Sebagai suatu mesin pencari yang bisa diandalkan, Google sebisa mungkin bakal menyajikan hasil pencarian seakurat mungkin. Sering kali hasilnya memang berasal dari situs yang terpercaya, tapi tidak jarang juga Google menampilkan hasil dari situs yang mungkin kurang kita kenali.
Daripada harus membuka tab baru untuk mencari tahu soal situs tersebut terlebih dulu, sekarang ada solusi baru yang lebih praktis. Di setiap hasil pencarian, sekarang pengguna dapat mengklik icon menu yang berlambang tiga titik untuk menampilkan informasi lebih merinci mengenai hasil pencariannya.
Informasinya bisa bermacam-macam, tapi yang paling umum adalah deskripsi situs terkait yang diambil dari Wikipedia. Jadi kalaupun Anda tidak pernah mendengar nama situsnya, setidaknya Anda bisa merasa aman membuka situsnya setelah melihat penjelasan dari Wikipedia (tanpa harus membuka laman Wikipedia itu sendiri).
Alternatifnya, informasi yang ditampilkan juga bisa berupa penjelasan akan fitur yang Google miliki. Lalu seandainya suatu situs belum punya laman Wikipedia sendiri, Google akan menampilkan informasi kapan mereka pertama kali mengindeks situs tersebut. Tidak kalah penting adalah informasi keamanan terkait situs itu sendiri.
Google menilai konteks ekstra ini dapat membantu pengguna menentukan mana informasi yang paling berguna bagi mereka. Juga penting adalah rasa aman itu tadi, terutama saat sedang mencari informasi mengenai kesehatan maupun keuangan. Sekali lagi, semua informasi tambahan ini memang sudah bisa kita cari sendiri secara manual, dan Google hanya bermaksud untuk membantu kita menghemat satu langkah ekstra.
Selain di mobile, fitur baru ini juga akan tersedia di perangkat desktop. Sayang sekali sejauh ini yang kebagian jatah baru pengguna di Amerika Serikat, akan tetapi itu tidak mengejutkan mengingat Google masih menyertakan embel-embel “beta” pada fitur ini.
Sepopuler apakah format video pendek yang dipopulerkan oleh TikTok? Cukup populer untuk mencuri perhatian Google. Baru-baru ini, Google rupanya tengah menguji fitur anyar yang akan menampilkan deretan video pendek dari TikTok maupun Instagram pada hasil pencarian di Google Search.
Deretan video pendek ini bisa ditemukan di segmen carousel dengan label “Short Videos” di laman hasil pencarian. Selain dari TikTok dan Instagram, Google turut mengagregasi konten serupa dari YouTube Shorts, Tangi, maupun Trell, kompetitor TikTok di pasar India.
Saat salah satu videonya diklik, pengguna akan dibawa ke versi web dari masing-masing platform, bukan ke aplikasinya, meskipun aplikasinya sudah ter-install di perangkat. Kemungkinan Google sengaja merancangnya sedemikian rupa agar pengguna bisa dengan cepat kembali ke Google Search setelah selesai menonton videonya.
Fitur ini berbeda dari fitur Web Stories yang Google luncurkan pada bulan Oktober lalu – yang sebelumnya juga dikenal dengan nama AMP Stories. Web Stories adalah kumpulan video pendek dari berbagai media publikasi yang menjadi mitra resmi Google, seperti misalnya Now This, Vice, Bustle, dan lain sebagainya.
Short Videos di sisi lain hanya menampilkan konten video pendek yang berasal dari platform sosial. Sejauh ini belum diketahui apakah Google punya deal khusus dengan TikTok maupun Facebook (Instagram) terkait upaya mereka menampilkan konten video pendek dari masing-masing platform pada hasil pencariannya.
Berdasarkan keterangan resmi dari Google kepada TechCrunch, fitur ini untuk sekarang masih diuji secara terbatas di perangkat mobile, dan ini berarti Anda mungkin hanya bisa menjumpai carousel Short Videos di beberapa hasil pencarian saja. Terlepas dari itu, kabar ini semestinya bisa meyakinkan kalangan kreator untuk semakin rajin membuat konten video pendek mengingat trennya memang seperti itu.
“Jangan percaya semua yang ada di internet”, kalimat tersebut paling sering saya lontarkan kepada orang-orang dekat yang kerap jadi korban hoax atau misinformasi. Di saat yang sama, untuk mengetahui apakah suatu artikel/gambar/video benar adanya, saya justru berkonsultasi ke internet.
Kedengarannya ironis memang, tapi itu mengindikasikan betapa luasnya jagat internet. Di satu sisi kita bisa mudah sekali tertipu oleh gambar-gambar hasil editan menggunakan Photoshop yang tersebar di internet, namun di sisi lain kita juga bisa menemukan beragam artikel yang membahas keaslian dari gambar-gambar tersebut di internet.
Terkait gambar yang sudah dimanipulasi ini, Google sebagai pintu gerbang internet bagi sebagian besar populasi Bumi sudah menyiapkan solusi untuk membantu menghindarkan kita dari gambar-gambar palsu yang beredar. Solusi yang dimaksud adalah fitur fact checking pada hasil pencarian gambar di Google.
Jadi saat mencari gambar di Google sekarang, beberapa hasil pencariannya telah dilengkapi label bertuliskan “Fact Check” di sebelah alamat situsnya. Saat diklik, tampilan preview-nya juga akan mencatumkan ringkasan informasi cek fakta yang terlampir pada gambar. Sumber gambarnya sendiri berasal dari publikasi-publikasi yang sudah menandai kontennya menggunakan metode tagging dari ClaimReview.
Satu hal yang perlu dicatat adalah, label “Fact Check” ini tidak memengaruhi urutan hasil pencarian gambar. Gambar dengan label tersebut tidak selalu muncul di paling atas, sebab algoritma Google memang dirancang untuk menyajikan informasi yang paling relevan. Dengan kata lain, fitur ini tidak otomatis menghindarkan pengguna internet dari gambar hoax begitu saja.
Meski begitu, fitur ini semestinya bisa lebih memudahkan kita untuk mengecek kebenaran suatu gambar viral yang beredar di internet. Sebelum ini, Google juga sudah menerapkan fitur yang sama pada hasil pencarian secara umum maupun konten berita.
Jadi, besok-besok kalau Anda melihat suatu gambar viral yang tengah dibahas di grup WhatsApp keluarga dan Anda meragukan kebenarannya, coba deskripsikan saja gambar tersebut di Google Image Search, lalu lihat apakah ada beberapa hasil pencariannya yang menampilkan label “Fact Check”.
Google Indonesia memperkenalkan Telkom sebagai mitra terbaru untuk Google Station, sebuah inisiatif untuk memberikan akses Wi-Fi gratis berkualitas tinggi di Indonesia.
Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf menjelaskan kehadiran Telkom diharapkan dapat membantu ambisinya yang ingin perluas jangkauan internet gratis, cepat, dan aman untuk lebih banyak orang Indonesia.
“Hari ini dengan bangga kami umumkan Telkom sebagai mitra baru untuk perluas cakupan Google Station ke lebih banyak orang. Tapi akses ini hanya langkah pertama, warga Indonesia ingin mengembangkan digital skill mereka,” terang Randy di Google for Indonesia yang keempat, Rabu (20/11).
Google Station bukan barang baru di Google. Sebelumnya sudah diperkenalkan sejak dua tahun lalu, bertepatan dengan perhelatan acara yang sama. Hanya saja pada saat itu, Google menggaet FiberStar dan CBN sebagai penyedia jaringan internet (ISP).
Menggaet Telkom, bisa jadi langkah strategis buat Google untuk perluas cakupan Google Station dalam waktu singkat. Bukan rahasia umum, Telkom merupakan perusahaan pelat merah di bidang telekomunikasi yang punya jaringan internet terbesar dan cover seluruh Indonesia.
Indonesia adalah negara kedua yang mencicipi layanan ini, pertama kali hadir di India. Dalam perkembangannya, meluas ke beberapa kota beberapa kota besar di Jawa, Palembang, Medan, dan Bali.
Selain India dan Indonesia, Google Station juga hadir di Thailand, Filipina, Brazil, Nigeria, Afrika Selatan, dan Meksiko.
Menurt informasi di situsnya, elemen utama Google Station tidak hanya memberikan akses internet gratis, tapi sebagai alat monetisasi jaringan Wi-Fi publik yang dipasang partner di toko mereka.
Google Station mengintegrasikan inventaris iklan premium ke dalam jaringan Wi-Fi publik yang memungkinkan tim penjualan iklan Google menampilkan iklan brand global teratas yang relevan dengan minat pelanggan.
Partner yang ingin memasang Google Station, ditawarkan iklan berbasis brand dan konversi dalam berbagai format digital. Mereka juga disediakan API untuk menampilkan status layanan, analisis cerdas, dan notifikasi agar partner dapat mempertahankan jaringan dengan fitur software yang sudah digunakan.
Di samping itu, partner akan mendapat insight terkait konsumen yang menggunakan jaringan Wi-Fi Google Station. Seperti durasi mereka terhubung, kualitas koneksi, dan banyaknya data yang digunakan.
Juga, laporan untuk setiap lokasi tertentu, seperti berapa banyak pengguna unik yang terhubung ke jaringan tersebut dan pendapatan yang diperoleh partner sebagai hasilnya.
Inovasi Google terbaru lainnya
Pada saat yang bersamaan, Google membuat sejumlah pengembangan baru dari produk-produk mereka yang sudah dirilis. Termasuk juga program yang intinya ingin membantu orang Indonesia untuk “maju sama-sama” dan mengoptimalkan manfaat internet terbuka. Berikut rangkumannya:
Google Shopping
Homepage dari Google Shopping kini dilengkapi fitur penelusuran prediktif (queryless) untuk mendukung aktivitas browsing. Halaman ini menjadi destinasi bagi pengguna untuk menelusuri berbagai kategori produk dan menemukannya di ribuan toko online dan offline.
Untuk toko yang ingin memasarkan produknya di sini, mereka hanya perlu membuat profil lewat aplikasi Google Bisnisku dan mengunggah produk mereka. Peluang ini diberikan secara cuma-cuma.
Pilihan bahasa juga diperkaya, bakal disediakan Bahasa Jawa dalam beberapa bulan ke depan.
Google Assistant
Google mengumumkan rekan perusahaan yang kini sudah terhubung dengan Google Assistant. Mereka ialah BCA, Gojek, JNE, Grab, Mobile Legends, Joox, BPJS Ketenagakerjaan, Kaskus, KlikDokter, Mitra Keluarga, dan Al Qolam.
Dengan Gojek, pengguna bisa mengakses GoFood untuk memesan makanan dan memeriksa status pesanan cukup dengan mengucapkan perintah seperti “Pesan martabak dari Gojek.” Perintah ini akan langsung memunculkan daftar penjual martabak terdekat dan melacak pesanannya juga.
Berikutnya, tersedia akses Google Assistant tanpa koneksi data dan pulsa, hasil kerja sama dengan Indosat Ooredoo. Pengguna cukup mengakses nomor 696, bebas pulsa dan koneksi internet. Layanan ini sudah diuji coba oleh ribuan orang di Kediri, Jombang, Medan, Karawang, dan Sukabumi.
Terakhir, pengguna dapat menghapus seluruh aktivitas data lewat perintah suara. Cukup katakan, “Ok Google, lupakan apa yang baru saja aku bilang ke kamu” atau “Ok Google, aku mau hapus percakapan minggu lalu.”
Google Search
Google Go kini bisa mengakomodir perintah terjemah di halaman web dengan sekali ketuk dan meminta dibacakan dalam beragam bahasa, termasuk bahasa Sunda dan Jawa. Fitur ini diluncurkan karena banyak orang yang lebih suka mendengarkan atau menonton konten daripada membaca.
Dihadirkan juga fitur Key Moments untuk menemukan momen penting dalam video tertentu, menyediakan link untuk membuka momen penting dalam video tersebut berdasarkan stempel waktu yang diberikan kreator konten.
Fitur Google Lens diperkaya untuk metode pencarian gambar di Google Image Search. Lens dapat membantu pengguna mencari gambar dengan cara baru. Misal ingin cari motif batik, dapat ditelusuri lebih lanjut lewat gambar tersebut. Bahkan dapat dibantu pula untuk situs e-commerce yang menjual barang-barang tersebut.
Google Maps
Di dalam Google Maps terdapat Local Guide, kini dibuat seperti media sosial. Pengguna bisa klik tombol follow untuk mengikuti berbagai rekomendasi tempat dari Local Guide favorit secara up to date. Ide sebenarnya datang dari Indonesia dan sedang dicoba di beberapa kota di seluruh dunia, termasuk Jakarta.
Inovasi lainnya adalah menemukan promo restoran terdekat, hasil kerja sama dengan Eatigo. Ke depannya, pengguna bisa reservasi restoran yang ingin mereka kunjungi dengan mudah.
Tidak hanya itu, Google bermitra dengan Pemerintah Jakarta (JakEvo) untuk permudah permohonan izin usaha jika mengajukannya melalui JakEvo, bisnis akan otomatis didaftarkan dan diverifikasi di Google Bisnisku.
Google Maps kini juga dilengkapi dengan fitur “Stay Safer” untuk memberi notifikasi kepada penumpang apabila ada peringatan jika pengemudinya melenceng dari rute sejauh lebih dari 0,5 km. Pengguna juga bisa berbagi lokasi secara real-time untuk teman dan keluarga.
Grow with Google
Ini adalah program terbaru Google secara global untuk menciptakan lebih banyak peluang bisnis lewat berinternet. Terdiri dari berbagai tools gratis untuk mengakses kursus, alat, produk, dan pelatihan tatap muka untuk meningkatkan kemampuan diri.
Di dalam inisiasi ini, ada Gapura Digital, Women Will, Google Bisnisku, Google Premier, Kormo, Bangkit, Google Developer Groups, Developer Student Clubs, Google for Education, dan Google News Initiative.
Bangkit adalah program pelatihan terbaru selama enam bulan untuk membangun SDM developer andal. Program ini didesain bersama empat unicorn Indonesia untuk melatih 300 developer terpilih dengan keahlian machine learning hingga musim panas 2020.
Google Search sudah lama menawarkan fitur rekomendasi pencarian berdasarkan kata kunci yang kita cantumkan. Pada deretan rekomendasi itu, biasanya muncul juga kata kunci pencarian yang sudah pernah kita gunakan sebelumnya, sehingga kita bisa mengaksesnya kembali dengan mudah.
Namun Google menilai fitur tersebut masih bisa dieksplorasi lebih jauh lagi. Hasil pemikirannya melahirkan fitur bernama Activity Card. Activity Card akan muncul ketika pengguna mengakses kata kunci pencarian yang pernah digunakan sebelumnya. Di situ mereka dapat menemukan sederet tautan yang sempat dikunjungi pada sesi pencarian sebelumnya.
Untuk pencarian resep masakan misalnya, pengguna dapat dengan mudah membuka lagi resep yang sudah dicobanya, atau mereka juga bisa melanjutkan pencarian dan menemukan informasi baru, tapi masih dalam topik yang berkaitan.
Kalau memang tautannya sering sekali dibuka, pengguna juga dapat mengaksesnya kembali di kesempatan lain. Prinsipnya mirip seperti bookmark, dan semua konten yang disimpan dapat diakses melalui menu di atas kiri halaman Google Search di mobile, atau di toolbar bawah aplikasi Google.
Pengguna dibebaskan mengatur apa saja konten yang ditampilkan di Activity Card, semisal menghapus tautan yang sudah tidak dibutuhkan. Pembaruan ini memang terkesan sepele, tapi tetap sangat berguna terutama bagi yang sering mengulang-ulang sesi pencarian yang sama.
Untuk sekarang, Activity Card baru tersedia buat pengguna di Amerika Serikat, dan fitur ini rupanya dikhususkan untuk perangkat mobile (browser dan aplikasi Google), bukan desktop.
Saya sempat mendapat cerita lucu dari istri saya yang berprofesi sebagai dosen: dibandingkan 8 – 10 tahun yang lalu, mahasiswa zaman now lebih memilih memotret penjelasan di papan tulis menggunakan ponselnya ketimbang mencatatnya. Kebiasaan yang sama mungkin juga akan berlaku untuk keperluan mencari informasi di internet ke depannya.
Tren itu sebenarnya sudah mulai kelihatan berkat kemunculan Google Lens. Jadi ketimbang mengetikkan kata kunci di Google Search ketika hendak mencari tahu soal tanaman unik yang ada di hadapan kita, kita tinggal mengarahkan kamera ponsel saja dan informasinya akan langsung muncul di layar.
Google Lens sendiri juga sudah kian sempurna dan tersedia di banyak perangkat sekaligus, termasuk halnya di perangkat iOS. Kabar baiknya, kalau sebelumnya pengguna iOS hanya bisa mengaksesnya lewat aplikasi Google Photos, Google Lens sekarang tersedia langsung melalui aplikasi Google Search di iOS.
Selain berada di tempat yang lebih ideal, Google Lens di Search juga tidak mewajibkan pengguna mengambil foto terlebih dulu, melainkan cukup mengarahkan kamera dan menyentuh objeknya saja. Untuk mengakses Lens, cukup klik icon baru yang ada di sebelah kiri icon voice search pada search bar.
Apa saja yang bisa dilakukan dengan Lens? Banyak, apalagi sejak Google mengumumkan pembaruannya pada bulan Mei lalu. Namun yang terpenting, pengalaman menggunakannya di perangkat iOS kini sudah hampir mendekati versi Android-nya.
Kemarin (04/12) Google Indonesia mengumumkan beberapa informasi seputar inovasi produk dan capaian kegiatan melalui acara bertajuk Google for Indonesia. Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf menyebutkan, sepanjang tahun 2018 Google Indonesia telah melakukan serangkaian kegiatan, bukan saja membantu pengguna mengakses informasi lebih mudah, tetapi juga membantu UKM mengembangkan bisnis.
“Hingga saat ini Google Indonesia telah melatih sebanyak 110 ribu developer di Indonesia, melatih lebih dari 1 juta pemilik UKM. Targetnya hingga tahun 2020, Google bisa meningkatkan jumlah tersebut hingga 2 juta,” kata Randy.
Tidak hanya itu, insiatif Google Indonesia juga mencakup misi membawakan internet sehat untuk pengguna. Google telah melatih 2000 jurnalis melalui program Google News Initiative, tahun depan akan ditingkatkan targetnya ke 3000 jurnalis. Pelatihan tersebut juga terkait verifikasi pemeriksaan dan verifikasi berita untuk memerangi hoax.
Di bidang sosial, melalui organisasi filantropinya yakni Google.org pihaknya memberikan hibah kepada organisasi di bidang pendidikan dengan total nilai $875.000. Beberapa organisasi tersebut termasuk Maarif Institute, Peace Generation, RuangGuru dan Love Frankie; untuk mengajarkan kepada 12 ribu siswa tentang toleransi, multikulturalisme, dan nilai positif dalam kehidupan.
Meluncurkan Google Go dan pengembangan Google Search
Dalam presentasinya, beberapa perwakilan dari Google menyampaikan produk terbaru yang saat ini sudah bisa dinikmati oleh pengguna di Indonesia. Salah satunya adalah Google Go. Aplikasi tersebut diklaim lebih ringan dibandingkan dengan browser, namun memiliki kualitas dan teknologi yang lengkap. Ada juga aplikasi sejenis untuk mengakses konten video, yakni YouTube Go.
Google Go juga dilengkapi dengan Google Assistant. Dilengkapi juga dengan teknologi AI, membantu pemilik smartphone baru yang pertama kali mengakses mesin pencari menemukan berbagai situs dan aplikasi dengan mudah.
Untuk memudahkan pengguna mengakses Google Search, saat ini fitur baru menawarkan akses informasi yang lebih mudah bagi warga Indonesia. Hal ini dilakukan karena melihat minimnya informasi yang tersedia di mesin pencari Google khusus untuk bahasa Indonesia.
“Lebih dari separuh konten online tersedia dalam bahasa Inggris, namun hanya 1 persen konten web tersedia dalam bahasa Indonesia. Untuk menutup kekurangan ini, kami berkolaborasi dengan Wikipedia untuk membuat konten berbahasa Inggris dapat diakses dan berguna bagi orang Indonesia,” kata Product Management Director Google Search Ken Tokusei.
Sekarang sistem Google Search akan mengidentifikasi artikel Wikipedia yang relevan dan hanya tersedia dalam bahasa Inggris, menerjemahkannya ke bahasa Indonesia menggunakan sistem neural machine translation, kemudian memunculkan artikel tersebut di Google Search.
Pengembangan Job search dan Google Assistant
Fitur lainnya yang dikembangkan adalah lowongan pekerjaan di Google Search. Secara khusus Google telah mengkategorikan pilihan pekerjaan untuk pengguna berdasarkan lowongan terbaru, lokasi terdekat, jenis pekerjaan, hingga sebaran kota. Para pencari kerja juga bisa mendapatkan notifikasi tentang lowongan pekerjaan yang relevan.
Untuk memasarkan fitur Google Assistant, Google juga melengkapi beberapa fitur yang bisa membantu pengguna mengakses Google Go di aplikasi dan di browser. Di antaranya adalah menyematkan fitur Book a Ride, menghubungkan pengguna ke aplikasi ride hailing seperti Gojek dan Grab, tanpa harus membuka aplikasi terkait dan mengetik lokasi.
Turut hadir dalam acara tersebut CEO Gojek Nadiem Makarim. Ia menyambut baik integrasi Google Assistant dengan Gojek, khususnya berkaitan dengan perintah suara. Menurut Nadiem selama ini Gojek sudah menjalin kolaborasi yang cukup baik dengan Google, dengan memanfaatkan teknologi Maps dan lainnya. Selanjutnya Gojek juga berencana untuk memperluas kolaborasi dengan pemanfaatan fitur lainnya yang sudah hadir di Indonesia.
“Permasalahan transportasi publik bisa diatasi dengan menggabungkan teknologi yang dimiliki Gojek dan Google, memanfaatkan data pengguna untuk meningkatkan kehidupan orang banyak,” kata Nadiem.
Selain integrasi dengan Gojek, Google juga menghadirkan Google Assistant khusus untuk pengguna Indosat Ooredoo. Hanya dengan mengakses Google, pengguna Indosat Ooredoo bisa mendapatkan bantuan dari asisten Google untuk dengan mudah mengelola kuota dan memonitor tagihan bulanan mereka.
Sementara itu untuk Google Maps yang merupakan fitur favorit di browser telah dilengkapi dengan informasi real time posisi bus Transjakarta yang bisa. Sebelumnya Google Maps juga sudah menghadirkan informasi real time posisi commuter line di Jabodetabek. Google Maps kini juga dilengkapi dengan notifikasi lokasi tujuan saat harus turun dari kendaraan.
Segera luncurkan ponsel feature murah WizPhone
Untuk memudahkan berbagai kalangan masyarakat mengakses internet dengan mudah, dalam waktu dekat Google akan meluncurkan ponsel buatan Indonesia pertama yang sudah dilengkapi dengan Google Assistant yang bernama WizPhone.
Ponsel yang nantinya bisa dibeli di Alfamart ini dijual dengan harga 99 ribu Rupiah. Meskipun sangat terjangkau, WizPhone telah dilengkapi dengan aplikasi lengkap seperti YouTube, Facebook, Google Maps, dan browser.
WizPhone menggunakan KaiOS, sistem operasi ponsel ringan yang menghadirkan aplikasi dan layanan yang canggih di dalam ponsel kelas menengah. KaiOS memungkinkan feature phone dan perangkat IoT untuk memberikan user experience yang baik untuk pengguna, meskipun memiliki keterbatasan memori.
Menurut Scott Huffman, Engineering Lead Google Assistant, diluncurkannya WizPhone sengaja dilakukan untuk membantu kalangan menengah mendapatkan akses internet secara mudah dan tentunya terjangkau.
September lalu, Google memperkenalkan Discover sebagai pengganti Google Feed. Feed sendiri merupakan evolusi dari Google Now, dan semua ini adalah bagian dari upaya Google untuk menyuguhkan informasi secara proaktif, tidak lagi menunggu kata kunci dari pengguna seperti ketika Google baru sebatas mesin pencari.
Secara mendasar, apa yang ditawarkan Discover sebenarnya mirip seperti Google Feed. Kendati demikian, tampilannya tampak lebih modern dan segar, dan jenis konten yang disajikan pun juga lebih bervariasi. Salah satunya, Discover juga menampilkan artikel atau video yang bersifat evergreen – bukan konten yang benar-benar baru, tapi baru untuk sang pengguna itu sendiri.
Untuk menyajikan berita-berita terbaru, Discover menggunakan basis teknologi yang sama seperti Google News, yang mengandalkan bantuan AI untuk menyajikan beragam perspektif yang berbeda mengenai suatu topik.
Semua ini disajikan dalam wujud serba kartu seperti yang sudah diterapkan oleh Google Now sejak lama. Bedanya, Discover memberikan kontrol yang lebih lengkap. Nama topik di bagian atas kartu bisa diklik untuk melihat konten lain dari topik tersebut, sedangkan tombol tiga titik di kanan atas bisa dipakai untuk, misalnya, memblokir konten dari situs tertentu.
Terakhir, ada semacam tuas kecil di kanan bawah yang berfungsi untuk menentukan apakah pengguna ingin Discover menampilkan lebih banyak atau lebih sedikit konten yang serupa. Namun aspek paling menarik dari Discover adalah faktor ketersediaannya.
Berdasarkan pantauan 9to5Google, Google sudah mulai menampilkan Discover pada situs mobile-nya. Sebelumnya, Discover hanya tersedia di aplikasi Google untuk Android atau iOS, namun sekarang semua ponsel juga dapat mengaksesnya via browser.
Sebagai pengguna iPhone, jujur saya kurang suka memakai aplikasi Google karena integrasinya tidak sebagus di Android (tentu saja). Membuka google.com di Safari jauh lebih praktis buat saya, dan kehadiran Google Discover di situs mobile berarti saya tidak melewatkan terlampau banyak fitur yang menarik.
Sudah menjadi rahasia umum kalau Google mengumpulkan banyak sekali data dari aktivitas penggunanya. Ketika kita melakukan pencarian dengan kata kunci tertentu misalnya, Google tidak hanya menyimpan informasi kata kuncinya, tapi juga lokasi kita saat melakukan pencarian, jenis perangkat yang kita gunakan, sampai tautan-tautan yang kita klik dari hasil pencariannya.
Inilah alasan di balik superioritas Google sebagai mesin pencari. Data dalam jumlah masif yang mereka kumpulkan pada akhirnya diolah lebih lanjut demi meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan. Video dari Google di bawah ini semestinya dapat memberikan gambaran yang lebih jelas.
Kendati demikian, pengumpulan data akan selalu dikaitkan dengan topik seputar privasi. Dalam rangka mewujudkan misinya menjadi perusahaan yang lebih transparan soal ini, Google baru saja memperbarui Search guna mempermudah pengguna memonitor data-data yang dikumpulkan Google dari aktivitasnya.
Sekarang, jika Anda membuka menu pengaturan Google Search dari desktop atau mobile, Anda bisa melihat opsi baru berlabel “Your data in Search”. Begitu diklik, Anda akan langsung dibawa ke semacam dashboard baru yang menampilkan seluruh aktivitas Anda di Google Search selama ini.
Dari situ Anda dibebaskan untuk menghapus semuanya jika mau. Kontrol yang lebih lengkap juga tersedia, sehingga Anda bisa menentukan jenis data apa saja yang boleh Google simpan. Contohnya, kalau Anda keberatan Google tahu dari mana saja Anda mengakses layanannya, matikan saja “Location History”.
Tidak kalah penting adalah menu Ad Settings untuk mengontrol personalisasi iklan yang disuguhkan kepada masing-masing pengguna. Di sini kita bisa melihat faktor-faktor apa saja yang Google pertimbangkan dalam mengestimasikan ketertarikan kita terhadap produk yang diiklankan. Tidak suka iklan yang datang dari suatu situs e-commerce misalnya? Anda bisa menonaktifkannya di sini.
Google bilang ini baru permulaan dari upaya mereka. Dalam beberapa minggu ke depan, opsi untuk memantau data ini juga akan tersedia di aplikasi Search untuk Android maupun iOS. Tahun depan, Google berencana menghadirkan fitur serupa untuk Maps dan sejumlah produk mereka lainnya.
Pada bulan Maret lalu, Google mengumumkan sebuah inisiatif baru untuk mendukung industri media dengan memerangi berita palsu dan mendukung ekosistem jurnalisme di bawah payung baru bernama Google News Initiative. Dan masih dengan misi yang sama, kali ini Google ingin memperkuat perannya dalam mendistribusikan data dari penerbit yang sahih dengan meluncurkan fitur baru berupa tabel data yang akan tampil tepat di bagian atas hasil pencarian.
Sebelum pembaruan ini, data hanya ditampilkan dalam bentuk deskripsi teks yang dimulai di bagian atas halaman yang tersedia. Sekarang, selain layout yang berbentuk tabel, pengguna juga bisa langsung membuka halaman penuh di mana tautannya terletak di bagian bawah grafik.
“Data jurnalisme ada dalam banyak bentuk, dan tidak selalu jelas bahwa ada data yang berpotensi bermanfaat di dalam dokumen atau cerita itu hanya berdasarkan headline,” tulis Simon Rogers dari Google News Lab. “Tidak mudah bagi Google Search untuk mendeteksi dan memahami tabel data untuk memunculkan hasil yang paling relevan.”
Agar tampil dalam bentuk tabel seperti itu, pengelola situs harus menambahkan data terstruktur tambahan ke kumpulan data untuk membantu Google mengidentifikasi tabel lalu menampilkannya dalam hasil pencarian. Namun karena fitur ini masih dalam penyempurnaan, maka belum semua dataset terbaca oleh mesin pencari.
Berikut adalah beberapa format yang dianggap sebagai dataset oleh Google:
Sebuah tabel atau file CSV dengan beberapa data
Kumpulan tabel terorganisir
File dalam format kepemilikan yang berisi data
Kumpulan file yang bersama-sama membentuk beberapa kumpulan data yang bermakna
Gambar yang menangkap data
File yang berkaitan dengan mesin pembelajaran, seperti parameter terlatih atau definisi struktur jaringan syaraf
Apa pun yang terlihat seperti kumpulan data
Anggarkan $300 Juta Selama Tiga Tahun
Bagi banyak perusahaan teknologi berbasis digital, termasuk Google, memerangi berita palsu merupakan salah satu prioritas sekarang dan masa depan. Google secara aktif dan serius memandang hal ini sebagai sebuah masalah bagi masa depan di ekosistemnya yang banyak bersentuhan dengan internet.
Hal itu menjadi salah satu dari tiga tujuan utama dalam program Google News Initiative. Tujuan yang pertama adalah mengedepankan jurnalisme yang akurat sembari melawan informasi palsu, terutama saat munculnya berita yang sedang panas atau acara tertentu yang jadi pusat perhatian dunia. Kedua, membantu situs berita terus tumbuh dari perspektif bisnis dan ketiga membuat alat-alat baru untuk membantu wartawan melaksanakan tugas.
Google sangat serius mendukung tercapainya tujuan ini, dan telah berjanji untuk menginvestasikan $300 juta selama tiga tahun ke depan.