Tag Archives: happy5

Happy5 siap berekspansi secara global. Negara yang menjadi sasaran pertama adalah Amerika Serikat

Menuai Profit, Happy5 Targetkan Pasar Global Melalui Platform “Culture Transformation”

Industri Software-as-a-service (SaaS) yang awalnya hadir sebagai solusi teknologi kini telah menjadi kebutuhan bagi semua sektor bisnis. Perusahaan berlomba-lomba mengimplementasi teknologi ini, mulai dari pemasaran digital, optimalisasi proses bisnis, pengembangan produk, serta manajemen SDM.

Dalam lima tahun terakhir, Happy5, perusahaan SaaS asal Indonesia, mencoba mengatasi isu yang terjadi di sektor SDM dengan mengembangkan cara kerja agile. Mereka percaya bahwa solusi

Didirikan pada tahun 2014, Happy5 telah melakukan pivot sebanyak dua kali. Awalnya, mereka bertumpu pada Happiness, lalu bergeser ke ranah Kultur, dan saat ini fokus memantau performa. Setelah tahun ketiga, fakta yang mereka temukan adalah kebahagian pegawai bukanlah penawaran yang cocok di pasar Indonesia dan memutuskan untuk beralih pada platform transformasi kultur.

Co-Founder dan CEO Happy5 Doni Priliandi mengatakan, “Perusahaan sedang ramai sekali mencanangkan transformasi kultur. Namun, mereka menemukan isu dalam menyampaikan nilai dan agenda transformasi, mendapat insight terkini dari pegawai, serta mengukur demonstrasi sikapnya.”

Menemukan bisnis model yang tepat

Happy5 mengawali bisnis ini dengan fokus pada validasi pelanggan terhadap produk yang bisa mengukur kebahagiaan pegawai, komunikasi langsung, serta pengakuan. Sampai pada akhirnya mereka sadar model ini tidak menghasilkan uang lalu memutuskan pivot.

Produknya tidak berubah, hanya preposisi nilai yang bergeser dari mengukur kebahagiaan pegawai menjadi media social enterprise. Mereka mulai menaruh harga sebesar Rp10,000 / bulan / pengguna yang dibayarkan di awal. Pengguna kebanyakan datang dari bagian komunikasi internal, sayangnya itu saja tidak cukup.

Hal ini berlangsung sampai mereka mengubah preposisi nilai menjadi platform transformasi kultur, di mana mereka bisa menaikkan harga 4 kali lipat dengan basis pengguna yang lebih besar, mulai dari tim di bawah departemen SDM hingga langsung ke level CEO.

Aplikasi ini menawarkan platform serba ada mulai dari komunikasi hingga kultur. Platform ini terbagi menjadi 3 fitur utama, Enterprise Social Media; Employee Recognition, and Employee Survey. Saat ini, BCA, Kompas Gramedia, Telkomsel, Pegadaian, dan XL mengandalkan Happy5 Culture untuk mewujudkan transformasi kultur dalam perusahaan.

Pada tahun ke-4, perusahaan mulai menuai profit. Dengan Pendapatan Berulang Tahunan senilai US$708.000, yang meningkat sebesar US$456.000 atau hampir 3 kali lipat dari tahun sebelumnya. Tahun ini, mereka melipatgandakan pendapatan menjadi US$1,3 juta dan masih terus bertambah. Margin kotor mereka mencapai 91% serta margin bersih berada di angka 5% pada 2019.

Sementara itu, mereka telah mengembangkan solusi menyeluruh yang menggabungkan manajemen adaptif dengan tinjauan kerja serta manajemen proyek yang didesain sedemikian rupa. Setiap proyek dihargai Rp140,000/orang/bulan.

Sampai saat ini, BCA, Kompas Gramedia, Telkom (di tim Amoeba), Pegadaian (di beberapa kantor wilayah) telah mempercayakan tim mereka dengan Happy5 Performance untuk melaksanakan manajemen kinerja agile.

‘Kami merasa sangat istimewa karena berkesempatan untuk membantu organisasi terkemuka di Indonesia seperti BCA dan Telkomsel. Hal ini merupakan awal yang baik untuk mempelajari implementasi dan peningkatan produk. Setiap proyek juga memberi ide bagaimana untuk bisa scale-up,” sambung Doni.

Skema pasar AS

Menurut riset oleh Market Expertz, pasar perangkat SDM global kini telah mencapai $15,8 miliar dan Amerika Utara menjadi yang terbesar di dunia. Dengan pasar SaaS yang terbatas di Indonesia, Happy5 berambisi menyasar pasar AS.

Doni berencana untuk melebarkan sayap ke pasar AS pada Q3 tahun 2020, dengan harapan bisa menggalang dana di sana.

“Di tahun 2020, Happy 5 harus bisa menapakkan kaki di AS, dengan atau tanpa pendanaan.”

Prioritas lainnya adalah untuk membangun tim teknisi yang lebih baik serta meningkatkan kualitas tim manajemen. Doni juga mengungkapkan target mereka selanjutnya untuk tumbuh dua kali lipat, mencapai angka $2,8 juta.

“Dengan pendanaan lanjutan, kami bisa bertumbuh hingga tiga kali lipat penjualan,” tambahnya.

Platform SaaS for HR solution, Happy5, is trying to hit the US market through culture transformation

Profitable Happy5 Aims at Global Market Through Culture Transformation Platform

The SaaS (software-as-a-service) industry that started as technological innovation has become a necessity for businesses. Companies are trying to implement this technology in various sectors, from digital marketing, business process optimization, product development, and HR management.

For the last 5 years, Happy5, an Indonesian-based Software-as-a-Service (SaaS) company, has been trying to solve the problem in the HR sector by empowering agile ways of working. They believe the HR software company as the most fitting way to scale high performing culture in any organization.

Founded in 2014, Happy5 has pivoted its business twice. At first, they’re focused on Happiness, then switched a little bit to Culture and now to measure Performance. After the third year, they’ve finally found that employee happiness as the value proposition was not fit to Indonesia market and decided to change it into the Culture Transformation Platform.

Doni Priliandi, Founder & CEO of Happy5, said, “Companies are now doing a lot of culture transformation. But they have painful problems with communicating new values and transformation agenda, getting fast insights from employee and measure behavior demonstration.”

Fixing the value proposition

The early days of Happy5 are all about customer validation on a product that can measure employee’s happiness, direct communication, and recognition. Until they realize it’s not making money and here comes the first pivot.

The product doesn’t change, only the value proposition shifted from Measuring Employee Happiness into Enterprise Social Media. They started to charge Rp10,000 / user / month annually with advance payment. Some of the buyers come from internal communication, but that was not enough.

It’s not until they changed the value proposition into a culture transformation platform, that they can multiply the price by 4 times with a larger user base from the culture team under HR Department or directly to CEO.

The app offers an all-in-one communication and culture platform. It consists of 3 main groups of features, Enterprise Social Media; Employee Recognition, and Employee Survey. Currently, BCA, Kompas Gramedia, Telkomsel, Pegadaian, and XL are trusting Happy5 Culture as their platform of choice to do culture transformation.

In the 4th year, the company finally made some profit. With the Annual Recurring Revenue at $708,000, which is increased by $456,000 or nearly 3 times from the previous year. This year, they multiply the revenue to $1.3 million and still growing. They’ve hit 91% in gross margin and 5% of net margin in 2019.

Also, they have designed a holistic solution that seamlessly combines adaptive goal management (Objective Key Results) with high-configurable performance review and project management. The pilot costs Rp140,000 / user / month.

And as of now, BCA, Kompas Gramedia, Telkom (pilot at Amoeba Team), Pegadaian (pilot at a couple of regional offices) have chosen Happy5 Performance as their platform of choice to run agile performance management.

“We are super privileged to have a chance of helping reputable organizations in Indonesia like BCA and Telkomsel. And it’s a good start to learn both on implementation and product improvement. It gives ideas on how to scale too,” Priliandi said.

The US scenarios

According to the research by Market Expertz, the global human resource (HR) software market currently has a market value of $15.8 billion and North America holds the largest HR software market in the world. With the not-yet-sufficient market for the SaaS industry in Indonesia, Happy5 aims big for the US market.

Priliandi is planning to expand to the US market by Q3 2020, with possible fundraising from the US VCs.

“In 2020, Happy5 should have a presence in the US, regardless of how much money we have.”

The other priority is to build a better engineering team and improve the management team. Priliandi also shared his target to multiply sales by twice, projected to US$2.8 million.

“With extra funding, we can multiply at least three times our sales,” he added.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Menyimak Perjuangan Membangun Startup dari Pelaku Startup Indonesia dan Amerika Serikat

Dunia startup adalah sulit dan sarat dengan tantangan hingga kegagalan. Hal-hal tersebut ingin disampaikan dalam film dokumenter yang dibuat pembuat film asal Amerika Serikat, Cynthia Wade.

Dalam sesi penayangan film khusus yang diinisiasi 500 Startups, dihadirkan pula tiga entrepreneur Indonesia untuk berbagi pengalaman, suka duka, dan target yang masih ingin dicapai sebagai pendiri startup. Mereka adalah CEO iGrow Andreas Senjaya, Founder & CEO Happy5 Doni Priliandi, dan Founder & CEO Infonesia Ihsan Fadhlur Rahman. Venture Partner 500 Startups untuk 500 Durians Ashraf Sinclair menjadi moderator di acara ini.

Kegagalan dalam dunia startup

Mendirikan bisnis startup artinya Anda harus bisa bertahan dan menerima kegagalan saat menjalankan bisnis. Ketika ide bisnis sudah ditemukan dan tim yang solid sudah dibentuk (meskipun dalam jumlah kecil), masih banyak jalan yang harus ditempuh startup. Mulai dari pendanaan hingga target pasar dan tentunya membuktikan bahwa model bisnis yang dimiliki bakal berfungsi dengan baik.

Bagi Doni Priliandi, tidak mudah untuk bisa menjalankan bisnis startup. Dibutuhkan grit hingga dukungan yang penuh dari keluarga terdekat untuk bisa terus menjalankan bisnis.

“Saat membangun bisnis startup akan banyak penolakan yang terjadi, apakah itu dari pelanggan, investor hingga pegawai. Ketika saat-saat sulit tersebut datang, keluarga merupakan pendukung terbaik untuk Anda,” kata Donny.

Sementara menurut Andreas Senjaya, keluarga dan teman-teman terdekat bukan hanya bisa dijadikan pendukung yang ideal saat kesulitan datang, namun juga calon pelanggan yang siap untuk mencoba, membeli, dan memberikan kritik saat produk atau layanan startup siap untuk diluncurkan.

“Mereka adalah early adopter yang ideal dan tentunya sangat membantu. Bukan hanya untuk mendapatkan bantuan tapi feedback yang jujur dan peluang untuk menjadi pelanggan tetap nantinya,” kata Andreas.

Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi

Terinspirasi latar belakang pendidikan dan pengalaman saat magang di Uber, Founder & CEO Infonesia Ihsan Fadhlur Rahman tertarik untuk membangun bisnis startup Infonesia yang saat ini masih sangat belia usianya. Untuk bisa membuktikan kepada investor hingga pengguna, Ihsan dan tim harus rela menghabiskan waktu lebih untuk bekerja demi menghasilkan produk yang menarik dan berguna.

“Menurut saya endurance, hustle dan keep pushing merupakan strategi yang paling ampuh untuk menjalankan bisnis startup,” kata Ihsan.

Untuk bisa menjalankan bisnis dengan baik, dibutuhkan keseimbangan yang baik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Hal tersebut yang kemudian menjadi acuan dari Andreas.

“Habiskan waktu yang cukup untuk keluarga dan pastikan Anda sebagai pemilik startup bisa menyisihkan waktu bersama keluarga. Hal tersebut penting untuk menjaga keseimbangan hidup.”

Kesimpulan yang bisa diambil dari pengalaman para pelaku startup asal Amerika Serikat dan tiga pelaku startup Indonesia tersebut adalah untuk bisa menjalankan bisnis startup dengan baik dibutuhkan kesiapan dan daya tahan yang besar untuk melalui segala tantangan dan mencari cara terbaik untuk keluar dari masalah yang datang.

Lean Startup Machine Jakarta 2015 Targetkan 100 Partisipan

Lean Startup Machine (LSM) menargetkan 70-100 partisipan pada ajang LSM Jakarta 2015 mendatang, yang akan digelar 4-6 September di Kejora HQ, Wisma Barito Pacific Building Jakarta. Pihak penyelenggara sengaja membatasi jumlah peserta agar mereka secara komprehensif bisa mendapatkan pengajaran dari sejumlah mentor di tanah air. Peserta terbaik dijanjikan bakal diundang untuk mengikuti program di akselerator dan inkubator partner LSM.

Continue reading Lean Startup Machine Jakarta 2015 Targetkan 100 Partisipan