Tag Archives: google i/o 2021

5 Fitur Baru Google Docs yang Diumumkan di Google I/O 2021

Android 12 Beta bukan satu-satunya pengumuman menarik dari ajang Google I/O 2021 belum lama ini. Dalam konferensi developer yang digelar secara virtual tersebut, Google turut membeberkan sederet fitur baru yang akan hadir di aplikasi-aplikasi produktivitasnya (Docs, Sheets, dan Slides).

Di artikel ini, Anda bisa melihat rangkuman dari 5 fitur baru yang paling menarik yang akan tersedia di Google Docs, yang mungkin adalah yang paling sering digunakan oleh sebagian besar dari kita.

1. @-mention untuk orang, file, dan meeting sekaligus

Fitur @-mention di Google Docs yang sudah tersedia selama ini mungkin terkesan cukup sepele, tapi pada praktiknya bisa memudahkan sesi kolaborasi secara cukup efektif. Sekarang, @-mention juga berlaku untuk file maupun meeting. Jadi ketika mengetikkan “@”, Anda kini juga akan melihat daftar file dan meeting yang dapat dicantumkan ke dokumen, tidak perlu lagi repot-repot membuka file atau meeting lalu menyalin tautannya.

Saat file-nya sudah tercantum, Anda juga bisa melihat preview-nya dengan mengarahkan kursor mouse, sehingga Anda dapat memastikan file-nya sudah benar tanpa harus membukanya di tab baru. Fitur ini kabarnya juga bakal tersedia di Google Sheets dalam beberapa bulan ke depan.

2. Pageless formatting

Menggarap dokumen yang terpisah-pisah per halaman mungkin kurang begitu relevan apabila dokumennya tidak pernah dicetak, dan hanya dibaca lewat laptop atau smartphone. Mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa Google menambahkan opsi formatting baru di Google Docs. Sesuai namanya, format pageless ini akan mengubah dokumen menjadi satu halaman bersambung layaknya suatu laman situs, dan tampilannya otomatis akan beradaptasi dengan ukuran layar perangkat yang digunakan.

Berkat opsi formatting baru ini, harapannya adalah supaya kita bisa lebih mudah mengerjakan dokumen yang memiliki gambar berukuran besar, tabel yang sangat lebar, atau malah yang disertai komentar yang amat merinci. Lalu seandainya dokumen perlu dicetak atau diubah menjadi PDF, Anda bisa mengembalikannya ke format paginated dengan mudah.

3. Rekomendasi penulisan yang lebih baik

Lebih baik di sini berarti lebih inklusif. Jadi semisal Anda menggunakan kata seperti “chairman” atau “mailman“, Google akan menyarankan alternatif seperti “chairperson” atau “mailman” yang tidak spesifik untuk jenis kelamin tertentu. Bukan cuma itu, Google juga bisa memberikan rekomendasi terkait gaya penulisan, semisal rekomendasi untuk menghindari penggunaan kalimat pasif maupun kosa kata yang berpotensi menyinggung kalangan tertentu.

4. Connected checklist

Mulai pekan ini, fitur checklist akan tersedia di Google Docs, baik di versi mobile maupun web-nya. Dalam waktu dekat, pengguna juga dapat menugaskan pengguna lain untuk poin-poin tertentu di dalam checklist, dan semua itu akan tersinkronisasi secara otomatis ke Google Tasks.

5. Integrasi Google Meet

Berkat integrasi Google Meet, pengguna sekarang dapat mempresentasikan apapun yang sedang dikerjakannya langsung melalui Docs, Sheets, ataupun Slides. Dalam beberapa bulan ke depan, pengguna juga dapat melakukan panggilan video di Meet langsung melalui Docs, Sheets, dan Slides versi web; memungkinkan suatu tim untuk berkomunikasi secara lisan selagi sedang mengerjakan dokumen bersama-sama.

Integrasi Google Meet ini juga datang bersama fitur live caption maupun live translation. Sejauh ini, live caption sudah tersedia untuk lima bahasa, dan sisanya akan menyusul secara bertahap, demikian pula untuk live translation.

Buat yang ingin mendapat gambaran lebih jelas, silakan tonton video di bawah, yang mendemonstrasikan betapa mudahnya berkolaborasi berkat fitur-fitur baru yang dihadirkan.

Sumber: Google.

Google Singkap Project Starline, Teknologi Video Call Masa Depan yang Amat Realistis

Sebagian besar dari kita mungkin sudah muak dengan yang namanya Zoom meeting. Jangankan kita, bahkan CEO Zoom sendiri pun juga merasakan hal serupa. Namun sesi panggilan video tidak selamanya akan semembosankan ini. Beberapa tahun dari sekarang, sesi video call mungkin dapat terasa seperti kita sedang bertemu dan bertatap muka secara langsung.

Kalau perlu bukti, coba tengok proyek ambisius Google yang dinamai Project Starline berikut ini. Dikembangkan selama lebih dari lima tahun, Starline pada dasarnya merupakan teknologi video call yang luar biasa canggih. Sistemnya melibatkan segudang kamera dan sensor untuk menangkap penampilan seseorang dari perspektif yang berbeda-beda, mengemasnya menjadi sebuah model 3D, lalu meneruskan informasinya secara real-time.

Lauren Goode, jurnalis Wired yang berkesempatan menjajal langsung teknologinya, mendeskripsikan Starline sebagai sebuah video booth dengan segudang hardware yang sepertinya berharga sangat mahal. Salah satu hardware mahal yang dimaksud adalah sebuah light field display berukuran 65 inci, display canggih yang dirancang untuk menampilkan objek secara tiga dimensi tanpa mengharuskan penggunanya mengenakan apa-apa.

Berbeda dari Microsoft Mesh yang mengharuskan kita untuk memakai headset HoloLens agar bisa melihat hologram, Starline mampu menyajikannya langsung di hadapan seseorang. Kalau melihat video demonstrasi singkatnya, hologramnya kelihatan begitu realistis, dengan pergerakan yang berlangsung secara real-time dan minim latensi — sistemnya bahkan bisa membaca pergerakan bayi yang kita tahu sulit untuk diprediksi. Selain visual yang memukau, pengalamannya kian disempurnakan oleh efek spatial audio.

Untuk sekarang, Project Starline baru tersedia di beberapa kantor Google saja, dan tim pengembangnya masih terus sibuk menguji serta menyempurnakan teknologinya. Google percaya bahwa ini merupakan arah yang tepat bagi pengembangan teknologi komunikasi ke depannya, dan mereka berniat untuk menjadikan teknologinya lebih terjangkau sekaligus lebih gampang diakses.

Selain menguji Project Starline secara internal, Google juga berniat untuk mengajak sejumlah mitranya dari bidang layanan kesehatan dan media guna menjajal Starline dan mendiskusikan potensi pengaplikasiannya. Ke depannya, Google juga akan menerapkan sejumlah teknologi di Project Starline ke produk-produk yang sudah kita gunakan sekarang. Bukan tidak mungkin seandainya dalam waktu Google Meet bakal kedatangan dukungan spatial audio.

Sumber: Google.

Google dan Samsung Lebur Wear OS dan Tizen Jadi Satu

Belakangan ini santer dibicarakan rumor mengenai Samsung yang akan merilis smartwatch Wear OS. Rumor tersebut hampir bisa dipastikan akurat, sebab ke depannya kita tidak akan lagi menjumpai smartwatch baru dari Samsung yang menjalankan sistem operasi Tizen. Sebagai gantinya, Google dan Samsung rupanya telah bekerja sama untuk melebur Wear OS dan Tizen menjadi satu.

Hasil perkawinan kedua platform perangkat wearable itu dinamai “Wear” saja, tanpa embel-embel apa-apa. Gagasan utamanya adalah menggabungkan kelebihan-kelebihan dari masing-masing platform, dengan tujuan untuk menyuguhkan performa yang lebih baik, konsumsi daya yang lebih efisien, dan ekosistem aplikasi yang lebih kaya di Google Play Store.

Dari segi performa, Google bilang bahwa proses loading awal aplikasi bakal berlangsung 30% lebih cepat pada smartwatch Wear yang ditenagai chipset generasi terbaru, dan itu selagi menampilkan animasi-animasi yang lebih mulus sekaligus mengonsumsi lebih sedikit energi. Developer aplikasi tentu juga bakal dimudahkan mengingat mereka tidak perlu lagi membuat aplikasi untuk dua platform yang berbeda.

Berbagai fitur anyar tentu juga bakal hadir di Wear, mulai dari yang sepele seperti shortcut untuk berganti-ganti aplikasi, sampai Google Maps yang sudah dirombak secara drastis dan dapat beroperasi tanpa perlu menebeng ke smartphone.

Suksesor Galaxy Watch3 tidak lagi menggunakan Tizen, tapi kemungkinan besar masih mempertahankan bezel memutarnya / Samsung

YouTube Music dipastikan bakal tersedia di Wear tahun ini juga, lengkap dengan fitur download untuk digunakan secara offline (fitur yang sama juga bakal tersedia untuk Spotify). Google juga berniat memperluas jangkauan layanan Google Pay ke 26 negara di luar 11 negara yang sudah tersedia.

Wear juga akan kedatangan integrasi fitur-fitur kesehatan milik Fitbit. Seperti yang kita ketahui, proses akuisisi Google terhadap Fitbit sudah sepenuhnya terselesaikan pada awal 2021 ini, dan itu berarti tim Fitbit dan tim Wear kini berada di bawah naungan satu divisi yang sama.

Lalu bagaimana dengan nasib Fitbit OS? Sejauh ini belum ada kejelasan, tapi yang pasti Fitbit sendiri bakal merilis smartwatch premium yang berjalan pada platform Wear, seperti disinggung oleh James Park selaku CEO Fitbit dalam pengumuman Wear di acara Google I/O 2021.

Dari kubu Samsung, meski mereka sudah tidak lagi menggunakan Tizen, smartwatch Wear mereka ke depannya dipastikan bakal tetap mempertahankan fitur-fitur yang sudah menjadi ciri khas selama ini, seperti misalnya bezel yang dapat diputar untuk menavigasikan perangkat.

Sumber: Google dan Wired.

Versi Beta Pertama Android 12 Dirilis, Apa Saja yang Baru?

Tahun 2020 kemarin tidak ada event Google I/O. Tahun ini, Google memutuskan untuk menggelar konferensi developer-nya itu secara online. Seperti biasa, ada banyak pengumuman mengenai produk maupun inovasi-inovasi baru yang Google ciptakan. Namun salah satu yang paling ditunggu biasanya adalah pengumuman soal versi terbaru Android.

Google baru saja merilis versi beta pertama Android 12. Meski masih jauh dari kata final, Android 12 menghadirkan banyak sekali pembaruan, terutama dari segi visual. Google bahkan tidak segan menyebut perubahannya sebagai yang paling signifikan di sepanjang sejarah sistem operasi Android.

Tampilan baru ini dibuat bukan cuma supaya kelihatan lebih ekspresif, melainkan juga memberikan kesan yang lebih dinamis sekaligus personal. Satu contoh personalisasi yang dimaksud adalah bagaimana Android 12 dapat mengubah warna-warna elemen UI (user interface) sesuai dengan warnagoo dominan pada wallpaper yang pengguna pasang. OS lain yang berbasis Android memang sudah sejak lama menawarkan fitur semacam ini, tapi ini baru untuk vanilla Android.

Tampilan yang lebih segar ini merupakan implementasi dari bahasa desain baru yang Google juluki Material You. Selain untuk software, Material You juga bakal dijadikan acuan dalam pengembangan desain hardware oleh Google.

Selain lebih manis di mata, Android 12 juga diklaim lebih responsif dan lebih irit daya. Berbagai optimasi telah diterapkan supaya waktu penggunaan CPU dapat dipangkas hingga 22%, sekaligus menurunkan penggunaan inti prosesor yang berkecepatan tinggi sampai 15%. Peningkatan kinerja sangatlah krusial jika Android 12 ingin tampil dengan lebih banyak animasi yang tampak fancy.

Juga ikut disempurnakan adalah fitur-fitur terkait privasi dan keamanan pengguna. Dari yang sepele seperti indikator kecil di status bar untuk menunjukkan aplikasi yang sedang mengakses mikrofon atau kamera milik perangkat, sampai fitur Privacy Dashboard yang memberikan akses dan kontrol lengkap terhadap segala pengaturan permission tiap-tiap aplikasi.

Masih seputar privasi, Android 12 turut memperkenalkan fitur bernama Private Compute Core. Ini merupakan bagian terpisah dari sistem operasi yang secara khusus dirancang untuk mengolah fungsi-fungsi berbasis AI maupun machine learning. Private Compute Core pada dasarnya memastikan bahwa fitur-fitur seperti Live Caption, Now Playing, maupun Smart Reply akan selalu berjalan secara lokal di perangkat, tanpa terhubung ke jaringan demi menjaga privasi pengguna.

Terkait ketersediaannya, seperti biasa semua tergantung masing-masing pabrikan smartphone. Tercatat sejauh ini sudah ada 10 pabrikan smartphone yang menawarkan Android 12 Beta (di luar Google sendiri): Asus, OnePlus, OPPO, Realme, Sharp, Tecno, TCL, Vivo, Xiaomi, dan ZTE.

Sumber: Google.