Tag Archives: GrabKios

4 Keuntungan Bergabung Menjadi Mitra GrabKios, Apa Saja?

Mengapa harus GrabKios? Pertanyaan tersebut pasti terbersit di benak Anda ketika mempertimbangkan penggunaan aplikasi GrabKios untuk berjualan pulsa. Jika Anda masih ragu daftar sebagai Mitra, mungkin daftar keuntungan gabung GrabKios yang akan dibahas pada artikel ini akan membantu Anda dalam membuat keputusan.

Tapi, sebelum masuk ke daftar keuntungan Mitra GrabKios, simak dulu yuk sedikit informasi mengenai apa itu GrabKios di bawah ini!

Apa Itu GrabKios?

GrabKios merupakan aplikasi digital dari Grab yang dibuat untuk memudahkan siapa saja yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan, baik individu atau pemilik usaha kecil, dengan menjual pulsa, paket data, dan produk-produk digital lainnya.

Mendaftar sebagai Mitra GrabKios juga sangatlah mudah. Namun, saat ini aplikasi GrabKios hanya bisa diakses melalui smartphone Android. Sehingga, calon Mitra pengguna iOS akan mengalami kesulitan untuk bergabung dengan GrabKios.

Keuntungan Gabung Mitra GrabKios

Meski saat ini telah tersedia banyak aplikasi serupa, namun GrabKios masih patut dipertimbangkan karena menyediakan banyak keuntungan bagi Mitra-nya. Apa saja? Berikut rangkuman informasinya.

Proses Pendaftaran Mudah

Pendaftaran akun Mitra GrabKios sangatlah mudah. Untuk mendaftar, Anda hanya perlu mempersiapkan dokumen berupa KTP dan nomor HP aktif yang akan digunakan untuk login.

Pilihan Produk Digital dan Layanan yang Lengkap

GrabKios menuyediakan banyak sekali layanan/produk digital yang bisa menjadi sumber penghasilan untuk Mitra GrabKios, antara lain:

  • Layanan pembayaran tagihan (listrik, PDAM, BPJS, telepon rumah, multifinance, dan internet pascabayar),
  • Isi ulang pulsa, paket data, token listrik, dan saldo pengemudi Grab,
  • Layanan kirim uang ke semua bank dan beli emas, serta
  • Layanan pendaftaran Mitra Pengemudi Grab.

Harga Awal Murah

Seluruh produk atau layanan GrabKios dapat Anda beli dengan harga yang terjangkau, sehingga Anda bisa mendapatkan keuntungan lebih besar ketika menjual pulsa, paket data, atau produk-produk lainnya dari GrabKios.

Bisa Transaksi Menggunakan OVO Cash

Untuk memudahkan proses transaksi Mitra di aplikasi, GrabKios kini dapat terhubung dengan OVO Cash. Sehingga, Mitra GrabKios hanya perlu top-up OVO Cash apabila ingin bertransaksi di aplikasi GrabKios.

Demikian 4 keuntungan gabung sebagai Mitra GrabKios. Bagaimana? Apakah Anda tertarik mendaftar sebagai Mitra setelah membaca informasi di atas?

Anda juga dapat mempertimbangkan aplikasi jualan pulsa lainnya untuk menemukan aplikasi yang tepat untuk Anda. Selamat mencoba!

Panduan Mitra GrabKios Pemula: Cara Jualan Pulsa dan Paket Data dengan GrabKios

Menjual pulsa dan paket data merupakan salah satu opsi terbaik untuk Anda yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan dengan mudah, terutama di era digital seperti sekarang. Mengapa? Karena pulsa dan paket data menjadi kebutuhan banyak orang dan cara jual pulsa di era digital kini semakin mudah dengan GrabKios.

Selain mudah, berjualan pulsa dan paket data juga tidak membutuhkan modal yang besar namun tetap bisa menghasilkan keuntungan yang cukup besar. Lalu, bagaimana cara berjualan pulsa dengan GrabKios? Lihat panduan selengkapnya pada artikel ini.

Cara Jual Pulsa dengan GrabKios

GrabKios merupakan aplikasi dari Grab yang menawarkan akses produk digital, seperti pulsa dan paket data, yang murah sehingga penggunanya (Mitra GrabKios) dapat memperoleh penghasilan tambahan dari situ. Apabila Anda tertarik meraih keuntungan dengan berjualan pulsa di GrabKios, ini caranya:

Buat Akun Mitra GrabKios

Tahap pertama untuk mulai jual pulsa dengan GrabKios adalah membuat akun Mitra GrabKios. Untuk membuat akun Mitra GrabKios, Anda perlu menyiapkan nomor HP aktif dan menggunakan ponsel Android karena aplikasi GrabKios saat ini hanya tersedia di Play Store.

Verifikasi Akun Mitra GrabKios

Setelah mendaftar akun Mitra GrabKios, langkah selanjutnya adalah verifikasi. Dalam proses verifikasi, Anda akan diminta untuk mengisi beberapa data, seperti data diri (foto KTP), verifikasi wajah (foto diri memegang KTP), dan data usaha/pekerjaan.

Aktivasi OVO Cash

Untuk memudahkan transaksi di GrabKios, Anda dapat mengaktifkan OVO Cash setelah berhasil membuat dan verifikasi akun Mitra GrabKios. Apabila Anda telah memiliki akun OVO sebelumnya, Anda hanya perlu menghubungkannya ke GrabKios dengan memasukkan kode OTP yang dikirimkan.

Top-Up Saldo OVO Cash

Sebelum mulai berjualan, pastikan saldo OVO Cash Anda telah terisi. Jika belum terisi, lakukan top-up saldo OVO agar proses transaksi Anda di GrabKios lebih mudah.

Promosi Produk Pulsa dan Paket Data

Setelah semua siap, langkah terakhir adalah promosi produk pulsa dan paket data kepada kerabat dan rekan melalui media-media promosi. Anda dapat membuat poster promosi produk dan mengunggahnya ke status WhatsApp, feed dan story Instagram, serta media promosi lainnya.

Demikian panduan cara jual pulsa dengan GrabKios. Hanya dengan 5 langkah di atas, Anda dapat mulai meraih keuntungan bersama GrabKios.

Selain GrabKios, masih banyak juga aplikasi jualan pulsa serupa untuk membantu Anda mewujudkan ide bisnis satu ini. Selamat mencoba!

Daftar Jadi Mitra GrabKios untuk Mulai Berjualan Pulsa dan Data

Berjualan pulsa atau produk-produk PPOB adalah salah satu ide bisnis menguntungkan dengan modal kecil. Adanya aplikasi seperti GrabKios juga memudahkan siapa saja untuk mewujudkan ide bisnis satu ini dengan cara daftar sebagai Mitra GrabKios melalui aplikasi di smartphone.

GrabKios sendiri merupakan aplikasi keluaran Grab untuk membantu siapapun yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan dengan menjual pulsa, paket data, voucher game, dan produk PPOB. Anda dapat menjual seluruh produk yang ada di GrabKios setelah Anda mendaftar sebagai Mitra.

Cara Daftar Mitra GrabKios

Sebelum mulai mengikuti tutorial di bawah ini, pastikan Anda telah mengunduh aplikasi GrabKios di ponsel pintar Android Anda. Lalu, siapkan juga dokumen KTP untuk tahap verifikasi. Jika sudah, simak dan ikuti cara daftar Mitra GrabKios berikut ini.

Membuat Akun Mitra GrabKios:

  • Buka aplikasi GrabKios.
  • Lalu, pada halaman utama GrabKios, klik Masuk Sebagai Mitra.

  • Masukkan nomor HP aktif untuk membuat akun Mitra GrabKios.

  • Kemudian, klik Mulai Berjualan.
  • Verifikasi nomor HP dengan memasukkan 4 digit kode OTP yang dikirimkan ke nomor terdaftar. Klik Verifikasi.

  • Selanjutnya, lengkapi data diri. Mulai dari nama, email (jika ada), kode referral (jika ada), dan informasi toko/pekerjaan. Klik Lanjut.

  • Berikutnya, buat password akun yang mengandung huruf kapital, huruf kecil, dan angka di dalamnya.

  • Jika sudah, klik Buat Akun.
  • Akun berhasil dibuat. Langkah selanjutnya adalah verifikasi akun.

Verifikasi Akun Mitra GrabKios:

  • Setelah akun dibuat, klik Verifikasi Sekarang untuk mulai verifikasi akun Mitra GrabKios.

  • Dalam verifikasi akun, Anda diminta untuk melengkapi informasi terkait data diri dan verifikasi wajah. Untuk memulainya, klik Data Diri.

  • Di tahap ini, Anda diminta untuk mengambil foto KTP. Klik Ambil Foto KTP untuk memulainya.

  • Selanjutnya, lengkapi nama sesuai KTP, NIK, jenis kelamin, dan tanggal lahir. Klik Selanjutnya.

  • Kemudian, lengkapi juga alamat tempat tinggal sesuai KTP. Jika sudah, klik Selanjutnya.

  • Pengisian informasi terkait data diri selesai. Berikutnya, klik Foto Dengan KTP untuk mulai langkah verifikasi wajah.

  • Setelah verifikasi wajah, Anda akan masuk ke tahap verifikasi data usaha. Namun, Anda dapat melewatinya karena telah mengisinya ketika membuat akun.

  • Apabila semua tahap verifikasi akun telah tercentang hijau, Anda dapat mengajukan verifikasi dengan klik tombol Ajukan Sekarang.

  • Selesai.

Setelah mengikuti cara daftar Mitra GrabKios di atas, Anda selanjutnya dapat langsung mulai berjualan atau mengaktifkan OVO Cash terlebih dahulu sebagai metode pembayaran di GrabKios. Bagaimana? Mudah, bukan?

GrabKios dan GrabExpress di Antara Vertikal Pertumbuhan Utama Grab, Paparan Country Director Indonesia

Selama hampir 30 tahun pengalamannya menjalankan bisnis di Asia Tenggara, Neneng Goenadi selalu bersemangat ketika berbicara mengenai ekonomi digital. Dia telah melihat bagaimana teknologi memainkan peran penting dalam masyarakat saat ini, memberikan lebih banyak pilihan untuk bisnis dan warga negara.

Saat ditawari kesempatan untuk bergabung dengan Grab pada Februari 2019 sebagai country managing director Indonesia, ia langsung memanfaatkan peluang tersebut. Dia telah lama mengagumi bagaimana teknologi Grab telah mengubah dan bisa dikatakan meningkatkan kehidupan serta bisnis banyak orang di Indonesia, kata Goenadi kepada KrASIA.

“Saya ingin terlibat langsung dalam pekerjaan yang dilakukan Grab untuk membantu ekonomi digital Indonesia,” katanya. Sebelum Grab, ia menjabat sebagai Country Managing Director untuk Indonesia di perusahaan konsultan Accenture selama lima tahun, di mana ia juga menjabat sebagai Kepala Inklusi dan Keberagaman Asia Pasifik untuk Sumber Daya Industri, dan Kepala Sumber Daya Manusia dan Keberagaman ASEAN.

Di Grab Indonesia, ia mengambil alih posisi yang sebelumnya dipegang oleh Ridzki Karmadibrata, yang kini menjabat sebagai presiden perusahaan. Tujuan utama Goenadi adalah meningkatkan layanan korporat Grab dan bisnis transportasi, jelasnya.

Menurut laporan Google, Temasek, dan Bain & Co, nilai pasar ekonomi digital Indonesia akan mencapai USD124 miliar pada tahun 2025. Negara ini juga mewakili pasar terbesar di kawasan dengan 271 juta penduduk dan lebih dari 196 juta pengguna internet, menurut data Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (APJII).

Memimpin pasar Indonesia untuk Grab merupakan tugas yang menantang, mengingat pentingnya negara bagi perusahaan. Pada tahun 2020, Grab secara resmi meluncurkan kantor pusat keduanya di Indonesia, menemani kantor pusat utamanya di Singapura. Terlepas dari potensi yang dimiliki Indonesia, penetrasi pasar bukanlah hal yang mudah. Di antara tantangan lainnya, negara ini masih berjuang dengan akses yang tidak setara ke internet dan literasi digital.

“Indonesia memang negara yang sangat besar, dan saya yakin saya bukanlah satu-satunya pemimpin yang mengatakan bahwa salah satu tantangan utama dalam mengelola bisnis di Indonesia adalah geografi bangsa yang sangat luas dan tersebar luas,” kata Goenadi . “Kami ingin menyampaikan bahwa ada banyak pasar di sini. Budaya, demografi, dan infrastruktur dapat bervariasi dari kota ke kota, dan hal itu bisa menjadi rumit untuk dikelola.”

Pada 2019, Grab berhasil mengungguli saingan lokal Gojek dengan 64% pangsa pasar layanan pemesanan kendaraan, menurut firma riset ABI Research. Goenadi mengatakan bahwa posisi Grab sebagai penyedia layanan ride-hailing terbaik di negara ini tidak pernah tergoyahkan sejak saat itu. Grab juga berhasil menangkis dominasi Gojek dalam pengiriman makanan — pasar yang mereka masuki pada 2016 — dengan pangsa pasar 53% pada 2020.

Tahun penuh tantangan dengan berbagai jalur menuju pemulihan

Namun, pandemi COVID-19 juga memengaruhi Grab, karena permintaan layanan pemesanan kendaraan yang anjlok di seluruh Indonesia, yang membuat perusahaan melepaskan 5% dari tim regionalnya. Para eksekutif senior Grab, termasuk Goenadi, juga melakukan pemotongan gaji hingga 20% pada tahun 2020.

Perusahaan juga telah menanggalkan fitur hiburan yang disediakan di bawah Hooq, karena perusahaan layanan streaming Singapura tersebut mengajukan likuidasi pada Maret 2020. Berkat kemitraan antara kedua perusahaan, pengguna Grab dapat mengakses konten video Hooq dari aplikasi Grab sejak Februari 2019.

Meski bisnis ride-hailing Grab telah pulih dan hampir kembali ke level normal, Goenadi mengakui bahwa tahun 2020 merupakan pengalaman yang paling menantang dalam dua tahun menjadi manajer Grab Indonesia.

“Hampir dalam semalam, bisnis transportasi kami jatuh ketika pembatasan jarak sosial skala mikro diterapkan. Bisnis kecil terdampak oleh penurunan lalu lintas pejalan kaki, terutama yang tidak memiliki kehadiran online,” katanya. “Jadi kami harus berputar cepat, tidak hanya untuk memastikan bahwa mitra pengemudi kami dapat mempertahankan mata pencaharian mereka tetapi juga untuk melindungi keselamatan komunitas kami.”

Namun, cahaya redup di sektor ride-hailing telah membuat sektor lain bersinar lebih terang. Goenadi mengatakan bahwa GrabKios, GrabFood, GrabExpress, dan GrabMart akan menjadi motor utama pertumbuhan Grab Indonesia.

Perusahaan telah mengadakan serangkaian lokakarya dan konferensi untuk mengajarkan keterampilan digital kepada pemilik usaha kecil yang baru-baru ini bergabung dengan jaringan Grab, baik GrabMart, GrabFood, maupun GrabKios. Tahun lalu saja, ada lebih dari setengah juta pedagang baru, banyak di antaranya baru pertama kali online, tambah Goenadi. Grab juga telah bermitra dengan organisasi lokal dalam hal edukasi pelanggan yang kurang paham teknologi.

“Fokus kami tahun ini adalah inklusivitas. Kami bermitra dengan organisasi seperti Sahabat UMKM untuk menjangkau para lansia dan penyandang disabilitas, menyediakan alat dan pelatihan untuk membantu mereka dalam gerakan digitalisasi.” Sahabat UMKM adalah organisasi independen yang membantu pemilik usaha kecil terhubung dan berbagi kiat pertumbuhan.

Grab Indonesia berencana untuk membangun kehadiran yang kuat di luar kota-kota metropolitan seperti Jakarta atau Surabaya untuk jaringan layanannya. Perusahaan berencana memasuki lebih banyak kota di wilayah tengah dan timur Indonesia, seperti Bau-bau di Sulawesi Tenggara, dan Polewali Mandar di Sulawesi Barat. Misalnya, Grab mencari lebih banyak warung mikro, yang juga dikenal sebagai warung, untuk menggunakan platform GrabKios-nya. Layanan ini memungkinkan pemilik warung menawarkan produk digital, termasuk pembayaran remittance, listrik, dan asuransi (BPJS), isi ulang pulsa, pembayaran tagihan, tabungan emas, dan produk perlindungan asuransi.

“Kami semakin melihat agen GrabKios sebagai simpul penting dalam mendukung tujuan kami dalam menciptakan inklusi keuangan yang lebih besar di Indonesia. Karena penyebaran geografis negara, serta perbedaan budaya dan demografis antar kota, agen GrabKios kami memiliki peran penting dalam mendorong adopsi layanan digital dan keuangan, karena mereka dapat menjadi titik akses yang nyaman bagi pengguna. saat mereka membutuhkannya,” ungkapnya.

Hingga saat ini, perusahaan memiliki lebih dari 2 juta agen GrabKios, termasuk mitra pengemudi. Goenadi melihat ini sebagai peluang bagi pengemudi untuk menambah penghasilan selama pandemi.

Sedangkan untuk pengiriman, kata Goenadi, perseroan akan menambah footprint lokalnya. “Dalam beberapa bulan mendatang, kami akan meluncurkan GrabMart dan GrabAssistant di lebih banyak kota untuk melayani lebih banyak konsumen. Kami juga akan memungkinkan lebih banyak UMKM untuk memanfaatkan platform dan jaringan logistik kami untuk menjangkau lebih banyak konsumen,” tambahnya.

Layanan pengiriman paket Grab, GrabExpress, juga akan melihat fitur-fitur baru yang bertujuan untuk membuat pengiriman jarak jauh lebih mudah diakses dan terjangkau untuk bisnis. “Tahun lalu, seiring pandemi yang memunculkan lebih banyak bisnis rumahan, kami menyadari bahwa banyak social seller menggunakan GrabExpress untuk mengirimkan produk mereka ke konsumen,” katanya.

Mengadopsi ide awal mulanya Grab Filipina, Grab Indonesia juga mendirikan Klub Juragan GrabExpress, sebuah komunitas yang berdedikasi untuk mendukung UMKM dan social seller. Saat ini, lebih dari 10.000 pemilik bisnis telah mendaftar di bawah program ini, yang menawarkan program pelatihan khusus kepada pedagang seperti manajemen bisnis dan pemasaran media sosial.

Grab tidak berminat untuk kembali memasuki segmen hiburan, baik dengan bermitra dengan platform streaming lain atau dengan cara lain. Perusahaan akan fokus pada “layanan harian yang beresonansi dengan konsumen kami,” dan hiburan bukan salah satunya, kata Goenadi.

Melihat pasar yang terabaikan

Pada kuartal pertama 2021, Grab telah berekspansi ke 24 kota baru, sebagian besar kota kecil yang terletak di Indonesia Timur. Perusahaan juga telah melakukan investasi minoritas di e-wallet LinkAja, yang memiliki kehadiran yang kuat di kota-kota tier-2 hingga tier-4, melengkapi Ovo, investee e-wallet Grab dengan kinerja yang kuat di area tier-1.

“Indonesia sangat luas, dan uang tunai masih berkuasa. Jika kita benar-benar ingin mengakselerasi Indonesia menuju cashless society, ekosistem fintech yang terbuka perlu dibina dan bekerja sama dengan mitra yang berpikiran sama untuk menggapai tujuan bersama meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. Mitra seperti OVO dan LinkAja menawarkan kekuatan dan portofolio kasus penggunaan yang berbeda,” tambahnya.

“Kami juga melihat GrabKios sebagai pembeda utama bagi kami. Dengan memanfaatkan warung yang bisa Anda temukan di setiap lingkungan di tanah air, kami dapat membantu membuat layanan digital dan keuangan lebih mudah diakses oleh setiap komunitas di Indonesia,” kata Goenadi.

Melihat juga aspek lingkungan, perusahaan telah mengumumkan rencana untuk mengoperasikan 26.000 armada kendaraan listrik pada tahun 2025. Saat ini, perusahaan mengoperasikan lebih dari 5.000 EV, mulai dari mobil listrik, sepeda skuter, dan sepeda. “Pada 2021, kami juga berencana mengoperasikan 1.500 kendaraan listrik roda dua tambahan di Indonesia,” kata Goenadi.

Grab juga bekerja sama dengan platform crowdfunding Benih Baik dan lembaga penelitian independen World Resources Institute (WRI) untuk meluncurkan program penggantian kerugian karbon (carbon offsetting). Pengguna Grab dapat menghitung jejak karbon dari penggunaan transportasi mereka, yang akan diubah menjadi sumbangan sukarela untuk mitra penanaman pohon yang difasilitasi oleh WRI Indonesia.

Dengan pengumuman merger SPAC baru-baru ini dan listing AS yang akan datang, Goenadi yakin dengan masa depan Grab di Indonesia. “Kami bangga mewakili Asia Tenggara di pasar publik global. Go public akan meniupkan angin segar untuk mempercepat misi kami memberdayakan wirausahawan sehari-hari dan membawa inklusi keuangan kepada jutaan orang yang unbanked dan underbanked di seluruh Asia Tenggara. Di saat yang bersamaan, kami akan mempertahankan fokus untuk membangun bisnis yang berkelanjutan dalam jangka panjang,” tuturnya.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis dalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial

Bukalapak and Bank Mandiri Added a New Initiative to Empower Small Shops as Financial Agents

The strategy to acquire small shops as financial agents is getting discovered by both corporations and startups. After BRI with Grab, Bukalapak collaborated with Bank Mandiri to realize the plan this year.

As reported by Reuters, Bukalapak and Mandiri will encourage the micro retailer segment by increasing the role of small shops as an officeless financial services agent. Both are developing a model for this collaboration.

By planting it as a financial agent, the small shops can help people without smartphones to access financial services, especially basic services such as opening saving account.

In contact with DailySocial, Bukalapak did not elaborate on further development plans of the financial services agent initiative with Mandiri. However, Bukalapak’s Director of Payment, Fintech and Virtual Products, Victor Lesmana, ensures that this cooperation is to empower Warung Mitra Bukalapak and utilize QRIS (Quick Response Indonesian Standard) for payment transactions.

The expectation is for Warung Mitra Bukalapak to become an ‘agent of change’ to open the way to financial inclusiveness. This is because SME still dominates 65% -70% of retail transactions in Indonesia. It means, its presence is expected to not only encourage economic prosperity but also help reduce economic inequality.

“This collaboration is to increase access to financial services, especially for the unbanked and underbanked population. The use of QRIS has placed Mandiri as the largest ATM network in Indonesia,” he said.

Furthermore, Victor said Warung Mitra Bukalapak now has access to the Kirim Uang feature. This feature allows shop owners to help people send money.

Meanwhile, since the early 2020, Bukalapak has launched several other features for Warung Mitra Bukalapak, Bayar Tempo, top-up e-money, and Jutawan to provide added value in revenue and capabilities. Since  July 2020, there are 5.5 million Warung Mitra Bukalapak around 189 cities and districts throughout Indonesia.

DailySocial tries to reach Mandiri regarding this matter, but there has been no further response.

Financial access to the unbanked

The initiative from Bukalapak and Mandiri, adds a series of partnerships and similar services provided by Grab and BRI. In this case, BRI through BRILink and Grab Indonesia through GrabKios utilizes QRIS for payment systems.

As of June 2020, there were 429 thousand customers who became BRILink agents, 13 thousand of whom had already used the QRIS system. While GrabKios, which has been present since 2014, has pocketed more than 2.8 million partners with networks spread across 505 cities and districts in Indonesia.

This indicates how the financial and digital industries look at small shops as an appropriate touch point to reach unbanked and underbanked people.

Aside from small shops, the banking sector has also aggressively collaborated with startups to expand access to financial services in recent years by making it a front-end platform. The targeted vertical business platforms range from ride-hailing, marketplaces to P2P lending.

BRI, for example, has partnered with Grab, Tokopedia, and Traveloka to open financial access, such as opening saving accounts and online lending. Recently, BRI opened a special channel for entirely digital-based saving account opening, including the KYC process.

In addition,  the financial industry is also anticipating the big plans for some banks to realize digital banks with new entities and branding. Despite the collaboration and products, banking and startup innovations want to support equal access to finance.

According to Google, Temasek, Bain & Company report in October 2019, there were 92 million Indonesians in the unbanked segment (50.83%), followed by the banked segment at 42 million people (23.20%), and the underbanked segment 47 million (25.97%).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Warung Mitra Bukalapak

Bukalapak dan Bank Mandiri Tambah Deretan Upaya Pemberdayaan Warung untuk Agen Keuangan

Strategi menggaet warung kelontong sebagai agen layanan keuangan semakin dilirik, baik korporasi maupun startup. Setelah BRI dan Grab, tahun ini Bukalapak berkolaborasi dengan Bank Mandiri untuk merealisasikan rencana tersebut.

Sebagaimana dikutip Reuters beberapa waktu lalu, Bukalapak dan Mandiri berupaya mendorong segmen micro retailer dengan meningkatkan peran warung melalui agen layanan keuangan tanpa kantor. Keduanya tengah melakukan pengembangan model kerja sama untuk kolaborasi ini.

Dengan memanfaatkannya sebagai agen keuangan, keberadaan warung dapat membantu masyarakat yang tidak memiliki smartphone untuk mengakses layanan keuangan, terutama layanan dasar seperti pembukaan rekening.

Dihubungi DailySocial, Bukalapak tidak merinci bagaimana rencana pengembangan agen layanan keuangan dengan Mandiri selanjutnya. Namun, Director of Payment, Fintech and Virtual Products Bukalapak Victor Lesmana memastikan bahwa kerja sama ini dapat memberdayakan Warung Mitra Bukalapak dan memanfaatkan QRIS (Quick Response Indonesian Standard) untuk transaksi pembayaran.

Pihaknya berharap Warung Mitra Bukalapak dapat menjadi ‘agen perubahan’ untuk membuka jalan menuju inklusivitas keuangan. Hal ini karena warung mendominasi sebanyak 65%-70% transaksi ritel di Indonesia. Artinya, keberadaan warung diharapkan tak hanya mendorong kemakmuran perekonomian, tetapi juga membantu mengurangi ketidaksetaraan ekonomi.

“Kerja sama ini untuk meningkatkan akses terhadap layanan keuangan, terutama yang belum punya akses ke perbankan, yaitu underbanked dan unbanked. Pemanfaatan QRIS menjadikan Mandiri sebagai bank dengan jaringan ATM terbesar di Indonesia,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Victor berujar bahwa saat ini Warung Mitra Bukalapak sudah bisa mengakses layanan Kirim Uang. Fitur ini memungkinkan pemilik warung untuk membantu masyarakat mengirim uang.

Adapun, sejak awal 2020, Bukalapak sudah meluncurkan beberapa fitur lainnya untuk Warung Mitra Bukalapak, yaitu Bayar Tempo, top up e- money, dan Jutawan untuk memberikan nilai tambah bagi pendapatan dan kapabilitas.  Hingga Juli 2020, terdapat sebesar 5,5 juta Warung Mitra Bukalapak yang tersebar di 189 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.

DailySocial sudah menghubungi pihak Mandiri terkait hal ini, tetapi belum ada respons lebih lanjut.

Akses keuangan terhadap unbanked

Masuknya Bukalapak dan Mandiri, menambah deretan kemitraan dan layanan serupa yang dilakukan Grab dan BRI. Dalam hal ini, BRI melalui BRILink dan Grab Indonesia melalui GrabKios memanfaatkan QRIS untuk sistem pembayaran.

Hingga Juni 2020, terdapat 429 ribu nasabah yang menjadi agen BRILink, 13 ribu di antaranya sudah menggunakan sistem QRIS. Sementara GrabKios yang hadir sejak 2014, telah mengantongi lebih dari 2,8 juta mitra dengan jaringan yang tersebar di 505 kota dan kabupaten di Indonesia.

Ini menandakan bagaimana industri keuangan dan digital melihat warung sebagai touch point yang tepat untuk menjangkau masyarakat unbanked dan underbanked.

Selain warung, sektor perbankan juga semakin agresif menggandeng startup untuk memperluas akses layanan keuangan dalam beberapa tahun terakhir dengan menjadikannya sebagai front-end platfrom. Vertikal bisnis platform yang dibidik beragam, mulai dari ride hailing, marketplace, hingga P2P lending.

BRI, misalnya, sudah menggandeng Grab, Tokopedia, dan Traveloka untuk membuka akses keuangan, seperti pembukaan rekening dan online lending. Bahkan baru-baru ini, BRI membuka channel khusus untuk pembukaan rekening yang sepenuhnya dilakukan berbasis digital, termasuk proses KYC.

Tak hanya itu, industri keuangan juga sedang mengantisipasi rencana besar sejumlah bank untuk merealisasikan bank digital dengan entitas dan branding baru. Apapun kolaborasi dan produknya, inovasi perbankan dan startup ingin mendukung pemerataan akses keuangan.

Laporan Google, Temasek, Bain & Company pada Oktober 2019 mencatat ada sebanyak 92 juta masyarakat Indonesia masuk ke dalam segmen unbanked (50,83%), diikuti dengan segmen banked sebanyak 42 juta jiwa (23,20%), dan segmen underbanked 47 juta (25,97%)

Application Information Will Show Up Here

Validating “New Retail” Startups in Indonesia

New retail has been trying to connect traders with technology. The objective is to facilitate business in leveraging benefits and consumer coverage. In terms of concept, the approach is to empower some previous features with mature implementation in the e-commerce platform to conventional retail. It’s not digitizing the whole business process, but aiming for certain aspects that weren’t optimized.

Concept Details
Payment Integrating payment applications, such as digital wallets or pay later feature, for payment options to customers.
Supply Chain Providing digital access to traders to connect with FMCG product distributors for more variant products at affordable prices.
Customer Experience Improving customer experience by providing purchasing apps. Some in the form of loyalty programs giving point credits for every transaction
Digital Product Allowing traders to serve purchasing or payment activities of various digital products, such as PPOB tax payment, train ticket, e-money top-up, and many more.

Those four models are getting adopted by local startups with various lines of products or retail segments. The public, either traders or buyers, are adjusting to the transformation. It was proven by the well-developed new retail startups.

The beginning of new retail in Indonesia

In 2014, Kudo (an acronym for Kios untuk Dagang) or kiosk for trading was launched. The service is to allow everyone, especially kiosk owners, to be able to sell any kinds of e-commerce products. The buyers allowed to choose any kinds of products and make payments through the kiosk. The concept was proven successful, as Kudo has been used by 2.6 million partners and become the biggest agent-based service in Indonesia.

Post Grab acquisition in 2019, they rebranded into GrabKios. The business model gets adjusted, from an e-commerce digital arm to focus more on the partner’s side to facilitate various kinds of payments, such as electricity bills, PDAM, and many more.

“Through technology, GrabKios expands the types of services offered by stalls such as credit and various bill payments, reduces the cost of stalls by providing convenience for traditional stalls to order merchandise (wholesale), and provides access to additional business capital and financial services through money transfer services (domestic remittance) and micro insurance and cash loans will be provided,” Head of GrabKios, Agung Nugroho said.

Furthermore, some e-commerce platforms are following the trend, such as Mitra Tokopedia and Bukalapak. It’s the same concept, allowing partners to become a digital arm to facilitate consumers for purchasing goods. The online-to-offline approach becoming the best extension among broadband expansion and digital literacy in the community.

Mitra Tokopedia program is targeting kiosk in several areas to market their products
Mitra Tokopedia program is targeting kiosk in several areas to market their products

Entering the year 2018, Kopi Kenangan has debuted with 121 billion Rupiah funding from Alpha JWC Ventures. The investment is said to be focused on business development through technology, one is to launch an app for store locator, ordering, payment support and loyalty program.

The well-received business model in the market providing a well-poured investment. After a few months, Kopi Kenangan announced follow-on funding worth of 282 billion Rupiah from Sequoia. In late 2019, they had secured Series A funding from several investors, including Arrive, Serena Ventures, Caris LeVert, and Jonathan Neman. They have managed to sell 3 million cups of coffee per month.

There is also Fore Coffee, a startup founded by East Ventures with similar products and approaches. The latest news, they’ve announced follow-on funding worth of 118 billion Rupiah from East Ventures, SMDV, Pavilion Capital, Agaeti Venture Capital, Insignia Ventures Partners, and several angel investors.

“We also use various technologies, from our own mobile app to the existing technologies, such as Moka to monitor payments, Member.id for loyalty platforms, and Go-Food, GrabFood, and TravelokaEats as distribution platforms,” Fore Coffee’s Co-Founder & CEO Robin Boe explained the technology role in his startup.

Wahyoo also offers a new retail approach, targeting warteg (small restaurants) by providing digital access to the supply chain. The Founder & CEO, Peter Shearer said they have partnered with at least 7000 merchants from various regions. They’ve also received seed funding from Agaeti Ventures, Kinesys Group, Chapter 1 Ventures, SMDV, East Ventures, and Rentracks.

There are also some other startups offering new retail concepts with various business approaches.

The momentum

Kopi kenangan product, beverage at affordable price
Kopi kenangan product, beverage at affordable price

Numbers of partners, transaction value and capital flows received imply that new retail has been quite successful to validate the concept for the past few years. On further observation, they are prudent in placing their products to the most suitable customer segment.

Take the example of previously mentioned coffee products startup, they see a trend of “daily coffee” among millennials. To the existing coffee shop, as well-known Starbucks, the standard price is quite high. They offer beverages at relatively cheaper prices, but with improved customer experience.

It is very likely what startups like Kudo did, that is targeting partners from the countryside.

The large investment stream will allow players to perform the “growth hacking” strategy which has been successfully applied by startups in other verticals, such as ride-hailing or fintech. They could increase traction with a series of promo or massive expansion at many locations – and indeed, all the players are heading that way.

With a broader market share, more mature players and enthusiast investors; will new retail be the next big thing in the following years?


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Capaian jumlah mitra, nilai transaksi, dan arus modal yang masuk menyiratkan startup "new retail" cukup berhasil memvalidasi konsepnya sejauh ini

Memvalidasi Startup “New Retail” di Indonesia (UPDATED)

New retail mencoba menghubungkan pedagang dengan teknologi. Tujuannya memudahkan bisnis meningkatkan keuntungan dan menjangkau konsumen yang lebih luas. Secara konsep, pendekatan ini mencoba memberdayakan beberapa fitur yang sebelumnya telah matang diaplikasikan pada sistem e-commerce ke ritel konvensional. Tidak mendigitalkan seluruh proses bisnis, namun menyasar aspek-aspek tertentu yang dinilai belum optimal.

Konsep Keterangan
Pembayaran Membaurkan aplikasi pembayaran, misalnya digital wallet atau layanan pay later, untuk memberikan opsi pembayaran kepada pelanggan.
Rantai Pasokan Memberikan akses digital ke pedagang untuk terhubung dengan distributor produk FMCG, sehingga mendapatkan varian produk yang lebih beragam dan harga yang lebih terjangkau.
Pengalaman Pelanggan Meningkatkan pengalaman pelanggan dengan menyediakan aplikasi pemesanan. Beberapa dalam bentuk program loyalitas untuk memberikan kredit poin di tiap transaksi yang dilakukan.
Produk Digital Memungkinkan pedagang untuk melayani pembelian atau pembayaran berbagai jenis produk digital, misalnya pembayaran PPOB, pembelian tiket kereta, pengisian e-money dan lain sebagainya,

Empat model di atas kini banyak diadopsi startup lokal dengan lini produk atau menyasar segmen ritel yang cukup beragam. Masyarakat pun, baik dari sisi pedagang maupun pembeli, menerima pembaruan itu dengan cukup baik. Terbukti dengan pertumbuhan bisnis banyak startup new retail yang mengagumkan.

Awal perkembangan new retail di Indonesia

Tahun 2014 Kudo (akronim dari Kios untuk Dagang Online) diluncurkan. Layanannya saat itu memungkinkan siapa saja, terutama pemilik warung untuk menjadi agen Kudo dan dapat menjual berbagai produk yang ada di e-commerce. Pembeli bisa memilih produk yang diinginkan dan membayar pesanan ke agen tersebut.

Namun seiring perkembangan bisnisnya, Kudo berfokus untuk memajukan warung tradisional di Indonesia agar menjadi serba bisa melayani berbagai produk dan layanan. Konsep tersebut cukup berhasil diaplikasikan, menjadikan Kudo dimanfaatkan 2,8 juta mitra usaha dan menjadi layanan keagenan terbesar di Indonesia. Pasca diakuisisi Grab, tahun 2019 mereka berubah nama jadi GrabKios dan semakin mempertegas komitmen untuk memberdayakan warung tradisional.

“Melalui teknologi, GrabKios memperluas jenis layanan yang ditawarkan warung seperti pulsa dan berbagai pembayaran tagihan, mengurangi biaya usaha warung dengan memberikan kemudahan kepada warung tradisional untuk memesan barang dagangan (grosir), serta menyediakan akses terhadap tambahan modal usaha dan layanan keuangan melalui layanan pengiriman uang (domestic remittance) dan akan disediakannya asuransi mikro dan pinjaman tunai,” jelas Head of GrabKios Agung Nugroho.

Setelah itu beberapa e-commerce menyusul, misalnya Mitra Tokopedia dan Bukalapak. Pendekatan online-to-offline menjadi jembatan terbaik di tengah perluasan pitalebar dan peningkatan literasi digital masyarakat.

Mitra Tokopedia
Program Mitra Tokopedia yang menyasar warung-warung di berbagai daerah untuk menjualkan produknya

Memasuki tahun 2018, Kopi Kenangan debut umumkan pendanaan 121 miliar Rupiah dari Alpha JWC Ventures. Investasi tersebut akan difokuskan perusahaan untuk peningkatan bisnis melalui teknologi, salah satunya meluncurkan aplikasi untuk pencarian toko, pemesanan, dukungan pembayaran dan program loyalitas.

Model bisnis yang diterima baik oleh pasar melancarkan kucuran investasi. Selang beberapa bulan, Kopi Kenangan umumkan pendanaan lanjutan 282 miliar Rupiah dari Sequoia dan akhir tahun 2019 kemarin mereka bukukan pendanaan seri A dari sejumlah investor, termasuk Arrive, Serena Ventures, Caris LeVert dan Jonathan Neman. Mereka telah berhasil menjual 3 juta gelas kopi per bulan.

Dengan produk dan pendekatan yang hampir serupa ada juga Fore Coffee, startup binaan East Ventures. Terakhir mereka umumkan pendanaan lanjutan 118 miliar Rupiah dari East Ventures, SMDV, Pavilion Capital, Agaeti Venture Capital, Insignia Ventures Partners, dan beberapa angel investor.

“Kami menggunakan berbagai teknologi, mulai dari aplikasi mobile yang kami buat sendiri, serta teknologi yang telah ada, seperti Moka untuk memantau pembayaran, Member.id untuk loyalty platform, serta Go-Food, GrabFood dan TravelokaEats sebagai platform distribusi,” terang Co-Founder & CEO Fore Coffee Robin Boe menerangkan pemanfaatan teknologi dalam startupnya.

Wahyoo juga tawarkan pendekatan new retail, menyasar warteg dengan memberikan akses digital untuk rantai pasokan. Dari pernyataan Founder & CEO Peter Shearer, saat ini mereka telah merangkul sekurangnya 7000 mitra dari berbagai wilayah. Mereka juga telah membukukan pendanaan awal dari Agaeti Ventures, Kinesys Group, Chapter1 Ventures, SMDV, East Ventures dan Rentracks.

Masih ada beberapa startup yang tawarkan konsep new retail dengan berbagai pendekatan bisnis.

Berkesempatan dapat momentum

Kopi Kenangan
Produk Kopi Kenangan, minuman kopi dengan harga yang relatif terjangkau

Capaian jumlah mitra, nilai transaksi dan arus modal yang diterima menyiratkan bahwa new retail cukup berhasil memvalidasi konsepnya selama beberapa tahun terakhir. Jika dianalisis lebih mendalam, mereka cukup cermat dalam menempatkan produknya ke segmentasi pelanggan yang tepat.

Ambil contoh untuk startup dengan produk kopi di atas, mereka melihat adanya tren “ngopi kekinian” di kalangan milenial. Ke kedai kopi yang ada, sebut saja Starbucks, standar harganya cukup tinggi. Lantas mereka hadir dengan produk kopi dengan harga yang relatif lebih murah, namun dengan pengalaman pelanggan yang juga ditingkatkan.

Pun demikian yang dilakukan oleh startup seperti Kudo yang lebih fokus menyasar mitra dari pedesaan.

Kucuran investasi besar yang didapat juga memungkinkan para pemain melakukan strategi “growth hacking” yang selama ini sukses diterapkan startup di vertikal lain, seperti ride-hailing atau fintech. Bisa saja mereka meningkatkan traksi dengan rangkaian program promo atau ekspansi besar-besaran di banyak titik – dan memang kini semua pemain tengah menuju arah sana.

Dengan pangsa pasar yang luas, pemain yang semakin matang dan investor yang makin terpikat; apakah new retail akan menjadi the next big thing di tahun-tahun berikutnya?

Update : Tambahan informasi dan komentar dari Head of GrabKios Agung Nugroho.

Produk keuangan GrabKios

Tahun 2020 GrabKios Hadirkan Sejumlah Produk Baru, Termasuk Asuransi dan Pinjaman Dana

Di tahun 2020 ini banyak rencana yang akan dilancarkan GrabKios (sebelumnya Kudo). Bukan hanya menambah jumlah mitra kios menjadi 3,8 juta hingga tahun 2021, tapi juga ingin menghadirkan berbagai layanan finansial dan asuransi untuk mitra agen, pengemudi hingga konsumen.

Head of GrabKios Agung Nugroho mengungkapkan, sudah ada lini bisnis yang mengalami pertumbuhan positif. Dan ke depannya GrabKios akan menambah kemitraan dengan institusi finansial, perbankan hingga startup yang relevan untuk menambah pilihan layanan.

“Kami percaya dengan mitra kios yang besar jumlahnya hingga ekosistem yang ada di Grab, bisa menjadikan GrabKios platform unggulan yang bisa dimanfaatkan oleh jaringan agen untuk membeli produk hingga memanfaatkan fitur tambahan lainnya.”

Asuransi, P2P lending hingga pembelian FMCG dan produk segar

Didirikan sejak 2014, hingga saat ini GrabKios telah memberdayakan lebih dari 2,8 juta mitra dengan jaringan yang tersebar di 505 kota dan kabupaten di Indonesia. Masih fokus kepada warung kelontong, tahun 2020 ini GrabKios juga akan memberikan layanan kepada merchant GrabFood.

Salah satunya dengan menawarkan pinjaman tunai disalurkan melalui kerja sama dengan perusahaan fintech terpercaya yang telah mendapatkan lisensi dari OJK. GrabKios juga akan menyediakan asuransi mikro, ditujukan bagi mitra dan para pelanggan melalui kerja sama dengan perusahaan asuransi.

Sebagai langkah awal, di kuartal pertama 2020 GrabKios akan mulai menawarkan produk pinjaman tunai ini ke mitra pilihan. Untuk mendukung “Gerakan Non Tunai Bank Indonesia”, mereka juga akan menyediakan alternatif metode pembayaran untuk pelanggan mitra berupa Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Dengan kode QR tersebut, pelanggan warung dapat berbelanja dan membayarnya dengan aplikasi dompet digital yang mereka miliki.

Dengan bergabung menjadi jaringan agen GrabKios, semua mitra diberikan akses dashboard yang bisa digunakan untuk membeli kebutuhan tambahan hingga melakukan pembayaran dari konsumen untuk pembayaran listrik hingga membeli voucher pulsa. Dengan demikian akan terlihat secara langsung rekam transaksi mereka yang mempengaruhi penilaian mereka jika berencana untuk mengajukan pinjaman.

“Karena bentuknya adalah capital loan rata-rata pinjaman yang akan diberikan adalah dibawah Rp10 juta. Untuk pembayaran akan dilakukan setiap bulannya. Sementara untuk cash loan tergantung dari persyaratan yang ditetapkan oleh masing-masing asssetmen loan penyedia pinjaman,” terang Agung.

Tidak disebutkan lebih lanjut siapa perusahaan asuransi, platform p2p lending hingga perbankan yang akan digandeng. Untuk produk asuransi tersebut, GrabKios menjamin memiliki harga yang terjangkau dan bisa dimanfaatkan oleh pemilik warung kelontong agar terhindar dari persoalan keuangan jika terjadinya bencana dan risiko lainnya.

“Intinya GrabKios akan melakukan kolaborasi dengan pihak terkait mulai dari layanan p2p lending, perbankan hingga startup agritech untuk menghadirkan pilihan tersebut. Hal itu yang membedakan kami dengan platform seperti p2p lending yang langsung menawarkan produk mereka kepada konsumen, GrabKios justru membuka kesempatan platform terkait untuk bermitra bersama kami,” kata Agung.

“Untuk penyediaan barang-barang yang dibutuhkan oleh warung kelontong dan warung makan kita sudah bekerja sama dengan perusahaan FMCG hingga supplier lainnya, dan saat ini sudah kita lakukan dalam lini bisnis wholesale GrabKios. Untuk penyediaan produk bahan segara, GrabKios bermitra dengan TaniHub.”

 

Menyambut baik persaingan

Selama 5 tahun terakhir GrabKios telah menghadirkan beberapa layanan yang secara signifikan menambah penghasilan para mitranya. Mulai dari berbagai produk digital: pulsa dan paket data, token listrik, pembayaran tagihan (air, listrik, telepon, multi-finance) hingga pendaftaran mitra pengemudi Grab. Ke depannya perusahaan akan terus menambah variasi produk digital lain untuk meningkatkan pendapatan mitra.

Berdasarkan hasil Laporan Dampak Sosial Grab, pendapatan mitra GrabKios meningkat sebesar 51% dengan rata-rata penghasilan mencapai Rp10 juta per bulan. Melalui peningkatan pendapatan mitra yang cukup signifikan, GrabKios telah berkontribusi sebesar Rp2,7 triliun terhadap perekonomian Indonesia dalam 12 bulan terakhir (hingga Maret 2019).

Saat ini makin banyaknya layanan e-commerce, marketplace hingga startup berbasis teknologi yang sengaja menyasar warung atau toko kelontong. Menurut Agung hal tersebut sah-sah saja dilakukan dan menyambut baik makin bertambahnya jumlah kompetitor yang ada.

Menurut Agung selama ini masih banyak pemain lain yang fokus untuk mengakuisisi end consumer, sementara GrabKios memanfaatkan peranan jaringan agen untuk melakukan proses tersebut yang mereka sebut sebagai “cascaded approcach“.

“Yang membedakan, GrabKios memiliki teknologi buatan sendiri yang cara kerja serupa dengan aplikasi Salesforce. Melalui teknologi tersebut, yang saat ini sudah dimanfaatkan oleh ekosistem di Grab (GrabFood) untuk mengakuisisi merchant, kami percaya bisa memberikan layanan lebih baik memanfaatkan jaringan mengakuisisi lebih banyak lagi end consumer,” tutup Agung.

Application Information Will Show Up Here
Kolaborasi Tamasia GrabKios

Kolaborasi Tamasia dan Grab, Pengguna Bisa Beli Emas Melalui Warung Mitra GrabKios

Tamasia dan Grab berkolaborasi untuk meluncurkan fitur pembelian emas. Kolaborasi ini merupakan tindak lanjut setelah terpilihnya Tamasia dalam program Grab Venture Velocity (GVV). Fitur ini memungkinkan pengguna untuk bisa membeli emas melalui warung mitra GrabKios (sebelumnya Kudo) mulai Rp10.000. Pembelian akan dikonversikan dalam bentuk gram sesuai dengan harga emas pada saat itu.

Untuk pembayaran, pengguna bisa memanfaatkan virtual account dari beberapa bank, menggunakan Ovo, dan juga gerai Alfamart. Pembelian atau tabungan emas yang dimiliki dapat dicetak secara fisik dengan bentuk logam mulia bersertifikasi Antam dengan pilihan mulai dari 1,5,10, 25,50, dan 100 gram. Emas tersebut juga bisa langsung dikirimkan langsung ke alamat pelanggan GrabKios.

“Dengan terintegrasinya sistem Tamasia ke dalam platform GrabKios, masyarakat akan semakin mudah berinvestasi emas dan membantu mitra GrabKios untuk semakin mengembangkan usahanya,” terang Co-founder & CEO Tamasia Muhammad Assad.

Saat ini kurang lebih terdapat 2,6 juta mitra GrabKios yang tersebar di lebih dari 500 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk Tamasia, 70% pengguna mereka adalah kaum milenial yang tinggal di perkotaan. Kolaborasi keduanya akan sama-sama menguntungkan, Grab menambah daftar panjang layanan finansial yang dimiliki, Tamasia bisa menjangkau lebih banyak pengguna.

“Mitra kami di daerah tentu terbantu dengan hadirnya Tamasia di aplikasi GrabKios, mereka bisa menjual tabungan emas dengan mudah dan terjangkau,” terang Head of GrabKios Agung Nugroho.

Tamasia sendiri resmi meluncur pada tahun 2017. Sejak awal kemunculannya Tamasia mengusung konsep jual beli emas berbasis syariah.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here