Tag Archives: Haryati Lawidjaja

CEO LinkAja Haryati Lawidjaja / LinkAja

LinkAja Dorong Pelaku UMKM di Kota Tier 2 dan Tier 3 Mengakses Layanan Keuangan Digital

Sejak awal diluncurkan, LinkAja fokus pada penyediaan layanan keuangan digital untuk kelas menengah/aspiran dan para pelaku UMKM. Inilah yang diklaim membedakan LinkAja dengan platform sejenis.

Selain didukung sejumlah perusahaan plat merah, perusahaan juga telah menerima investasi dari Gojek dan Grab.

Kepada DailySocial, CEO LinkAja Haryati Lawidjaja, mengungkapkan strategi mereka memperkuat layanan dan produk. Prioritas LinkAja berikutnya akan fokus ke kota Tier 2 dan Tier 3 dan memperluas kolaborasi dan potensi akuisisi dengan platform yang memiliki visi dan misi yang sama.

Kolaborasi dan investasi

LinkAja Akuisisi iGrow
Co-Founder & CEO iGrow Andreas Sanjaya bersama CEO LinkAja Haryati Lawidjaja dalam acara pengumuman aksi korporasi ke publik / LinkAja

Dengan dukungan dari berbagai investor, kerja sama yang dilakukan LinkAja dengan seluruh pemegang saham dan mitra memiliki satu tujuan, yaitu menjadi uang elektronik nasional yang dapat mendukung pemerintah meningkatkan inklusi keuangan dan ekonomi melalui kemudahan akses layanan keuangan digital kepada seluruh masyarakat Indonesia.

“Baik Grab maupun Gojek berkomitmen bersama dengan LinkAja untuk mendukung Pemerintah dalam mendorong inklusi keuangan di Indonesia,” kata Haryati.

Dalam setahun terakhir, LinkAja telah mengakuisisi iGrow, startup p2p lending yang fokus pada pembiayaan produktif di bidang pertanian. Langkah ini dilakukan perusahaan untuk memperluas lini bisnis ke pembiayaan online, terutama untuk sektor produktif UMKM.

“Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kemandirian ekonomi. Kami memilih iGrow – karena adanya kesamaan purpose, visi, dan misi untuk memberdayakan segment mass to aspirant untuk dapat memiliki kemandirian ekonomi,” kata Haryati.

Di sesi webinar DS Launchpad Ultra 2021 beberapa waktu lalu, Haryati menyebutkan kolaborasi yang telah dilakukan bersama dengan parent company dan perusahaan BUMN lainnya telah mendorong pertumbuhan bisnis perusahaan.

Tercatat hingga saat ini LinkAja telah bekerja sama dengan lebih dari 1,1 juta UMKM atau naik 104% dibandingkan tahun sebelumnya. UMKM tersebut mayoritas bergerak di pasar super ultra mikro di kota lapis dua dan tiga, sesuai dengan area fokus perusahaan. Mereka juga bermitra dengan lebih dari 100 industri keuangan yang menyediakan berbagai solusi finansial digital baik untuk konsumen dan bisnis.

Untuk keperluan belanja online, mereka telah bermitra dengan lebih dari 7.500 online marketplace, 400 ribu merchant nasional, dan 750 pasar tradisional.

Kolaborasi terbaru LinkAja adalah dengan Tokko, platform pembuatan toko online. Perusahaan ini didirikan bulan Desember 2019 oleh Krishnan Menon dan Lorenzo Peracchione, yang berada dalam naungan PT Beegroup Financial Indonesia (satu grup dengan BukuKas).

Kerja sama Tokko dan LinkAja ini  bertujuan mendukung mitra UMKM Tokko agar dapat menjangkau pengguna LinkAja melalui special banner yang akan ditampilkan pada aplikasi LinkAja. Inisiatif ini juga diharapkan dapat membantu merchant LinkAja mentransformasi bisnis mereka dari offline ke online.

Layanan unggulan

LinkAja syariah sudah digulirkan di aplikasi; jalin kerja sama dengan institusi keuangan syariah / LinkAja

Saat ini 73% pengguna LinkAja berada di kota tier 2 dan 3. Use case yang menjadi unggulan perusahaan adalah sebagai alat pembayaran terlengkap untuk berbagai moda transportasi darat, termasuk kereta api, bus, ride-hailing, dan taksi.

“Kami juga menghadirkan berbagai use cases lainnya yang relevan dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat di setiap daerah. LinkAja fokus di kota tier 2 dan 3 di mana kami bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk dapat mendorong UMKM lokal juga masyarakat lokal dalam inklusi keuangan,” kata Haryati.

Untuk layanan syariah, LinkAja mengklaim menjadi platform uang elektronik satu-satunya yang memiliki sertifikat syariah dari DSN MUI dan Bank Indonesia. Haryati menyebutkan, alasan diluncurkannya layanan syariah oleh LinkAja adalah besarnya populasi umat muslim di tanah air. Sebelumnya belum ada platform uang elektronik yang relevan untuk syariah.

LinkAja juga membuka peluang dengan menyediakan pembiayaan berbasis syariah untuk membantu UMKM. Perusahaan berupaya untuk membina mereka, termasuk membantu mendapatkan sertifikasi halal. Tercatat layanan syariah LinkAja telah memiliki lebih dari 3,5 juta pengguna.

Fokus saat ini

LinkAja memiliki lebih dari 61 juta orang atau tumbuh 65% yoy, sebanyak 73% diantaranya adalah pengguna yang berada di area lapis dua dan tiga
Perluas Ekosistem bersama Pemegang Saham, LinkAja Berambisi Teruskan Capaian Positif / LinkAja

LinkAja berupaya untuk mendapatkan keseimbangan antara agility dan governance. Penting bagi mereka untuk bisa menghasilkan inovasi yang cepat namun tetap relevan dan tentunya bisa di-scale-up.

Hal lain yang juga menjadi fokus perusahaan ke depannya adalah layanan fintech yang semakin terintegrasi ke dalam semua sendi perekonomian di Indonesia.

Perusahaan mengungkap telah memproses 1,4 miliar transaksi sepanjang satu tahun terakhir. Tidak hanya fokus dengan pasar consumer dan UMKM untuk solusi keuangan digital, tetapi juga bermain di ranah enterprise untuk berbagai solusi, seperti cash collection (cash handling risk, real-time reporting, dan pembayaran non tunai), incentive disbursement (pencairan real-time, pelaporan terintegrasi, dan flexible use case), dan cross sell & advertisement (memaksimalkan jangkauan produk menggunakan platform yang sesuai).

“Semua pihak baik pemerintah maupun para pihak di industri fintech dan ekosistem terkait [..] berkolaborasi lebih erat secara terbuka dengan semua pemangku kepentingan agar benefit dari layanan fintech dapat semakin terasa manfaatnya bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia, [misalnya] dalam hal infrastruktur untuk konektivitas digital,” tutup Haryati.

Application Information Will Show Up Here
Bisnis LinkAja 2021

Membahas Strategi Bisnis dan Metrik Pertumbuhan Startup ala LinkAja

Menjalankan bisnis dalam situasi yang serba tidak pasti ini tentu tidak mudah. Pasalnya ada banyak perubahan yang terjadi dan mengharuskan perusahaan untuk bisa cepat beradaptasi. Haryati Lawidjaja selaku CEO LinkAja mengakui perusahaannya sempat tergelincir ketika pembatasan sosial terjadi di mana-mana; dan sektor transportasi, salah satu segmen terkuat LinkAja, dipaksa untuk mengurangi operasi.

Hal ini tidak serta-merta membuat timnya patah arang, justru semakin membangkitkan kreativitas untuk bisa menghadirkan solusi yang bisa menjembatani permasalahan yang terjadi saat itu. Sejalan dengan fokus perusahaan yang ingin menggarap pasar transaksi terkait kebutuhan esensial sehari-hari untuk kota-kota tier 2 dan 3, LinkAja memutuskan untuk menginisiasi digitalisasi pasar tradisional di Indonesia.

Awal karier Fey

Memulai karier sebagai financial auditor, Haryati atau yang akrab disapa Fey ini menemukan bahwa banyak sekali teknologi baru yang lahir dalam industri telekomunikasi. Setelah menjajal beberapa perusahaan, ia memilih berlabuh di LinkAja untuk membangun solusi pembayaran digital untuk bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

Menjalankan bisnis startup di bawah naungan BUMN menjadi tantangan tersendiri untuk LinkAja. Kultur startup sering dinilai tidak bersahabat dengan birokrasi pemerintahan. Di satu sisi, startup identik dengan kecepatan dan agility, hal ini mencakup individu serta sistemnya. Birokrasi, walau sering dianggap tidak efisien, sebenarnya memiliki tujuan yang baik. Selama objektif keduanya tercapai, tidak perlu proses yang panjang dan bertele-tele. Tantangannya adalah bagaimana bisa menyeimbangkan agility dan birokrasi.

“Startup merupakan organisasi yang mengedepankan kreasi dan inovasi, sementara korporasi memiliki keunggulannya sendiri dalam hal scalling up dan sustainability. Saya berusaha menggabungkan keduanya. Apa yang saya pelajari tentang sustainability, bersama dengan tim yang saling melengkapi. Kami berusaha agar kreasi/inovasi yang dilakukan saat ini bisa scale up dan sustain,” ujar Fey.

Metrik pertumbuhan yang ideal

Ada banyak hal yang bisa menjadi tolak ukur pertumbuhan suatu perusahaan, dan bisa jadi berbeda untuk masing-masing sektor. Secara umum, ada dua metrik utama yang bisa menjadi acuan untuk startup, dari sisi bisnis dan produk. Fey mengungkapkan bahwa di tahap awal, biasanya pertumbuhan diukur dari segi kuantitas atau volume, seperti total pengguna aktif, GDP, GMV dan sebagainya untuk melihat efektivitas strategi yang digunakan.

Seiring matangnya strategi perusahaan, metriknya akan mulai merambah area kualitatif, seperti lifetime value. Bagaimana pengguna menilai kinerja perusahaan menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi. Loyalitas menjadi sebuah aset nyata. Meskipun tidak bisa dimungkiri, revenue menjadi satu aspek yang esensial dalam mengukur pertumbuhan perusahaan. “Namun, jangan sampai kita terjebak dengan volume saja,” tegas Fey.

Terkait produk, LinkAja sebagai perusahaan dengan customer-centric value, mengakui bahwa timnya lebih fokus pada solusi lebih dulu daripada produk. Bukan berarti abai, namun ketika memiliki target pasar masyarakat di kota-kota tier 2 dan 3, teknologi tidak akan menjadi apa-apa jikalau bukan sebuah solusi. “Kalau belum apa-apa udah ngomongin produk canggih, orang gaj akan ngerti dan jadi takut duluan,” timpalnya.

Salah satu kunci dari pertumbuhan juga adalah kolaborasi. Fey menilai kolaborasi bisa menciptakan kesempatan yang infinite atau tak terhingga. Selain itu, hal ini juga bisa dilakukan untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis perusahaan tanpa harus menambah resource dan di satu sisi menghemat cost. Baginya, kompetisi sudah menjadi hal usang, saat ini kalau tidak kolaborasi akan ketinggalan.

Strategi pemasaran

Berbicara mengenai marketing atau pemasaran, masih ada miskonsepsi yang sering terjadi. Salah satunya, banyak yang masih berpikir kalau advertising adalah marketing, padahal itu hanyalah sebagian kecil. Marketing adalah bagaimana menjangkau konsumer yang tepat dengan pendekatan yang tepat di waktu yang tepat. Untuk bisa mencapai hal ini, kita harus tau targetnya siapa kebutuhannya apa, dari situ baru membuat solusi yang tepat.

Ada baiknya perusahaan dari awal sudah menentukan visi, misi dan fokusnya, dalam kasus LinkAja adalah mayoritas tier menengah ke bawah. Lalu identifikasi kesulitan mereka, dalam hal ini ada pada akses ke informasi yang terbatas. Sebelum mengembangkan solusi, disarankan untuk melakukan riset mendalam. Perhatikan media apa yang sering mereka lihat, misalnya Facebook lalu menetapkannya sebagai salah satu saluran. Saat ini, media sosial merupakan people based marketing yang memungkinkan pendekatan berbeda untuk target pasar yang berbeda pula. Selain itu, relevansi menjadi penting untuk digital marketing yang efektif dan efisien.

Dalam hal akuisisi pengguna, tidak ada standar yang ‘saklek‘ karena masing-masing industri memiliki pasar yang berbeda. Selain itu, yang tidak kalah penting dari menggaet pengguna adalah mempertahankannya. Startup di tahap awal akan memiliki strategi yang berbeda dengan yang sudah tahap lanjut. Satu hal yang pasti adalah semua harus tetap dimonitor dan ditingkatkan.

Salah satu keunggulan platform digital adalah semua aktivitas memiliki jejak. Ada banyak sekali analisa yang bisa dilakukan. Terkait conversion rate, semua akan kembali lagi pada data. Selalu gunakan data. Conversion rate dan user retention merupakan dua hal yang membutuhkan pembelajaran berkelanjutan. Tidak ada satu pil ampuh untuk bisa mengatasi semuanya, karena seiring situasi yang berubah makan kebiasaan pun ikut berubah.

Smart investment

Salah satu strategi yang populer dilakukan untuk menggaet pengguna berikut mempertahankannya adalah dengan “bakar uang”. Menurut Fey, kita harus terlebih dulu meluruskan definisi “bakar uang” ini. Ia menilai, strategi ini dibutuhkan dalam hal investasi. Indonesia sedang bertumbuh dan kita perlu melakukan investasi sebagai modal untuk bisa memenangkan tahap selanjutnya.

Lain halnya dengan predatory marketing. Baginya, strategi “bakar uang” dengan objektif seperti ini tidak mengedukasi pengguna. Bukan berarti promosi itu tidak penting, namun itu bukanlah segalanya. Ia menyarankan bisnis untuk mengatur limitasi terkait strategi “bakar uang” ini sejak awal. Tentukan KPI keberhasilan dan kegagalannya dan pastikan objektifnya jelas.

Seperti yang sebelumnya dijelaskan, data menjadi sebuah investasi yang sangat berharga. Dari situ bisa direkomendasikan layanan seperti apa yang dibutuhkan dan pergerakan perusahaan bisa jadi lebih terarah. Salah satu contoh smart investment adalah pada data analytics. Data sendiri, meskipun banyak akan jadi useless kalau tidak bisa diolah dan menghadirkan insight.

Bisnis LinkAja 2021

Masuki Tahun Ke-2, LinkAja Pertajam Solusi Keuangan untuk UMKM

LinkAja bakal menggencarkan lebih banyak solusi keuangan untuk merchant UMKM agar dapat naik kelas memasuki usianya yang ke-2. Salah satu inisiatif yang segera dilakukan adalah menyalurkan kredit modal kerja melalui iGrow, startup fintech lending yang telah diakuisisi perusahaan pada April kemarin.

CEO LinkAja Haryati Lawidjaja menuturkan, UMKM adalah sektor yang paling terdampak selama pandemi, padahal sektor ini adalah tulang punggung negara. Oleh karenanya mereka butuh bantuan modal kerja agar mereka tetap dapat bertahan. Tidak hanya bersama iGrow, LinkAja juga menggaet para pemegang sahamnya yang bergerak di industri keuangan untuk masuk menyalurkan kredit.

Terhitung saat ini LinkAja bekerja sama dengan lebih dari 1,1 juta UMKM atau naik 104% dibandingkan tahun sebelumnya. UMKM tersebut mayoritas bergerak di pasar super ultra mikro di kota lapis dua dan tiga, sesuai dengan area fokus perusahaan. Mereka juga bermitra dengan lebih dari 100 industri keuangan yang menyediakan berbagai solusi finansial digital baik untuk konsumen dan bisnis.

“Saat ini kami masih sediakan produk pembayaran, ke depan kami sasar pembiayaan,” ucapnya dalam konferensi pers virtual (30/6).

Dalam kesempatan yang sama, LinkAja juga mengungkapkan pengguna terdaftar di platformnya mencapai 71 juta orang atau naik 43%. Sementara Layanan Syariah LinkAja telah memiliki lebih dari 3,5 juta orang. Sebanyak 74% dari total pengguna berasal dari kota lapis dua dan tiga.

Sebagai aplikasi pembayaran yang bermain di jenis transaksi esensial dan produktif, LinkAja hadir di berbagai titik. Untuk keperluan belanja online, mereka telah bermitra dengan lebih dari 7.500 online marketplace, 400 ribu merchant nasional, dan 750 pasar tradisional. Kemudian, menyediakan lebih dari 1 juta akses cash in dan cash out kepada masyarakat, baik berupa kanal bank, ritel modern, hingga layanan keuangan digital.

Di bidang transportasi, LinkAja dapat digunakan di lebih dari 240 moda transportasi, seperti KRL, Taxi Bluebird, Grab, Gojek, hingga transportasi lokal di berbagai daerah. Baik Grab dan Gojek telah resmi menjadi pemegang saham LinkAja, sehingga untuk pembayaran transportasi dan memesan makanan dapat menggunakan saldo LinkAja.

Perusahaan juga mengungkap telah memproses 1,4 miliar transaksi sepanjang satu tahun terakhir. Sayangnya tidak disebutkan lebih lanjut kontribusinya datang dari jenis pembayaran di sektor mana. Perusahaan justru memakai hasil survei yang dilakukan Kadence International pada Mei 2021 mengenai fitur-fitur apa saja yang paling banyak digunakan UMKM.

Responden mengatakan LinkAja paling banyak mereka gunakan untuk membeli pulsa dan kuota internet (masing-masing persentasenya 82%), transfer saldo ke rekening bank (76%), tarik saldo ke rekening bank (57%), dan pembayaran PLN (34%).

“Ini memperlihatkan fungsi LinkAja yang tepat sebagai aplikasi untuk pembayaran kebutuhan esensial dalam keseharian pengguna.”

Haryati melanjutkan, LinkAja tidak hanya fokus dengan aplikasi konsumer dan UMKM untuk solusi keuangan digital saja, namun juga bermain di ranah enterprise untuk berbagai solusi.

Seperti, cash collection (cash handling risk, real-time reporting, dan pembayaran non tunai); incentive disbursement (pencairan real-time, pelaporan terintegrasi, dan flexible use case); dan cross sell & advertisement (memaksimalkan jangkauan produk menggunakan platform yang sesuai). Mitra enterprise yang sudah memanfaatkan solusi dari LinkAja adalah Gudang Garam, SRC (Sampoerna Retail Community), dan Kospin Jasa.

Application Information Will Show Up Here

LinkAja Officially Acquires iGrow

LinkAja today (29/4) announced its acquisition of iGrow, a p2p lending startup that focuses on productive financing in agriculture. In the statement, this corporate action aims to expand LinkAja’s business line to online financing, especially for the MSMEs productive sector. This is in line with LinkAja’s goal of encouraging financial inclusion and improving the Indonesian people welfare through economic independence.

This move was made after LinkAja previously managed to book series B funding of more than $ 100 million – including from Grab and Gojek. Meanwhile, iGrow was backed by some investors in its seed funding, including 500 Startups, East Ventures, Rekanext, and through its participation in the Google Launchpad Accelerator program.

In her remarks, LinkAja’s CEO, Haryati Lawidjaja said, “The business line expansion to the financing sector is a real step for LinkAja in providing easy access to finance and economy, especially for the lower-middle class and MSMEs […] Supported by LinkAja’s strong ecosystem network in various areas outside Java and tier-2 and 3 cities, LinkAja aims to provide equal access to financing for MSME players focused on Java and tier-1 cities.”

Also, iGrow’s Chief Business Development, Jim Oklahoma said, “We are very pleased to be collaborating with LinkAja as a national electronic money service provider with the same goals [..] LinkAja is a company with strong business fundamentals also collaboration of shareholders between SOEs and large technology companies. This will accelerate iGrow’s vision and mission to have an impact on MSMEs also put iGrow as one of the leading players in the financing for the productive sector. ”

Apart from Jim, iGrow was also founded by Andreas Senjaya (CEO) in 2014. Their platform was designed to simplify investment in a productive agricultural land, it was more like crowdfunding – even though the company did not claim to be a crowdfunding platform. However, along with its development, iGrow has transformed into a p2p lending, therefore, it can raise funds (from retail and institutional lenders) with more flexible distribution.

This will be LinkAja’s first acquisition. It will be interesting to watch the company’s next steps, considering that the electronic money platform already has a large enough capital, supported by various strategic digital players. In fact, the focus will be on the ecosystem expansion.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
LinkAja Akuisisi iGrow

LinkAja Umumkan Akuisisinya Terhadap iGrow

LinkAja hari ini (29/4) mengumumkan akuisisinya terhadap iGrow, startup p2p lending yang fokus pada pembiayaan produktif di bidang pertanian. Dalam keterangannya disebutkan, aksi korporasi ini bertujuan untuk memperluas lini bisnis LinkAja ke pembiayaan online, terutama untuk sektor produktif UMKM. Hal ini sejalan dengan tujuan LinkAja untuk mendorong inklusi keuangan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui kemandirian ekonomi.

Upaya ini dilakukan setelah sebelumnya LinkAja berhasil membukukan pendanaan seri B lebih dari $100 juta — termasuk dari Grab dan Gojek. Sementara iGrow sebelumnya mendapat dukungan dari sejumlah investor dalam putaran pendanaan awalnya, termasuk dari 500 Startups, East Ventures, Rekanext, dan atas partisipasinya di program Google Launchpad Accelerator.

Dalam sambutannya, CEO LinkAja Haryati Lawidjaja mengatakan, “Perluasan lini usaha di bidang pembiayaan merupakan langkah nyata LinkAja dalam memberikan kemudahan akses keuangan dan ekonomi, terutama kepada masyarakat kelas menengah ke bawah serta UMKM […] Didukung jaringan ekosistem LinkAja yang kuat di berbagai daerah di luar pulau Jawa serta kota tier-2 dan 3, LinkAja berharap dapat memberikan pemerataan akses pembiayaan terhadap pelaku UMKM yang selama ini masih terfokus di pulau Jawa dan kota tier-1.”

Sementara itu dalam sambutannya Chief Business Development iGrow Jim Oklahoma menuturkan, “Kami sangat senang dapat berkolaborasi dengan LinkAja sebagai penyedia jasa uang elektronik nasional yang memiliki kesamaan tujuan dengan iGrow [..] LinkAja merupakan perusahaan yang memiliki fundamental bisnis kuat dengan kolaborasi pemegang saham antara BUMN dan perusahaan teknologi besar. Hal ini akan mempercepat visi dan misi iGrow untuk memberikan dampak ke UMKM dan dapat menjadikan iGrow sebagai salah satu pemain utama di bidang pembiayaan sektor produktif.”

Selain Jim, iGrow turut didirikan oleh Andreas Senjaya (CEO) sejak tahun 2014. Pada awalnya platform mereka didesain untuk memudahkan masyarakat berinvestasi pada sebuah lahan produktif pertanian, kala itu skemanya lebih mirip crowdfunding – kendati perusahaan tidak mengklaim sebagai platform urun dana. Namun seiring perkembangannya, iGrow menjelma menjadi p2p lending sehingga dapat menghimpun dana (dari pendana ritel maupun institusi) dan penyaluran yang lebih fleksibel.

Ini menjadi aksi akuisisi pertama bagi LinkAja. Menjadi menarik untuk menyimak langkah perusahaan selanjutnya, mengingat saat ini platform uang elektronik tersebut sudah memiliki modal kapital yang cukup besar, didukung berbagai pemain digital strategis. Tentu perluasan ekosistem akan menjadi fokus.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gojek Invests in LinkAja

LinkAja announced a strategic investment from Gojek with an undisclosed value. Gojek joins the fundraising through the issuance of Series B preference shares. Previously mentioned, the company would raise a total investment of over $100 million  (more than Rp1.4 trillion) through this round.

This news confirms the first time both Grab and Gojek have invested in the same company, which is actually part of a state-owned company.

LinkAja’s CEO, Haryati Lawidjaja expressed his gratitude at Gojek’s entrance as a shareholder in LinkAja. “Gojek’s arrival as a strategic shareholder will provide LinkAja access to the Gojek ecosystem to support LinkAja’s mission to accelerate financial inclusion in Indonesia,” she said in an official statement, Tuesday (9/3).

Gojek’s Co-CEO, Andre Soelistyo added, “Our mission is to increase financial inclusion by providing the widest possible access to financial services for unbanked and underbanked people in line with LinkAja’s commitment […] This collaboration provides an opportunity to combine the power of technology and area coverage of ​​each company.”

As part of the partnership, LinkAja will expand payment method options for certain services in the Gojek application. Previously, LinkAja is available for transportation services and ticket reservations. Thus, users and business players can have more options for transactions, while providing added value for the millions of people who use Gojek and LinkAja services.

Both companies will complement each other. LinkAja focuses on payments for retail purchases, public services, and daily goods with 80% of its users coming from second and third-tier cities. Meanwhile Gojek, through GoPay, serves the needs of the retail and business sectors, especially MSMEs, as well as daily needs on the Gojek platform.

Previously, on November 10, 2020, LinkAja announced a Series B funding led by Grab. Followed by the previous investors, including Telkomsel, BRI Ventures, and Mandiri Capital. LinkAja’s current valuation is yet to be revealed. This is the first funding for LinkAja from non-state-owned companies.

LinkAja alone is increasingly focused on enriching features as collaborating with its ranks of investors. Recently, with Pegadaian to provide financial services such as Gold Savings for a new account and top up balances, Micro Installments, Collateral, and Repeated Lending.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
LinkAja mengumumkan investasi strategis dari Gojek bergabung dalam melalui penerbitan saham preferen Seri B, yang dipimpin Grab pada November 2020 lalu

Gojek Berikan Investasi ke LinkAja

LinkAja mengumumkan perolehan investasi strategis dari Gojek dengan nominal dirahasiakan. Gojek bergabung dalam penggalangan dana melalui penerbitan saham preferen seri B. Sebelumnya pernah disebutkan, melalui putaran ini perusahaan akan mengantongi total komitmen investasi lebih dari $100 juta (lebih dari Rp1,4 triliun).

Kabar ini mengukuhkan pertama kalinya baik Grab dan Gojek berinvestasi pada satu perusahaan yang sama, notabenenya adalah bagian dari perusahaan pelat merah.

CEO LinkAja Haryati Lawidjaja menuturkan rasa senangnya atas bergabungnya Gojek sebagai pemegang saham di LinkAja. “Bergabungnya Gojek sebagai salah satu pemegang saham strategis, akan memberikan akses bagi LinkAja ke ekosistem Gojek untuk dapat mendukung misi LinkAja dalam mempercepat inklusi keuangan di Indonesia,” ucapnya dalam keterangan resmi, Selasa (9/3).

Co-CEO Gojek Andre Soelistyo menambahkan, “Misi kami untuk meningkatkan inklusi keuangan dengan memberikan akses layanan keuangan seluas-luasnya kepada masyarakat unbanked dan underbanked sejalan dengan komitmen yang dimiliki oleh LinkAja […]  Kolaborasi ini memberi kesempatan untuk menggabungkan kekuatan teknologi dan jangkauan luas dari masing-masing perusahaan.”

Sebagai bagian dari kemitraan, LinkAja akan memperluas opsi metode pembayaran untuk beberapa layanan tertentu di aplikasi Gojek. Sebelumnya, LinkAja dapat digunakan untuk membayar layanan transportasi dan reservasi tiket. Dengan demikian, para pengguna dan pelaku usaha dapat memiliki lebih banyak pilihan saat bertransaksi, sekaligus memberikan nilai tambah bagi jutaan orang yang menggunakan layanan Gojek dan LinkAja.

Kedua perusahaan akan saling melengkapi satu sama lain. LinkAja fokus pada pembayaran untuk pembelanjaan ritel, layanan publik dan layanan kebutuhan sehari-hari dengan 80% penggunanya berasal dari kota lapis dua dan tiga. Sementara Gojek melalui GoPay, melayani kebutuhan sektor ritel dan bisnis khususnya UMKM, serta layanan kebutuhan sehari-hari dalam platform Gojek.

Sebelumnya, pada 10 November 2020, LinkAja mengumumkan perolehan pendanaan seri B yang dipimpin oleh Grab. Diikuti oleh jajaran investor sebelumnya, yaitu Telkomsel, BRI Ventures, dan Mandiri Capital. Tidak disebutkan berapa valuasi LinkAja saat ini. Pendanaan ini adalah yang pertama untuk LinkAja dari perusahaan di luar BUMN.

LinkAja sendiri makin fokus perkaya fitur dari kerja sama dengan jajaran investornya. Yang teranyar adalah bersama Pegadaian untuk menyediakan layanan finansial seperti Tabungan Emas untuk pembukaan baru dan top up saldo, Cicilan Mikro, Tebus Gadai, dan Ulang Gadai.

Application Information Will Show Up Here
LinkAja memiliki lebih dari 61 juta orang atau tumbuh 65% yoy, sebanyak 73% diantaranya adalah pengguna yang berada di area lapis dua dan tiga

Perluas Ekosistem Bersama Pemegang Saham, LinkAja Berambisi Teruskan Capaian Positif

LinkAja akan terus memainkan perannya sebagai metode pembayaran untuk sektor esensial di Indonesia, dengan memanfaatkan ekosistem yang sudah dan akan dibangun bersama para pemegang sahamnya. Harapannya, perusahaan dapat mempertahankan capaian positif yang berhasil ditorehkan pada tahun lalu.

Dalam keterangan resmi, diungkapkan LinkAja berhasil mendongkrak angka pengguna hingga lebih dari 61 juta orang atau tumbuh 65% yoy, sebanyak 73% di antaranya adalah pengguna yang berada di area lapis dua dan tiga. Capaian ini juga terefleksi pada peningkatan transaksi dan volume hingga lebih dari empat kali.

Revenue LinkAja secara yoy meningkat lebih dari 250%. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan jumlah merchant lokal menjadi lebih dari 900 ribu atau tumbuh lima kali lipat, dan lebih dari 315 merchant nasional atau tumbuh dua kali lipat.

“Kami sangat berterima kasih terhadap kepercayaan para pengguna dan juta mitra yang percaya terhadap kinerja LinkAja. Pandemi dan berbagai tantangan lainnya tidak akan menyurutkan upaya LinkAja dalam memberikan kemudahan akses keuangan dan ekonomi digital yang merata kepada seluruh masyarakat Indonesia,” kata Direktur Utama LinkAja Haryati Lawidjaja dalam keterangan resmi, kemarin (13/1).

Ia juga menuturkan capaian perusahaan lainnya, di antaranya sebagai alat pembayaran digital terlengkap untuk layanan transportasi publik dan online di 230 moda transportasi, 5500 SPBU Pertamina, lebih dari 32 ribu partner donasi digital, dan lebih dari 5 ribu e-commerce, pembayaran dan pembelian kebutuhan sehari-hari seperti pulsa, token listrik, BPJS, dan layanan keuangan lainnya, yakni transfer ke semua rekening bank dan tarik tunai tanpa kartu.

“LinkAja dapat digunakan di lebih dari 1 juta titik transaksi untuk pengisian dan penarikan saldo, yang meliputi ATM, transfer perbankan, jaringan ritel, hingga layanan keuangan digital.”

Secara terpisah, saat dihubungi DailySocial, Direkur Marketing LinkAja Edward Killian Suwignyo menambahkan, LinkAja juga telah memperluas kehadirannya sebagai metode pembayaran di GrabFood, setelah sebelumnya baru bisa digunakan untuk transportasi saja di Grab. Kehadiran tersebut cukup berpengaruh terhadap eksistensi LinkAja, apalagi kini Grab masuk sebagai jajaran pemegang sahamnya.

“LinkAja juga sudah masuk ke layanan keuangan lain seperti pembayaran asuransi, pengembangan paylater, hingga investasi. Semua ekosistem ini juga bisa diakses lewat Layanan Syariah LinkAja yang tersertifikasi DSN MUI,” katanya.

Terkait strategi LinkAja tahun ini, Edward enggan membeberkan lebih jauh. Ia hanya memastikan bahwa perluasan ekosistem menjadi kunci perusahaan dapat menorehkan kinerja positif pada tahun lalu. Oleh karenanya, fokus tersebut akan dilanjutkan pada tahun ini.

Adapun jajaran pemegang saham di LinkAja ada Himbara, Jasa Marga, Telkomsel, Taspen, KAI, Danareksa, Jiwasraya, dan Grab. “Selain itu, peningkatan user experience di dalam aplikasi LinkAja juga menjadi perhatian utama kami, untuk dapat memberikan customer experience yang terbaik. Harapan kami, LinkAja akan menjadi alat pembayaran utama untuk kebutuhan harian masyarakat Indonesia.”

Persaingan platform e-money

Awal tahun ini menjadi momen yang cukup seru di tengah gencarnya manuver raksasa teknologi di Indonesia, mulai dari Grab, Gojek, Tokopedia, dan Shopee. Semuanya sama-sama memiliki platform e-money yang melekat di dalamnya. Posisi LinkAja cukup menarik karena hadir di seluruh platform besar tersebut, kecuali Shopee, untuk perluas akseptasinya sebagai e-money.

Segmen ini berpotensi akan tumbuh lebih kencang pada tahun ini. Menengok dari catatan Statistik Bank Indonesia, dari awal tahun hingga Oktober 2020, terjadi 3,8 juta transaksi dengan uang elektronik atau senilai Rp163,4 triliun. Angka tersebut tumbuh melesat dibandingkan pencapaian di 2019 sebesar 5,2 juta transaksi senilai Rp145 triliun.

Application Information Will Show Up Here

LinkAja Announces 1.4 Trillion Rupiah Series B Funding Led by Grab

E-money platform LinkAja announced the Series B funding worth around $100 million (1.4 trillion Rupiah) led by Grab. Also participated in this round the previous investors, Telkomsel, BRI Ventures, and Mandiri Capital. There is no mention of LinkAja’s current valuation. This funding is the first funding for LinkAja from a company outside the BUMN.

This funding will be fully utilized to accelerate LinkAja‘s growth to become a national financial technology leader that focuses on middle-class consumers and SMEs in Indonesia.

Grab’s strategic investment includes a wide range of synergies and potential collaborations for both parties. This synergy and collaboration in terms of ecosystem access and technology will accelerate financial inclusion for the Indonesian people.

In an official statement, LinkAja President Director Haryati Lawidjaja said that his team is very enthusiastic on Grab’s involvement as a shareholder in the company. He believes this strategic partnership supported by investment and the power of Grab’s technology will strengthen LinkAja’s services in presenting effective solutions to provide financial and economic access for the Indonesian people.

“We are very grateful for the trust and support of all shareholders and the Ministry of BUMN. The Series B investment from Grab, Telkomsel, BRI Ventures, and Mandiri Capital is a form of trust in the business model and initial achievements that LinkAja has achieved in one fell swoop since its establishment,” he said, Tuesday (10/11).

Grab Indonesia’s Managing Director, Neneng Goenadi also said that the company decided to invest in LinkAja because the two companies could accelerate the goal of accelerating financial inclusion in Indonesia.

“The strategic collaboration between LinkAja and our digital ecosystem, including OVO and Tokopedia, allows us to provide a variety of cashless services for all levels of Indonesian society safely, comfortably and easily accessible,” said Neneng.

Previously, in November last year LinkAja was available as a payment option in the Grab application and also its competitor Gojek.

LinkAja achivements in 2020

Haryati continued that the success of raising investment in the midst of this pandemic has proven the investor’s trust in the LinkAja business with many of leading supports.

In terms of shareholders from state-owned boards; a unique business model resulting from strategic partnerships with state-owned enterprises, local, central and private governments, which come from multi-industry; hyperlocal knowledge base and distribution network with extensive coverage in second and third tier cities, plus more than 1 million cash in/cash out receiving points.

“An innovative product with a strong brand that is rapidly developing into an iconic local fintech platform, and a provider of daily necessities with payment methods that can be accepted across thousands of merchants, with a variety of e-commerce, and various means of transportation.”

LinkAja is claimed to be able to increase the gross transaction value (GTV) and the number of transactions in the third quarter of this year by 3 times compared to the same period in the previous year.

It is said that LinkAja now has 58 million registered users, with more than 80% of them coming from second and third tier cities. Last April, the company launched its sharia services and has received a Sharia Conformity certification license from DSN MUI and Bank Indonesia. This Sharia service is claimed to have more than one million users, within its six months operation.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pendanaan Seri B LinkAja diikuti Grab, Telkomsel, BRI Ventures, dan Mandiri Capital

LinkAja Umumkan Perolehan Pendanaan Seri B 1,4 Triliun Rupiah yang Dipimpin Grab

Platform uang elektronik LinkAja mengumumkan perolehan pendanaan Seri B dengan nilai sekitar $100 juta (1,4 triliun Rupiah) yang dipimpin oleh Grab. Di putaran juga berpartisipasi investor terdahulu, yaitu Telkomsel, BRI Ventures, dan Mandiri Capital. Tidak disebutkan berapa valuasi LinkAja saat ini. Pendanaan ini adalah yang pertama untuk LinkAja dari perusahaan di luar BUMN.

Pendanaan ini sepenuhnya akan dimanfaatkan untuk mengakselerasi pertumbuhan LinkAja menjadi pemimpin teknologi finansial nasional yang berfokus pada konsumen kelas menengah dan UMKM di Indonesia.

Investasi strategis dari Grab meliputi berbagai sinergi dan potensi kolaborasi yang luas bagi kedua belah pihak. Sinergi dan kolaborasi baik dalam hal akses ekosistem maupun teknologi ini akan mempercepat inklusi keuangan bagi masyarakat Indonesia.

Dalam keterangan resmi, Direktur Utama LinkAja Haryati Lawidjaja menuturkan pihaknya antusias atas bergabungnya Grab sebagai salah satu pemegang saham di perusahaan. Ia yakin kerja sama strategis yang didukung oleh investasi dan kekuatan teknologi Grab ini akan memperkuat layanan LinkAja dalam menghadirkan solusi yang efektif untuk memberikan akses keuangan dan ekonomi bagi masyarakat Indonesia.

“Kami juga sangat berterima kasih atas kepercayaan dan dukungan dari seluruh pemegang saham dan Kementerian BUMN. Investasi tahapan Seri B dari Grab, Telkomsel, BRI Ventures, dan Mandiri Capital ini merupakan wujud kepercayaan atas model bisnis dan pencapaian awal yang telah diraih LinkAja dalam satu sejak berdirinya,” ujarnya, Selasa (10/11).

Managing Director of Grab Indonesia Neneng Goenadi menambahkan perusahaan memilih untuk berinvestasi di LinkAja karena secara bersama kedua perusahaan dapat mengakselerasi tujuan dalam mempercepat inklusi finansial di Indonesia.

“Kolaborasi strategis antara LinkAja dan ekosistem digital kami di dalamnya termasuk OVO dan Tokopedia memungkinkan kami untuk menyediakan beragam layanan cashless bagi semua lapisan masyarakat Indonesia dengan aman, nyaman, dan mudah diakses,” kata Neneng.

Sebelumnya, pada November tahun lalu LinkAja telah tersedia sebagai salah satu opsi pembayaran di aplikasi Grab dan juga kompetitornya Gojek.

Capaian LinkAja sepanjang 2020

Haryati melanjutkan keberhasilan penggalangan investasi di tengah pandemi ini merupakan bukti kepercayaan investor terhadap bisnis LinkAja yang ditopang oleh banyak keunggulan.

Dari sisi pemegang saham dari jajaran BUMN; model bisnis unik hasil kemitraan strategis dengan BUMN, pemerintah lokal, pusat, maupun swasta, yang datang dari multi industri; basis pengetahuan hiperlokal dan jaringan distribusi dengan cakupan luas di kota-kota lapis dua dan tiga, ditambah lebih dari 1 juta titik penerimaan cash in/cash out.

“Produk inovatif dengan merek kuat yang dengan cepat berkembang menjadi platform fintech lokal yang ikonik, dan penyedia kebutuhan sehari-hari dengan metode pembayaran yang dapat diterima di ribuan mrechant, dengan beragam e-commerce, dan berbagai alat transportasi.”

LinkAja diklaim mampu meningkatkan nilai transaksi bruto (GTV) dan jumlah transaksi di kuartal tiga tahun ini sebesar 3 kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Disebutkan LinkAja kini memiliki 58 juta pengguna terdaftar dengan lebih dari 80% di antaranya berasal dari kota lapis dua dan tiga. Pada April kemarin, perusahaan meresmikan layanan syariah dan telah mendapat izin sertifikasi Kesesuaian Syariah dari DSN MUI dan Bank Indonesia. Layanan Syariah ini diklaim memiliki lebih dari satu juta pengguna, sejak enam bulan diluncurkan.

Application Information Will Show Up Here