Tag Archives: Harvard Management Company

Sequoia Capital India Leads Funding for Bibit, Securing 938 Billion Rupiah

The mutual fund investment platform startup, Bibit, today (03/5) announced the $65 million worth of funding equivalent to 938 billion Rupiah. Sequoia Capital India, previously led Bibit’s $30 million funding earlier this year, also leading this one. Prosus Ventures, Tencent, and Harvard Management Company are also participated in this round, also the previous investors AC Ventures and East Ventures.

Fresh funds will be focused on launching new products/features, developing technology, recruiting employees, and increasing public education regarding investment.

According to IDX and KSEI, the number of retail investors in Indonesia grew 78% YoY in 2020 to 3.2 million investors. This one was part of millennials contribution; 92% of new investors in 2020. In the first quarter of 2021, there are  1 million new mutual fund investors registered in the capital market. Despite the significant increase, Indonesian people contribution in the capital market is still less than 2%.

“Previously, Indonesian capital market was considered a frightening place to invest, and limited to certain groups. Bibit is leveraging technology to make investment more accessible to everyone, including novice investors. Therefore, we see a sharp increase in interest of retail investors in the capital market,” Bibit’s Director, Sigit Kouwagam said.

He also added, “We believe all Indonesians deserve a better future. Helping to increase financial inclusion and encouraging investment habits in the right way is one way to make it happen. We are very proud to have the support of our partners and investors to speed up the mission.”

Bibit has been acquired by Stockbit since 2019. Stockbit is known as an information service of the capital market. Bibit platform is designed as a “robo-advisor” for mutual funds in Indonesia, helping investors own portfolios according to their risk profile and investment objectives. Based on the data, 90% of Bibit users are millennial investors who previously had no experience with investing.

One of its rival for mutual fund applications is Ajaib. Recently, Ajaib announced Series A funding worth IDR 1.3 trillion led by Ribbit Capital. In addition, there is Bareksa, an investment platform that has joined and integrated with the OVO group. While Bukalapak, the unicorn, is preparing their “new ammo” PT Buka Investasi Bersama to focus on serving mutual fund investments for millions of customers on the online marketplace platform.

In a survey we conducted in mid-2020, mutual funds (67%) were the most popular investment instrument for digital purchase. Followed by gold (62.7%), stocks (44.5%), P2P lending (16.3%), and bonds (11.5%). Regarding the the type of investment, respondents shared one voice that this was based on the risk profile (48.8%), novice (24.4%), friend recommendations (10.4%), and most familiar (8.1%).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pendanaan Bibit

Sequoia Capital India Kembali Pimpin Pendanaan untuk Bibit, Kini Bukukan 938 Miliar Rupiah

Startup pengembang platform investasi reksa dana Bibit hari ini (03/5) kembali mengumumkan perolehan pendanaan senilai $65 juta atau setara 938 miliar Rupiah. Sequoia Capital India kembali memimpin pendanaan ini, setelah sebelumnya mereka juga memimpin perolehan $30 juta Bibit pada awal tahun ini. Prosus Ventures, Tencent, dan Harvard Management Company turut terlibat dalam putaran ini, juga investor sebelumnya meliputi AC Ventures dan East Ventures.

Dana segar akan difokuskan untuk peluncuran produk/fitur baru, pengembangan teknologi, perekrutan karyawan, dan meningkatkan edukasi masyarakat terkait investasi.

Menurut data IDX dan KSEI, jumlah investor ritel di Indonesia tumbuh 78% secara YoY di 2020 menjadi 3,2 juta investor. Peningkatan ini disumbang oleh kalangan milenial; 92% investor baru pada tahun 2020. Pada kuartal pertama di tahun 2021 sendiri, ada penambahan sebanyak 1 juta investor reksa dana yang terdaftar di pasar modal. Meskipun adanya peningkatan yang signifikan, saat ini partisipasi dari masyarakat Indonesia di pasar modal masih kurang dari 2%.

“Sebelumnya, pasar modal di Indonesia dianggap sebagai tempat berinvestasi yang menakutkan, dan hanya untuk sebagian kalangan tertentu. Bibit mendayagunakan teknologi untuk membuat investasi semakin mudah untuk diakses oleh semua orang, termasuk investor pemula. Oleh karena itu, kami melihat adanya peningkatan yang tajam dalam minat investor ritel dalam di dalam pasar modal,” ujar Direktur Bibit Sigit Kouwagam.

Lebih lanjut ia menambahkan, “Kami percaya semua masyarakat Indonesia berhak mendapatkan masa depan yang lebih baik. Membantu meningkatkan inklusi keuangan dan mendorong kebiasaan berinvestasi dengan cara yang benar adalah salah satu cara untuk mewujudkannya. Kami sangat bangga bisa mendapatkan dukungan dari partner dan investor kami untuk mempercepat misi tersebut.”

Bibit sendiri telah diakuisisi Stockbit sejak tahun 2019. Stockbit dikenal sebagai layanan informasi tentang pasar modal. Platform Bibit didesain sebagai “robo-advisor” reksa dana di Indonesia, membantu investor memiliki portofolio sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi. Dari data yang diberikan, 90% pengguna Bibit merupakan investor milenial yang sebelumnya tidak berpengalaman terkait investasi.

Salah satu rival untuk aplikasi reksa dana adalah Ajaib. Belum lama ini Ajaib baru mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai 1,3 triliun Rupiah yang dipimpin oleh Ribbit Capital. Selain itu ada juga Bareksa, platform investasi yang saat ini juga sudah bergabung dan terintegrasi bersama grup OVO. Sementara unicorn Bukalapak juga tengah menyiapkan “mesin baru” mereka PT Buka Investasi Bersama untuk fokus melayani investasi reksa dana bagi jutaan pelanggan di platform online marketplace.

Dalam survei yang kami lakukan pertengahan tahun 2020 lalu, reksa dana (67%) menjadi instrumen investasi yang paling diminati untuk dibeli secara digital. Dilanjutkan emas (62,7%), saham (44,5%), P2P lending (16,3%), dan obligasi (11,5%). Mengenai pertimbangan memilih jenis investasi tersebut, responden kompak menjawab bahwa ini sudah sesuai dengan profil risiko (48,8%), baru belajar (24,4%), rekomendasi teman (10,4%), dan paling familiar (8,1%).

Application Information Will Show Up Here