Tag Archives: Guillem Segarra

HappyFresh Supermarket Quick Commerce

HappyFresh Hadirkan Inovasi Produk; Tanggapi Tren “Quick Commerce”

Layanan online grocery tampak mendapatkan penerimaan kalangan pengguna yang semakin luas. Hal tersebut ditangkap baik oleh HappyFresh sebagai salah satu platform yang menyediakan layanan terkait. Baru-baru ini, mereka meresmikan inovasi terbaru berjuluk “HappyFresh Supermarket”, untuk memperluas akses terhadap produk kebutuhan harian dengan meningkatkan kehadiran toko virtual.

Langkah ini turut dijadikan sebagai salah satu strategi HappyFresh untuk mempererat kolaborasinya dengan jaringan supermarket nasional dan regional yang sejauh ini telah membantu menyediakan ragam produk. Saat ini HappyFresh Supermarket sudah diluncurkan di kota-kota besar di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Di dalamnya menyediakan lebih dari 15.000 SKU yang terdiri dari produk segar, kering, dan beku yang disimpan dalam tiga zona suhu yang dipantau secara ketat.

“Dalam hanya beberapa bulan setelah peluncuran, kami melihat ketertarikan pelanggan yang luar biasa, melalui pertumbuhan pengguna sebesar 300% setiap bulannya. Untuk memenuhi permintaan ini, kami mendirikan lebih banyak fasilitas untuk meningkatkan area jangkauan kami dan menyediakan aksesibilitas yang jauh lebih besar. Produk kebutuhan harian ada dalam DNA kami,” ujar Co-founder & CEO HappyFresh Guillem Segarra.

Kepada DailySocial.id, ia juga menyampaikan saat ini platformnya telah melayani total pesanan dalam skala jutaan per tahun. Mereka juga telah bermitra dengan hampir banyak supermarket besar di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Sampai saat ini perusahaan juga telah memiliki lebih dari 50 mitra jaringan supermarket dan ratusan toko khusus.

“Kami telah meluncurkan 15 fasilitas HappyFresh Supermarket di tiga negara. Di Indonesia, kami sudah menjangkau sebagian besar area Jabodetabek, dan beberapa dark store (toko virtual) lainnya akan segera siap,” imbuhnya.

Tanggapan tentang tren quick commerce

Filippo Candrini (Managing Director Happy Fresh) & Fajar Budiprasetyo (Co-Founder & CTO Happy Fresh) dalam sesi wawancara dan temu media

Seperti diketahui, fokus dari layanan quick commerce yang baru-baru ini banyak bermunculan juga pada pemenuhan grocery. Bedanya, mereka menjanjikan pengiriman instan dalam hitungan 10-15 menit — dua pemain lokal yang baru-baru ini mendapatkan sorotan adalah Bananas dan Astro. Sementara di negara lain sebenarnya model quick commerce juga sudah mulai populer, seperti Gorillas di Eropa dan Zepto di India.

Menanggapi hal ini Managing Director HappyFresh Indonesia Filippo Candrini mengatakan, “Berdasarkan pengalaman kami dalam pengamatan terhadap perilaku konsumen online grocery, kami mengetahui bahwa sebagian besar konsumen merencanakan pembelanjaan dengan memilih beragam produk dari berbagai kategori dan menyimpannya di keranjang belanja.”

Hal tersebut juga yang menjadikan alasan utama mereka membangun HappyFresh Supermarket sebagai online grocery. Melalui pemanfaatan teknologi dan fasilitas yang tersedia, HappyFresh dapat menampung lebih banyak SKU di toko virtual. Jumlah ini cenderung lebih besar dari kapasitas dark store quick commerce – dengan waktu pengiriman hanya dalam 30 menit atau pada jam-jam tertentu sesuai preferensi pengguna (untuk layanan full-weekly grocery basket).

“Dengan demikian, kami mencegah risiko kerusakan bahan makanan atau membahayakan keselamatan mitra pengemudi pengiriman kami,” tambah Filippo.

Dari hipotesis tersebut, HappyFresh masih meyakini bahwa model yang diusung sekarang adalah yang paling relevan dengan kebutuhan pasar. Dan pada akhirnya fokus ke kualitas produk akan menjadi kunci utama kebertahanan layanan online grocery. Dengan kata lain, HappyFresh tidak akan turut andil dalam hingar-bingar quick commerce dulu.

Pisah kongsi dengan Grab

Kabar lainnya yang disampaikan dalam sesi wawancara adalah layanan GrabFresh yang sudah dihentikan sejak awal 2021. Hal ini disampaikan oleh Co-Founder & CTO HappyFresh Fajar Budiprasetyo, menurutnya layanan tersebut sudah tidak relevan lagi untuk diteruskan — dengan artian saat ini pihaknya sudah mantap untuk memperluas layanannya secara standalone. Pun untuk inovasi produk, difokuskan untuk meningkatkan kapabilitas layanan HappyFresh, baik di mobile dan website.

Terlepas dari kabar tersebut, HappyFresh juga memiliki keyakinan bahwa sektor online grocery di Indonesia masih berada pada tahap pertumbuhan, masih banyak hal yang bisa dieksplorasi. Di platformnya, mereka melihat banyak pengguna yang tumbuh menjadi pelanggan grosir online secara berulang, dengan frekuensi pembelian bulanan dan total pengeluaran yang semakin meningkat. Hal ini merupakan sebuah pertanda bahwa mereka lebih banyak membeli kebutuhan bahan makanan secara online.

“Di HappyFresh kami juga berkomitmen pada keberlanjutan, yang merupakan inti komitmen kami – tidak hanya untuk masa depan, tetapi juga saat ini. Kami terus mencari cara untuk mengurangi jejak ekologis dengan mengurangi kemasan plastik. Salah satu terobosan terbaru pada HappyFresh Supermarket adalah kerja sama dengan food bank FoodCycle untuk mendistribusikan kembali kelebihan makanan yang tidak terjual kepada komunitas yang kurang mampu dan membutuhkan,” imbuh Filippo.

Rencana penggalangan dana

Kendati tidak memberikan tanggapan secara spesifik, Filippo mengatakan bahwa penggalangan dana lanjutan juga akan menjadi agenda ke depannya. Apalagi melihat iklim bisnis online grocery yang bertumbuh pesat di pasar regional.

“Industri online grocery di Asia Tenggara tidak diragukan lagi menerima banyak perhatian berkat peluang yang muncul saat ini. HappyFresh terbuka untuk berdiskusi dengan investor yang dapat memahami semangat kami dalam membentuk kembali industri grosir, menambah nilai strategis, dan membantu kami mempercepat pencapaian kami berikutnya,” ujarnya

Ke depan, bukan tidak mungkin HappyFresh akan hadir di negara-negara baru lainnya di Asia Tenggara. Namun ditekankan, untuk saat ini mereka masih ingin meningkatkan pengalaman untuk basis pengguna yang sudah ada dulu..

“Industri produk kebutuhan harian sedang mengalami transformasi signifikan yang didorong oleh perubahan dalam kebiasaan berbelanja konsumen. Asia Tenggara berada di puncak perubahan tersebut. Ini adalah industri senilai $300 miliar, maka fokus utama kami sebagai sebuah perusahaan adalah untuk menentukan fondasi bangunan fundamental untuk bagaimana 100 juta orang berikutnya akan berbelanja produk kebutuhan harian,” tambah Segarra.

Super App Approach for The Future’s Collaboration Form

It is undeniable, that Gojek and Grab kinds of services as the top of mind are getting high awareness among users due to flexibility and simplicity offered within just one platform. Each platform is claimed to be the super app, not only just a ride-hailing tool, and has accommodated various services in the application.

Gojek’s Co-Founder who is recently appointed as Indonesia’s Minister of Education and Culture, Nadiem Makarim said in an interview that an application capable to be the one-for-all services would create a great potential in Indonesia.

“When you digitize human movement and trace back transactions, you create a new visibility level and understand very clearly how each city operates,” he said.

A similar statement comes from Grab’s CEO, Anthony Tan. He thought as the number of young users grows, it actually changes the habit and lifestyle in more digital ways. Through smartphones and apps, the data collected can be very useful for service development.

Starts in China

superapp

Since China, many applications have emerged offering solutions and provide more than one service. The term super app began to extend and happened to capture as much attention from people.

Super app has created a relevant ecosystem and needed on a daily basis. Starts from purchasing groceries, transportation, shopping and payment to the extent of entertainment.

Today, the super app model is rapidly growing in the emerging market, such as India, South America, and Southeast Asia. Its focus is on making horizontal expansion and dominating certain geographic spots aggressively. Eventually, with the right and relevant features and categories, the super app is predicted to be the future technology.

The Future Technology

Using the super app framework as the direction of many technology startups, it’ll be wiser for those startups, corporates, and brands to collaborate and create an application with a one-stop-shopping concept.

Gojek, for example, has partnered up with cinemas, health consulting service, and drug purchasing, also the news portal for users can stay longer in the application.

Grab, on the other side, provides grocery service with GrabFresh in collaboration with HappyFresh. Partnering with Grab allows HappyFresh to add more slots in the sales, also to improve delivery time.

HappyFresh’s CEO, Guillem Segarra said, the partnership approach, as the one with Grab, will give consumers easier access to groceries from their currently used app, without having to download the HappyFresh app.

“We believe in the partnership approach and it has proven with Grab. They are very helpful towards us getting new users. Hereby, we decided to stay open to other platforms with lots of user base,” He added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pendekatan "super app" didukung ekosistem dan kemitraan dengan berbagai pihak

Pendekatan “Super App” Sebagai Format Kolaborasi Masa Depan

Tidak dapat dipungkiri, layanan seperti Gojek dan Grab bisa menjadi top of mind dan mendapatkan awareness tinggi di antara pengguna karena fleksibilitas dan kemudahan yang ditawarkan dalam satu platform. Masing-masing platform mengklaim menjadi super app, tak hanya sekadar layanan ride hailing, dan sudah mengakomodasi berbagai layanan di satu aplikasi.

Dalam sebuah wawancara, Co-Founder Gojek Nadiem Makarim, yang kini menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menyebutkan, aplikasi yang bisa menjadi layanan untuk semua memiliki potensi sangat besar dikembangkan di Indonesia.

“Ketika Anda mendigitalkan pergerakan manusia, barang, dan melacak semua transaksi, Anda membuat lapisan visibilitas baru dan mengetahui dengan jelas cara masing-masing kota beroperasi,” kata Nadiem.

Hal senada disampaikan CEO Grab Anthony Tan. Menurutnya, makin besarnya pertumbuhan pengguna dari kalangan muda telah mengubah kebiasaan dan gaya hidup menjadi lebih digital. Melalui smartphone dan aplikasi, data yang masuk bisa dimanfaatkan untuk pengembangan layanan.

Dimulai di Tiongkok

Sejak diawali di Tiongkok, mulai banyak bermunculan aplikasi yang mampu mengatasi masalah dan memberikan solusi lebih dari satu layanan. istilah super app kemudian mulai banyak dikembangkan dan ternyata mampu menarik perhatian orang banyak.

Super app telah menciptakan ekosistem yang relevan dan dibutuhkan setiap harinya oleh orang banyak. Mulai dari membeli kebutuhan sehari-hari, transportasi, pembelian dan pembayaran hingga hiburan.

Saat ini model super app berkembang pesat di pasar negara berkembang, seperti India, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara. Fokus super app adalah melakukan ekspansi secara horizontal dan mendominasi geografi tertentu secara agresif. Pada akhirnya, dengan fitur dan kategori yang tepat dan relevan, diprediksi super app menjadi teknologi masa depan.

Masa Depan

Dengan framework super app yang menjadi arahan banyak startup teknologi,  menjadi hal yang bijak bagi startup, korporasi, dan brand untuk berkolaborasi dan menciptakan aplikasi dengan konsep one stop shopping.

Gojek, misalnya, telah menggandeng bioskop, layanan konsultasi kesehatan dan pembelian obat-obatan, dan platform berita supay pengguna betah berlama-lama menggunakan aplikasinya.

Sedangkan Grab menghadirkan layanan pembelian barang-barang sehari-sehari bersama GrabFresh menggandeng HappyFresh. Kehadiran mitra Grab memungkinkan HappyFresh menambah lebih banyak slot pengiriman dan meningkatkan waktu pengiriman.

CEO HappyFresh Guillem Segarra menjelaskan, pendekatan partnership, seperti dengan Grab ini, akan memudahkan konsumen dalam mengakses layanan groceries dari aplikasi yang mereka pakai, tanpa harus mengunduh aplikasi HappyFresh.

“Kita percaya dengan pendekatan partnership dan sudah terbukti dengan Grab. Mereka sangat membantu kami dalam mendapatkan konsumen baru. Dari sini kami memutuskan untuk terbuka ke platform lain yang memiliki basis pengguna yang banyak,” unggap Guillem.

HappyFresh GrabFresh

HappyFresh Buka Kemungkinan Bawa “Konsep GrabFresh” di Platform Lain

HappyFresh mengungkapkan terbukanya kemungkinan membawa konsep GrabFresh ke platform lain, agar konsumen semakin mudah mengakses layanan groceries dari perusahaan. Rencana tersebut masih dimatangkan, sehingga belum ditentukan apakah bakal diterapkan di Indonesia atau di negara lain.

CEO HappyFresh Guillem Segarra menjelaskan, pendekatan partnership seperti dengan Grab ini akan memudahkan konsumen dalam mengakses layanan groceries dari aplikasi yang mereka pakai, tanpa harus mengunduh aplikasi HappyFresh. Untuk itu, perusahaan tengah mencari platform apa pun yang menawarkan berbagai solusi dan memiliki basis pengguna yang banyak.

“Kita percaya dengan pendekatan partnership dan sudah terbukti dengan Grab. Mereka sangat membantu kami dalam mendapatkan konsumen baru. Dari sini kami memutuskan untuk terbuka ke platform lain yang memiliki basis pengguna yang banyak,” terang Segarra, Rabu (3/7).

Adapun kabar terbaru dari GrabFresh, rencananya perusahaan akan membuka kehadirannya di Malaysia, Grab dan HappyFresh juga beroperasi di sana. Namun belum diputuskan kapan akan direalisasikan. Sejauh ini, GrabFresh telah hadir di Indonesia dan Thailand.

Segarra enggan menyebut kontribusi yang diberikan GrabFresh pasca peresmiannya. Tanpa menyebut angka detail, transaksi secara keseluruhan dikatakan selalu tumbuh double digit tiap bulannya sejak 18 bulan yang lalu.

Di samping itu, Segarra juga menyebutkan fokus perusahaan untuk ekspansi, baik lokasi baru maupun layanan groceries yang bisa menyasar berbagai segmen konsumen. Setidaknya dalam setahun ke depan, akan ada tambahan lokasi baru yang akan disasar perusahaan di tiga negara operasionalnya.

“Ada juga rencana untuk buka di negara baru, tetap dalam kawasan Asia Tenggara. Tapi kami masih belum tentukan.”

Sebagai pemain grocery delivery, HappyFresh kini menyediakan berbagai kebutuhan belanja mingguan lintas segmen. Tidak hanya supermarket saja, tapi juga bekerja sama dengan toko khusus yang menjual produk organik, kosmetik, kue, wine, bunga, dan makanan hewan.

Menurut Segarra, strategi ini diharapkan dapat menarik konsumen untuk terus berbelanja. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan mingguan mereka, juga menyediakan kebutuhan khusus yang tidak selalu dibutuhkan.

“Dari situ, kami ingin HappyFresh bisa hadir dan memenuhi semua kebutuhan konsumen.”

Resmikan tampilan baru

Di saat yang bersamaan, HappyFresh memperkenalkan wajah baru; baik logo, maskot, dan tampilan aplikasi; untuk menarik konsumen dari kalangan milenial. Fitur chat dalam aplikasi juga ikut disertakan, untuk memudahkan komunikasi antara konsumen dan shopper, terutama saat stok produk yang dipesan tidak tersedia.

Fitur ini juga dilengkapi dengan terjemahan otomatis yang berguna untuk konsumen yang hanya bisa berbahasa asing, saat ingin berhubungan dengan shopper. Dari segi layanan, terdapat peningkatan untuk peralatan antar, seperti kantong kemas termal untuk membawa produk beku dan dingin.

Disediakan pula kotak kardus atau tas biodegradable yang ramah lingkungan untuk mengirimkan barang pesanan konsumen. Peningkatan ini dimulai terlebih dahulu di Indonesia, kemudian diikuti Malaysia dan Thailand pada akhir tahun ini.

“Peningkatan integrasi dengan mitra supermarket juga kami lakukan, update stok lebih cepat, promosi dengan menawarkan harga yang terbaik untuk konsumen. Sebab pada dasarnya, teknologilah yang memungkinkan kami untuk menyelesaikan masalah di lapangan.”

Seluruh strategi di atas adalah rangkaian rencana perusahaan pasca mengumumkan perolehan pendanaan Seri C sebesar $20 juta pada April 2019, dipimpin oleh Mirae Asset-Naver Growth Fund, serta mitra strategis lainnya, seperti Line Ventures, Singha Ventures dan Grab Ventures.

Operasional HappyFresh di Indonesia tersebar di Jadetabek, Bandung, Surabaya, dan Malang. Untuk pengemudi dan shopper diklaim ada ribuan yang telah bergabung.

Application Information Will Show Up Here

HappyFresh Announces The Latest Funding of 282 Billion Rupiah

In a discussion between DailySocial team with HappyFresh’s CEO, Guillem Segarra last year, the service is revealed to raise series C funding. They’ve received $20 million (over 282 billion Rupiah) fresh funding. Grab Ventures as the first participant, including GrabFresh partnership announced last September.

The series C funding was led by Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund, followed by LINE Ventures, Singha Ventures, Samena Capital, Vertex Ventures, Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), 500 Startups, and BeeNext.

In the interview with TechCrunch, Segarra said the credit will be used to build up technology, including consumer’s shopping customization. He also ensured to have expansion, although the strategy will be different with the previous one. HappyFresh is available in Indonesia, Malaysia, and Thailand.

“Currently [the expansion] is based on market penetration rather than availability of new logical one. We’re not in rush,” he said.

Segarra claims to have gained profit in the current market.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Dipimpin oleh Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund, dana Seri C yang diperoleh HappyFresh akan digunakan untuk meningkatkan sisi teknologi dan ekspansi

HappyFresh Umumkan Perolehan Dana Baru 282 Miliar Rupiah

Dalam perbincangan DailySocial dengan CEO HappyFresh Guillem Segarra pertengahan tahun lalu, terungkap layanan pengantaran bahan kebutuhan sehari-hari tersebut tengah menggalang dana Seri C. Kini mereka mengumumkan telah memperoleh dana segar $20 juta (lebih dari 282 miliar Rupiah). Grab Ventures adalah yang pertama berpartisipasi, termasuk kemitraan GrabFresh, yang diumumkan September lalu.

Dana Seri C yang diperoleh HappyFresh ini dipimpin oleh Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund dengan partisipasi Line Ventures, Singha Ventures, Samena Capital, Vertex Ventures, Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), 500 Startups, dan BeeNext.

Dalam wawancara dengan TechCrunch, Segarra mengungkapkan dana tersebut akan digunakan untuk memperkuat sisi teknologi, termasuk memperkuat personalisasi belanja konsumen. Ia juga memastikan adanya potensi ekspansi, meskipun strateginya akan berbeda dengan langkah ekspansi sebelumnya. Saat ini HappyFresh beroperasi di Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

“Saat ini [ekspansinya] berbasiskan pendekatan market driven ketimbang sekedar menunjukkan lokasi di peta. Anda akan melihat ketersediaan di pasar baru yang masuk akal. Kami tidak terburu-buru,” kata Segarra.

Segarra mengklaim telah mendapatkan keuntungan di pasar tempat layanannya beroperasi.

Application Information Will Show Up Here
Grab Ventures mengonfirmasi telah memberikan pendanaan untuk HappyFresh dengan nominal yang tidak disebutkan

Grab Ventures Kini Miliki Saham Minoritas di HappyFresh

Grab Ventures mengonfirmasi telah memberikan pendanaan untuk HappyFresh dengan nominal yang tidak disebutkan. Dikutip dari DealStreetAsia, Head of Grab Ventures Chris Yeo menuturkan investasi tersebut membuat mereka kini memiliki saham minoritas di HappyFresh.

Grab dan HappyFresh telah meresmikan kehadiran GrabFresh di Indonesia untuk memudahkan berbelanja kebutuhan sehari-hari di dalam aplikasi Grab.

Grab Ventures merupakan lembaga investasi yang diluncurkan Grab sebagai jalur untuk masuk ke startup yang berpotensi. Menurut Yeo, Grab Ventures mengincar penempatan saham minoritas dengan pendanaan senilai US$5-15 juta untuk startup seri A ke atas.

“Berbicara tentang startup di tahap seri A dan B, yang terbaik bagi kami dan mereka adalah pendanaan untuk saham minoritas terlebih dahulu. Lalu kami akan support mereka melalui platform kami baik dari sisi jaringan dan kapital. Seiring berjalannya waktu, apabila berjalan baik, maka kami bisa mengambil lebih banyak saham,” ujar Yeo.

Sebelumnya CEO HappyFresh Guillem Segarra dalam wawancara terdahulu mengatakan, perusahaan tengah mempersiapkan penggalangan dana segar untuk pendanaan Seri C akhir tahun ini. Saat itu dia tidak mengiyakan ataupun membantah mengenai kemungkinan Grab akan turut berpartisipasi dalam pendanaan ini.

Dia menyebut dana segar tersebut akan dipakai untuk ekspansi ke negara baru dan perluasan layanan ke kota-kota baru di Indonesia pada tahun depan. Di samping itu, HappyFresh akan memperbaiki tampilan UI/UX dalam aplikasi agar lebih personal bagi pengguna.

Bukan untuk diakuisisi

Selain HappyFresh, Grab telah mengambil saham minoritas untuk perusahaan fintech di Vietnam Moca. Grab juga telah menjalin beberapa kemitraan lain dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan, berita, dan pembayaran.

Dalam kesempatan yang sama, President Grab Ming Maa mengatakan tujuan akhir berinvestasi lewat Grab Ventures itu bukan untuk diakuisisi. Grab ingin menjadikan Grab Ventures sebagai jembatan startup untuk terus berkembang, bukan dengan mengontrol mereka. Apalagi biaya yang harus dikeluarkan untuk akuisisi saat ini relatif tinggi.

“Apa yang ingin kita lakukan adalah menemukan cara untuk menurunkan biaya seminim mungkin untuk terus tumbuh.”

Yeo mengklaim, sejak pertama kali Grab Ventures diresmikan, mereka telah menerima aplikasi dari lebih dari 300 startup. Rencananya angka tersebut akan direalisasi menjadi 8-10 investasi dalam dua tahun ke depan.

Di Indonesia, MDI Ventures menjadi mitra lokal Grab Ventures.

Application Information Will Show Up Here
CEO HappyFresh Guillem Segarra / HappyFresh

HappyFresh Siapkan Penggalangan Dana Seri C Tahun Ini (UPDATED)

Layanan hasil kemitraan Grab dan HappyFresh, bertajuk “GrabFresh”, mulai hadir di Indonesia sejak kemarin. Pihak HappyFresh mengungkapkan akan meneruskan kemitraan yang sudah dijalin dengan Grab untuk “GrabFresh” ke luar Indonesia. Negara berikutnya yang sedang dipersiapkan adalah Thailand dan Malaysia. Baik HappyFresh maupun Grab sudah hadir di sana. Potensi bisnis online grocery yang besar di Asia Tenggara menjadi kekuatan dibalik kemitraan ini dilaksanakan.

CEO HappyFresh Guillem Segarra dalam wawancaranya dengan DailySocial mengatakan, Jumat (3/8). “Tentunya setelah Indonesia, GrabFresh akan hadir di Thailand dan Malaysia. Mungkin berikutnya akan mengikuti wilayah di mana Grab telah hadir.”

Indonesia menjadi negara kontributor utama bagi bisnis HappyFresh secara keseluruhan. Meski Segarra enggan menyebutkan angka detailnya, di Indonesia saja mereka telah memproses jutaan transaksi sepanjang tahun ini. Terdapat ratusan mitra pengemudi dan personal shopper yang telah bergabung di HappyFresh.

Wilayah operasional HappyFresh di Indonesia sejauh ini ada di tiga kota, yaitu Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

Bisnis HappyFresh secara keseluruhan di tiga negara, bila dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya, diklaim naik hingga 5 kali lipat. Sehingga bisa dikatakan HappyFresh merupakan pemain yang cukup dominan untuk segmen online grocery di Indonesia.

Bagi Segarra, kemitraan ini adalah win win solution bagi kedua belah pihak. Buat HappyFresh, hadirnya layanan online grocery-nya ke dalam aplikasi Grab menjadi jembatan tercepat untuk mendapatkan pengguna baru yang sebelumnya adalah pengguna setia Grab. Dengan demikian, visi perusahaan yang ingin menjangkau keluarga di seluruh Asia Tenggara dapat terealisasi dengan segera.

Di satu sisi, bagi Grab, untuk mewujudkan ambisinya sebagai “super app“, membangun bisnis online grocery adalah tantangan besar. Tidak mudah untuk membangun sendiri layanan tersebut dalam waktu singkat. Banyak hal yang harus dibangun, seperti jaringan dengan supermarket, retailer, pelayanan prima, dan sebagainya.

“Pada akhirnya kami berdua sepakat untuk menyeriusi GrabFresh. Pembicaraan ini sudah dimulai sekitar 3-4 bulan lalu sebelum akhirnya benar-benar resmi beroperasi.”

Segarra menjamin layanan yang dirasakan pengguna baik itu memesan lewat GrabFresh ataupun aplikasi HappyFresh sendiri akan tetap sama. Produk dan supermarket yang ditawarkan sama persis dengan HappyFresh. Pengguna akan dilayani personal shopper yang sama, meski memesan lewat GrabFresh.

“Ada 300 ribu SKU di HappyFresh yang bisa dipilih pengguna lewat GrabFresh. Pesanan dijamin akan sampai di hadapan konsumen dalam satu jam. Kami berusaha memberikan pelayanan yang sama untuk para pengguna GrabFresh. Semoga ada feedback positif yang bisa kami terima ke depannya.”

Siap menggalang putaran dana baru

Tren pangsa pasar online grocery di Indonesia / HappyFresh
Tren pangsa pasar online grocery di Indonesia / HappyFresh

Dalam kesempatan yang sama, Segarra menyebutkan kemitraan antara HappyFresh dengan Grab adalah perluasan jaringan komersil. Dia sendiri tidak membantah atau mengiyakan tentang kemungkinan Grab berinvestasi di HappyFresh seperti yang diberitakan e27 sebelumnya.

Perusahaan disebutkan tengah mempersiapkan penggalangan dana segar untuk pendanaan Seri C pada akhir tahun ini. Dana tersebut akan dipakai untuk ekspansi ke negara baru dan perluasan layanan ke kota-kota baru di Indonesia tahun depan. Di samping itu, HappyFresh akan memperbaiki tampilan UI/UX aplikasi agar lebih personal bagi para penggunanya.

Tepat dua tahun yang lalu HappyFresh memperoleh pendanaan Seri B dengan nilai yang tidak disebutkan, dari Samena Capital sebagai lead investor.

“Dengan dana segar nantinya akan kami gunakan untuk pacu bisnis kami di mana kami telah beroperasi, memberikan pelayanan yang lebih baik dengan menghadirkan aplikasi yang lebih personal,” tutup Segarra.

Application Information Will Show Up Here

 

Online Grocery Service “GrabFresh” is Starting to be Available in Indonesia This Month

Grab Introduces GrabFresh, an online grocery service, partners with HappyFresh. GrabFresh will begin its operation in Indonesia within this month, followed by Thailand and Malaysia by the end of the year. GrabFresh is an attempt to turn Grab into “super app”.

In contrary with its closest competitor, Grab is considered slow in service diversification. Go-Jek already have had Go-Mart and Go-Shop to help consumers with groceries.

There will be more than 100 thousand products in 50 supermarkets as the result of this partnership.

Guillem Segarra, HappyFresh’s CEO, said that consumers usually demand the availability of some groceries (in constant period) and to get them immediately when needed. He expects to add numbers and time to deliver groceries for
Grab customers.

As an online grocery service, HappyFresh is quite solid, especially in Jakarta and Surabaya, considering their trained buyer in picking out groceries. Consumer’s high demand is not followed by the increasing logistics availability. Grab as the logistics partner may be the answer to both problems.

“We are confident by offering more localized services daily. There will be more customers and engagement within our base,” Anthony Tan, Grab’s CEO, said to Reuters.

Furthermore, Grab also introduces GrabPlatform to make Grab’s API open for the third party. Later, Grab’s partners can access the logistics technology, payment, messaging, and consumer’s insight.

“Is it food, groceries, we need to make sure those are well funded, technologically or financially,” as Anthony Tan said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Contoh tampilan menu baru Grab yang memuat GrabFresh

Layanan “Online Grocery” GrabFresh Mulai Tersedia di Indonesia Bulan Ini

Layanan on-demand Grab mengumumkan kehadiran GrabFresh, sebuah layanan online grocery, yang menggandeng HappyFresh. GrabFresh akan mulai hadir di Indonesia bulan ini, diikuti di Thailand dan Malaysia hingga akhir tahun. GrabFresh merupakan salah satu usaha Grab untuk mencapai kondisi “super app”.

Dibanding pesaing terdekatnya, Grab termasuk cukup lambat dalam mendiversifikasi layanan. Go-Jek telah memiliki Go-Mart dan Go-Shop untuk membantu konsumen membeli kebutuhan sehari-hari.

Akan tersedia lebih dari 100 ribu produk di 50 buah jaringan pasar swalayan sebagai hasil kemitraan ini.

Guilem Segarra, CEO HappyFresh, kepada CNN Indonesia mengatakan bahwa pengguna kerap menginginkan ketersediaan barang belanjaan yang sama (dalam periode yang teratur) dan ingin memperolehnya saat diperlukan. Ia berharap bisa menambahkan jumlah dan waktu pengiriman barang kebutuhan sehari-sehari bagi pengguna Grab.

HappyFresh sendiri sesungguhnya cukup solid sebagai sebuah layanan online grocery, terutama di Jakarta dan Surabaya, mengingat mereka memiliki buyer terlatih dalam memilih barang kebutuhan masyarakat. Membludaknya minat konsumen tidak diimbangi dengan peningkatan ketersediaan logistik. Kehadiran Grab sebagai mitra logistik bisa menjadi jawaban atas dua masalah ini.

“Kami percaya bahwa kami menawarkan lebih banyak layanan yang dilokalkan setiap harinya. Bakal lebih banyak pengguna dan engagement di basis pengguna kami,” ujar Anthony Tan, CEO Grab, kepada Reuters.

Selain GrabFresh, Grab juga memperkenalkan GrabPlatform untuk membuka API Grab ke pihak ketiga. Nantinya mitra Grab bisa mengakses teknologi logistik, pembayaran, messaging, dan insight konsumen.

“Apakah itu makanan, bahan sehari-hari, kita perlu memastikan bahwa semuanya didanai dengan baik, secara teknologi maupun finansial,” ungkap Anthony.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here