Tag Archives: Google Indonesia

Google for Indonesia pada tahun ini mengangkat berbagai inisiatif untuk mencetak lebih banyak talenta digital baru, program pelatihan membuat game bersama Unity dan Bangkit

Google Umumkan Inisiatif Baru untuk Cetak Talenta Digital Berkualitas di Indonesia

Selain mengumumkan pendanaan untuk pencegahan misinformasi, acara tahunan “Google for Indonesia 2022” mengangkat berbagai inisiatif baru untuk mencetak lebih banyak talenta digital agar dapat memenuhi kelangkaan talenta berkualitas di negara ini.

Inisiatif pertama adalah menumbuhkan kreator ekonomi di sektor game. Google akan mendanai Google Play x Unity Game Developer Training, program uji coba hasil kerja sama dengan Asosiasi Game Indonesia.

Program ini memberikan pelatihan dan sertifikasi Unity kepada 500 mahasiswa di 15 universitas dan 50 developer profesional. Pelatihan diberikan melalui kursus mandiri secara online dan gratis, dan developer dapat memilih sesi pelatihan online yang dipandu instruktur.

“Unity adalah salah satu mesin pengembang game terkemuka di dunia. Unity digunakan secara global, baik oleh developer besar maupun kecil, mulai dari studio game indie hingga studio game besar. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dan developer lokal melalui berbagai kursus dan pelatihan yang tersedia di Unity akan membekali mereka dengan ilmu membuat game kelas dunia,” ucap Director of Google Play Partnership untuk Asia Tenggara dan Australia Kunal Soni saat paparan di Google for Indonesia 2022, kemarin (7/12).

Berikutnya, membuka angkatan baru untuk program Bangkit, yakni pelatihan industri untuk mahasiswa, bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (di bawah program Kampus Merdeka), GoTo, Traveloka, DeepTech, dan beberapa universtas lain. Program ini akan menerima 9.000 mahasiswa untuk angkatan 2023, naik tiga kali lipat dari 2021.

Tak hanya mahasiswa, kali ini Google membuka kesempatan yang sama untuk pelajar SMK. Program berdurasi 900 jam ini mengajarkan ilmu tentang machine learning, mobile development, dan cloud computing, telah menghasilkan lebih dari 5.000 lulusan Bangkit. Jumlah mitra perusahaan teknologi yang akan menerima peserta kali ini juga lebih banyak, disebutkan ada 77 perusahaan.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengaku selalu bangga dan terinspirasi setiap bertemu dengan adik-adik lulusan Bangkit. Pihaknya menyadari kebutuhan talenta digital dalam negeri yang sangat besar, yaitu 600.000 talenta per tahunnya. Makanya, sangat dibutuhkan kolaborasi.

“Program Bangkit hadir sebagai inisiatif pengembangan kompetensi mahasiswa untuk berkarier di dunia teknologi global, dengan harapan melahirkan para pemimpin teknologi di Indonesia yang dapat berkontribusi dalam akselerasi ekonomi digital di tanah air,” ujar Nadiem.

Inisiatif hijau

Pada saat yang bersamaan, Google juga mengumumkan penandatanganan perjanjian non-komersial dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk menghadirkan Project Green Light di Jakarta. Proyek ini bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi lampu lalu lintas guna mengurangi kemacetan, konsumsi bahan bakar, dan emisi kendaraan.

Tim peneliti dari Google akan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah DKI Jakarta untuk mengoptimalkan pengaturan waktu lampu lalu lintas guna mengurangi lalu lintas yang tersendat, berdasarkan data lalu lintas anonim dan data mobilitas masyarakat berbasis Android.

VP of Engineering and Research Google Yossi Matias mengatakan inisiatif ini baru pertama kali diluncurkan di Asia Tenggara. Project Green Light menggunakan AI untuk mengoptimalkan lampu lalu lintas di persimpangan di seluruh dunia, guna membantu meminimalkan kemacetan dan polusi yang ditimbulkan. Kolaborasi ini nantinya memperlihatkan bagaimana teknologi AI menghadirkan solusi bermanfaat bagi masyarakat dengan sedikit investasi.

“Kami tidak perlu mengembangkan perangkat maupun ilmu baru karena kami menggunakan machine learning dan infrastruktur cloud yang sudah ada. Misalnya, AI memungkinkan Google menganalisis data tanpa sensor tambahan atau bahkan mengubah infrastruktur, sebelum mengirimkan rekomendasi ke dinas kota yang kemudian menerapkan cara-cara untuk mengoptimalkan pengaturan,” kata Matias.

Proyek ini akan dimulai pada 2023 melalui beberapa tahapan, yakni (1) analisis data lokasi anonim dari sistem navigasi, (2) pengukuran metrik arus lalu lintas persimpangan, (3) pemberian rekomendasi yang akan mengevaluasi perubahan bersama dengan kota.

Di India, proyek ini telah membantu kota mengoptimalkan pengaturan waktu lampu lalu lintas dengan lebih baik, mengurangi waktu tunggu di persimpangan, kemacetan jalan, dan emisi karbon. Pada 2022, khususnya di Bangalore, terlihat hasil awal dari pengurangan kemacetan sebesar 20%.

“Dengan menggunakan teknologi AI kami, diharapkan inisiatif ini akan meningkatkan efisiensi bahan bakar, mengurangi emisi, meningkatkan kualitas udara, dan membuat aktivitas berkendara jadi lebih aman dan menyenangkan di Jakarta,” kata dia.

Google yakin AI memiliki potensi untuk mentransformasi tantangan lingkungan di sejumlah area. Mitra, seperti World Resources Institute di India, menggunakan Google Earth Engine untuk menghasilkan peta dan jenis analisis yang diperlukan untuk merencanakan intervensi yang terencana.

Sementara itu, Environmental Insights Explorer tersedia di 17.000 kota di seluruh Asia-Pasifik, memungkinkan pemerintah mengukur sumber emisi karbon dan mengidentifikasi strategi yang tepat untuk menerapkan sumber daya energi yang lebih bersih.

Baru-baru ini, Google memperluas Open Buildings ke Asia Selatan dan Tenggara, menyediakan data untuk menginformasikan perencanaan kota, dan menggunakan AI dalam kemitraan dengan organisasi lokal seperti CSIRO Australia untuk mempelajari bagaimana lamun (seagrass) dapat melindungi ekosistem bawah laut dengan lebih baik di Indo-Pasifik.

TeDi merupakan aplikasi mobile Indonesia pertama yang memiliki fitur-fitur untuk membantu tiga tipe disabilitas

Program Bangkit dari Google Lahirkan Solusi Teman Disabilitas “TeDi”

Pada tahun 2021 lalu, Google Indonesia meluncurkan program “Bangkit” dengan tujuan untuk menambah lebih banyak talenta digital yang memiliki kemampuan pemrograman tingkat lanjut. Di tahun 2022, program ini berhasil meluluskan 2.517 siswa sebagai program andalan Kampus Merdeka untuk alur belajar cloud computing, mobile development, dan machine learning.

Terdapat dua jenis proyek tugas akhir yang harus dilalui sebagai syarat kelulusan, yaitu Product-Based Capstone Project. Para siswa harus berinovasi membuat solusi produk bagi permasalahan di ranah publik, seperti lingkungan, kesehatan, ketahanan ekonomi, sesuai dengan tema pilihan. Proyek baru yang diluncurkan tahun ini adalah Company-Based Capstone Project di mana para peserta akan diasah kemampuannya untuk menjawab tantangan riil dari industri.

Di Bangkit 2022 ini, telah terpilih 15 proyek terbaik yang berhasil mendapatkan fasilitas mentor industri dan dana inkubasi sebesar 140 juta Rupiah dari Google dan Direktorat Riset Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPTM) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktristek). Salah satu yang menarik adalah TeDi atau Teman Disabilitas.

Najma, Mahasiswi Universitas Padjadjaran dan pemimpin kelompok TeDi, menyampaikan “TeDi atau Teman Disabilitas berawal dari pertanyaan yang muncul di benak tim kami, apakah saat ini teknologi sudah dapat membantu orang-orang yang membutuhkan, atau hanya hiburan semata. Dari sini, kami
berpikir bahwa sebaiknya kemajuan teknologi saat ini digunakan untuk membantu orang-orang yang sangat membutuhkan, salah satunya adalah penyandang disabilitas karena masih banyak diskriminasi dan kesulitan yang mereka rasakan.”

TeDi merupakan aplikasi mobile Indonesia pertama yang memiliki fitur-fitur untuk membantu tiga tipe disabilitas sekaligus, yaitu tunanetra, tunarungu, dan tunawicara. TeDi menawarkan fitur BISINDO translator untuk menerjemahkan bahasa isyarat, Object Detection untuk mendeteksi objek di sekitar, Currency Detection untuk membaca mata uang, dan Text Detection untuk membaca sebuah teks.

Nantinya, TeDi akan mentransformasi purarupa mereka menjadi produk yang siap untuk diperkenalkan pada user atau masyarakat dalam bimbingan Lab Inkubasi dan Kewirausahaan di 15 Kampus Mitra Bangkit. Selain TeDi, tim lain yang akan mendapatkan kesempatan ini adalah EcoSense, Herbapedia, HerAi, Yourney, DressOnMe, LukaKu, Glucare, Dwicara, Fi$hku, Tanamin, Ambroise, BahanbaKu, Circle, Kulitku.

Program pemerintah untuk talenta digital

Ketersediaan talenta digital merupakan key enabler dalam pengembangan sektor digital yang terus bertumbuh seperti di industri teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK). Menurut kajian Alfa Beta tahun 2021, tenaga kerja yang memiliki talenta digital mampu memberikan kontribusi sebesar Rp 1.965 triliun terhadap PDB Indonesia pada 2030.

Dari sisi pengembangan kemampuan, pemerintah juga berupaya mengakomodasi kebutuhan akan talenta digital melalui sejumlah inisiatif seperti program Digital Literacy Academy, Startup Studio, 1000 Startup, dan Digital Literacy National Movement. Inisiatif ini diambil untuk memfasilitasi dan mengakselerasi peningkatan kemampuan talenta digital, dari tahap dasar, menengah, hingga lebih lanjut

Kementerian Kominfo sendiri di tahun 2022 ini telah menyiapkan program Digital Talent Scholarship dan Digital Leadership Academy sebagai inisiatif konkret untuk mempercepat pengembangan talenta digital nasional. Cara berpikir yang visioner sangat penting agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga menjadi pemain utama pada kontestasi di level regional maupun global.

Bukan hanya pemerintah, seluruh stakeholder di Indonesia berupaya mengembangkan berbagai inovasi sebagai bagian dari strategi transformasi digital, melakukan perubahan menyeluruh atas setiap proses, kompetensi, dan model bisnis dengan implementasi teknologi digital, sejalan dengan rekomendasi berbagai lembaga riset global yang menjadikan transformasi digital sebagai upaya organisasi dalam memenangkan persaingan global.

Google Bersama Kemenkop UKM Luncurkan Program #BerubahDigital di 10 Provinsi

Menyambut Hari UMKM Nasional 2022 yang jatuh pada tanggal 12 Agustus 2022, Google meluncurkan program #BerubahDigital hasil kerja sama dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM). Melalui program #BerubahDigital ini, Google bersama Kemenkop UKM akan mengadakan pelatihan dengan modul pelatihan berdasarkan program Grow with Google untuk para pengusaha skala kecil dan menengah di sepuluh provinsi Indonesia selama enam bulan ke depan.

Program ini juga selaras dengan target Kemenkop yang ingin mendigitalkan 30 juta UKM hingga tahun 2024.

“Melalui inisiatif kolaborasi bersama Google, kami berupaya untuk memberikan pendampingan kepada pelaku koperasi, UMKM, dan wirausaha melalui program #BerubahDigital di sepuluh provinsi di Indonesia agar menemukan lebih banyak pelanggan di dalam negeri dan bahkan hingga ke Asia Tenggara. Kemenkop UKM berkomitmen untuk membantu lebih banyak UMKM go digital dengan memperkuat perwujudan wirausaha yang adaptif, inovatif, dan berkelanjutan. Kami berharap melalui kegiatan seperti Grow with Google, dapat mempercepat pemulihan ekonomi kita dan menjadi awal dari kolaborasi berkelanjutan,” ujar Siti Azizah, Deputi Bidang Kewirausahaan, Kementerian Koperasi dan UKM, pada acara Grow with Google Media Briefing bertajuk “Hari UMKM Nasional 2022”.

Sepuluh provinsi yang menjadi bagian dari program pelatihan tersebut antara lain Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan. Kemudian, pelatihan yang akan diberikan meliputi pelatihan strategi konten dan digital marketing, cara menyiapkan e-commerce, cara tetap aman saat online, dan cara agar bisnis dapat tampil dalam Google Search dan Google Maps.

Pada acara yang sama, Dora Songco, Product Marketing Manager Google Indonesia, juga turut membagikan hasil riset yang diadakan oleh Kantar mengenai program-program Grow with Google.

Sejak 2015, Google telah melatih lebih dari dua juta pemilik UKM melalui berbagai program pelatihan Grow with Google yang bekerja sama dengan sejumlah kementerian. Beberapa di antaranya adalah program ‘Digital Entrepreneurship Academy’ bersama Kemkominfo, program ‘Gapura Digital’ bersama Kemenparekraf, dan ‘Dukung UMKM Indonesia Timur’ bersama Kementerian Perdagangan.

Kemudian, Kantar melakukan survei terhadap 707 pemilik usaha yang mengikuti program Grow with Google yang pada hari ini (11/8/2022) hasilnya dirilis dan dirangkum menjadi tiga key takeaways:

  • Satu dari tiga UKM mulai berjualan online setelah mengikuti kursus
  • Satu dari dua UKM berhasil meningkatkan engagement pelanggan setelah menerapkan hasil pembelajaran dari pelatihan Gapura Digital & Women Will
  • Satu dari dua UKM yang dimiliki perempuan telah membuat atau memperbarui profil bisnis online mereka (jumlah ini jauh lebih banyak daripada laki-laki) dan aktif membuat konten online untuk mempromosikan bisnis mereka di internet.

Selain itu, banyak fakta-fakta menarik yang diperoleh Google dari hasil survei Kantar tersebut, antara lain:

  • UKM di Indonesia mengikuti program ini untuk mempelajari cara menjangkau lebih banyak pelanggan secara online dan cara mengembangkan bisnis mereka.
  • UKM yang mengikuti pelatihan Gapura Digital atau Women Will jadi merasa lebih percaya diri saat menggunakan teknologi online.
  • Digital Entrepreneurship Academy (DEA) dari Kemenkominfo berhasil menarik minat UKM yang ingin mengembangkan strategi bisnisnya. 

Salah satu alumni Digital Entrepreneurship Academy, Cholifatus Eka Rahayu, juga turut hadir dalam acara tersebut dan membagikan pengalamannya dalam mengembangkan strategi bisnis yang ilmunya ia dapat melalui program DEA.

Melalui DEA by Google, saya belajar memasarkan Kaifa secara online, terlebih dengan memanfaatkan produk Google Bisnisku. Di mana wali siswa di lingkungan saya cenderung mencari bimbingan belajar terbaik yang terdekat di rumah mereka dengan cara browsing atau melalui Google Maps. Setelah menerapkan usaha tersebut, pada semester baru ini adik-adik yang belajar bersama Kaifa meningkat jumlahnya lebih dari lima puluh persen,” ungkap pemilik UKM Teman Belajar Kaifa di Blitar yang akrab disapa Ifa ini.

Meski belum genap satu tahun, namun Teman Belajar Kaifa telah memperoleh peningkatan jumlah siswa hingga lebih dari 50% dan kini terdapat sembilan karyawan yang membantu Ifa dalam mengelola Teman Belajar Kaifa.

Sebelumnya, diakui oleh Ifa, ia pernah gagal membangun bisnis. Namun, ia tidak menyerah sampai di situ. Ifa kembali bangkit untuk membangun bisnis Teman Belajar Kaifa dengan ilmu yang ia dapatkan dari program DEA.

“Kalau gagal, coba pelajari pola bisnis yang lain. Kalau gagal, tidak apa-apa. Itu artinya kita sudah pernah mencoba,” ujarnya ketika diminta untuk memberikan pesan untuk rekan UMKM lain.

Ifa adalah satu dari sekian banyak peserta program pelatihan Grow with Google yang berhasil mengembangkan bisnis mereka. Melalui program terbaru #BerubahDigital hasil kerjasama Google dengan Kemenkop UKM ini diharapkan dapat menghasilkan lebih banyak UMKM lagi yang sukses membangun digital presence dan digital growth mereka seperti Ifa.

Google Impact Fund Indonesia

Google Umumkan Dana Kelolaan Khusus “Impact Startup” di Asia Pasifik, Indonesia Masuk Radar

Google, melalui lengan nonprofit Google.org, mengumumkan dana kelolaan baru “Sustainability Seed Fund” yang difokuskan pada pendanaan hibah untuk startup impact di kawasan Asia Pasifik. Fund ini memiliki dana kelolaan sebesar $6 juta (lebih dari 86 miliar Rupiah), akan mengincar startup yang menyeriusi sektor-sektor berdampak, seperti polusi udara, keanekaragaman hayati, energi terbarukan, limbah sampah, dan ekonomi sirkular.

Lembaga nonprofit di Indonesia menjadi salah satu negara yang masuk ke dalam radar Google untuk menerima pendanaan hibah tersebut, meski tidak disebutkan alokasi dana yang disiapkan Google.

Kepada DailySocial.id, Lead Google.org APAC Marija Ralic menuturkan, kawasan Asia Pasifik sangat rentan terhadap perubahan iklim, oleh karenanya pihaknya terus mencari cara untuk memajukan keberlanjutan dan memberdayakan orang lain untuk melakukan hal yang sama.

“Melalui Sustainability Seed Fund Google.org, kami berharap dapat mendukung lembaga nonprofit yang inovatif melalui pendanaan hibah dan sumber daya, untuk meningkatkan skala teknologi yang menjanjikan dan mengatasi tantangan keberlanjutan yang paling mendesak di kawasan ini.”

Dia melanjutkan, Google.org telah banyak menyaksikan berbagai organisasi dan lembaga nonprofit nan inovatif di seluruh Asia. Salah satunya, Indonesia menggunakan teknologi untuk mengatasi perubahan iklim. Contohnya adalah Gringgo Foundation, yang sebelumnya telah didukung melalui Google.org.

Sebagai catatan, Gringgo mendapat dana hibah dari Google.org sebesar $500 ribu pada 2019 setelah dinobatkan sebagai salah satu dari 20 peserta Google AI Impact Challenge. Gringgo merupakan yayasan yang didirikan pada 2017 oleh Febriadi Pratama. Yayasan ini mengadopsi teknologi untuk membantu mengatasi permasalahan sampah di Indonesiaa, khususnya Bali dengan pemanfaatan AI.

Ralic melanjutkan, sebelumnya pihaknya menyampaikan di konferensi iklim global COP26 pada tahun lalu, bahwa dalam hal keberlanjutan, swasta, pemerintah, dan masyarakat memiliki tanggung jawab untuk bekerja sama, menjalin kemitraan baru, dan bertindak sekarang. “Untuk alasan ini, kami memberikan $6 juta Google.org Sustainability Seed Fund di Asia Pasifik.”

Dana tersebut akan digunakan untuk membantu lembaga nonprofit lokal di seluruh kawasan untuk mengembangkan teknologi yang menjanjikan, mengatasi tantangan seperti kualitas udara, pelestarian air, dan meningkatkan akses ke energi terbarukan di Asia Pasifik dan sekitarnya.

Melalui dana ini, Google.org tidak hanya akan mendukung lembaga nonprofit dan organisasi dengan dukungan pendanaan dan dukungan dalam bentuk barang seperti kredit iklan gratis, tetapi juga teknologi dan pikiran, untuk mengatasi beberapa tantangan keberlanjutan yang paling mendesak di wilayah ini.

“Kami berharap dapat berbagi lebih banyak detail tentang dana tersebut dan bagaimana lembaga nonprofit dapat mengajukan permohonan dalam beberapa minggu mendatang,” pungkasnya.

Investasi berdampak vs filantropi

Managing Director Angel Investor Network Indonesia (ANGIN) David Soukhasing menerangkan, persamaan mendasar antara filantropi dan investasi berdampak adalah keduanya sama-sama memiliki “niat dampak (impact intention)” dan “pengukuran dampak (impact measurement)”. Namun kita dapat membedakannya berdasarkan dua faktor, yaitu prioritas dan ekspektasi keuntungan finansial.

Filantropi jelas memiliki tujuan sosial dan lingkungan, menempatkan investasi yang diberikan sebagai hibah sehingga tidak mengharap imbal hasil. Tidak seperti filantropi, investor berdampak memprioritaskan dampak dan keuntungan. Dengan demikian, investor berdampak mengharapkan keuntungan finansial. Akan tetapi, ada investor yang mengadopsi pendekatan keduanya yang disebut venture philanthropy.

Pendekatan hibrida ini mengambil sisi terbaik dari kedua sisi. Keuntungan yang didapat adalah penciptaan dampak sosial dan ekspektasi keuntungan finansial. Investor dampak menilai peluang dengan cara yang berbeda dari filantropis. “Penting untuk diperhatikan bahwa tidak setiap dampak (yang sering dibahas oleh para filantropis) selalu cocok untuk investasi berdampak dan sebaliknya,” ujar Soukhasing.

Meski jumlah startup yang memakai pendekatan hijau atau environmental, social, and governance (ESG) masih terbatas, menurut , saat ini terjadi tren positif kehadiran usaha berdampak di ekosistem. Investasi berdampak (impact investment) pun bermunculan, sebagaimana yang juga dibahas di laporan DSInnovate tentang agritech di Indonesia.

Mayoritas mereka hadir untuk mendukung kewirausahaan, memberikan dukungan yang lebih spesifik untuk kelompok wirausaha sosial tertentu, misalnya program akselerator fokus energi, fokus pengelolaan limbah program akselerator, atau dukungan wirausaha yang berfokus pada area geografis tertentu.

Bagi Soukhasing, faktor tersebut mampu mengukur kesiapan Indonesia terhadap investasi berdampak. Indonesia butuh ekosistem menyeluruh untuk siap menyambut investor berdampak. Tidak hanya permodalan, pada dasarnya dibutuhkan pipeline yang kuat dari perusahaan/startup.

“Salah satu ukuran kematangan adalah keseluruhan nilai keanekaragaman permodalan, keragaman investor, tahapan yang berbeda, jenis uang yang berbeda, dan semua fungsi pendukung. Dari segi fungsi pendukung, seperti inkubator, akselerator, co-working space, Indonesia sebenarnya cukup berkembang. Ada cukup banyak jaringan pipeline dan investor ada di sini.”

Menurut laporan ANGIN bertajuk Investing in Impact in Indonesia, pada tahun 2013 konsep investasi berdampak masih sangat jarang di Indonesia. Namun sekarang makin familiar karena mulai ada VC yang membuat fund khusus untuk investasi di sektor berdampak.

Ada sejumlah investor berdampak yang telah berinvestasi di Indonesia, baik itu pemain lokal dan asing. Beberapa telah memiliki tim representatif di Indonesia. Totalnya mencapai 66 investor, dengan rincian 61 dari fund luar negeri dan lima sisanya dari Indonesia.

Sementara itu, investor mainstream yang telah mengucurkan sejumlah dananya untuk sektor berdampak jumlahnya jauh lebih banyak, hampir dua kali lipatnya sebanyak 107 investor. Dengan rincian 32 investor lokal dan 75 investor dari luar negeri.

Fokus dari tiap investor berdampak juga berbeda. ANGIN mencatat secara tematik, ada 10 jenis usaha berdampak yang menjadi fokus masing-masing, terbagi menjadi inklusi keuangan, kehutanan, energi bersih, kemiskinan, gender lens, circular economy, perikanan, iklim, agrikultur, dan media. Masing-masing tema ini mencerminkan peluang dan tantangan di Indonesia.

Google Year in Search 2020 / Google

Google Menyoroti Kenaikan Penelusuran Keuangan Digital hingga Perilaku Belanja Online

Google baru saja merilis edisi ketiga dari “Google Year in Search 2020” untuk pasar Indonesia. Secara garis besar, laporan ini memaparkan tentang temuan berdasarkan Google Trends di sejumlah kawasan di dunia, termasuk Indonesia.

Yang menarik, kali ini Google Trends mendapatkan kenaikan signifikan akibat dari pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal 2020. Kemudian, laporan ini juga mencatat rerata waktu yang dihabiskan untuk online per sehari berkisar 3,6 jam sebelum pandemi. Selama Covid-19, konsumsi internet meningkat menjadi 4,3 jam per hari.

Ada tujuh vertikal yang dibahas dalam laporan ini, tiga di antaranya menampilkan temuan menarik lainnya seputar adopsi digital, antara lain Finance, Media and Entertainment, dan Shopping.

Pandemi dorong minat investasi

Google melaporkan bahwa masyarakat Indonesia mulai proaktif dalam mengelola keuangan selama masa pandemi. Tren ini tercermin dari adanya kenaikan signifikan pada pencarian seputar layanan keuangan dan investasi.

Misalnya berkaitan dengan online banking, kata kunci “buka rekening online” naik 140%, diikuti “tabungan online” sebesar 70%, dan “cara daftar mobile banking” sekitar 20%. Kemudian, ada pula pencarian informasi “dana darurat” dan “tips menabung” dengan kenaikan masing-masing sebesar 140%.

Selain itu, pencarian dengan kata kunci “penundaan cicilan” juga mengalami lonjakan tinggi seiring dengan banyaknya bisnis UMKM yang terdampak dari Covid-19. Pelaku UMKM berupaya mencari informasi mengenai cara melakukan restrukturisasi pinjaman selama pandemi.

“Pelaku UMKM juga mencari berbagai cara untuk mengelola keuangan lebih baik, termasuk melakukan pinjaman untuk mendorong bisnisnya,” ujar
ungkap Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf. Hal ini diikuti kenaikan pencarian “pinjaman UMKM” sebesar 300%.

Dari sisi layanan investasi, masyarakat banyak melakukan pencarian dengan kata kunci “beli emas online” (85%), “bunga deposito” (10%), Pegadaian (13%), “saham” (25%), “reksa dana” (210%), dan “IHSG” (90%).

Podcast dan kuota streaming

Hiburan menjadi aktivitas yang banyak dinikmati masyarakat Indonesia selama masa pandemi, terlebih karena faktor situasi pembatasan sosial di sejumlah daerah, Work From Home (WFH), dan home learning. Menurut Google Trends, ada empat kategori konten hiburan dengan pencarian tertinggi, yakni “music” (240%), “gaming” (210%), “work out” (200%), dan “podcast” 105%.

Selain itu, Covid-19 juga mengubah cara masyarakat Indonesia mengonsumsi internet, ada perubahan pada jumlah pemakaian kuota per harinya. Temuan ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja, tetapi kota-kota kecil lainnya.

Pada kata kunci “kuota internet”, ada kenaikan 18% dengan pencarian tinggi berasal dari sejumlah provinsi di luar Jawa, seperti Papua Barat, Aceh, Bengkulu, Riau, dan Sulawesi Utara. Kemudian, kata kunci “kuota belajar” juga mengalami kenaikan serupa khususnya di Sulawesi Barat, Riau, Sumatera Barat, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah.

Adapun pencarian dengan kata kunci “kuota streaming” meroket hingga 150% di banyak provinsi, antara lain Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Bengkulu, Aceh, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Generasi boomer berbelanja online

Google juga mencatat bagaimana pandemi Covid-19 mengubah perilaku konsumen untuk berbelanja online di sepanjang 2002. Pencarian informasi seputar “cashless” naik 160%, diikuti “gratis ongkir” (30%), dan “pay later” (95%).

“Tak cuma milenial saja, generasi X dan boomer kini mulai berbelanja online. Terutama generasi Z yang dianggap sebagai digital native, mereka semakin meningkatkan spending power-nya,” papar Randy.

Bahkan tren ini tidak hanya terjadi dari sisi pembeli saja, tetapi juga penjual. Google melaporkan ada pertumbuhan minat yang besar di Indonesia untuk memulai bisnis secara online. Hal ini terefleksi dari kenaikan pencarian dengan kata kunci “daftar seller” sebesar 55% dan “jualan online” sebesar 40%.

Lebih daripada itu, masyarakat Indonesia kini mulai mengandalkan fitur Google Search untuk mencari jaminan atau kepastian terhadap apa yang mereka ingin lakukan ke depan.

Discovering the Mission Behind Northstar Group and Google’s Joint Business Plan

In 2021, Northstar and Google have agreed to form a joint business plan. It’s to focus on accelerating the growth of the digital economy in Southeast Asia.

Northstar Group‘s Director, Henky Prihatna said to DailySocial that the two companies will share roles. As a private equity firm, Northstar will focus on investing and allocating resources to provide local market knowledge. While Google will help a lot on the technology part, it also teaches best practices from global case studies.

“The combination is necessary for entrepreneurs in Indonesia. A successful startup does not only need a good founder but also has to understand the ‘know-how’. At this point, we will share useful insights according to our experience and observations,” Henky said.

In the initial phase, Northstar and Google will first test it. Therefore, it’ll be focused on the existing portfolios. He also said that the big vision of this joint business plan is to deliver to a new unicorn in Southeast Asia for verticals outside the existing ones.

“The stage [startup] is actually flexible, but because it is still new, we want to pilot the project to startups that are already running [later stage]. Because this is also Google’s first collaboration with venture capital,” he added.

Apart from nurturing their existing businesses, they will also assist traditional companies to run digital transformation. As a general note, Northstar not only invests in technology companies but also embraces consumer and financial sectors.

“This collaboration is expected to generate new entrepreneurs. As we all know, Google has various accelerator programs and business education. We are also often involved in startup development programs. We are discussing joint programs that can later be implemented for this purpose,” Henky said.

In an official release, Google Indonesia’s Managing Director Randy Jusuf said, “At Google, we want to continue to support digital transformation through collaboration with stakeholders and encouraging the development of the startup community through the Google for Startups initiative. It is an honor for us to work with Northstar Group and support their investment in startups through platforms such as Google Ads and Google Cloud. ”

Northstar Group’s Chief Investment Officer Tan Choon Hong also gave his speech, “With the support of partners of the caliber of Google, we hope to help our portfolio to continue to adapt and maximize new opportunities in the future. This collaboration with Google is also part of our commitment to drive the Northstar portfolio’s growth. ”

Northstar alone since 2003 has managed about $2.2 billion in funds and is one of the largest investors in the region. In the Indonesian startup ecosystem, they invest in several startups such as Gojek, Zenius, and eFishery. They also have a Northstar Foundation unit that focuses on investing in social impact enterprises.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Joint Business Plan Northstar Group dan Google

Mendalami Misi “Joint Business Plan” Northstar Group dan Google

Tahun 2021 ini, Northstar dan Google sepakat membentuk joint business plan. Fokusnya untuk bersama-sama mempercepat pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara.

Kepada DailySocial, Direktur Northstar Group Henky Prihatna mengatakan bahwa kedua perusahaan akan berbagi peran. Sebagai private equity firm, Northstar akan fokus pada investasi dan mengalokasikan sumber daya untuk memberikan pengetahuan pasar lokal. Sementara Google akan banyak membantu di unsur teknologi, juga mengajarkan praktik terbaik dari studi kasus global.

“Kombinasi ini diperlukan untuk entrepreneur di Indonesia. Karena startup yang sukses tidak hanya butuh founder-nya bagus saja, tapi juga harus paham ‘know-how’-nya. Dari sini kami akan sharing insight yang bermanfaat sesuai dengan pengalaman dan pengamatan kami,” ujar Henky.

Di fase awal, Northstar dan Google akan melakukan uji coba dulu. Sehingga masih berfokus pada jajaran portofolio yang sudah ada. Ia turut menuturkan, visi besar dari joint business plan ini adalah melahirkan unicorn baru di Asia Tenggara untuk vertikal-vertikal di luar yang sudah ada.

“Untuk stage [startup] sebenarnya fleksibel, tapi karena saat ini masih baru, kita mau pilot project ke startup yang sudah jalan [later stage]. Karena ini juga jadi kerja sama pertama Google dengan venture capital,” imbuhnya.

Selain memupuk bisnis yang sudah ada mereka juga akan membantu perusahaan yang masih tradisional untuk melakukan transformasi digital. Seperti diketahui, bahwa Northstar tidak hanya berinvestasi pada perusahaan teknologi, namun mereka juga merangkul dua sektor lainnya, yakni konsumer dan finansial.

“Kerja sama ini juga diharapkan memunculkan pengusaha-pengusaha baru. Seperti kita tahu, Google punya berbagai program akselerator dan edukasi bisnis, kami pun juga sering involved ke dalam program-program pengembangan startup. Sedang didiskusikan program-program bersama yang nanti bisa dijalankan untuk tujuan tersebut,” kata Henky.

Dalam rilis yang diterbitkan, Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf menyampaikan, “Di Google, kami ingin terus mendukung transformasi digital melalui kolaborasi dengan para pemangku kepentingan dan mendorong pengembangan komunitas startup melalui inisiatif Google for Startups. Merupakan suatu kebanggaan bagi kami untuk bekerja sama dengan Northstar Group dan mendukung investasi mereka pada startup melalui platform seperti Google Ads dan Google Cloud.”

Chief Investment Officer Northstar Group Tan Choon Hong juga memberikan sambutannya, “Dengan dukungan dari partner sekaliber Google, kami berharap bisa membantu portofolio kami untuk terus beradaptasi dan memaksimalkan peluang baru ke depannya. Kolaborasi dengan Google ini juga merupakan bagian dari komitmen kami untuk mendorong pertumbuhan perusahaan portofolio Northstar.”

Northstar sendiri sejak tahun 2003 telah mengelola dana sekitar $2,2 miliar, dan menjadi salah satu investor terbesar di regional. Di ekosistem startup Indonesia, mereka berinvestasi ke beberapa startup seperti Gojek, Zenius, dan eFishery. Mereka juga memiliki unit Northstar Foundation yang fokus memberikan investasi pada usaha berdampak sosial.

Google for Indonesia 2020

Google for Indonesia 2020 Fokus pada Pemulihan Dampak Pandemi

Google for Indonesia 2020 yang baru digelar hari ini (18/11) agak berbeda dari acara serupa di tahun-tahun sebelumnya. Google masih membuat sejumlah pengumuman penting pada acara ini, hanya saja mayoritas pengumuman itu berfokus pada solusi menghadapi dampak pandemi.

Pertama terkait kucuran dana senilai $10 juta atau setara 141 miliar Rupiah sebagai pinjaman modal dari Google untuk usaha kecil mikro dan kecil menengah (UMKM) di Indonesia. Google menggandeng Kiva, organisasi nonprofit global yang bergerak di sektor keuangan inklusif, dalam program ini.
Selain pinjaman modal, Google juga menghibahkan dana $1 juta atau setara 14 miliar Rupiah untuk menekan angka pengangguran di kalangan anak muda Indonesia.

“Dengan dukungan dari filantropi Google.org, Plan International akan bekerja sama dengan ASEAN Foundation untuk menyediakan pelatihan keterampilan dan bantuan pencarian kerja untuk lebih dari 5000 anak muda,” jelas Country Director Google Indonesia Randy Jusuf.

Public Policy & Government Relations Manager Google Danny Ardianto menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam program pinjaman modal tadi mereka dan Kiva akan menggaet sejumlah mitra lokal untuk penyaluran kredit. Lewat tangan mitra lokal tadi, pinjaman diharapkan dapat menyentuh sebanyak mungkin UMKM di seluruh Indonesia.

“Tujuan kami adalah bisa menjangkau seluas-luasnya di semua sektor dan bisa memberikan tingkat bunga yang rendah,” imbuh Danny.

Sementara itu untuk dana hibah tadi akan difokuskan untuk pelatihan kejuruan anak muda. Program tersebut dijadwalkan memakan waktu dua tahun dengan harapan mengakselerasi kemampuan kerja angkatan muda di Indonesia.

Fokus melawan pengangguran

Fokus Google untuk menekan dampak pandemi terhadap angkatan kerja di Indonesia juga terlihat dari pengembangan aplikasi Kormo Jobs. Diluncurkan sejak awal tahun lalu, Google semakin mantap mengembangkan Kormo Jobs sebagai platform yang mempertemukan pencari pekerjaan dengan perusahaan yang membutuhkan.

Operations Lead Kormo di tim Next Billion Users Google Bickey Russell mengungkapkan setidaknya ada tiga pembaruan dalam aplikasi tersebut. Pertama adalah fitur yang memungkinkan terjadinya wawancara pekerjaan jarak jauh. Kedua adalah tersedianya modul belajar dalam bahasa Inggris yang bisa membantu pencari kerja. Terakhir adalah sertifikasi profesional untuk kursus online yang diambil. Untuk poin terakhir Google menggandeng Arkademi dan QuBisa.

Bickey mengklaim jumlah pengguna Kormo Jobs terus berlipat ganda pada tahun tahun ini. Itu sebabnya mereka terus memperluas daftar perusahaan yang terdaftar mulai dari sektor logistik, layanan esensial, hingga UKM.

“Untuk saat ini kami masih fokus meningkatkan performa aplikasi. Kami melihat masih perlu banyak peningkatan, seperti cara mencocokkan pencari kerja dengan perusahaan, merekomendasikan pekerjaan yang sesuai, dan lainnya. Itu fokus kami saat ini,” terang Bickey.

Selaras target pemerintah

Pada awal acara Google for Indonesia 2020, Presiden Joko Widodo yang membuka rangkaian dengan menyebut besarnya kebutuhan negara akan talenta digital. Presiden mengatakan setidaknya Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital hingga 2035 mendatang.

“Kita perlu lebih banyak lagi software developer, kita perlu lebih banyak lagi product designer, dan kita juga memerlukan dukungan content creator sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu pengembangan SDM IT tidak bisa ditunda-tunda lagi,” ucap Jokowi dalam pembukaan Google for Indonesia 2020.

Selain kebutuhan SDM di sektor digital, Jokowi juga menyinggung kebutuhan permodalan untuk menggairahkan UMKM di masa pandemi ini. Ia menyebut dari total 64 juta UMKM di Tanah Air, setidaknya baru 8 juta saja yang sudah terintegrasi ke teknologi digital.

Potensi YouTube untuk Pemasaran

Menengok Kekuatan Besar YouTube sebagai Alat Beriklan

Tidak terbantah lagi bahwa YouTube menempati posisi teratas sebagai destinasi utama hiburan gratis yang menyediakan beragam konten, sampai-sampai dilabeli sebagai mini TV. Praktis, karena banyak kunjungan yang datang ke YouTube, bisa menjadi tempat beriklan yang efektif untuk menjangkau calon konsumen baru.

Menurut data termutakhir YouTube dari ComScore VMX, dikatakan ada 93 juta pengunjung unik di Indonesia yang berusia di atas 18 tahun yang menonton video di YouTube setiap bulannya selama setahun terakhir. Alias, 91% orang Indonesia setidaknya mengunjungi YouTube sekali dalam setiap bulannya.

Jumlah tersebut begitu fantastis karena tidak seberapa kalau digabung antara populasi di Inggris dan Australia. Kenaikan ini meningkat hingga 10% dari tahun sebelumnya sebesar 79 juta.

Jenis konten yang banyak ditonton orang Indonesia dalam rentang 12 bulan hingga Juni 2020 adalah video tentang sains, humaniora, bisnis, dan hukum tumbuh lebih dari 80% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penelusuran untuk “drama korea”, “korea drama”, dan “drakor” juga naik 130% untuk periode yang sama.

Lalu, terjadi peningkatan penelusuran hingga 2 kali lipat untuk “cookies” dan “cakes” dan peningkatan lebih dari 50% untuk waktu tonton video multiplayer online battle arena. Meledaknya jumlah kunjungan ini selaras juga dipicu oleh bertambahnya channel kreator yang mendapat subscriber.

Kini ada 19 channel dari Indonesia yang mendapat lebih dari 10 juta subscribers (Diamond button) dan 600 channel yang mendapat lebih dari 1 juta subscribers (Gold button). Seluruh channel ini datang dari beragam konten, seperti hiburan, smartphone, edukasi, label musik, dan kreator individu.

Pencapaian ini begitu menakjubkan bila diartikan buat para marketer. YouTube mengembangkan tools terbaru untuk membantu mereka dalam menjangkau target audiensnya. Yakni CPM Masthead, YouTube Director Mix, dan TrueView Discovery on Search.

“Inovasi terbaru dari tools ini untuk membantu brand mengembangkan bisnis mengembangkan bisnis,” ucap Head of Large Customer Marketing YouTube Indonesia Muriel Makarim dalam konferensi pers secara virtual, kemarin (15/9).

Jangkau konsumen secara online

Dalam tips pertama ini, Muriel menerangkan bahwa beriklan digital adalah suatu keharusan buat brand terlebih di tengah pandemi ini. Tools CPM Masthead ini bisa berguna karena iklan ditempatkan di posisi teratas dari laman utama. Spot tersebut dapat dimanfaatkan brand dan dipersonalisasi sesuai target audiensnya.

“Jadi iklan tersebut hanya akan ada bila target audiensnya sesuai dengan kriteria yang disasar brand, bahkan bisa pilih lokasi audiensnya sehingga budget marketing spend akan lebih efektif.”

Pengalaman untuk terjun ke dunia online juga dilakukan oleh brand FMCG Enesis Group pemilik brand Adem Sari. CMO Adem Sari Ryan Tirta menerangkan, Adem Sari adalah salah satu produk pertama yang diluncurkan grup selama puluhan tahun lalu. Meski secara brand sudah dikenal masyarakat, tapi Adem Sari mulai kehilangan relevansinya dengan kondisi saat ini karena pengguna loyalnya sudah berusia lanjut.

Dengan kata lain, Adem Sari harus terjun ke iklan digital untuk mendapatkan pengguna loyal baru yang datang dari generasi muda. Maka dari itu cara komunikasinya harus diubah.

“Di YouTube kita memasukkan campaign yang lebih appealing ke younger generation. Yang kita selipkan komunikasinya tetap sama, bagaimana mencegah panas dalam karena ini insiden yang sering terjadi, tapi dibuat lebih relevan dengan target audiensnya,” terang Ryan.

Melalui strategi ini yang mendukung periklanan konvensional sebelumnya, Adem Sari berhasil mempertahankan pertumbuhan penjualan meski adanya penutupan toko ritel selama pandemi. Mereka berhasil menjangkau 6 juta pengguna unik melalui kampanye dan memberi dampak pertumbuhan penjualan sebesar 33%. Sementara cost per click vs benchmark turun sampai 4,6 kali lipat.

Berbicara dengan bahasa konsumen

Terkait hal ini menggunakan tools YouTube Director Mix yang dapat mengenali 75 jenis audiens yang berbeda dan 200 materi iklan yang disesuaikan dengan minat individu. Telkomsel termasuk salah satu brand yang memanfaatkan tools tersebut.

VP of Branding and Marketing Communications Telkomsel Nirwan Lesmana menjelaskan bahwa permainan, film, dan musik merupakan beberapa genre yang paling populer di YouTube. Telkomsel melihat peluang untuk berekspansi ke layanan gaya hidup digital untuk mendorong kesadaran terhadap tiga produk yang sudah dimiliki perusahaan.

Untuk itu, perusahaan perlu menyampaikan pesan yang relevan dengan minat setiap individu dengan Director Mix. membuat 200 materi iklan yang disesuaikan dengan minat individu dengan menargetkan lebih dari 75 audiens yang berbeda. Bagi penggemar musik, disuguhi pesan “Streaming semua lagu favorit Anda melalui satu platform,” sementara bagi penggemar permainan disuguhi pesan “Beli kuota game dengan mudah melalui MyTelkomsel”.

Ikuti kemauan konsumen

Banyaknya ibu-ibu yang bekerja dari rumah karena Covid-19, semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk memasak. Kesempatan tersebut diambil Frisian Flag untuk meningkatkan konsumsi susu bubuk dengan menginspirasi para ibu melalui berbagai resep membuat kue di rumah.

Terlebih query penelusuran untuk “baking”, “kue”, dan “cookie” melonjak 100% di YouTube sekitar bulan April, Frisian Flag membuat 17 video resep yang mudah dengan menggunakan susu bubuknya. Dengan menggunakan fitur baru di YouTube Search, video resep satu menit ini dapat menjangkau pengguna yang mencari “kue” dan 6 ribu kata kunci relevan lainnya.

Marketing Director Frisian Flag Felicia Julian mengungkapkan, respons penonton terhadap video satu menit yang ditayangkan pada Mei 2020 sangat baik. Secara rata-rata, pengguna menonton 90% dari setiap video, menghasilkan impresi 60% lebih tinggi dengan setengah dari biaya yang harus dikeluarkan dibandingkan kampanye sebelumnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Peserta Google for Startups Accelerator Asia Tenggara

Hacktiv8, Kata.ai, dan Riliv Terpilih Mengikuti Program Google for Startups Accelerator

Google hari ini (05/8) resmi mengumumkan startup yang menjadi peserta program Google for Startups Accelerator di Asia Tenggara. Dari 15 nama yang terpilih ada tiga dari Indonesia, yakni Hacktiv8, Riliv, dan Kata.ai. Ketiganya bakal mendapat kesempatan untuk mendapatkan mentoring dari tim Google, baik dari segi teknis maupun bisnis.

Dalam laman resminya, pihak Google juga menyebutkan bahwa mereka akan membantu para peserta untuk terhubung dengan mitra Google dan industri teknologi yang lebih luas. Dalam rangkaian kegiatan itu akan diadakan workshop yang berfokus pada perancangan produk, layanan pelanggan, dan pengembangan kepemimpinan bagi para founder.

Hacktiv8 merupakan startup edtech yang menyediakan solusi bootcamp dan pelatihan untuk developer, termasuk juga menghubungkan lulusannya dengan lapangan pekerjaan. Sementara itu Kata.ai merupakan penyedia solusi berbasis chatbot untuk bisnis. Sedangkan Riliv merupakan startup dengan solusi aplikasi konseling dan meditasi dengan tujuan membantu permasalahan kesehatan mental.

“Google for Startups Accelerator Asia Tenggara adalah program akselerator online selama tiga bulan untuk startup di tahap awal hingga seri A yang berpotensi besar untuk membantu menyelesaikan tantangan di wilayah ini,” tulis pihak Google.

Di periode pertama ini, Google menyeleksi lebih dari 600 startup untuk mendapatkan 15 peserta terpilih. Ada pun beberapa kategori yang dicari Google antara lain:

  • Startup yang berada di fase pendanaan awal dengan produk berbasis teknologi.
  • Sudah mendapatkan traksi dan sudah melewati “idea stage” dengan beberapa initial customer validation.
  • Startup yang mampu mengidentifikasi peluang pasar yang besar.
  • Startup yang berada di kategori kesehatan, pendidikan, finansial, atau logistik dan mengimplementasikan teknologi AI/ML atau data analitik.
  • Pendiri startup atau tim yang mampu mendemonstrasikan kemampuan teknis, bisnis, dan mindset untuk tumbuh dan mengembangkan bisnis regional.

Head of Corporate Communication Google Indonesia Jason Tedjasukmana kepada DailySocial menjelaskan bootcamp ini akan diselenggarakan intensif selama tiga bulan dan sepenuhnya akan diselenggarakan secara online. Para peserta akan mendapat pelatihan teknis terperinci dan peluang pengembangan strategi dengan machine learning, SDM, produk, dan growth lab yang dimiliki Google.

“Selama lebih dari lima tahun Google telah menjalankan program Launchpad Accelerators, yang menjangkau wirausahawan di lebih dari 40 negara dan memasukkannya dalam portofolio global beberapa startup paling sukses di dunia. Dalam upaya menyederhanakan program yang dilakukan Google untuk startup, mulai akhir 2019 semua Launchpad Accelerators telah berganti nama menjadi Google for Startups Accelerator,” imbuh Jason.

Beberapa startup Indonesia pernah turut serta dalam gelaran Google Launchpad antara lain, seperti Kulina untuk batch kelima; iGrow, Jurnal, Mapan, PicMix, Qlue dan Snapcart untuk batch ketiga; Jarvis Store, Talenta, Ruangguru, IDNtimes, Codapay, dan Hijup untuk batch kedua; dan Kerjabilitas, Setipe, Jojonomic, eFishery, Seekmi, HarukaEdu, dan Kakatu untuk batch pertama.

Update: tambahan kutipan dari Head of Corporate Communication Google Indonesia Jason Tedjasukmana.