Jika Anda penikat game, terutama game lokal, tentu tidak asing atau bahkan sudah memiliki berbabagi game terbaik buatan anak negeri. Misalnya Coffee Talk, DreadOut atau Valthirian Arc: Hero School Story buatan Agate. Tapi mungkin juga dari Anda belum memiliki game ini di koleksi Anda.
Menyambut Hari Game Indonesia yang jatuh pada awal Agustus ini, berbagai game lokal mendapatkan diskon besar-besaran sampai dengan 61%.
Setidaknya ada 20 judul game lokal yang bisa Anda beli dengan harga diskon untuk dimainkan via Steam (alias melalui PC). Judul-judul ini mulai dari yang saya sebutkan di atas sampai dengan beberapa judul game lain yang cukup mencuri perhatian gamers seperti Escape From Naraka, Rage in Peace, Ultra Space Battle Brawl sampai dengan Rising Hell.
Diskonnya sendiri bervariasi ada yang 37% (paling kecil) sampai dengan 61% (yang paling besar). Diskon akan digelar sampai dengan 8 Agustus 2021. Karena diskon ini untuk game yang dimainkan melalui steam maka nantinya setelah membeli ada code yang harus di-redeem di Steam.
Untuk ketersediaan sendiri, diskon bisa dinikmati di empat ecommerce populer di Indonesia, mulai dari Tokopedia, Bukapalak, JD.ID dan Shopee. Untuk syarat dan ketentuan juga disesuai dengan toko online masing-masing.
Saya mencoba membeli di Tokopedia dan kupon atau voucher potongan harga tersedia secara terbatas setiap harinya. Atau dalam kasus saya, hanya bisa digunakna sekali saja, karena hari berikutnya ingin mendapatkan diskon, voucher sudah tidak bisa digunakan lagi karena sudah pernah terpakai. Jadi ketika ingin membeli dua game, saya hanya bisa mendapatkan diskon untuk 1 game saja. Sampai tulisan ini dibuat, saya belum sempat mencoba di ecommerce lainnya.
Untuk informasi diskon serta game-game apa saja yang tersedia, Anda bisa melihat halaman AGI berikut ini. Anda juga bisa klik judul untuk melihat trailer jika masih ragu atau ingin melihat seperti apa gameplay game tersebut.
Untuk saran pembelian, lebih baik cek ke aplikasi atau ecommerce masing-masing, karena meski link atau tautan ke toko online tersedia di halaman AGI khusus untuk diskon game lokal ini, tautannya terkadang tidak diarahkan ke halaman yang tepat.
Beriku juga saya cantumkan beberapa trailer game yang mendapatkan diskon di program ini.
Hari ini diperingati sebagai Hari Game Indonesia (HARGAI). Sebuah momen yang diadakan untuk menyulut semangat inovasi pengembang, komunitas, hingga berbagai stakeholder lain yang berperan memajukan industri game lokal. Bersamaan dengan kemeriahan Hari Game Indonesia, DailySocial mencoba menggali insight dari pada pelaku di ekosistem pengembang game lokal untuk berbagi pendapat seputar roadmap ekosistem dan cita-cita yang ingin dibentuk di Indonesia dari sisi penumbuhan kreativitas produk berbasis game.
Kami mencoba berdiskusi dengan para pengembang game lokal yang sudah cukup memiliki reputasi di Indonesia, bersama Co-Founder Agate Jogja Frida Dwi (atau yang akrab dipanggil dengan UB), CEO Amagine Interactive Dennis Adriansyah Ganda dan CEO Arsanesia Adam Ardisasmita.
Tren industri game lokal dan perkembangannya hingga saat ini
Diskusi diawali dari pendapat masing-masing seputar tren perkembangan industri game lokal. Mengawali perbincangan Frida menyampaikan bahwa saat ini terdapat beberapa pergerakan tren terkait dengan pengembang game lokal, di antaranya komunitas pengembang yang mulai aktif di banyak kota dan game lokal yang banyak bermunculan di berbagai platform. Adam juga menambahkan, selain itu kini masyarakat juga sudah makin aware dengan keberadaan produk game lokal. Sehingga tak hanya mampu mempopulerkan produknya saja, bahkan sudah sampai ke tahap monetisasi dari produk game yang dibuatnya.
Sebagai pengembang game di Yogyakarta, Dennis mengakui bahwa ekosistem pengembang game yang bertumbuh ini turut membawa dampak mengalirnya dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari korporasi. Sebut saja Google selaku penyedia market store yang banyak dimanfaatkan pengembang di Indonesia, Dennis menyampaikan saat ini Google sudah membuka pintu lebih luas untuk masuknya produk pengembang dan publisher lokal. Dukungan media pun turut dirasakan, sebagai salah satu media publikasi yang efektif.
“Menurut saya ini pertanda positif bagi developer Indonesia, karena market-nya sudah siap, dukungan dari stakeholder juga cukup besar dan resource untuk membuat game juga mulai mudah diakses. Tinggal bagaimana caranya kita membuat game yang berkualitas tinggi dan mampu diterima pemain saja,” ujar Dennis.
Terkait dengan sejauh mana perkembangan ekosistem pengembang game saat ini, Denis dan Frida menyampaikan bahwa masih dalam tahap berkembang, namun dengan akselerasi yang lebih kencang. Para pengembang lokal sudah mulai mampu mengikuti dinamika kemajuan yang ada di dunia, terutama dari sisi cakupan teknologi. Sedangkan Adam mencoba menggambarkan dan membandingkan industri yang ada saat ini dengan yang ada di negara maju.
“Ekosistem game kita jika dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Amerika dan Jepang bisa dibilang masih jauh. Misalkan Jepang level 9 dan Amerika level 10, mungkin Indonesia masih di level 3. Hal ini didasari dengan kualitas dan kuantitas developer kita yang masih rendah. Tak hanya itu, elemen di dalam ekosistem game di Indonesia juga masih banyak yang belum terbangun seperti keberadaan publisher, keberadaan studio game raksasa yang membuka cabang di Indonesia, dan lain sebagainya,” ujar Adam.
Namun demikian Adam mengatakan bahwa perlahan pengembang game lokal juga mulai muncul menghadirkan kualitas karya yang mendunia. Ia juga meyakini dengan momentum yang ada saat ini, cepat atau lambat Indonesia akan mampu bergerak di level yang lebih baik.
Pengembang lokal rata-rata memfokuskan pada game mobile
Teknologi menawarkan banyak ruang untuk pengembang game, mulai dari konsol, PC, mobile hingga yang terkini seperti perangkat virtual reality. Pengembang game lokal pun nyatanya memang masih banyak yang memfokuskan pada platform mobile, bagi Frida sebenarnya platform itu bukan sebagai batasan bagi pengembang, karena menurutnya selain dari sisi produk yang harus bagus, fokus pengembang game lokal adalah potensi profit yang perlu diraih. Selama pesan dan gagasan yang ingin disampaikan melalui game tersebut mudah dijangkau pemain, Frida merasa bahwa pengembang tidak perlu memusingkan tentang di mana game tersebut harus ditaruh.
Berbicara tentang penjangkuan profit, maka pangsa pasar adalah salah satu target yang perlu difokuskan. Adam berpendapat bahwa setiap genregame akan memiliki pangsa pasarnya sendiri-sendiri, pun demikian dengan jangkauan game di platform tertentu, tak bisa dikatakan konsol lebih baik dari mobile dan sebaliknya. Bagi industri yang sedang berkembang seperti di Indonesia, menurut Adam ada baiknya para pengembang memang fokus di platform dulu.
Dennis turut menambahkan bahwa pengembang perlu lebih membuka diri, jangan terlalu menggantungkan diri kepada sebuah platform. Ia melihat dari tren teknologi yang ada saat ini, sangat cepat berkembang dan diadaptasi oleh konsumen.
“Jadi bagi kami bukan soal platformnya yang utama, namun experience dan gameplay seperti apa yang ingin kami berikan kepada users. Baru kemudian kami menilai platform manakah yang cocok bagi kami untuk menyampaikan experience tersebut. Kalau saya pribadi sih ke depannya ingin mengembangkan game-game RPG yang mampu membuat orang betah bermain lama seperti Ragnarok Online,” jelas Dennis.
Monetisasi game bagi pengembang lokal di pangsa pasar lokal
Di tingkat dunia, dalam industri entertainment, game banyak dikatakan berada di peringkat kedua setelah film dari sisi pendapatan industri. Pangsa pasar yang besar itu ternyata belum begitu dirasakan oleh pemain industri lokal. Dan ketika berdiskusi dengan para pengembang, mereka sepakat bahwa industri lokal yang belum bertumbuh dan dominasi kuat pemain asing menjadi penyebabnya.
Adam mencontohkan bahwa industri game yang sudah memiliki pendapatan besar telah dikembangkah oleh studio dengan skala besar, dengan jumlah pengembang ribuan orang. Sedangkan di Indonesia, studio game terbesarnya jumlah karyawannya belum sampai angka ratusan. Artinya memang untuk bisa menghadirkan game dengan skala tersebut, kita masih belum sanggup untuk hari ini.
“Simplenya sih market game lokal sebagian besar masih dipegang oleh luar,” ujar singkat Frida.
Dennis melihat fenomena ini sebagai tantangan bagi pengembang lokal, untuk bisa turut ambil bagian dalam revenue stream yang besar tersebut. Selain itu sudah sejak lama juga para gamers di Indonesia disajikan pada produk-produk luar, tak jarang juga yang “resistant” terhadap game buatan lokal. Memang perlu usaha yang cukup besar untuk menunjukkan bahwa game buatan anak bangsa pun tidak kalah dari game buatan luar.
“Memang kalau kita amati, top grossing Google Play saja mungkin lebih dari 90% game yang ada di situ adalah produk luar, yang artinya sebagian besar revenuegame Android yang ada di Indonesia dinikmati oleh developer luar. Namun sekali lagi saya juga cukup optimis game developer Indonesia dapat semakin berkembang karena gamers lokal sedikit demi sedikit mulai mampu menikmati dan mengapresiasi game lokal, contoh nyatanya ya game Tahu Bulat,” ujar Dennis.
Harapan untuk industri game lokal yang lebih berkilau
Kita semua tentu sepakat, bahwa cita-cita terbesar yang ingin dicapai adalah bisa memfasilitasi kebutuhan produk dalam negeri dengan karya lokal. Meskipun masih dalam tahap berkembang, dan harus bersaing dengan pengembang game global, semua meyakini bahwa tekad dan semangat yang kuat pengembang game lokal untuk berinovasi akan mengantarkan bangsa pada titik puncak yang diinginkan.
“Hari Game Indonesia, harapanku dengan adanya HARGAI masyarakat jadi lebih aware lagi dengan industri game lokal kita. Semoga makin banyak yang tertarik untuk membuat game sebagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan mereka,” pungkas Frida menyampaikan harapannya untuk industri game lokal.
Kerja sama dari berbagai pihak untuk bergotong-royong memajukan industri ini pun juga diperlukan.
“Saya berharap momen ini bisa menjadi tempat untuk mengapreasiasi game-game lokal, memberikan pencerdasan terhadap game yang positif, dan juga bisa membangun momentum agar ekosistem game lokal bisa semakin maju lagi. Memajukan industri game di Indonesia agar bisa sekelas Amerika, Jepang, Korea, dll butuh dukungan dari banyak pihak mulai dari masyarakat, komunitas, media, universitas hingga pemerintah,” pungkas Adam optimis industri game lokal yang bisa maju.
Hari Game Indonesia diharapkan juga tidak hanya menjadi seremonial saja, melainkan benar-benar memberikan dampak yang berarti bagi ekosistem pengembang game nasional.
“Menurut saya Hari Game Indonesia ini adalah awal yang sangat baik untuk mengajak gamers lokal memainkan game buatan dalam negeri. Semoga Hari Game Indonesia ini dapat menjadi acara tahunan yang semakin lama semakin meriah dan gamers lokal semakin menyukai game-game buatan Indonesia. Lalu sebagai seorang game developer juga, saya berharap mampu menyajikan game-game yang jauh lebih berkualitas untuk gamer Indonesia,” pungkas Dennis dengan komitmennya untuk meningkatkan kualitas produk game yang dikembangkannya.
Hari ini, 8 Agustus 2016 pemerintah yang diwakili oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Kementrian Perindustrian bersama dengan Asosiasi Game Indonesia (AGI) dan puluhan studio game di Indonesia sepakat untuk menyelenggarakan Hari Game Indonesia (HARGAI). Dengan semangat menghargai game-game karya pengembang lokal, HARGAI juga diharapkan mampu mendongkrak partisipasi dan apresiasi masyarakat terhadap industri game di Indonesia.
Di Indonesia sendiri saat ini game belum lepas dari stigma negatif. Ungkapan-ungkapan seperti sesuatu yang tidak bermanfaat, buang-buang waktu, mengurangi produktivitas dan lain sebagainya masih sering terdengar jika ada tukar pendapat atau argumen mengenai game. Padahal game sendiri sekarang sudah menjelma menjadi sebuah industri yang dibaliknya terdapat peran orang-orang kreatif.
Sama seperti musik, film, bentuk karya lainnya, setiap orang punya cara berbeda untuk menikmati game. Mengisi waktu luang misalnya, ketika menunggu kereta di stasiun, saat macet atau saat-saat melepas kepenatan seperti selepas bekerja atau di akhir pekan. Perkara game itu bisa berdampak negatif harusnya yang disalahkan adalah subyek atau yang memainkan, bukan malah melarang game itu sendiri.
Kembali ke masalah industri game tanah air, selain stigma negatif dari masyarakat yang belum sepenuhnya melihat game dari segi positif, dukungan pemerintah juga diharapkan lebih all out kepada industri game, tak hanya soal pendanaan, dukungan lain seperti edukasi pembajakan dan meningkatkan kualitas pengembangan game lokal juga diharapkan.
Owner Toge Production Kris Antoni Hadiputra, CEO KotakGame Christian Lyman dan CEO Touchten Anton Soeharyo secara terpisah kepada Dailysocial mengungkapkan bahwa industri game Indonesia ini masih dalam tahap awal, masih sangat muda meskipun sudah banyak game buatan Indonesia yang diproduksi dan sudah banyak berkembang dari tahun-tahun sebelumnya.
Mengenai dukungan pemerintah, ketiganya juga sepakat sudah ada respons positif dari pemerintah. Mulai dari adanya diskusi antara AGI dan pemerintah dan dukungan Bekraf terhadap karya-karya game Indonesia seperti acara HARGAI ini.
“Jujur kita sedikit telat dari negara tetangganya, namun beberapa tahun belakangan ini, pemerintah sudah sangat serius terlihat aktif mendukung para developer lokal kita. Saya luar biasa kagum dengan komitmen pemerintah di Kemkominfo dan Bekraf yang sangat mendukung secara penuh di tahun ini terutama,” tutur Christian.
Selain masalah teknis mengenai dukungan modal, akses ke publisher lokal, dan lain sebagainya masalah penilaian negatif, infrastruktur, dan pembajakan menjadi isu yang utama. Untuk masalah penilaian negatif dan pembajakan salah satu cara paling efektif adalah mulai mengedukasi masyarakat.
Untuk infrastruktur, ini sepenuhnya bergantung pada pemerintah. Bagaimana mempercepat perluasan akses internet dan juga menyediakan solusi pembayaran yang mudah dan tidak terlalu dibebani dengan banyak pajak.
Di hari yang rencananya akan diperingati sebagai Hari Game Indonesia ini diharapkan masyarakat luas mampu mulai memberikan perhatian pada game-game karya pengembang lokal. Dengan demikian para pengembang bisa lebih termotivasi untuk selalu memberikan karya terbaik mereka.
“[Saya harap] pelajar, Akademisi dan Pemeran Industri dan masyarakat umum menjadi termotivasi untuk mengetahui bahwa game merupakan satu media hiburan kreatif sebagai ajang untuk bersaing dalam bentuk karya digital secara global,” ujar Anton.
Hal senada juga diungkapkan Kris Antoni, ia berharap dengan adanya Hari Game Indonesia ini game-game Indonesia bisa berkembang lebih berkualitas, termasuk juga industrinya.
“Menurut saya ini merupakan langkah yang tepat. Melalui Hari Game Indonesia, game karya developer Indonesia dapat semakin tersorot. Saya harap acara ini dapat terus bertumbuh setiap tahunnya, dan tidak hanya mendorong pengembang lokal untuk menghasilkan game-game berkelas dunia, tetapi juga mengedukasi masyarakat Indonesia, mengubah stigma negatif menjadi positif, dan mengajak semua lapisan masyarakat untuk lebih menghargai produk kreatif,” ujar Kris.