnya perekonomian masyarakat dengan cara membantu mitra penyedia jasa bertemu dengan pengguna jasa.

“Pinhome Home Service membuka kesempatan bermitra termasuk kepada mantan mitra GoLife untuk bergabung, di mana para Rekan Jasa mitra Pinhome Home Service adalah para penyedia layanan yang ahli di bidangnya dengan pengalaman kerja yang memenuhi syarat, dilengkapi dengan sertifikasi terpercaya, dan menerima pelatihan memadai yang diberikan oleh Mitra Bisnis Pinhome Home Service,” kata Dani.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
"Demand" yang besar dari pengguna tidak dibarengi mitra berkualitas dan bisnis yang "scalable"

Masa Depan Platform Penyedia Layanan “On Demand” di Indonesia

Salah satu sektor teknologi yang mengalami pertumbuhan yang lambat dan sepi pendanaan adalah layanan teknologi jasa atau tukang. Meskipun kehadirannya sudah dimulai sejak tahun 2015 lalu, hingga kini belum ada pemain unggulan yang berhasil mendominasi. GoLife, yang digawangi Gojek, malah mengundurkan diri tahun ini.

DailySocial mencoba mencari tahu tantangan, kesulitan dan masa depan layanan jasa dan tukang di Indonesia dan bagaimana masing-masing startup menerapkan strategi agar bisa bertahan.

Efek penutupan GoLife

Penutupan GoLife secara menyeluruh bulan Juli 2020 lalu, menjadi momen penentu potensi dan peluang sektor ini. Meskipun sempat mengalami masa-masa jaya, layanan GoLife yang mencakup jasa pembersihan, jasa pijat, jasa perbaikan, jasa laundry, jasa kecantikan, dan lain-lain ternyata tidak mampu bertahan meskipun didukung jaringan mitra dan jangkauan wilayah ekosistem Gojek yang luas. Salah satu faktor utama penutupan layanan ini adalah kehadiran pandemi sejak awal tahun ini.

Di sisi lain, penutupan GoLife memberikan peluang baru untuk pertumbuhan platform lainnya.

Founder & CEO Help Indonesia Melia Lustojoputro mengungkapkan, saat pandemi baru merebak terjadi penurunan pemesanan secara signifikan. Mereka kemudian mencoba memberikan perlindungan ke mitra helper dan klien dari kemungkinan terburuk, sehingga dilakukan penyaringan order dan membuat SOP baru.

“Penutupan GoLife memberikan efek positif dengan peningkatan order pada aplikasi Help. Tapi banyak mitra kami yang juga menahan diri dan tidak mengambil order. Sehingga kami membuat kebijakan baru, di mana kami mengandalkan hanya sebagian dari mitra yang terpilih untuk secara konsisten mengambil order dan mengerjakannya,” kata Melia.

Hal senada diungkapkan Executive Director TukangBersih Ranti Sabina. Platform mengklaim mendapatkan jumlah pelanggan dan mitra baru yang sebelumnya terdaftar sebagai mitra GoLife.

“Sebagian mitra baru kami berasal dari eks-mitra GoLife. Itu terbukti bahwa sebenarnya minat terhadap jasa ini cukup besar. Tantangan terbesar lebih kepada menjaga kualitas dan monitoring dari layanan,” kata Sabina.

Di sisi lain, layanan Clean & Fix yang ditawarkan Grab dan Sejasa masih aktif. Clean & Fix adalah hasil hipotesis yang dilakukan Grab setelah pilot project dengan Sejasa pada Desember 2018. Sebelum Clean & Fix resmi hadir pada akhir tahun 2019 lalu, Grab memasukkan Sejasa dalam bentuk widget di laman utama aplikasi Grab.

Budget dan ekspansi

Meskipun sudah ada beberapa platform yang menyediakan layanan di luar kawasan ibukota, kebanyakan dari mereka masih membatasi layanan di Jakarta dan sekitarnya. Menurut sudut pandang investor, salah satu alasan masih terbatasnya area layanan yang dijangkau platform jasa dan tukang di Indonesia adalah unit ekonomi yang rentan.

Menurut Managing Partner Indogen Capital Chandra Firmanto, secara tipikal layanan marketplace jasa cenderung sangat hiperlokal dan kurang scalable. Mereka tidak dapat memanfaatkan penawaran dan permintaan yang sudah ada sebelumnya di satu pasar untuk menarik pengguna di pasar baru. Ketika mereka datang ke pasar baru, mereka perlu mendapatkan semua pelanggan dari awal.

Efeknya adalah akuisisi pelanggan di satu kota akan sangat berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia. Ketidakpastian Costumer Acquisition Cost (CAC) itu sering kali membuat model ini dirugikan ketika mulai memasuki  pasar baru.

“Kami melihat ini sebagai salah satu tantangan besar yang harus dihadapi para pendiri startup. Di Indogen Capital, kami sangat bangga memiliki koneksi untuk membantu startup menembus kota-kota tingkat menengah dan tier ketiga yang pada akhirnya akan menjadi pembeda untuk memenangkan seluruh pasar Indonesia,” kata Chandra.

Hal senada diungkapkan CMO RenovAsik Indra Setiawan. Menurutnya tantangan utama memperluas area layanan adalah budget operasional. RenovAsik saat ini baru beroperasi di Jabodetabek, karena untuk berekspansi ke kota lain dibutuhkan biaya yang cukup besar untuk kantor, kegiatan pemasaran, perekrutan tim, dan infrastruktur.

“Yang paling utama sih adalah sumber daya manusia ya, karena RenovAsik mengedepankan Quality Control dari internal company ke klien. Untuk memastikan kinerja mandor/tukang di lapangan sesuai dengan yang diinginkan klien,” kata Indra.

Yoofix adalah startup jasa yang berbasis di Yogyakarta. Kini mereka memperluas layanan di Jabodetabek, Bandung, dan sedang dalam tahapan piloting di Surabaya. Menurut Founder & CEO Yoofix Dian Bilhokista, sebenarnya setiap kota telah memiliki platform lokalnya sendiri, tapi memang masih sangat sedikit yang kemudian di antara mereka memiliki layanan di beberapa kota berbeda.

“Tantangan yang paling banyak ditemui adalah perbedaan SOP dan budaya di setiap kota. Harus punya metode khusus untuk setiap kotanya, baik untuk mengajak mitra bergabung maupun untuk mendapatkan pelanggan,” kata Dian.

Sementara TukangBersih, yang fokus ke bidang housekeeping dan men-deliver sebagian jasanya melalui aplikasi dan web, saat ini telah tersedia di kota-kota besar di Jawa dan Bali.

Demand dari pengguna terlihat jelas sangat besar. Terbukti dengan semakin tinggi peningkatan order dari hari ke hari. Tantangan terbesar kami adalah menyaring dan melakukan pelatihan talenta yang berkualitas agar sesuai dengan standarisasi TukangBersih,” kata Sabina.

Pengelolaan mitra

Secara konvensional saat ini sudah banyak ditemui penyedia jasa seperti ini, namun ketika masuk ke ranah online diperlukan persyaratan dan kriteria yang wajib dipenuhi masing-masing platform.

“Untuk mengetahui apakah mitra tersebut memiliki attitude dan skill yang bagus itu tidak bisa dalam sekali interview terjawab. Bagi kami harus langsung terjun menangani proyek baru bisa terjawab,” kata Indra.

Persoalan attitude dan skill juga digarisbawahi Melia. Menurutnya ketika proses perekrutan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pengguna, seorang calon mitra harus melalui tahap yang ditentukan,sebelum dianggap layak bergabung.

“Biasanya dari 100 orang yang mendaftar, hanya 30% yang hadir. Sehingga kami harus melakukan pelatihan berkali-kali, yang tentunya membutuhkan dana tidak sedikit,” kata Melia.

Sementara menurut Dian, tantangan terbesar saat melakukan proses perekrutan mitra adalah menemukan mitra yang sesuai dengan budaya dan nilai yang dibangun perusahan, yaitu mereka harus memiliki kemampuan (hard skill) dan jujur.

Potensi ke depan di Indonesia

Menjelang akhir tahun 2020 jumlah layanan jasa dan tukang di Indonesia makin bertambah. Meskipun demikian, belum ada yang mendominasi layanan dan baru sedikit yang menerima dana segar dari investor.

“Bisnis jasa tentu tentang bagaimana kita memberikan layanan yang memuaskan pelanggan, nah sejalan dengan itu peningkatan demand juga akan terjadi,” kata Dian.

Optimisme serupa diungkapkan Sabrina. Melalui TukangBersih dirinya melihat bisnis jasa pembersihan ke depannya semakin bersinar. Hal ini karena budaya milenial yang menyukai layanan jasa berbasis on demand yang lebih mudah dan praktis dan dilengkapi sistem monitoring.

“Banyak pula permintaan dari platform lainnya untuk bekerja sama, seperti dengan JD Life dan beberapa platform lainnya. Hal ini menjadi tanda baik bahwa jasa ini sangat dibutuhkan dan memiliki demand yang besar,” kata Sabina.

Investor memiliki pandangan yang lebih berhati-hati. Sebagai investor, menurut Chandra, dirinya saat ini belum melihat adanya rencana untuk berinvestasi ke layanan jasa dan tukang di Indonesia. Ia beralasan masih ada tantangan di margin yang sangat tipis dan cukup sulit untuk ditingkatkan. Dirinya melihat ke depannya permintaan layanan pasti akan tetap ada, namun sebagai investor ia ingin melihat bagaimana para pendiri dapat membangunnya menjadi bisnis yang scalable.

“Ada cara untuk membuatnya lebih scalable, dan kami sangat ingin melihat apa yang dapat dilakukan para pendiri untuk mengatasi masalah tersebut,” kata Chandra.

Gojek Closes Down GoLife and GoFood Festival, 430 Employees are Getting Laid Off

Gojek gets another business downsizing, this time by stopping GoLife services and the GoFood Festival food program. GoLife will be effectively closed as of July 27, 2020. Previously, at the end of 2019, five official GoLife services were stopped, leaving only GoMassage and GoClean.

The number of Gojek’s employees to be laid off is 430 and the company promises that this will be the only lay-off in terms of the pandemic situation.

For affected employees, Gojek delivers severance packages as follows:

  1. Affected employees will receive severance pay (minimum 4-week salary) plus an additional 4-week salary for each year of work.
  2. Payment of salary during the notice period. Affected employees are not required to work when they enter the notification period, but salaries are paid in full.
  3. Equity arrangement. The waiting period (annual cliff) for employees who have ownership rights will be eliminated, therefore, employees who leave will immediately get company shares.
  4. Payment of annual leave and other rights not used
  5. Extension of health insurance for affected employees and their families until 31 December 2020.
  6. Employees can continue to have laptops to help find other opportunities.
  7. Extension of mental health, financial, and other consultation services over the next three months.
  8. An Outplacement program that should help everyone to find a job.Closing this service will also have an impact on GoMassage and GoClean partners. Gojek promises an appreciation package for partners, in the form of cash and online training, which is expected to be used by partners to get up and look for new opportunities.

Meanwhile, the GoFood Festival was stopped because it was not in line with the concept of physical distancing during the pandemic. GoFood Festival partners can optimize the business through GoFood and Gojek’s cloud kitchen initiative.

Previously, Gojek’s closest competitor, Grab, had announced a reduction of around 5% for employees, 360 people, regionally.

Focus on core business

Starting as a ride-sharing application, Gojek has the ambition to be a super app, an application that is able to accommodate the various daily needs of its users. In recent years, the company has been steady with this vision and continues to offer new services, including various features in GoLife.

Currently, along with the consumers’ changing habits during the pandemic, Gojek has chosen to focus on several services with larger potential to generate revenue. In addition to transportation and logistics, Gojek’s focus is now on the payment platforms (GoPay), food delivery (GoFood), and health (GoMed with Halodoc).

The innovation was carried out with two strategies, as internal through independent and external development through collaboration. In order to support collaborative innovation, Gojek used the Go-Ventures investment unit, which provides a lot of funding for potential startups.

Earlier this month, Gojek announced funding from Facebook and PayPal in the Series F round. Reportedly after the funding, the company’s valuation stood at $12.5 billion.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Akibat penutupan layanan GoLife, pegawai Gojek yang terdampak terkena layoff atau dialihkan ke divisi lain

Gojek Tutup GoLife dan GoFood Festival, 430 Pegawai Terkena Layoff (UPDATED)

Gojek kembali melakukan perampingan bisnis, kali ini dengan menghentikan layanan GoLife dan program food court GoFood Festival. GoLife akan efektif ditutup per 27 Juli 2020. Sebelumnya, akhir tahun 2019 lalu, lima layanan GoLife resmi dihentikan, hanya menyisakan GoMassage dan GoClean.

Pegawai Gojek yang terdampak berjumlah 430 orang dan perusahaan menjanjikan langkah pengurangan pegawai ini menjadi satu-satunya keputusan pengurangan di tengah situasi pandemi.

Bagi pegawai yang terdampak, Gojek menyampaikan paket pesangon sebagai berikut:

  1. Karyawan yang terdampak akan menerima pesangon (minimum gaji 4 pekan) ditambah tambahan 4 pekan gaji untuk setiap tahun lamanya bekerja.
  2. Pembayaran gaji selama periode pemberitahuan. Karyawan terdampak tidak wajib untuk bekerja saat sudah memasuki periode pemberitahuan, tapi gaji tetap dibayar secara penuh.
  3. Equity arrangement. Masa tunggu (annual cliff) bagi karyawan yang memiliki hak kepemilikan saham akan dihapus, sehingga karyawan yang meninggalkan Gojek langsung mendapatkan saham perusahaan.
  4. Pembayaran cuti tahunan dan hak lainnya yang tidak digunakan
  5. Perpanjangan asuransi kesehatan bagi karyawan yang terdampak dan keluarga mereka hingga 31 Desember 2020.
  6. Karyawan dapat tetap memiliki laptop untuk membantu mencari peluang lain.
  7. Perpanjangan program layanan kesehatan mental, finansial, dan konsultasi lainnya selama tiga bulan ke depan.
  8. Program outplacement yang akan membantu setiap orang untuk mencari pekerjaan.

Penutupan layanan ini juga akan memberikan dampak kepada para mitra GoMassage dan GoClean. Gojek menjanjikan adanya paket apresiasi bagi mitra, berupa dana tunai dan pelatihan daring, yang diharapkan dapat dimanfaatkan para mitra untuk bangkit dan mencari peluang baru.

Sementara itu, GoFood Festival dihentikan karena tidak sejalan dengan konsep physical distancing selama pandemi. Mitra GoFood Festival bisa mengoptimalkan bisnis melalui GoFood dan inisiatif cloud kitchen milik Gojek.

Sebelumnya, pesaing terdekat Gojek, Grab, telah mengumumkan pengurangan sekitar 5% pegawai, 360 orang, secara regional.

Fokus pada bisnis inti

Berawal sebagai aplikasi ride-sharing, Gojek berambisi menjadi super app, yakni aplikasi yang mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan sehari-hari penggunanya. Mantap dengan visi tersebut, beberapa tahun belakangan perusahaan terus hadirkan layanan-layanan baru, termasuk varian fitur di GoLife.

Kini, seiring dengan perubahan fokus konsumen selama pandemi, Gojek memilih kembali fokus ke beberapa layanan yang memiliki potensi menghasilkan revenue besar. Selain transportasi dan logistik, fokus Gojek adalah platform pembayaran (GoPay), pengantaran makanan (GoFood), dan kesehatan (GoMed bersama Halodoc).

Inovasi tersebut dilakukan dengan dua strategi sekaligus, yakni internal melalui pengembangan mandiri dan eksternal melalui kolaborasi. Untuk menunjang inovasi kolaboratif, Gojek memanfaatkan unit investasi Go-Ventures yang banyak memberikan pendanaan bagi startup-startup potensial.

Awal bulan ini Gojek mengumumkan kucuran pendanaan dari Facebook dan PayPal di putaran Seri F. Dikabarkan setelah pendanaan tersebut valuasi perusahaan berada di angka $12,5 miliar.

Application Information Will Show Up Here
Layanan jasa gaya hidup Gojek, GoLife, tutup GoLaundry, GoDaily, Service Marketplace, GoGlam, dan GoFix secara bertahap mulai 31 Desember 2019

GoLife Tutup Lima Layanan, Fokus ke GoClean dan GoMassage (UPDATED)

GoLife, layanan jasa gaya hidup Gojek, mengumumkan penutupan lima layanannya secara bertahap mulai dari 31 Desember 2019. Layanan hanya menyisakan GoMassage dan GoClean sebagai fokus utama. Secara total aplikasi ini telah diunduh lebih dari 6 juta kali, baik di Google Play maupun di App Store.

Pengumuman ini mulai dipublikasikan serentak di dalam aplikasi. Dalam penjelasannya, layanan laundry GoLaundry, pesan antar kebutuhan harian GoDaily, dan Service Marketplace tidak dilanjutkan per 31 Desember 2019.

Sementara layanan kecantikan GoGlam dan layanan reparasi GoFix mulai ditutup pada 15 Januari 2020. Layanan cuci kendaraan GoAuto akan dilebur dengan layanan kebersihan GoClean mulai 17 Desember 2019.

Kabar ini mengindikasikan kurangnya traksi untuk pemanfaatan layanan dari GoLife untuk kebutuhan sehari-harinya. GoLife menyisakan GoMassage dan GoClean karena secara bisnis dan loyalitas layak dipertahankan.

Menurut keterangan resmi, Head of GoLife Wesly Simatupang menuturkan saat ini kontribusi layanan GoClean dan GoMassage mencapai hampir 90% dari total order di dalam ekosistem GoLife.

“Sehingga, pengkajian dan pemfokusan ulang perlu dilakukan supaya pertumbuhan usaha terus berkesinambungan, sekaligus memastikan konsumen tetap dapat menikmati layanan maksimal dari ekosistem GoLife,” ujarnya, Rabu (18/12).

Wesly kini menggantikan Dayu Dara Permata yang mengundurkan diri pada bulan lalu.

Beri opsi untuk mitra GoLife

Dalam mempertahankan jumlah mitra GoLife, perusahaan melakukan sejumlah inisiatif guna memastikan para mitra tetap memiliki opsi mendapatkan penghasilan tambahan, dengan bergabung di layanan Gojek lainnya.

Beberapa diantaranya, memberikan kesempatan untuk masuk sebagai mitra GoRide, GoCourrier, rekan usaha GoPay, GoTix, hingga Usaha Mapan; memberikan pelatihan dan modal awal bagi yang bergabung jadi mitra Usaha Mapan untuk memulai usaha baru.

“Khusus mitra GoFix kami memberikan kesempatan pada istri mereka untuk dapat mendaftar sebagai mitra Usaha Mapan. Juga membuka kesempatan masuk ke platform online sejenis di pasar.”

“Alhamdulillah, langkah-langkah tersebut mendapat sambutan yang sangat baik dari para mitra,” tambah Wesly.

Sebelumnya, dalam pernyataan resmi, GoLife meluncurkan dua fitur keamanan tambahan khusus mitra yakni KYC dan customer rating untuk melengkapi sistem keamanan yang telah diluncurkan sebelumnya, termasuk kemitraan dengan polisi untuk penyuluhan pertahanan diri, emergency panic button, dan in-app message.

GoLife pertama kali diperkenalkan pada tahun 2015, lalu di spin-off menjadi aplikasi terpisah dari Gojek setahun kemudian. Dalam perjalanannya, GoLife memiliki beragam layanan hingga Go-Pertamina untuk pesan antar bahan bakar resmi dari Pertamina.

Total mitra yang bergabung diklaim lebih dari 30 ribu mitra profesional dan 30 ribu usaha mikro, kecil, dan menengah, tersebar di 70 kota di Indonesia.

Kompetitornya, Grab, bekerja sama dengan Sejasa merilis layanan sejenis GoLife bernama Clean & Fix. Layanan ini menyediakan jasa servis elektronik (AC, mesin cuci, dan kulkas) dan jasa cleaning (daily cleaning, sofa cleaning, dan sedot tungau).

 

* Kami menambahkan informasi resmi dari pihak GoLife

Application Information Will Show Up Here