Sejak awal diluncurkan, LinkAja fokus pada penyediaan layanan keuangan digital untuk kelas menengah/aspiran dan para pelaku UMKM. Inilah yang diklaim membedakan LinkAja dengan platform sejenis.
Selain didukung sejumlah perusahaan plat merah, perusahaan juga telah menerima investasi dari Gojek dan Grab.
Kepada DailySocial, CEO LinkAja Haryati Lawidjaja, mengungkapkan strategi mereka memperkuat layanan dan produk. Prioritas LinkAja berikutnya akan fokus ke kota Tier 2 dan Tier 3 dan memperluas kolaborasi dan potensi akuisisi dengan platform yang memiliki visi dan misi yang sama.
Kolaborasi dan investasi
Dengan dukungan dari berbagai investor, kerja sama yang dilakukan LinkAja dengan seluruh pemegang saham dan mitra memiliki satu tujuan, yaitu menjadi uang elektronik nasional yang dapat mendukung pemerintah meningkatkan inklusi keuangan dan ekonomi melalui kemudahan akses layanan keuangan digital kepada seluruh masyarakat Indonesia.
“Baik Grab maupun Gojek berkomitmen bersama dengan LinkAja untuk mendukung Pemerintah dalam mendorong inklusi keuangan di Indonesia,” kata Haryati.
Dalam setahun terakhir, LinkAja telah mengakuisisi iGrow, startup p2p lending yang fokus pada pembiayaan produktif di bidang pertanian. Langkah ini dilakukan perusahaan untuk memperluas lini bisnis ke pembiayaan online, terutama untuk sektor produktif UMKM.
“Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kemandirian ekonomi. Kami memilih iGrow – karena adanya kesamaan purpose, visi, dan misi untuk memberdayakan segment mass to aspirant untuk dapat memiliki kemandirian ekonomi,” kata Haryati.
Di sesi webinar DS Launchpad Ultra 2021 beberapa waktu lalu, Haryati menyebutkan kolaborasi yang telah dilakukan bersama dengan parent company dan perusahaan BUMN lainnya telah mendorong pertumbuhan bisnis perusahaan.
Tercatat hingga saat ini LinkAja telah bekerja sama dengan lebih dari 1,1 juta UMKM atau naik 104% dibandingkan tahun sebelumnya. UMKM tersebut mayoritas bergerak di pasar super ultra mikro di kota lapis dua dan tiga, sesuai dengan area fokus perusahaan. Mereka juga bermitra dengan lebih dari 100 industri keuangan yang menyediakan berbagai solusi finansial digital baik untuk konsumen dan bisnis.
Untuk keperluan belanja online, mereka telah bermitra dengan lebih dari 7.500 online marketplace, 400 ribu merchant nasional, dan 750 pasar tradisional.
Kolaborasi terbaru LinkAja adalah dengan Tokko, platform pembuatan toko online. Perusahaan ini didirikan bulan Desember 2019 oleh Krishnan Menon dan Lorenzo Peracchione, yang berada dalam naungan PT Beegroup Financial Indonesia (satu grup dengan BukuKas).
Kerja sama Tokko dan LinkAja ini bertujuan mendukung mitra UMKM Tokko agar dapat menjangkau pengguna LinkAja melalui special banner yang akan ditampilkan pada aplikasi LinkAja. Inisiatif ini juga diharapkan dapat membantu merchant LinkAja mentransformasi bisnis mereka dari offline ke online.
Layanan unggulan
Saat ini 73% pengguna LinkAja berada di kota tier 2 dan 3. Use case yang menjadi unggulan perusahaan adalah sebagai alat pembayaran terlengkap untuk berbagai moda transportasi darat, termasuk kereta api, bus, ride-hailing, dan taksi.
“Kami juga menghadirkan berbagai use cases lainnya yang relevan dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat di setiap daerah. LinkAja fokus di kota tier 2 dan 3 di mana kami bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk dapat mendorong UMKM lokal juga masyarakat lokal dalam inklusi keuangan,” kata Haryati.
Untuk layanan syariah, LinkAja mengklaim menjadi platform uang elektronik satu-satunya yang memiliki sertifikat syariah dari DSN MUI dan Bank Indonesia. Haryati menyebutkan, alasan diluncurkannya layanan syariah oleh LinkAja adalah besarnya populasi umat muslim di tanah air. Sebelumnya belum ada platform uang elektronik yang relevan untuk syariah.
LinkAja juga membuka peluang dengan menyediakan pembiayaan berbasis syariah untuk membantu UMKM. Perusahaan berupaya untuk membina mereka, termasuk membantu mendapatkan sertifikasi halal. Tercatat layanan syariah LinkAja telah memiliki lebih dari 3,5 juta pengguna.
Fokus saat ini
LinkAja berupaya untuk mendapatkan keseimbangan antara agility dan governance. Penting bagi mereka untuk bisa menghasilkan inovasi yang cepat namun tetap relevan dan tentunya bisa di-scale-up.
Hal lain yang juga menjadi fokus perusahaan ke depannya adalah layanan fintech yang semakin terintegrasi ke dalam semua sendi perekonomian di Indonesia.
Perusahaan mengungkap telah memproses 1,4 miliar transaksi sepanjang satu tahun terakhir. Tidak hanya fokus dengan pasar consumer dan UMKM untuk solusi keuangan digital, tetapi juga bermain di ranah enterprise untuk berbagai solusi, seperti cash collection (cash handling risk, real-time reporting, dan pembayaran non tunai), incentive disbursement (pencairan real-time, pelaporan terintegrasi, dan flexible use case), dan cross sell & advertisement (memaksimalkan jangkauan produk menggunakan platform yang sesuai).
“Semua pihak baik pemerintah maupun para pihak di industri fintech dan ekosistem terkait [..] berkolaborasi lebih erat secara terbuka dengan semua pemangku kepentingan agar benefit dari layanan fintech dapat semakin terasa manfaatnya bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia, [misalnya] dalam hal infrastruktur untuk konektivitas digital,” tutup Haryati.