Tag Archives: Harvard University

Rolls-Royce Kembangkan Robot Mini untuk Membantu Mempercepat Perbaikan Mesin Pesawat

Rolls-Royce mungkin lebih dikenal sebagai produsen mobil super-mewah, akan tetapi pabrikan asal Inggris itu sebenarnya sudah memproduksi mesin pesawat sejak era Perang Dunia I, dan masih terus aktif sampai saat ini. Mereka pun juga tidak mau ketinggalan perihal teknologi. Buktinya, mereka sedang mengembangkan robot untuk membantu mempercepat proses perbaikan mesin pesawat.

Proyek ini Rolls-Royce kerjakan bersama para cendekiawan asal Harvard, University of Nottingham, dan sejumlah mitra lainnya. Bukan cuma satu, total ada empat robot yang tengah ditelusuri konsepnya, serta ada pula yang sudah mulai masuk dalam tahap pengembangan.

Robot yang pertama dijuluki Swarm, memiliki bentuk menyerupai kecoak dengan diameter sekitar 10 mm. Fungsinya adalah untuk merayap ke bagian tengah mesin, melakukan inspeksi visual di area-area yang sulit, yang sebelumnya mustahil dijangkau tanpa melepas mesin dari rangka pesawat.

Rolls-Royce Swarm robot

Setiap unit Swarm dilengkapi kamera kecil berdimensi 15 mm sehingga apa yang dilihat bisa langsung dipantau oleh tim operator secara real-time. Sebelum memulai aksinya, Swarm akan terlebih dulu ‘diantar’ oleh robot kedua yang bernama Flare. Flare memiliki bodi yang fleksibel macam seekor ular, sehingga ia dapat dioperasikan layaknya sebuah endoskop.

Kombinasi ini diyakini dapat mempercepat proses perbaikan secara drastis. Berbicara kepada CNBC, James Kell yang menjabat sebagai Technology Specialist di Rolls-Royce memperkirakan waktu inspeksi yang diperlukan oleh robot-robot ini mungkin hanya sekitar lima menit, sedangkan kalau ditangani tim mekanik seperti yang ada sekarang, bisa memakan waktu sampai lima jam.

Robot yang ketiga dinamai Inspect, persis sesuai fungsinya. Secara teknis, Inspect merupakan kamera kecil berwujud ala periskop yang ditanamkan secara permanen ke dalam mesin. Berdasarkan observasinya dari waktu ke waktu, Inspect bakal melapor ketika masa perawatan mesin sudah tiba.

Mesin pesawat Rolls-Royce Trent XWB / Rolls-Royce
Mesin pesawat Rolls-Royce Trent XWB / Rolls-Royce

Robot yang terakhir disebut dengan istilah remote boreblending, dan ini yang sudah mulai masuk tahap pengembangan. Robot ini bertugas melakukan perbaikan, semisal mereparasi bilah kompresor menggunakan laser, dan sesuai namanya, ia bisa dikendalikan secara remote oleh tim operator di markas Rolls-Royce, yang berarti waktu tidak akan terbuang sia-sia hanya untuk menerbangkan tim mekanik ke lokasi pesawat.

Kalau kita perhatikan, robot-robot ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan peran manusia secara menyeluruh. Mereka tidak lebih dari sebatas alat bantu, dan kehadiran tim ahli tentu masih sangat diperlukan. Jadi, ya, sepertinya profesi teknisi mesin pesawat masih aman dari jarahan robot, setidaknya untuk beberapa tahun mendatang.

Sumber: CNBC dan Rolls-Royce.

Ilmuwan Harvard Ciptakan Ikan Pari Cyborg Dari Sel Jantung Tikus

Jangan dikira eksperimen akan melambat terlepas dari munculnya kekhawatiran terhadap dampak negatif pengembangan robot dan kecerdasan buatan. Alam seringkali menjadi sumber ide, dan kita sudah melihat sendiri mengagumkannya imitasi fauna liar. Tapi berbeda dari robot biasa, kreasi tim Harvard ini boleh dikatakan sebagai ‘monster Frankenstein-nya dunia robotik’.

Peneliti Kevin Kit Parker dan tim Wyss Institute di Harvard University menyingkap sebuah organisme jenis baru, berada di area batas antara robot dan makhluk hidup. Ciptaan ini dirancang agar menyerupai spesies batoid, atau sederhananya, ikan pari. Salah satu aspek paling unik dari ‘cyborg’ itu adalah material penyusunnya. Ilmuwan menggunakan sekitar 200.000 sel jantung tikus untuk membentuk otot buatan.

Ukuran robot tersebut memang tidak besar, hanya memiliki panjang 16-milimeter dan berat 10 gram. Ia bergerak layaknya ikan pari, dan saat dilihat lebih dekat, organisme buatan ini memiliki tubuh transparan dengan tulang berwarna keemasan. Kreasi Kit Parker dan kawan-kawan itu terdiri dari empat bagian: tubuh dari karet, rangka sekaligus saraf berbahan emas, satu layer karet tipis lagi, serta elemen dasar dari jantung tikus (cardiomyocytes).

Cyborg Stingray 1
Ikan pari cyborg ini memiliki tubuh transparan dan syaraf berwarna keemasan.

Untuk membuat cyborg ikan pari ini bergerak, ilmuwan memodifikasi gen-gen sel tikus agar merespons cahaya. Ketika terekspos sinar, sel-sel tersebut akan berkontraksi, kemudian lapisan-lapisan tubuhnya bergerak seperti pompa dan menekan tulang – meniru cara ikan pari berenang. Dengan frekuensi cahaya berbeda, tim dapat mengatur kecepatan dan arah gerak sang robot.

Kit Parker mengaku bahwa ciptaannya ini memang belum sesempurna versi alam, dan meskipun cyborg batoid tersebut merupakan ‘mesin hidup’, butuh lebih banyak penelitian untuk menggarap robot yang lebih kompleks berbekal jaringan hidup. Tantangan terbesarnya ialah menyediakan lingkungan dan kondisi khusus bagi material hidup agar tidak mati.

Tapi tujuan dari riset ini sebetulnya bukan untuk menciptakan tiruan dari makhluk hidup sesungguhnya, melainkan buat lebih memahami cara kerja jantung dan menanggulangi penyakit terkait organ penting ini. Parker menuturkan, fokus utama eksperimen mereka adalah membangun jantung buatan (sebelumnya ia juga sempat terlibat dalam upaya penciptaan organ mini).

Di tahun 2012, Kit Parker dan tim Harvard juga sukses membangun cyborg ubur-ubur. Robot sama-sama memanfaatkan jaringan jantung, tetapi rancangan dan sistem kerjanya lebih sederhana dari cyborg ikan pari.

Sumber: New Scientist & RT.com.