Tag Archives: Hadi Kuncoro

Prospek Cerah Omnichannel dan Strategi Power Commerce Asia Menyambutnya

Hipotesis bisnis omnichanel semakin tervalidasi semenjak pandemi. Oleh karenanya, semakin banyak peritel yang masuk ke sana. Mengutip dari dua laporan dari The Trade Desk dan McKinsey, dapat dirangkum bahwa omnichannel akan tetap ada untuk sekarang dan yang akan mendatang bagi bisnis ritel.

Hipotesis ini dipegang teguh oleh Hadi Kuncoro yang ia tuangkan dalam seluruh konsep bisnis di Power Commerce Asia. Perusahaan yang ia rintis bersama dua rekannya sejak 2019 ini, kini memantapkan visinya tersebut pasca baru-baru ini merilis resmi produk PowerBiz. Digadang-gadang produk ini adalah one-stop technology platform yang mampu memenuhi kebutuhan bisnis omnichannel, B2B, B2C, dan manajemen distribusi rantai pasok.

“Seiring dengan perubahan kondisi dan situasi, dulu dan sekarang post-Covid, dan ke depannya planning kami adalah mengembangkan omnichannel. [..] ini sesuai dengan strategic plan kami. PowerBiz sudah jadi, maka kita akan banyak fokus dorong produk teknologi ini, kebetulan pasar juga berubah antara online dan offline mulai balance, dan kami ada teknologi omnichannel yang bisa integrasikan itu,” terang Co-founder dan CEO Power Commerce Asia Hadi Kuncoro kepada DailySocial.id.

PowerBiz diklaim memiliki teknologi yang komprehensif untuk membantu para pengguna mengelola multi-channel dalam satu platform. Misalnya, pengguna dapat mengintegrasikan setiap sales channel, seperti web-commerce, B2B website platform, social commerce: TikTok Shop, marketplace: Tokopedia, Shopee, Lazada, Shopify, untuk sinkronisasi produk, manajemen produk, monitor setiap pesanan yang masuk, hingga fulfillment order. Pengintegrasian ini akan mempermudah pengguna dalam melihat setiap aktivitas dan transaksi dari multi-channel tersebut secara akurat.

PowerBiz

Selain itu, pengguna dapat mengelola logistik melalui warehouse management system (WMS) yang sudah ada di dalam platform. Fitur tersebut dapat dikatakan cukup mutakhir karena memiliki banyak turunan fitur pendukungnya, seperti update stok langsung di multi-channel, memantau perpindahan barang antar gudang, memberikan informasi produk berdasarkan masa kedaluwarsa, dan mengintegrasikannya dalam sistem barcode.

“Kami juga mengintegrasikan multi-fulfillment yang bentuknya enggak selalu warehouse, tapi bisa gudang milik distributor, atau toko offline yang dimiliki oleh brand owner. Dalam konteks ekosistem omnichannel ini, kami jadi punya kapabilitas untuk melakukan inovasi setiap saat karena PowerBiz ini bentuk platform-nya plug-and-play.”

Dia melanjutkan, “Namun kami juga bisa mengembangkan teknologi sesuai dengan perilaku pasar yang berubah. Misal, semenjak TikTok dorong live streaming, maka sekarang platform ini sudah bisa di-plug-in atau affiliate program yang sudah jadi tren. Teknologi kami bisa terhubung ke sana. Ini jadi kekuatan omnichannel PowerBiz, sebuah platform plug and play yang sangat mengikuti perkembangan inovasi, perubahan pasar, dan pelanggan itu sendiri.”

Perkembangan bisnis

Sebelum PowerBiz muncul, Power Commerce berfokus pada penyediaan solusi on-premise menyeluruh untuk fulfillment, digital marketing, dan operating e-commerce enabler. Solusi ini biasanya sangat dibutuhkan oleh korporasi atau usaha yang sudah berskala besar. Kini dengan PowerBiz, target penggunanya justru akan lebih luas menyasar UMKM karena berbentuk SaaS. Didukung pula dengan kondisi semakin berjamurnya para pengusaha UMKM yang terus bermunculan sejak pandemi.

Warehouse Power Commerce Asia

Dipaparkan solusi Power Commerce telah digunakan oleh lebih dari 60 merek, berasal dari multi-kategori, seperti fesyen, kosmetik, healthcare, farmasi, elektronik, F&B, smartphone, logam mulia, hingga otomotif beserta sparepart-nya.

“Dengan kombinasi itu, pada Q1 2023 kami berhasil menjual lebih dari 3 juta pesanan, GMV naik hampir 500%, dan transaksi order naik lebih dari 100% bila dibandingkan secara yoy. Periode ini menunjukkan performance yang sesuai dan bahkan beberapa area melebih target.”

Pencapaian lainnya yang berhasil diraih sejak tahun lalu adalah ekspansi gudang dengan menambah kapasitas di berbagai kota. Salah satunya, gudang di Jakarta seluas 4.000 meter persegi akan diperlebar hingga dua kali lipat, gudang di Surabaya seluas 2.000 meter persegi, dan di Bandung seluas 1.000 meter persegi. Kota lain yang sedang dipersiapkan, di antaranya Yogyakarta, Medan, dan Makassar.

Tambahan izin baru juga berhasil diraih sebagai bentuk perluasan layanan kepada para pengguna. Yakni, importer dan exporter of record untuk membantu merek internasional yang mau impor atau ekspor dari/ke Indonesia dengan dukungan fasilitas izin dari BPOM. Kemudian, izin lisensi yang dapat mengakomodasi perusahaan dapat melayani produk-produk dari industri farmasi, dan menyediakan tim terdedikasi untuk dukung impor dan ekspor dalam rangka mendorong transaksi antar negara.

Seriusi pasar Malaysia

Tak hanya itu, Hadi juga mengungkapkan rencananya untuk melanjutkan ekspansi di Malaysia. Sebetulnya, rencana ekspansi sudah diungkapkan saat perusahaan mengantongi pendanaan Seri A pada awal tahun lalu. Secara infrastruktur dan organisasi, semuanya sudah siap. Nama badan hukumnya adalah Mitra Semeru Indonesia Sdn Bhd, persis sama dengan di Indonesia dan sudah ada lokasi kantornya.

Persiapan sudah mulai matang, namun kondisinya belum mendukung dipengaruhi oleh peralihan Covid-19. Akhirnya diputuskan untuk sementara dihentikan hingga akhirnya perusahaan mengumumkan perolehan dana segar pra-Seri B baru-baru ini. Tidak disebutkan nominal dan investornya. Hadi hanya memastikan dana segar tersebut dipergunakan untuk mengaktifkan kembali kantornya di Negeri Jiran tersebut. Selain itu, dana akan digunakan untuk mendorong teknologi PowerBiz agar semakin banyak UMKM yang terjamah.

“Kita mau bantu brand dari Indonesia yang mau penetrasi pasar ke Malaysia dengan menggunakan e-commerce cross border yang difasilitaskan oleh Shopee. Kemudian, kami juga bantu klien existing di Indonesia dengan performa yang baik untuk memakai solusi digital marketing untuk penetrasi ke sana dan bantu brand yang ingin impor atau ekspor untuk mengurus izin BPOM.”

Tak hanya ekspansi, Hadi berencana sepanjang tahun ini akan terus meningkatkan teknologi PowerBiz agar semakin terautomasi dengan AI/ML, ekspansi cakupan solusi bisnis, hingga meningkatkan produktivitas di internal dengan automasi agar proses kerja lebih modern.

Di Indonesia, Power Commerce bersaing dengan Sirclo, aCommerce, JET Commerce, dan Jubelio.

Power Commerce Asia Receives Series A Funding, Expanding Business to Malaysia

The ERP solution provider startup, Power Commerce Asia, announced series A funding with an undisclosed amount from PT Interport Mandiri Utama, a subsidiary of PT Indika Energy, and a logistics and courier company, PT SAP Express. The fresh money will be used to expand to Malaysia to serve global brand partners in serving its customers in the country.

After this investment, Interport’s directors, including Yukki Nugrahawan Hanafi and Alif Sasetyo with SAP Express’ President Director, Budiyanto Darmastono, are now part of the Board of Commissioners at Power Commerce Asia.

On this occasion, he officially announced the launching of Power Commerce after running in stealth mode since its operations began three years ago. Starting this year, the company will significantly scale its business using the latest investment round.

The Power Commerce Asia’s Founder & CEO, Hadi Kuncoro said that the team is now focused on building the company’s fundamentals in the form of omni-channel ERP and supply chain solutions for the business ecosystem. Thus, Power Commerce Asia can become a sustainable company.

“We did not build an app, but a tech company that is building a digital ecosystem for industry. We have B2B users, from brands, manufacturers, brand owners, global brands and SMEs. Conceptually, we want to build an omni-channel e-commerce and supply chain solution, therefore, brands can sell through any platform and integrated in real-time,” Hadi explained at a press conference yesterday (1/6).

The investment, he continued, was not solely for the money but also strategic partnerships with investors. It is known that Interport has an extensive network in handling cross-border transactions, while SAP Express has a warehousing and procurement network throughout Indonesia.

Power Commerce will optimally utilized these assets to expand its business, targeting growth up to seven times this year. “Our vision is not only applicable in Indonesia, we are trying to build something to solve problems in the global market. Therefore, we will enter the regional market in the near future.”

The company will explore the SME segment in order to experience omni-channel and supply chain solutions. The solution is planned to be available in the middle of this year as an SaaS concept with a subscription model. Hadi said, the subscription model is considered more effective to capture the SME market as it doesn’t require them to pay for long term.

Solutions

Power Commerce Asia provides an end-to-end solution that includes e-commerce marketplace enabler, technology development, warehouse management, shipping management & delivery service, digital marketing, payment management, and omni-channel ERP system management. Power Commerce Asia’s omni-channel technology ensures all brands to take advantage of all existing sales channels, both offline and online.

Within three years of operation, Power Commerce Asia claims to have grown significantly up to 132 times. It began with the start-up phase, smart-up company, and has now turned into a scale-up company. The positive growth in late  2021 is indicated by some metrics, including the total transaction that increased by 28 times, the average monthly transaction grew by 28 times, the Net Revenue (NMV) increased by 22 times, and the average monthly sales grew by 12 times. The previous percentages aren’t followed with detailed numbers.

The company has collaborated with several local and global brands from various industries in managing e-commerce sales channels. The partners include Soho Global (Imboost, Curcuma, Diapet), Menarini (Dermatix, Transpulmin), Kino Indonesia, Galeri24, Mamasuka, Combiphar, Twinings, Ovaltine, Probalance, Prodiet, Evalube, Dompet Dhuafa and many others.

In the future, the company will expand ERP solutions not only for finished products, but also for raw materials that can be integrated in a real-time system from upstream to downstream. This will certainly make it easier for manufacturers to monitor the work flow to be more efficient.

Hadi is optimistic with the well-developed business fundamentals to lead the company achieving sustainability and accelerate the IPO in 2025. “In 2025 our mission is to enter the ASEAN market, and conduct an IPO for the exit plan,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup penyedia solusi ERP Power Commerce Asia mengumumkan pendanaan Seri A dengan nominal dirahasiakan dari PT Interport Mandiri Utama dan PT SAP Express

Power Commerce Asia Peroleh Pendanaan Seri A, Siap Ekspansi ke Malaysia

Startup penyedia solusi ERP Power Commerce Asia mengumumkan pendanaan seri A dengan nominal dirahasiakan dari PT Interport Mandiri Utama, anak usaha dari PT Indika Energy, dan PT SAP Express, perusahaan logistik dan kurir. Dana segar ini akan dimanfaatkan untuk melancarkan aksi ekspansi ke Malaysia untuk melayani rekan merek global dalam melayani konsumennya di negara tersebut.

Pasca investasi ini, direktur di Interport seperti Yukki Nugrahawan Hanafi dan Alif Sasetyo, dan Presdir SAP Express Budiyanto Darmastono, kini menjadi bagian dari Dewan Komisaris di Power Commerce Asia.

Dalam kesempatan tersebut sekaligus mengumumkan secara resmi kehadiran Power Commerce setelah berada dalam stealth mode semenjak operasionalnya dimulai pada tiga tahun lalu. Mulai tahun ini, perusahaan akan mengeskalasi bisnisnya jauh lebih signifikan dengan amunisi yang didapat dari putaran pendanaan tersebut.

Founder & CEO Power Commerce Asia Hadi Kuncoro menuturkan selama ini ia dan tim fokus membangun fundamental perusahaan berupa solusi ERP omni-channel dan supply chain untuk ekosistem bisnis. Dengan demikian, Power Commerce Asia dapat menjadi perusahaan yang berkelanjutan.

“Kami tidak bangun aplikasi, tapi tech company yang bangun ekosistem digital untuk industri. Pengguna kami adalah B2B, dari brand, manufaktur, brand owner, brand global hingga UKM. Secara konsep, kami ingin bangun e-commerce omni-channel dan supply chain solution, sehingga brand bisa berjualan di mana pun dan di platform mana pun dan terintegrasi secara real-time,” terang Hadi dalam konferensi pers, kemarin (6/1).

Investasi yang diperoleh Power Commerce, lanjutnya, bukan semata-mata mengincar dana segar tapi juga kemitraan strategis bersama para investor. Diketahui, Interport memiliki jaringan yang luas dalam menangani transaksi lintas negara, sementara SAP Express punya kehadiran jaringan pergudangan dan pengadaan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Aset-aset tersebut akan diutilisasi secara maksimal oleh Power Commerce dalam meningkatkan bisnisnya yang ditargetkan dapat tumbuh hingga tujuh kali lipat sepanjang tahun ini. “Kita tidak hanya punya visi di Indonesia saja, apa yang kita coba bangun ini untuk meresolusi problematika di pasar global. Makanya pada stage kedua, kami akan masuk ke pasar regional.”

Perusahaan akan merambah segmen UKM agar dapat merasakan solusi omni-channel dan supply chain. Rencananya solusi tersebut akan hadir pada pertengahan tahun ini dalam bentuk SaaS dengan model berlangganan. Menurut Hadi, konsep berlangganan dinilai lebih efektif untuk menarik UKM karena tidak perlu berkomitmen untuk membayar dalam jangka waktu lama.

Solusi Power Commerce Asia

Power Commerce Asia menghadirkan end-to-end solution services yang mencakup e-commerce marketplace enabler, technology development, warehouse management, shipping management & delivery service, digital marketing, payment management, dan omni-channel ERP system management. Teknologi omni-channel yang dimilki oleh Power Commerce Asia dapat memastikan bahwa seluruh brand dapat memanfaatkan seluruh saluran penjualan yang ada, baik offline maupun online.

Dalam kurun waktu tiga tahun, Power Commerce Asia mengklaim tumbuh signifikan hingga mencapai 132 kali lipat. Dimulai dengan fase start-up, smart-up company, dan kini telah masuk ke tahap scale-up company. Pertumbuhan positif di penghujung 2021 ditunjukkan dengan metriks, di antaranya jumlah transaksi yang bertumbuh 28 kali lipat, rata-rata transaksi bulanan bertumbuh 28 kali lipat, pertumbuhan Net Revenue (NMV) sebanyak 22 kali lipat, dan rata-rata penjualan bulanan bertumbuh 12 kali lipat. Tidak dijelaskan secara rinci dalam bentuk angka mengenai seluruh pencapaian di atas.

Perusahaan telah berkolaborasi bersama berbagai brand lokal dan global dari berbagai macam industri dalam mengelola channel penjualan e-commerce. Beberapa namanya adalah, Soho Global (Imboost, Curcuma, Diapet), Menarini (Dermatix, Transpulmin), Kino Indonesia, Galeri24, Mamasuka, Combiphar, Twinings, Ovaltine, Probalance, Prodiet, Evalube, Dompet Dhuafa dan masih banyak lainnya.

Ke depannya perusahaan akan perluas solusi ERP tidak hanya untuk produk jadi saja, tapi juga barang mentah (raw material) dapat terintegrasi secara sistem dan real-time dari hulu ke hilir. Hal tersebut tentunya akan permudah produsen dalam memantau proses kerjanya jadi lebih efisien.

Hadi optimis dengan fundamental bisnis yang sudah dibangun secara matang ini, dapat membawa perusahaan menjadi perusahaan yang berkelanjutan dan menyegerakan aksi IPO pada 2025 mendatang. “Pada 2025 misi kami masuk ke pasar ASEAN, dan melakukan IPO untuk exit plan-nya,” tutup dia.

PowerCommerce

Platform PowerCommerce Bantu Pebisnis Optimalkan Penjualan Online

Eksplorasi peluang melalui kanal digital terus diupayakan oleh pebisnis di berbagai skala. Pasar e-commerce yang terbuka semakin lebar memberikan kesempatan perluasan dan distribusi produk, tak terkecuali bagi pemilik brand besar yang telah mengedarkan produknya selama bertahun-tahun. Tapi terkadang perubahan digital yang kencang tanpa dibarengi transformasi digital menyeluruh membuat proses adaptasi ke online menjadi lamban. Melihat permasalahan tersebut, berbagai startup hadir menyajikan platform enabler.

Salah satunya adalah PowerCommerce, digagas oleh Hadi Kuncoro dan tiga co-founder lainnya, mereka menghadirkan platform e-commerce omni-channel dan supply chain management. Di dalamnya ada beberapa fitur, salah satunya untuk mengintegrasikan semua kanal penjualan, baik online maupun offline. Kanal online tidak hanya mencakup C2C/B2C marketplace, tapi juga B2B marketplace dan layanan on-demand.

Founder PowerCommerce: Hadi Kuncoro (CEO), Andik Duana (CCO), Mohammad Subhan (CTO/CFO), Harry Syarif (COO)
Founder PowerCommerce: Hadi Kuncoro (CEO), Andik Duana (CCO), Mohammad Subhan (CTO/CFO), Harry Syarif (COO)

“Kami tidak hanya membantu brand principal masuk ke marketplace populer seperti Shopee, Tokopedia, Lazada dll; tapi juga ke B2B marketplace seperti Ralali, Mbiz, sampai Bhinneka. Selain itu, teknologi kami juga memudahkan beberapa brand untuk masuk ke layanan on-demand, contohnya ada perusahaan farmasi kami hubungkan dengan Halodoc,” ujar Hadi.

PowerCommerce turut sajikan fitur yang memungkinkan pemilik brand untuk membuat situs jualannya. Mereka mengembangkan framework sendiri, nilai uniknya menghubungkan proses bisnis secara O2O (online-to-offline). Situs tersebut dapat terhubung dengan sistem stok di toko offline melalui koneksi ke layanan POS via API, ke distributor, hingga fulfillment center. Pinnacle House Indonesia jadi salah satu yang menggunakan layanan tersebut.

“Beberapa waktu lalu, Pinnacle melakukan peluncuran situsnya, sepenuhnya didukung PowerCommerce. Mereka menjual makanan segar dan beku, memanfaatkan 13 hub kami yang tersebar di Jabodetabek. Sehingga ketika ada orang Jakarta Barat memesan, maka akan diambilkan dari gudang terdekat. Selain lebih cepat, memungkinkan brand untuk memberikan flat rate untuk biaya pengirimannya,” terang Hadi.

Lalu layanan pamungkasnya adalah PowerBiz, pusat integrasi dari seluruh kanal penjualan. Fitur ini memudahkan pebisnis mengelola katalog produk dan pemesanan. Di sini, pebisnis juga bisa menghubungkan beberapa fulfillment sekaligus, ke distributor, gudang (milik sendiri atau sewa), sampai toko offline.

Solusi tersebut sudah dimanfaatkan oleh perusahaan besar seperti Unilever, Mustika Ratu, Soho, hingga Wardah yang saat ini menjadi klien PowerCommerce. Mereka mencoba menghadirkan pengalaman paling efisien untuk mendistribusikan produk kepada konsumen online mereka. “Kalau ada konsumen di Makassar, ya kita bisa bantu kirimkan barang dari gudang atau kantor distribusi terdekat di sana, bukan di kirim ke Jakarta. Sehingga lebih cepat dan murah. Sekarang penjual semen dan material bangunan lainnya juga jadi bisa memanfaatkan kanal penjualan online,” kata Hadi.

Dengan solusi yang unik, di Indonesia sudah ada beberapa platform yang coba membantu pebisnis memaksimalkan potensi e-commerce, baik di sisi pengelolaan kanal online seperti Sirclo atau aCommerce, pergudangan seperti Crewdible, logistik seperti Shipper atau Waresix.

Upaya membantu UKM

Hadi Kuncoro pernah menjabat jadi CEO aCommerce Indonesia
Hadi Kuncoro pernah menjabat jadi CEO aCommerce Indonesia

Hadi bukan orang baru di lanskap industri ini. Sebelumnya ia sempat memimpin aCommerce, juga mendirikan layanan serupa bernama Feedr. “Saya dan founder lain bersepakat untuk tidak melanjutkan Feedr, karena masing-masing sedang punya agenda sendiri. Budi Handoko sekarang fokus di Shipper, Subiakto Priosoedarsono sibuk dengan bisnis branding-nya, dan Riyeke Ustadiyanto di iPaymu,” terangnya.

Pengalaman tersebut turut mengantarkan Hadi bersentuhan dengan banyak pelaku bisnis sekala kecil dan menengah. Ia pun mengatakan, sejauh ini ada enam permasalahan mendasar yang masih banyak dihadapi pelaku UKM di Indonesia. Yakni terkait dengan permodalan, akses pasar, pengetahuan bisnis, administrasi, gagap teknologi, dan kurang jaringan.

“Selama ini kalau tanya pelaku UKM masalahnya selalu permodalan. Tapi kalau pemerintah yang ngomong, selalu arahnya mengajak UKM untuk go online agar membuka pasar. Dari sini saja sudah tidak match,” ujar Hadi.

Merasa punya tanggung jawab untuk turut merangkul kalangan UKM, PowerCommerce turut hadirkan sejumlah fitur, misalnya Social Commerce dan Chat Commerce. Mereka juga membantu produsen produk lokal untuk berjualan secara online dengan menghadirkan portal seperti HalalPlaza. Saat ini portal marketplace tersebut sudah mengakomodasi sekitar 600 brand, segera hadir 5 ribu brand lagi yang tengah dalam tahap pematangan.

“Total ada 15 ribu UKM yang mendaftar, tapi kami ada seleksi dan kriteria tersendiri. Yang kami targetkan mereka yang benar-benar memproduksi jualannya, bukan menjual ulang barang misalnya dari Tiongkok. Kami bantu mereka, mulai dari memfoto produknya dengan baik sampai memasarkan. Selain di Indonesia, HalalPlaza juga sudah menjangkau negara tetangga, bekerja sama degan pemain lokal di sana,” imbuh Hadi.

Bangun big data

Salah satu tampilan dasbor di layanan penjualan PowerCommerce
Salah satu tampilan dasbor di layanan penjualan PowerCommerce

Bermain dengan teknologi yang memfasilitasi proses bisnis dari hulu ke hilir memungkinkan PowerCommerce untuk mengelola berbagai jenis data. Dari sini, tim tengah menyempurnakan solusibig data closed-loop ecosystem”, direpresentasikan dalam dasbor data visual untuk membantu pebisnis memahami secara detail perilaku konsumennya.

“Setiap konsumen akan memiliki ID unik yang bisa di-track kebiasaan belanjanya. Kita sendiri kan kadang sering belanja di Shopee, kalau pas ada free ongkir Tokopedia belanja di sana, dan kalau pas ada diskon gede bisa juga belanja di situs brand langsung. Yang kayak gitu bakal ditangkap, termasuk sampai ke perilaku pemilihan logistik. Harapannya bisa mendasari strategi bisnis pemilik toko,” jelas Hadi.

Ia cukup yakin bahwa semua solusi yang dihadirkan PowerCommerce akan menjadi tren di masa mendatang. Karena bisa dilihat, sekarang semua pemain e-commerce besar makin minat bangun fulfillment center sendiri, karena mereka sadar bahwa Indonesia membutuhkan model pelayanan yang unik.

“Saat ini kita sudah ada strategic investment dari SAP, memungkinkan PowerCommerce menggunakan fasilitas gudang mereka di 154 kota di Indonesia,” katanya.

PowerCommerce sendiri baru dilahirkan tahun 2019 lalu. Hadi menegaskan perusahaannya ini sejak awal didesain sebagai profitable company. Tahun ini masih ada pipeline untuk menggenapi jumlah klien, dari 33 jadi 100 perusahaan. Untuk melakukan perluasan kanal profit, pihaknya juga tengah melakukan penggalangan dana ke investor, ditargetkan putaran tersebut akan final di akhir tahun.

“Di tengah pandemi seperti ini, penjualan kami naik 15 kali lipat. Jika dibandingkan tahun lalu naiknya sampai 5-6 kali lipat. Salah satunya karena kami turut menjualkan produk kesehatan dan imun tubuh. PowerCommerce sudah live, bukan beta lagi. Tinggal kita gencarkan scale-nya,” tutup Hadi.

Maskapai penerbangan harus bersaing dengan armada laut dan darat untuk menarik pemain kurir. Masih minim inovasi teknologi

Lain Dulu Lain Sekarang, Inovasi Teknologi Kargo dari Maskapai Penerbangan

Perusahaan maskapai kini beradu di ranah logistik kargo dalam upaya menyelamatkan diri dari pengaruh pandemi. Cerahnya potensi bisnis platform e-commerce yang belum menunjukkan tanda penyurutan menambah optimisme untuk terjun ke sana.

Dibukanya ranah bisnis baru ini oleh pemerintah karena okupansi penumpang menurun drastis karena pemberlakuan PSBB dan kompaknya penutupan pintu masuk kedatangan turis oleh berbagai negara. Akhirnya ratusan pesawat harus dikandangkan (grounded) dan merumahkan karyawannya demi efisiensi.

Di sisi lain, pemain “dadakan” menguntungkan para pemain logistik last mile karena semakin banyak pilihan armada yang bisa mereka pilih untuk pengiriman antar pulau. Hanya saja, inovasi teknologi yang dihadirkan maskapai lokal tidak jauh berbeda dengan apa yang kebanyakan ditawarkan perusahaan logistik last mile.

International Air Transport Association (IATA) bersama PwC merekomendasikan pemain maskapai untuk membuat solusi yang bisa mengatasi pain point dari pemain e-commerce. Dalam penelitiannya, mereka mengklasifikasikan 50 pemain e-commerce global teratas berdasarkan empat kategori model logistik yang mereka anut dan pain-point dari kategori tersebut.

Masalah tersebut adalah kurangnya visibilitas; risiko keterlambatan; ketergantungan pada pihak ketiga; kontrol perbatasan dan masalah logistik terbalik. Keseluruhan masalah ini bisa diatas oleh kargo udara. Ada empat model bisnis yang bisa ditawarkan, bisnis yang terdedikasi penuh; pengirim barang lewat udara; hybrid; atau Courier, Express, and Parcel (CEP).

“Rekomendasi kami adalah menentukan model logistik mana yang ingin mereka layani dan bekerja untuk memperbaiki pain-points tersebut bersama-sama, menggunakan pendekatan jaringan transportasi ujung ke ujung. Menghubungkan para pihak melalui berbagi data akan, pada gilirannya, mengoptimalkan proses mereka.”

Inovasi teknologi ini punya andil penting dalam mendukung ekosistem. Punya obyektif yang sama, tapi implementasi yang beda saat masih fokus pada bisnis pengangkutan penumpang. Misalnya penggunaan aplikasi dengan beragam fitur untuk permudah booking pesawat, atau memesan makanan in-flight dengan beragam metode pembayaran.

Menyeriusi bisnis kargo

Direktur Utama AirAsia Indonesia Veranita Yosephine Sinaga menerangkan, bisnis kargo kini menjadi salah satu bisnis utama dalam layanan charter yang paling berkontribusi terhadap bisnis grup. Pertumbuhannya diklaim kian meningkat selama pandemi. Sayangnya, ia tidak mencantumkan angka detail lebih dalam.

Sebagai catatan, AirAsia menjalankan bisnis kargo di bawah entitas terpisah bernama Teleport sejak 2018. Di bawah entitas ini, AirAsia memosisikan diri sebagai penyedia jasa kargo udara untuk pasar kargo ritel dalam negeri melayani kebutuhan pengiriman barang dan komoditas dengan jumlah relatif sedikit ke berbagai kota di Indonesia dan Asia Pasifik.

Pengirimannya dengan menggunakan aset AirAsia yang terdiri dari pesawat penumpang (passenger charter) dan pesawat kargo (cargo charter). Jenis Airbus A320-200 yang dapat dioperasikan dalam dua konfigurasi, khusus kargo kapasitasnya berjumlah 17 ton, sementara penerbangan angkut penumpang, ruang kargo yang tersedia sekitar 5-6 ton.

“Dalam periode pemulihan ekonomi saat ini, bisnis kargo menjadi sangat vital untuk menggenjot roda perekonomian. Melalui Teleport Indonesia, kami akan segera melakukan ekspansi di Indonesia dengan tidak hanya berfokus melayani perusahaan pengiriman, tetapi juga bisnis e-commerce yang sangat tinggi permintaannya di Indonesia,” terangnya kepada DailySocial.

Kondisi yang berbeda dimiliki Garuda Indonesia. Perusahaan pelat merah ini tergolong masih baru terjun ke industri logistik. Saat ini hanya Citilink yang sudah memiliki unit pesawat kargo (freight), sedangkan Garuda belum.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, selama ini perusahaan terlalu sibuk di bagian penumpang. Padahal di dalam badan pesawat, kurang lebih terdiri atas 50% bagian atas [penumpang] dan 50% bagian bawah [kargo].

Sebelumnya dalam kondisi normal, bisnis pengangkutan penumpang di Garuda Indonesia menyumbang 80% dari total bisnis. Kini bisnis penumpang anjlok hingga 90%. Bisnis kargo dan carter diproyeksikan bisa berkontribusi antara 40%-60%.

“Kita sangat sibuk mengurus di bagian atas yang tentunya memang penting, namun kita melupakan bagian bawah,” kata Irfan dikutip dari Republika.

Dia melanjutkan, “Moda transportasi pengiriman barang yang paling murah dan cepat adalah pesawat. Oleh sebab itu, sekarang kami sangat fokus untuk diskusi soal kargo, dan tampaknya semua maskapai memikirkan hal yang sama.”

Untuk mengoptimalkan itu, lewat anak usahanya Aerojasa Cargo, perusahaan merilis KirimAja yang merupakan layanan cargo door to door berbasis aplikasi yang dilayani oleh armada Garuda Indonesia dan Citilink.

KirimAja menggunakan konsep bisnis berbasis komunitas, membuka kesempatan masyarakat menjadi agen Sohib KirimAja. Sebagai agen, mereka bertugas menerima paket dari pengirim sebelum diteruskan kepada kurir.

Kurir ini bertugas melakukan penjemputan paket ke lokasi pick up dan drop point dan mengantarkannya ke penerima akhir. Di dalam aplikasi tersebut, pengirim dapat melacak status pengiriman secara real-time.

Strategi Lion Air

Situasi bisnis Lion Air Group tak jauh berbeda dengan maskapai lain pada umumnya. Namun mereka terbantu kinerja anak usahanya yang bergerak di bidang logistik, Lion Parcel, yang dirintis sejak 2013. Lion Parcel bertindak sebagai perusahaan logistik last mile, bertarung dengan pemain sejenisnya di Indonesia.

CEO Lion Parcel Farian Kirana mengklaim kinerja perusahaan terus tumbuh secara eksponensial hingga pandemi berlangsung. Memasuki awal tahun ini, pengiriman paket dan dokumen melonjak di angka 90-100 ton per harinya. Bahkan saat penerapan PSBB, Lion Parcel mencatatkan pertumbuhan jumlah paket sebesar 17%.

Selama periode tersebut, barang yang sering dikirimkan adalah pakaian, masker, dan alat kesehatan. Kota asal dengan pengiriman terbanyak datang dari Jakarta, Medan, dan Tangerang; sementara untuk kota tujuan pengiriman adalah Jakarta, Makassar, dan Medan. Sayangnya, dia enggan membeberkan kontribusi Lion Parcel terhadap bisnis grup.

“Kami pun sudah bekerja sama erat dengan berbagai [pemain] e-commerce di Indonesia seperti Tokopedia dan Bukalapak, sehingga pengiriman kami dapat melayani penjual dan pelanggan yang bertransaksi di [platform] e-commerce,” terang Farian.

Karena Lion Parcel menjadi anak usaha Lion Air Group, maka mereka bisa memanfaatkan aset pesawat sebagai armada pengiriman lewat udara. Dia mengatakan, Lion Air memiliki 283 pesawat dan konektivitas darat yang dikelola oleh mitra perusahaan tersebar di 188 kota. Hal tersebut mencakup 1.000 mitra kurir virtual Point of Sales (POS) dan 7.000 POS.

Inovasi teranyar yang perusahaan kembangkan dengan memanfaatkan aset grup adalah Onepack, layanan next day delivery dengan success rate mencapai 95%. Layanan ini memanfaatkan jaringan penerbangan Lion Air Group dari barat sampai ke timur, termasuk rute-rute perintis yang dioperasikan Wings Air dengna jadwal penerbangan lebih pasti.

“Dalam tahap awal, konsumen bisa menikmati layanan ini untuk pengiriman barang dari Jakarta ke 28 kota dari 18 kota ke Jakarta. Diluncurkannya kembali produk ini merupakan jawaban kami untuk memberikan layanan dan solusi terbaik yang sesuai dengan kondisi di masa pandemi saat ini.”

Perkembangan teknologi yang dihadirkan Lion Parcel berupa aplikasi yang dilengkapi fitur pick up request, drop off, live tracking, dan cek tarif. Dari fitur pick up request, konsumen tidak perlu keluar rumah karena kurir akan mendatangi lokasi pembeli untuk menjemput paketnya.

“Kami menjalankan kemitraan dengan model low asset model sehingga lebih fleksibel memudahkan peningkatan skalabilitas bisnis, seperti penambahan jumlah kurir, mitra POS, dan pembukaan destinasi baru yang dikelola konsolidator. Model ini dapat menciptakan kesempatan baru economy sharing,” tutup Farian.

Tren aviasi global

Langkah yang diambil maskapai di atas mencerminkan kondisi global. Mengutip laporan The Load Star, bisnis pengangkutan penumpang turun hingga 74% secara year-on-year pada April 2020. Di Amerika Serikat saja, pada bulan yang sama, bisnis ini turun hingga 94%.

Maskapai asal Inggris Virgin Atlantic misalnya, menambah penerbangan kargo lebih dari sepertiga menjadi 600 selama Juni, lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Lalu maskapai dari Finlandia, Finnair yang menambah kapasitas kargo dengan mengeluarkan kursi kelas ekonomi dari kabin di dua unit Airbus A330-nya. Hal yang sama juga dilakukan maskapai besar lainnya, seperti British Airways, Lufthansa, Emirates, dan United.

Dampak pivotnya maskapai adalah kebutuhan moderinisasi kargo dengan sistem IT terkini. American Airlines disebutkan menangguhkan sebagian besar proyek IT-nya selama pandemi, kecuali divisi kargo yang direorganisasi. Sistem IT di divisi tersebut dimodernisasi secara maksimal untuk mengurangi hambatan yang awalnya membutuhkan 100 dokumen digital, kini hanya 10 saja.

AirAsia juga mendigitalkan jaringan kargo udara berbasis blockchain, yang disebut Freightchain. Layanan ini menawarkan jaringan digital untuk mengonfirmasi dan melacak kargo udara secara transparan berdasarkan teknologi blockchain ledger yang didistribusikan.

Pengirim dapat menemukan semua koneksi jaringan kargo yang tersedia yang dimiliki oleh maskapai penerbangan. Caranya dengan memberi transparansi mengenai bagaimana kargo mereka berpindah dari titik A ke titik B. Sistem ini juga akan memfasilitasi pemesanan berdasarkan permintaan real time menggunakan proses penawaran yang kemudian divalidasi di blockchain.

Freightchain dapat menyederhanakan proses pemesanan sampai konfirmasi 10 kali lebih cepat daripada metode tradisional. Sebelum diresmikan ke publik pada April lalu, Freightchain telah diujicobakan untuk pengiriman kargo berisi obat-obatan dari India ke Mongolia.

Sistem ini memesan rencana perjalanan instan melalui Kuala Lumpur, Malaysia, dan Seoul, Korea Selatan, secara real time melalui penerbangan dengan tiga operator berbeda menggunakan kontrak pintar pada blockchain.

Karena tidak tersedianya penerbangan langsung dari Bengaluru ke Ulan Bator, pengirim harus menemukan secara manual ketersediaan semua penerbangan yang terhubung dan menghubungi banyak agen untuk menyelesaikan tautan di beberapa maskapai.

Dengan Freightchain, semua data koneksi, kontak, dan kontrak ada di dalam blockchain, membuatnya mudah untuk mengidentifikasi tautan, memesan penerbangan, dan mengonfirmasi rencana perjalanan.

Meski pemain maskapai sedang terlunta-lunta, di sisi lain permintaan pesawat kargo tetap ada, terutama datang dari perusahaan e-commerce raksasa. Mengutip The STAT Trade Times, lini kargo udara milik Amazon, Amazon Air, mengungkapkan akan menyewa tambahan 12 unit pesawat Boeing 767-300 yang akan dikonversi menjadi pesawat kargo untuk menangangi kenaikan permintaan transaksi. Amazon Air akan memiliki 80 unit pesawat secara total.

Unit logistik milik Alibaba, Cainiao Smart Logistics Network, mengumumkan rencananya untuk melipatgandakan jumlah pesawat kargo, dari 260 menjadi 1.260 dalam sembulan bulan mendatang. Durasi pengiriman akan jauh lebih cepat menjadi tiga sampai lima hari untuk pengiriman internasional, dari sebelumnya tujuh sampai 10 hari.

Tantangan di industri

Pengamat logistik sekaligus CEO PowerCommerce.Asia Hadi Kuncoro mengatakan, pergeseran model bisnis di atas terjadi karena perubahan perilaku konsumen yang didorong perkembangan teknologi digital. Kondisi itu telah menggeser area bisnis perdagangan menuju perdagangan direct-to-consumer (e-commerce).

“Maka sangat wajar ketika pemain industri melihat ini sebagai peluang yang mengakibatkan para pelaku maskapai penerbangan pun melakukan ekstensi bisnis ke ranah hilir sebagai penyedia last mile,” kata Hadi.

Kendati demikian, bertambahnya pemain ini tentu semakin memberikan tekanan persaingan yang tinggi diantara pelaku industri. Namun dalam kapasitas peluang, Indonesia ini sangat besar jadi masih sangat wajar.

“Konsumer akan semakin diberikan keuntungan dengan banyaknya pilihan dan harga yang kompetitif. Yang harus dijaga adalah bagi pelaku yang menguasai dari hulu ke hilir seperti para maskapai ini wajib dipantau oleh pemerintah dalam hal penguasaan monopolistis dalam bisnis e-logstics ini.”

Dia melanjutkan, saat ini infrastruktur jalan tol berkembang pesat, menyambung Pulau Jawa dan Sumatera. Oleh karenanya, pergeseran e-logistics kini menjadi sangat optimal di distribusi darat melalui tol untuk kota-kota besar di kedua pulau tersebut.

“Peluang terbesar untuk kargo udara dari para maskapai penerbangan ini adalah berfokus pada distribusi destinasi ke luar Jawa. Bahkan dalam jangka panjang seharusnya pemerintah dan pelaku Industri penerbangan mulai berfikir mengkoneksikan negara-negara ASEAN.”

Dia melanjutkan, “Koneksi ASEAN akan membuka peluang. Tidak hanya menggunakan fasilitas pesawat komersial penumpang, namun juga pengoperasian pesawat kargo (freighter cargo) ke beberapa destinasi gemuk luar jawa dan negara-negara ASEAN.”

Mendukung pernyataan Hadi, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita memaparkan, secara umum pemain logistik belum menjadikan pengiriman lewat udara menjadi pilihan utama. Pertimbangan utamanya adalah harga yang berbanding jauh dibandingkan dengan armada laut.

“Pengiriman kargo lewat udara untuk pengiriman keluar Jawa masih sangat sedikit dibandingkan laut. [kisarannya] Hanya 7%-10% dari kargo laut karena memang harga kargo udara kan sangat berbeda jauh,” ucapnya.

Sementara pengiriman antar kota di dalam Jawa yang cenderung lebih banyak menggunakan jalur darat daripada udara sejak kehadiran jalur tol Trans Jawa. Terlebih selama pandemi ini jalur udara belum banyak jadwal yang tersedia.

“Padahal untuk pemain logistik ekspres, kargo udara adalah pilihan utama karena butuh cepat. Tapi untuk tujuan pengiriman di dalam Jawa sudah mulai beralih ke darat selama pandemi ini.”

Kendati begitu, ramainya maskapai yang terjun ke bisnis kargo patut ia apresiasi. Biaya kargo udara bisa saling berkompetisi memberikan harga terbaik. Bagi industri, ketergantungan terhadap kargo udara sangat tinggi terutama saat menjangkau pengiriman ke kota-kota di luar Jawa yang memang pilihan paling efisien hanya lewat udara.

Dari pengamatan Zaldy, selama pandemi ini harga pengiriman yang ditawarkan maskapai penerbangan relatif sama dengan kargo udara [pesawat kargo]. Dengan catatan, ada beberapa rute yang turun tapi penurunannya tidak banyak.

“Kita harapkan dengan makin banyaknya maskapai penerbangan menyediakan kargo udara, seharusnya harga bisa lebih turun lagi.”

Menurutnya, apabila perusahaan maskapai bisa fokus pada layanan kargo udara dengan pelayanan terbaik dan harga yang bersaing, hal itu akan membantu ekosistem secara keseluruhan. Jangan sampai maskapai akhirnya tergiur menjadi perusahaan kurir logistik karena itu bukan bisnis utamanya.

Zaldy yang juga menjabat COO Paxel mengatakan, khusus Paxel sendiri sudah menjadi pengguna setia pesawat kargo untuk melayani pengiriman same day. Namun karena pandemi, layanan ini akhirnya harus diubah menjadi next day.

“Sampai sekarang Paxel masih memanfaatkan air cargo untuk [pengiriman] keluar Jawa, tapi layanan same day belum bisa karena jadwal pesawat yang masih tidak pasti [karena pandemi]. Jadinya enggak bisa same day, jadinya next day,” tutupnya.

Investasi IT makin lama makin mahal, mulai waspada mulai dari diri sendiri

Menegaskan Kembali Kewaspadaan Serangan Siber di Seluruh Aspek

Makin canggihnya perkembangan teknologi, makin canggih pula serangan sibernya. Bentuknya beragam dan selalu mengancam setiap waktu. Namun belum semua orang sadar bagaimana tindakan preventif sebelum kejadian ini menimpa mereka.

Sebagian besar perusahaan, terutama yang bergerak di jasa keuangan dan teknologi, menggelontorkan miliaran dollar untuk meningkatkan infrastruktur IT-nya agar selalu terjaga. Bahkan digadang-gadang ke depannya investasi ke sektor ini bakal membludak, lantaran semakin matangnya infrastruktur teknologi.

Dari sisi edukasi ke konsumen pun juga mulai digalakkan oleh berbagai pihak, misalnya himbauan untuk tidak memberikan kode OTP ke siapapun, mengunci ganda akun agar tidak mudah diretas, dan hal lainnya. Topik ini diangkat dalam diskusi yang diselenggarakan Monroe: Securing Our Future pada pekan lalu.

Ada tiga pembicara yang hadir dalam kesempatan ini, Marshall Pribadi (Privy.id), Ardi Sutedja (Indonesia Cyber Security Forum/ICSF), dan Hadi Kuncoro (Power Commerce). Mereka berbagi update dan tips perlindungan data sesuai dengan keahlian di bidangnya masing-masing. Berikut rangkumannya:

Bahaya mengintai sembarang berbagi data

Marshall menekankan, data pribadi di era digital saat ini adalah alamat email. Masalahnya, siapapun kini bisa buat email, berapapun dan kapanpun yang mereka mau. Akhirnya masalah ini bermuara pada rentannya perlindungan diri terhadap serangan siber.

Tanda tangan di satu sisi adalah penanda bahwa diri si penanda tangan telah mengetahui isi dari dokumen, sebagai bentuk menjaga integritas isi dokumen. Ketika tanda tangan didigitalkan, ada masalah baru.

“Ada tinta basah yang dilekatkan ke kertas, memperlihatkan ada kekuatan hukum. Tapi masalahnya bagaimana saat tanda tangan dipindahkan ke digital,” terangnya.

Semua bisa di-screenshot dengan mudah dan copy paste ke dokumen lain, menghasilkan dokumen baru yang bisa jadi disalahgunakan fungsi tanda tangannya untuk kebutuhan lain.

Masalah lainnya, sambungnya, menjaga data pribadi di masa kini, tidak hanya berurusan di perangkat smartphone dan akun email saja. Tapi juga data pribadi yang di unggah secara online dan dibagi-bagikan untuk keperluan tertentu, juga menjadi ancaman.

Marshall mengingatkan, tanpa disadari, menitipkan kartu identitas diri saat masuk ke gedung adalah kemungkinan termudah data kita dicuri pihak yang tidak bertanggung jawab. Tidak ada yang bisa menjamin identitas yang dititipkan di resepsionis aman dari tindakan kejahatan.

Ini juga mengingatkan kita bahwa betapa mudahnya orang mendapatkan data pribadi tanpa harus bersusah payah karena dari kita sendiri yang tanpa sadar dengan mudahnya berbagi data.

Contoh keseharian lainnya yang sering terjadi, saat mengajukan rekening baru atau buat kartu kredit. Data pribadi calon nasabah ditulis manual oleh petugas, kopi identitas pribadi juga biasanya dipotret lewat kamera smartphone mereka. Begitu mudah data diambil, tanpa menyadari risiko besar di belakangnya.

“Betapa besar risikonya setiap kali kita harus buat kartu kredit dan prosedur itu berulang kali harus dilakukan. Selain tidak efisien, ini berisiko terhadap perlindungan data konsumen.”

Untuk perlindungan data, banyak pengembangan yang sudah dilakukan Privy.id, selain tanda tangan digital (public key infrastructure). Misalnya, facial recognition, liveness detection, smart authentication gateway, dan AI driven document checker.

Teknologi yang dikembangkan di atas, bukan berarti solusi sudah tuntas. Setiap solusi menciptakan masalah baru, akhirnya membutuhkan solusi baru, yang mengakibatkan investasi di sektor ini harganya mahal.

Serangan siber selalu mengintai

Ardi Sutedja menekankan pada serangan siber itu selalu mengintai setiap waktu, bahkan sejak dahulu. Salah satu serangan siber yang cukup menggegerkan Indonesia adalah Stuxnet dan WannaCry.

Merujuk dari data Statista, pada tahun 2010, sebanyak 58,31% infeksi malware Stuxnet terjadi di di Iren. Indonesia, secara mengejutkan ada di posisi kedua dengan 17,83%, AS hanya terkena 0,89%.

Sementara WannaCry menyerang Indonesia pada tahun 2017. Hasilnya jutaan serangan menggerogoti sistem perusahaan, di berbagai industri, salah satunya adalah rumah sakit.

Ardi bercerita, timnya menangani serangan malware tersebut di sejumlah rumah sakit dan menemukan bahwa salah satu penyebabnya karena mayoritas menggunakan software palsu. “Sementara, hanya 30% software yang mereka pakai asli,” katanya.

Dari sisi kesiapan SDM pun, menurut pandangannya, sangat minim. Literasi SDM bagaimana tindakan preventifnya dan bagaimana antisipasinya bila serangan siber terjadi, banyak dari mereka yang tidak paham.

Ada manajemen krisis siber dan reaksi insiden yang perlu diketahui SDM. Tujuan dari manajemn ini untuk mengambil tindakan dan proses yang harus diambil untuk melindungi dan mempertahankan reputasi, produk, dan jasa dari sebuah organisasi sebagai dampak terjadinya insiden siber.

Sedangkan reaksi insiden, lebih terfokus pada manajemen keamanan sehari-hari, seperti insiden malware dan serangan DDoS. Namun, untuk melakukan manajemen, sambung Ardi, punya tantangan tersendiri diantaranya memanfaatkan big data vs smart data, minimnya investasi IT, kurangnya keterampilan digital, dan akurasi data.

Tren serangan siber di situs e-commerce

Hadi Kuncoro menjelaskan, umumnya pelaku kejahatan siber dilakukan oleh pencari kesenangan, kejahatan terorganisir, grup teroris, dan negara itu sendiri. Cara mereka menyerang dengan phising, pencurian identitas, pemalsuan data, baik dari luar sistem atau menanamkan langsung dari internal.

Motifnya untuk keperluan ekonomi, politik, kebencian, rasisme, protes, dan sebagainya. Penipuan di situs e-commerce itu biasanya berkaitan dengan empat pihak, meliputi penjual, pembeli, penyedia software, dan penyerang.

Contoh nyata serangan siber yakni penipuan katalog. Hacker menyalin paten milik pemilik merek resmi untuk melakukan salinan gambar foto, salinan kreatif untuk digunakan untuk produk merek palsu.

Mereka juga menduplikasi nama brand, logo, domain, hingga kata kunci yang biasa brand pakai.

“Ada empat tren serangan siber yang sering terjadi di industri e-commerce adalah phising, pencurian data transaksi, serangan DDoS, pencurian data, dan penipuan refund,” pungkasnya.

Feedr Academy Ingin Bantu Bisnis Lakukan Transformasi Digital

Transformasi digital telah banyak digulirkan, memaksa setiap bisnis untuk melakukan banyak perubahan. Menurut Forbes, 21 perusahaan ritel  besar di Amerika Serikat menutup 3.591 tokonya pada 2017. Dan Gartner, sebuah lembaga penelitian global, memprediksi bahwa pada tahun 2020, 75 persen bisnis akan bertransformasi menjadi berbasis digital. Sayangnya, hanya 30 persen saja yang akan sukses.

Suka tidak suka, fenomena ini tengah terjadi di Indonesia. Banyak perusahaan ritel lokal yang mulai menutup sebagian tokonya, seperti Ramayana, Matahari, termasuk franchise berbasis internasional seperti Lotus, Debenhams, dan GAP. Dalam kondisi ini, transformasi digital akan menjadi sebuah keharusan yang tidak terelakkan. Sayangnya masih banyak perusahaan yang masih bingung mengenai langkah apa yang harus dilakukan untuk memastikan dirinya bisa bertahan dan bahkan sukses di era transformasi ini.

Menjawab tantangan ini Feedr Academy, sebuah knowledge center di bidang digital dan e-commerce akan mengadakan seminar yang bertajuk “How to Survive and Success in Digital Transformation Era”. Seminar ini akan diadakan di Jakarta pada hari Kamis, 25 Januari 2018 di Hotel Aston Kuningan at The Suites. Seminar ini akan menghadirkan pembicara-pembicara seperti Subiakto Priosoedarsono, seorang Branding Expert (Branding Expert), Hadi Kuncoro (Supply Chain, Retail Management dan Business Model Design Expert). Muliadi W Jeo (Omni-Channel Expert), dan beberapa lainnya.

Seminar dengan para pembicara tingkat nasional dan internasional di bidang digital dan e-commerce ini berharap dapat membantu para pelaku bidang ritel, FMCG, logistik, perbankan dan keuangan, farmasi dan kesehatan, properti,  industri otomotif dan banyak industri lainnya untuk memulai  transformasi digital di perusahaan masing-masing.

Pada seminar kali ini, para pembicara akan berbagi dan akan memandu para peserta  berdasarkan  pengalaman mereka pada lintas industri untuk melihat posisi bisnis saat ini dalam lanskap digital terkini. Peserta juga akan mendapatkan masukan  bagaimana membangun roadmap transformasi digital. Tentunya seminar ini juga akan diperkaya dengan beberapa kisah sukses para pembicara  saat memulai proses transformasi digital pada berbagai industri yang telah mereka lalui.

Semua peserta akan mendapatkan ilmu A hingga Z mengenai permasalahan dan solusi transformasi digital; bagaimana memulai pergeseran pola pikir untuk mendorong inovasi di perusahaan; bagaimana mengimplementasikan transformasi digital; dan bagaimana memilih teknologi yang paling sesuai untuk transformasi perusahaan.

Sesi seminar

Sesi pertama akan membahas transformasi tiga zaman, bagaimana Subiakto Priosoedarsono, sebagai saksi hidup sejarah mengalami transformasi tersebut, sejak media cetak, pindah berjayanya radio dan televisi dan akhirnya kebangkitan digital pada jaman sekarang. Menjadi bagian dari tradisional retail, modern retail dan sekarang e-commerce. Sesi kedua Hadi Kuncoro akan membahas solusi A hingga Z bagaimana mempersiapkan bisnis untuk go digital, apa saja yang harus dipersiapkan membangun roadmap digital transformation, bisnis model baru dan change management. Termasuk juga langkah per langkah yang harus dilakukan untuk  mencapai tujuan.

Sesi ketiga akan membahas mengenai Omni-Channel Technology. Muliadi W Jeo akan membawa para peserta melalui consumer journey, yaitu dari pemesanan secara online, hingga pelanggan menerima pesanan di depan pintu rumahnya masing-masing. Consumer Journey ini tentu akan dilengkapi dengan saran mengenai teknologi mana yang paling pas sesuai kebutuhan konsumen. Acara akan ditutup oleh Panel Discussion yang akan membahas mengenai Change Management dan Inovasi yang merupakan kunci sukses dalam melakukan transformasi digital.

Info lebih lanjut dan pendaftara kunjungi https://feedr.id/event/

Disclosure: DailySocial adalah media partner dari Feedr Academy

Feedr.work Hadirkan Kanal Penjualan dengan Sistem Peer-to-Peer Business

Cara kerjanya cukup unik, mengajak masyarakat berbisnis jualan tanpa harus memiliki modal dan barang dagangan. Itulah Feedr.work dengan konsep platfom peer-to-peer business. Seseorang bisa membuat sebuah akun di Feedr.work, kemudian mendesain sebuah kanal berjualan dengan menjajakan produk yang tersedia di marketplace Feedr. Tipe penggunanya ada dua, yakni merchant yang hendak menempatkan barangnya untuk dibantu dijualkan dan dipasarkan dan reseller yang akan menjualkan serta memasarkan produk dari merchant yang dipilih.

Sistem otomatisasi yang didesain dalam Feedr.work juga memungkinkan reseller mendapatkan pembagian penjualan secara langsung setiap kali produk terjual. Menjadi bagian dari sistem e-commerce enabler Feedr, layanan Feedr.work kini juga telah terintegrasi dengan sistem pembayaran & eLogistic, termasuk kemampuan payment gateway yang terpasang di setiap lapak online yang dibuat oleh mitra.

Sama dengan Feedr.id, layanan Feedr.work akan resmi diluncurkan pada 28 Oktober 2017 mendatang, bersamaan dengan peringatan Sumpah Pemuda.

“Feedr.work itu adalah salah satu automation platform channel management kita yang berbentuk peer-to-peer business, kami menyediakan satu platform untuk menghubungkan merchant dengan online reseller. Cara kerjanya murni penjualan oleh agen reseller. Misalnya saya punya produk, kemudian produk saya didaftarkan di Feedr.work untuk dijual di sana. Maka Feedr.work akan memasarkan dengan menghubungkan ke reseller, misalnya kepada seseorang yang memiliki banyak followers di media sosial, blogger atau internet marketers yang ingin mendapatkan income tambahan. Dan reseller itu bisa memilih produk apa yang ingin mereka jual. Setiap reseller akan memiliki toko sendiri, dengan brand toko yang dapat dikustomisasi,” terang Co-Founder dan CEO Feedr Hadi Kuncoro.

Hadi menjelaskan perbedaan Feedr.work dengan Feedr.id. Ia menerangkan bahwa Feedr.id berperan sebagai integrator dashboard-nya. Sementara Feedr.work didesain sebagai sebuah kanal, sama dengan marketplace. Sistem Feedr.id akan mengkomunikasikan setiap operasi di dalamnya, mulai dari pengelolaan katalog, pemesanan, inventory, dan fulfillment, termasuk di dalamnya proses delivery. Jadi Feedr.work adalah satu dari beberapa channel yang dikembangkan Feedr.id. Yang lain adalah social commerce dan marketplace.

Menyempurnakan konsep affiliate yang selama ini ada

Sekilas konsep ini mirip dengan model affiliate yang selama ini banyak ditawarkan layanan e-commerce. Hadi tidak menyangkal hal itu. Ia menerangkan bahwa Feedr.work ini versi yang lebih lengkap dari affiliate. Selain diberikan saluran penjualan, setiap kanal yang digunakan reseller sudah terintegrasi dengan berbagai layanan yang dimiliki Feedr.id, sehingga untuk payout atau pembayaran komisi pun bisa dilakukan secara otomatis tatkala barang berhasil dijual.

Komisi untuk reseller sendiri cukup beragam, bergantung harga barang. Untuk barang yang dijual dengan harga di bawah Rp250 ribu, komisinya 15-25 persen. Untuk barang berkisar Rp250-500 ribu komisinya 10-15 persen, sedangkan untuk barang di atas Rp500 ribu komisinya 5-10 persen. Feedr.work juga memotong komisi dari hasil penjualan untuk operasional sistem.

Filosofi Feedr adalah transparansi dan demokratisasi data

Hadi menjelaskan permasalahan yang coba ingin diselesaikan dengan Feedr.work terkait kepemilikan aset informasi digital UMKM. Selama ini UMKM yang berjualan di marketplace atau sejenisnya tidak pernah mendapatkan informasi berkaitan dengan konsumen. Yang mereka tahu data transaksi saja. Menurut Hadi, data tersebut sangat diperlukan untuk proyeksi bisnis dan lain sebagainya.

Digital game itu kan data game. UMKM banyak yang mengeluh, ketika brand mereka laku keras dan trafik penjualannya bagus, misalnya baju muslim atau baju renang, si marketplace biasanya membuat white label dengan brand mereka sendiri. Akhirnya bisnis yang dimiliki UMKM tersebut terganggu bahkan ditutup,” ujar Hadi menceritakan salah satu kasus yang sering dijumpai di lapangan.

Feedr.work mencoba menyelesaikan ini dengan membuat data lebih terbuka bagi supplier ataupun reseller. Menurut Hadi, seharusnya aset informasi itu diberikan dan dimiliki orang yang menjalankan bisnis itu, bukan hanya pemilik platform. Hal ini diyakini menjadi salah satu landasan penting untuk memajukan digital economy Indonesia, khususnya di segmen UMKM.

Mengenal Feedr dan Visinya Membantu Bisnis dengan Teknologi E-Commerce Terpadu

Feedr merupakan sebuah perusahaan baru yang coba mengintegrasikan teknologi untuk menghadirkan solusi e-commerce, khususnya dalam hal penguatan sebaran bisnis dan penetrasi. Apa yang dilakukan Feedr cukup menyeluruh, dari hulu ke hilir mulai dari perencanaan hingga eksekusi. Dari apa yang ditawarkan, salah satu yang menarik adalah kesempatan bagi bisnis membawa produknya ke pasar luar negeri.

Terkait kesempatan go global tersebut, saat ini Feedr mengklaim telah siap menjangkau 9 negara di Asia, dengan integrasi di lebih dari 24 marketplace online di wilayah tersebut. Kendati peluncuran resminya baru akan dilaksanakan pada 28 Oktober mendatang, bersamaan dengan Hari Sumpah Pemuda, saat ini Feedr sudah mulai melayani klien-kliennya.

Pendiriannya didukung oleh empat orang yang sangat berpengalaman dalam dunia bisnis terkait e-commerce dan UMKM di Indonesia. Pertama ada Hadi Kuncoro (CEO), sebelumnya sebagai CEO aCommerce Indonesia dan Operation Director Zalora. Kemudian ada Riyeke Ustadiyanto (CTO), yang juga adalah Founder MarketBiz dan iPaymu. Ada juga Budi Handoko (COO) yang juga menjadi Founder Shipper.id. Terakhir Subiakto Priosoedarsono sebagai komisaris dan telah lama malang melintang di sektor pengembangan UMKM di Indonesia.

“Feedr didirikan oleh empat founder, jika digabung akan menjadikan 100 Years Experiences Founder di dunia profesional dan bisnis. Komposisi ini diyakini akan sangat involve membangun UKM di Indonesia, khususnya untuk go online. Kami bercita-cita membangun legacy bagi bangsa,” ujar Hadi Kuncoro kepada DailySocial.

Konsep layanan Feedr adalah “A to Z Solution” untuk pendirian dan operasional bisnis e-commerce. Terbagi dalam dua tahapan implementasi, yakni demand generation services dan demand fullfilment services. Pada demand generation, layanan yang ditawarkan meliputi konsultasi digital dan branding, pengembangan teknologi (web, aplikasi, sistem pembayaran), pemasaran digital, dan manajemen kanal online-offline. Sedangkan pada demand fullfilment layanan yang disajikan memfasilitasi bisnis untuk berekspansi global, pengelolaan warehousing dan manajemen penyampaian logistik.

Target pemasarannya pun cukup menyeluruh, mulai dari B2C (Business-to-Consumer) hingga B2G (Business-to-Government). Untuk jangkauan akses sendiri, saat ini Feedr mengklaim mampu membawa kliennya menembus pasar beberapa negara, termasuk Indonesia, India, Malaysia, Singapura, Jepang, Thailand, Vietnam, hingga Filipina. Integrasi dengan pemain e-commerce dan online marketplace besar di wilayah tersebut juga digalakkan untuk menghadirkan saluran penjualan produk dari sini.

“Salah satu misi kami adalah menyediakan layanan end-to-end bagi brand, product owner dan retailer sehingga dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri sekaligus membawa produknya ke pasar global. Kami fokus membantu dari sejak membangun produk dan brand, mengembangkan sistem manajemen kualitas untuk kebutuhan legal, pengembangan sistem manufaktur, logistik hingga membuka pasar secara online dan offline melalui sebuah integrasi teknologi,” lanjut Hadi.

Integrasikan teknologi untuk bantu bisnis optimalkan peluang perdagangan digital

Menggambarkan bagaimana sistem Feedr bekerja / Feedr
Menggambarkan bagaimana sistem Feedr bekerja / Feedr

Dalam penerapannya Feedr sebenarnya tidak sendiri, karena ada beberapa platform yang akan diintegrasikan. Feedr sendiri sebagai platform akan berperan sebagai channel management, dibantu plaform Shipper untuk logistik, platform Ananta untuk reseller, platform Chatzbro untuk chatbot yang membantu proses penjualan. Platform iPaymu, Automatgram, dan Wifimu pun juga turut masuk dalam daftar integrasi di dalamnya.

Apa yang ingin disajikan Feedr adalah satu kesatuan sistem untuk membantu bisnis berfokus pada peningkatan transaksi. Sebuah terobosan untuk menyederhanakan proses bisnis dan menghadapi tantangan ekspansi di jalan perdagangan digital ini.

“Salah satu yang paling kuat ada di kanal socio-commerce, baik melalui Facebook atau Instagram. Bahkan kami mengembangkan chatbot yang dapat digunakan langsung untuk transaksi di di sana, tidak perlu melalui marketplace. Di platform reseller sendiri kami memiliki lebih dari 20 ribu jaringan online yang terintegrasi dalam satu platform, pun demikian dengan sistem pembayarannya,” terang Hadi.

Hadi Kuncoro Mundur dari aCommerce Indonesia, Kini Jadi CEO Feedr

CEO aCommerce Indonesia, Hadi Kuncoro, telah mundur dari jabatannya dan kini menjadi CEO perusahaan baru bernama Feedr. Perusahaan tersebut juga salah satunya bergerak di bidang logistik dan fulfillment untuk memfasilitasi bisnis dalam hype perdagangan digital saat ini.

Feedr memiliki misi utama untuk menghubungkan pedagang di Indonesia ke kanal distribusi melalui medium digital. Sistem yang disuguhkan mengintegrasikan layanan logistik dan pembayaran sekaligus dalam satu dashboard. Saat ini pihaknya mengklaim telah menjangkau di 9 negara dengan mengintegrasikan lebih dari 24 marketplace di wilayah tersebut.

Dalam menjalankan bisnisnya, Feedr bermitra dengan layanan pembayaran online iPaymu.

Untuk memudahkan bisnis dapat diakses oleh pembeli global, Feedr menyediakan beberapa kanal termasuk Channel Integration untuk membantu bisnis menyiapkan akun di marketplaace global sekaligus mengintegrasikan sistem pembayaran. Disediakan juga Sales Channel untuk operasional bisnis, dari pemrosesan pesanan hingga layanan pelanggan. Ada pula sistem logistik, fulfillment dan pemasaran.

Feedr ingin memberikan solusi end-to-end dengan mengakomodasi sistem pemasaran digital, konversi transaksi dengan COD dan solusi payment gateway dan logistik yang terintegrasi. Untuk merealisasikan misi tersebut, mereka telah menjalin beberapa kemitraan strategis dengan perusahaan logistik dan pembayaran digital.