Debut perdana Google di ranah pengembangan chipset untuk perangkat mobile dimulai bersama Pixel 2, di mana setiap unitnya telah dibekali co-processor buatan mereka sendiri yang diberi nama Pixel Visual Core. Komponen ini bertanggung jawab atas implementasi teknologi HDR+ yang menjadi rahasia di balik superioritas kamera Pixel 2.
HDR+ sebenarnya sudah eksis sejak tahun 2014. Di Pixel 2, fitur tersebut selalu aktif, memungkinkan kamera untuk menangkap beberapa foto dalam beragam pengaturan exposure, sebelum akhirnya menyatukannya menjadi satu gambar yang mendekati sempurna.
Pixel Visual Core tadi itu sederhananya bertugas mempercepat proses pengambilan gambar HDR+, dan di saat yang sama mengonsumsi energi yang lebih sedikit ketimbang jika prosesnya ditangani oleh prosesor utama. Yang menjadi masalah, selama ini Pixel Visual Core masih ‘tertidur’ dan belum diaktifkan.
Sesuai janji, Google pun mulai merilis software update untuk Pixel 2 yang bakal mengaktifkan Pixel Visual Core. Selain di aplikasi kamera bawaan, tandem Pixel Visual Core dan HDR+ ini juga siap bekerja di semua aplikasi lain yang memiliki mode kamera, macam Instagram, WhatsApp dan Snapchat. Foto-foto di atas menunjukkan perbandingan foto yang diambil tanpa (kiri) dan dengan HDR+ (kanan).
Google pada dasarnya mencoba menerapkan sesuatu yang baru dengan Pixel 2: ketimbang hanya mengandalkan superioritas komponen optik (sensor, lensa, dll) dan image signal processor (ISP) semata, mereka juga ingin meningkatkan hasil tangkapan kameranya lebih lagi dengan machine learning. Machine learning, seperti yang kita tahu, membutuhkan daya komputasi yang tinggi, dan itulah mengapa mereka mau bersusah payah sendiri mengembangkan komponen macam Pixel Visual Core.
Setelah menjalani debutnya bersama Pixel 2 dan Pixel 2 XL pada bulan Oktober lalu, Google Lens akhirnya terintegrasi secara penuh ke Google Assistant dan sudah siap untuk dinikmati oleh para pengguna smartphone Pixel yang berbahasa Inggris, termasuk generasi yang pertama.
Sekadar mengingatkan, Google Lens yang memanfaatkan teknologi computer vision dan machine learning ini memungkinkan pengguna untuk melakukan pencarian informasi hanya dengan memotret menggunakan ponselnya. Semisal pengguna menjumpai poster sebuah film, mereka tinggal mengarahkan kamera ponsel untuk mengakses informasi macam trailer sampai ulasan lengkapnya.
Sebelum ini, Google Lens hanya bisa diakses lewat aplikasi galeri foto di Pixel 2. Jadi, caranya bukan yang paling mudah; pengguna harus mengambil foto, membuka aplikasi galeri, lalu mengklik icon Google Lens. Sekarang semuanya jadi jauh lebih mudah berkat integrasinya pada Google Assistant.
Jadi ketika pengguna membuka Google Assistant, mereka akan menjumpai icon baru Google Lens di ujung kanan bawah. Klik icon tersebut, maka kamera ponsel akan aktif. Jepret suatu gambar, maka Assistant akan langsung menyajikan informasi-informasi yang relevan. Semuanya berlangsung secara real-time.
Ada cukup banyak skenario penggunaan Google Lens yang menarik. Yang pertama adalah untuk menyimpan informasi dari sebuah kartu nama secara instan. Lens juga dapat dipakai untuk membuka alamat suatu lokasi di Google Maps, untuk langsung dilanjutkan ke mode navigasi.
Skenario lain diperuntukkan bagi turis, di mana mereka bisa memanfaatkan Google Lens untuk mempelajari berbagai monumen bersejarah maupun koleksi karya seni di suatu museum, semuanya hanya dengan mengarahkan kamera ponsel. Terakhir, Lens juga bisa digunakan untuk mencari informasi suatu produk dengan memotret barcode-nya.
Seperti yang saya bilang di awal, integrasi Google Lens pada Assistant ini bakal tersedia di semua smartphone Pixel. Google bakal merilisnya dalam beberapa minggu ke depan di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia, India dan Singapura.
Tahun 2015 lalu, sempat beredar rumor bahwa Google tertarik untuk mengembangkan prosesor smartphone-nya sendiri, macam yang sudah dilakukan Apple selama beberapa tahun terakhir. Perlahan rencana itu tampaknya mulai terwujudkan, tepatnya ketika Google berhasil ‘menculik’ Manu Gulati, salah satu engineer senior di divisi pengembangan prosesor Apple, pada bulan Juni kemarin.
Investasi besar Google itu sepertinya mulai terbayarkan secara perlahan. Belum lama ini, Google mengumumkan bahwa Pixel 2 dan Pixel 2 XL rupanya mengemas sebuah chipset hasil rancangan mereka sendiri yang bernama Pixel Visual Core. Chipset ini berperan sebagai co-processor untuk Snapdragon 835 yang tertanam di jantung Pixel 2.
Tugas utama Pixel Visual Core adalah mendongkrak kinerja dan kualitas kamera Pixel 2. Di dalamnya terdapat 8-core image processing unit (IPU), yang diklaim mampu mengatasi lebih dari 3 triliun pengoperasian setiap detiknya, tanpa mengonsumsi energi secara berlebihan.
Pada prakteknya, Pixel Visual Core dapat mempercepat proses pengambilan gambar HDR+ pada Pixel 2 hingga 5x lipat selagi mengonsumsi sepersepuluh daya yang dibutuhkan apabila prosesnya ditangani oleh prosesor bawaan. Dilihat dari kacamata sederhana, Pixel Visual Core memungkinkan kamera Pixel 2 untuk menghasilkan foto yang lebih berkualitas secara lebih cepat dan efisien.
Menariknya, untuk sekarang chipset ini masih dalam keadaan nonaktif di semua unit Pixel 2 dan Pixel 2 XL yang akan dipasarkan. Google berencana mengaktifkannya lewat sebuah software update yang akan dirilis dalam waktu dekat.
Di samping itu, Google juga berencana memberikan aplikasi pihak ketiga akses ke fitur HDR+, yang berarti pengguna Pixel 2 dan Pixel 2 XL bisa mendapatkan kualitas foto yang paling maksimal tanpa harus menggunakan aplikasi kamera bawaan.
Mempercepat kinerja HDR+ dan membuka aksesnya ke aplikasi pihak ketiga baru sebagian dari cerita Pixel Visual Core. Google rupanya juga punya visi besar untuk memanfaatkan potensi chipset tersebut pada penerapan fitur berbasis machine learning lain ke depannya.
Apple punya “Made for iPhone”, Google punya “Made for Google”. Keduanya pada dasarnya merupakan semacam program sertifikasi buat pabrikan aksesori. Dalam kasus Google, program tersebut resmi dimulai bersamaan dengan diperkenalkannya duo Pixel 2 beberapa pekan lalu.
Libratone adalah produsen perangkat audio yang dengan cepat memanfaatkan momentum program Made for Google ini. Brand asal Denmark itu mengumumkan headphone dan earphone baru yang keduanya sama-sama dirancang secara spesifik untuk mendampingi Pixel 2 dan Pixel 2 XL.
Yang pertama adalah Libratone Q Adapt On-Ear. Keunggulannya adalah fitur fast pairing macam yang dimiliki Pixel Buds. Fitur ini sederhananya memungkinkan headphone untuk tersambung secara otomatis ke Pixel 2 ketika berada di dekatnya, mirip seperti cara kerja AirPods dan iPhone.
Tidak kalah menarik adalah fitur pause otomatis yang akan aktif ketika pengguna melepas headphone dari kepalanya. Di samping itu, Q Adapt On-Ear juga menawarkan fitur noise cancelling adaptif yang dapat disesuaikan intensitasnya berdasarkan kebutuhan pengguna, plus daya tahan baterai sampai 20 jam nonstop.
Yang kedua adalah Libratone Q Adapt In-Ear. Model ini tidak dilengkapi fitur fast pairing karena ia memang bukanlah headphone wireless. Pun demikian, konektor USB-C mengindikasikan perannya sebagai solusi atas hilangnya jack headphone pada Pixel 2 dan Pixel 2 XL.
Mengusung bodi yang tahan keringat, Q Adapt In-Ear rupanya turut menawarkan fitur noise cancelling adaptif yang serupa dengan milik kakaknya. Keduanya bakal dipasarkan dalam waktu dekat seharga masing-masing $249 untuk Q Adapt On-Ear dan $149 untuk Q Adapt In-Ear.
Keputusan Google untuk mengakuisisi sebagian divisi smartphone HTC bulan lalu pada dasarnya bisa menjadi bukti akan komitmen besar sang raksasa internet dalam menghadapi persaingan di industri ponsel. Apa yang dilakukan Google memang tidak lebih dari sebatas merekrut karyawan HTC, akan tetapi kalau jumlahnya mencapai 2.000 orang, saya kira itu sudah cukup untuk menunjukkan keseriusan Google.
Setelah cukup sukses dengan Pixel dan Pixel XL tahun lalu, Google pun sudah siap untuk memperkenalkan suksesornya. Di antara deretan hardware yang Google umumkan dalam event semalam, Pixel 2 dan Pixel 2 XL dengan mudah menjadi sorotan publik yang paling utama.
Desain dan layar
Sepintas perubahan fisiknya memang tidak terlalu kentara, akan tetapi duo Pixel 2 ini sama-sama mengusung desain yang terkesan lebih polished ketimbang pendahulunya. Bodinya terbuat dari aluminium, dengan permukaan belakang bertekstur matte, diikuti oleh area kecil berlapis kaca di atas sensor sidik jari yang menjadi rumah bagi modul kamera.
Tidak seperti pendahulunya, bodi Pixel 2 dan Pixel 2 XL kini tahan air dengan sertifikasi IP67. Penggunaan material aluminium harus berkonsekuensi pada absennya satu fitur yang umum kita jumpai pada smartphone flagship, yaitu wireless charging. Saya yakin banyak yang menyesalkan hal ini, apalagi mengingat fitur ini pada akhirnya sudah tersedia di iPhone 8 dan iPhone X – untungnya Pixel 2 mendukung fast charging.
Sama seperti tahun lalu, perbedaan utama Pixel 2 dan Pixel 2 XL terletak pada layarnya. Namun perbedaannya kali ini lebih menyeluruh dan bukan cuma melibatkan ukuran saja: Pixel 2 datang dengan layar AMOLED 5 inci beresolusi 1920 x 1080, Pixel 2 XL dengan layar pOLED 6 inci beresolusi 2880 x 1440, keduanya sama-sama dilapisi kaca Gorilla Glass 5 dan memiliki rasio kontras 100.000:1.
Selain menggunakan panel OLED yang berbeda jenis, Pixel 2 XL juga mengemas bezel atas-bawah yang jauh lebih tipis ketimbang adik kecilnya. Kendati demikian, bezel-nya ini masih sedikit lebih tebal dibanding milik Samsung Galaxy S8 atau malah iPhone X, tapi sebagai gantinya, Google dapat menyematkan speaker stereo yang menghadap ke depan (juga pada Pixel 2).
Bodi kedua ponsel sama-sama tipis; Pixel 2 setebal 7,8 mm, sedangkan Pixel 2 XL setebal 7,9 mm. Pixel 2 tersedia dalam tiga pilihan warna, yakni hitam, putih dan biru agak abu-abu; sedangkan Pixel 2 XL dalam dua warna saja, yaitu serba hitam dan kombinasi hitam-putih.
Spesifikasi dan kamera
Perbedaan Pixel 2 dan Pixel 2 XL berhenti sampai di layarnya saja. Spesifikasi yang diusung sama persis, mencakup chipset Snapdragon 835, GPU Adreno 540, RAM 4 GB, pilihan storage 64 atau 128 GB (tanpa slot microSD), dan tentu saja keduanya sama-sama menjalankan Android 8.0 Oreo yang paling gres. Sedikit berbeda adalah kapasitas baterai: 2.700 mAh untuk Pixel 2, dan 3.520 mAh untuk Pixel 2 XL.
Satu hal yang mungkin terdengar mengecewakan adalah absennya jack headphone, yang berarti pengguna harus mengandalkan adapter USB-C (termasuk dalam paket penjualan) untuk memakai headphone standar. Alternatif lain, Google juga mengumumkan earphone wireless bernama Pixel Buds yang merupakan pendamping ideal untuk konektivitas Bluetooth 5.0 milik duo Pixel 2 ini.
Beralih ke sektor kamera, Google kembali menunjukkan keseriusannya lewat perpaduan hardware dan software. Pixel 2 dan Pixel 2 XL dilengkapi kamera belakang tunggal 12 megapixel dengan lensa f/1.8 dan OIS, plus kamera depan 8 megapixel berlensa f/2.4. Kamera belakangnya cuma satu? Yup, tapi Anda jangan terlalu cepat khawatir.
Pasalnya, duo Pixel 2 ini masih bisa mengambil gambar dengan background yang tampak kabur ala fitur Portrait Mode pada iPhone 8 Plus. Kapabilitas ini diwujudkan oleh kecanggihan teknologi dual pixel dan machine learning, yang memungkinkan Pixel 2 untuk membuat semacam depth map dari foto yang diambil sebelum akhirnya mengemulasikan efek nge-blur yang dramatis.
Untuk membuktikan kecanggihan software-nya, Google bahkan juga menyematkan fitur Portrait Mode ini ke kamera depan Pixel 2, sehingga selfie yang pengguna ambil pun juga bisa tampak seperti hasil jepretan kamera DSLR. Selain Portrait Mode, ada juga fitur Motion Photo ala Live Photo di iPhone.
Soal video, Pixel 2 dapat merekam dalam resolusi maksimum 4K 30 fps, atau 1080p 120 fps untuk slow-motion. Kombinasi optical dan electronic image stabilization akan otomatis aktif guna memastikan video yang diambil tetap mulus meski pengguna sedang mengendarai motor sekalipun.
Foto-foto yang beredar di internet selama ini sudah bisa menunjukkan kehebatan kamera Pixel orisinil, dan Pixel 2 sudah pasti menjanjikan kualitas yang lebih baik lagi. Google bahkan sempat menyinggung hasil benchmark tertinggi dari DxOMark untuk kamera Pixel 2 yang mencatatkan skor 98, tapi kita harus selalu ingat untuk tidak menjadikan benchmark sebagai patokan utama.
Google Assistant dan fitur lainnya
Tahun lalu Pixel menjadi smartphone pertama yang mengusung integrasi Google Assistant. Tahun ini, Assistant pada Pixel 2 jadi lebih cerdas lagi. Cara memanggil Assistant di Pixel 2 juga sedikit berbeda, yakni dengan meremas kedua sisi ponsel, macam yang ada pada HTC U11, namun opsi standar via perintah suara masih tetap ada.
Assistant kini dapat diinstruksikan untuk mengakses pengaturan perangkat, seperti misalnya untuk mengaktifkan Wi-Fi hotspot atau fitur do not disturb. Assistant nantinya juga dapat memberikan bantuan berdasarkan rutinitas Anda. Jadi semisal Anda mengucapkan “good night“, Assistant akan mengaktifkan mode silent, mengaktifkan alarm, mematikan lampu pintar di kamar, dan masih banyak lagi.
Fitur lain yang tak kalah menarik adalah Now Playing, yang memungkinkan Pixel 2 untuk mengenali lagu yang sedang diputar di sekitarnya. Fitur ini berjalan secara otomatis dan tidak membutuhkan koneksi internet; judul lagunya akan langsung ditampilkan di bagian bawah layar, dan dari situ pengguna bisa langsung memutarnya di aplikasi streaming musik ataupun YouTube.
Pixel 2 juga menjadi smartphone pertama yang dilengkapi fitur Google Lens. Fitur ini terintegrasi pada aplikasi kamera, memungkinkan pengguna untuk mengakses beragam informasi dari objek di sekitarnya hanya dengan mengarahkan kamera Pixel 2.
Terakhir, dan yang menurut saya cukup penting, adalah integrasi Google Photos, dengan penyimpanan tak terbatas untuk foto dan video dalam resolusi penuh hingga akhir tahun 2020, lalu lanjut menjadi resolusi tinggi (bukan resolusi asli) untuk seterusnya. Ini penting mengingat Pixel 2 tidak dibekali slot microSD untuk ekspansi storage.
Harga dan ketersediaan
Google saat ini sudah membuka pre-order Pixel 2 dan Pixel 2 XL, tapi baru di Amerika Serikat, Kanada, Inggris Raya, Jerman, India dan Australia; lalu menyusul ke Itali, Spanyol dan Singapura di akhir tahun. Harga Pixel 2 dipatok $649 (64 GB) atau $749 (128 GB), sedangkan Pixel 2 XL dibanderol $849 (64 GB) atau $949 (128 GB).
Sejauh ini belum ada yang bisa memastikan apakah Google Pixel 2 dan Pixel 2 XL bakal masuk ke pasar Indonesia. Pixel orisinil sampai sekarang pun belum tersedia di tanah air karena tersandung masalah TKDN. Semoga Google dapat menanggulanginya kali ini.
Bahasa ialah cara utama manusia berinteraksi, berbekal lisan maupun gerakan. Ada sekitar 5.000 sampai 7.000 bahasa di dunia, dan buat memudahkan komunikasi, penduduk Bumi telah memilih sejumlah bahasa ‘internasional’. Tapi mempelajari bahasa lain bukanlah hal mudah. Untungnya, teknologi pelan-pelan meruntuhkan barikade komunikasi antar-manusia.
Translator handheld dapat membantu kita bercakap-cakap dengan individu dari negara lain. Dan berkat kehadiran app-app revolusioner di perangkat bergerak, prosedurnya jadi lebih simpel. Meski begitu, para inventor masih mencari cara agar prosesnya lebih natural lagi. Tak lama setelah startup Timekettle menyingkap earpiece penerjemah WT2, kali ini giliran sang raksasa Google memperkenalkan solusi canggih mereka di event Pixel 2 kemarin.
Didesain untuk memudahkan navigasi konten smartphone Pixel 2 lewat perintah suara, earphone Google Pixel Buds juga mampu menerjemahkan bahasa secara real-time layaknya perangkat di cerita-cerita sci-fi. Penyajiannya sedikit berbeda dari WT2, karena Anda tidak perlu memberikan salah satu unit earpiece-nya ke lawan bicara. Lalu, pengoperasiannya betul-betul memanfaatkan voice command.
Cara kerja Pixel Buds sangat simpel: tap sisi luar earphone dan perintahkan ‘bantu saya berbicara bahasa Jepang’ (dalam bahasa Inggris), kata-kata selanjutnya yang Anda ucapkan akan keluar sebagai bahasa Jepang melalui speaker sembari menampilkan translasinya secara tertulis di layar. Kemudian minta lawan bicara menekan tombol di smartphone sambil mengucapkan balasan. Kata-katanya segera diterjemahkan ke bahasa Inggris, terdengar di earpiece.
Tentu saja piranti lunak merupakan bagian paling esensial untuk menunjang fitur penerjemahan real-time di Pixel Buds. Basisnya adalah Google Translate, dan sejauh ini, app tersebut telah mendukung kurang lebih 40 bahasa. Itu berarti, sistem siap menyuguhkan 1.600 kombinasi terjemahan.
Dalam demo di panggung presentasi Google, kombinasi Pixel Buds dan Translate bekerja sangat baik, menerjemahkan tanpa ada keterlambatan (sebagai perbandingan, WT2 membutuhkan waktu satu sampai tiga detik). Namun perlu diingat bahwa akan ada banyak faktor yang bisa memengaruhi proses tersebut di dunia nyata: adanya ketidakstabilan koneksi mobile, suara-suara mengganggu di sekitar Anda, dan kita juga belum tahu seberapa efektif sistem mendeteksi aksen non-Inggris.
Pixel Buds mempunyai wujud bulat, desainnya lebih mengutamakan fungsi dibanding gaya. Earphone terhubung ke Pixel 2 secara wireless, tapi masing-masing unit earpiece disambung oleh tali buat mengamankannya saat tak sengaja terlepas dari telinga.
Google Pixel Buds rencananya akan mulai dipasarkan pada bulan November 2017, dijual seharga US$ 160.
Pekan lalu, kita telah menerima penjelasan dari Google terkait kelanjutan dari lini Chromebook Pixel. Pimpinan divisi hardware Google, Rick Osterloh, mengatakan pada saat itu bahwa mereka tidak berniat untuk merilis laptop baru dalam waktu dekat. Kalaupun Google merilis laptop lagi ke depannya, bisa dipastikan perangkat tersebut tidak mengusung nama Pixel.
Salah satu alasannya adalah nama Pixel sekarang sudah diasosiasikan dengan smartphone. Baik Google Pixel dan Pixel XL menerima banyak pujian dari reviewer maupun konsumen, dan satu-satunya masalah yang melanda ponsel tersebut adalah mengenai stok yang tidak bisa mencukupi permintaan konsumen.
Lalu apakah Pixel hanya sebatas eksperimen Google di pasar smartphone? Tidak, kalau berdasarkan penjelasan dari Rick Osterloh baru-baru ini, Google berkomitmen untuk terus melanjutkan lini smartphone-nya itu, dan menyesuaikan tren industri dimana pabrikan merilis generasi baru setiap tahunnya, Google juga akan mengambil langkah yang sama.
Rick memastikan kalau penerus Google Pixel dan Pixel XL akan hadir tahun ini juga meski beliau tidak bisa memberikan jadwal pastinya. Kalau mengikuti kejadian tahun lalu, besar kemungkinan Google akan mengungkapnya pada kuartal terakhir tahun ini, antara bulan September – November.
Rick juga tidak lupa menegaskan bahwa Pixel 2 masih akan menduduki segmen premium seperti pendahulunya, dan Google tidak berniat untuk merilis Pixel versi menengah ke bawah yang dibanderol lebih terjangkau. Beliau secara tak langsung mengatakan kalau segmen itu biarlah pabrikan-pabrikan lain yang menguasai.
Terkait pembaruan-pembaruan apa saja yang bakal dibawa Google Pixel 2 sejauh ini baru sebatas spekulasi saja. Namun kalau saya diminta untuk memberi masukan, jawaban pertama saya adalah bodi tahan air. Meski tidak bisa dikatakan sebagai fitur yang esensial, fakta bahwa iPhone 7 memiliki bodi tahan air secara tak langsung telah menetapkan standar baru di segmen smartphone premium.