Tag Archives: headset gaming

Bukan Sembarang TWS Gaming, JBL Quantum TWS Mengemas Fitur Dual Connection yang Cerdas

Saat mendengar frasa “TWS gaming“, yang tebersit di pikiran saya adalah TWS yang ditujukan untuk para gamer mobile, bukan gamer PC. Dalam konteks ini, definisi gaming itu umumnya diwakili oleh koneksi Bluetooth dengan latensi yang minim, sehingga pada akhirnya audio bisa berjalan sinkron dengan game yang sedang dimainkan (tidak delay).

Namun TWS terbaru dari JBL berikut ini menolak untuk dideskripsikan seperti itu. Ketimbang hanya menarget gamer mobile, perangkat bernama JBL Quantum TWS ini rupanya juga ingin mencuri perhatian kalangan gamer PC maupun konsol. Caranya adalah dengan memberikan opsi koneksi nirkabel ekstra via bantuan dongle USB-C (wireless 2,4 GHz).

Ya, TWS ini cukup unik karena dapat disambungkan ke PC atau konsol seperti headset gaming wireless pada umumnya. Di saat yang sama, ia turut mengemas koneksi Bluetooth seperti hampir semua TWS yang ada di pasaran — versi yang terbaru pula, yakni Bluetooth 5.2. Jadi kalau mau dipakai jalan-jalan di luar pun tidak masalah, apalagi mengingat fisiknya tahan air dengan sertifikasi IPX5.

Istimewanya lagi, dua jenis koneksi yang berbeda itu bisa aktif secara bersamaan. Jadi selagi terhubung ke PC atau konsol via dongle, perangkat juga dapat terhubung ke smartphone via Bluetooth. Alhasil, ketika ada panggilan telepon yang masuk, pengguna bisa langsung menerimanya tanpa perlu repot-repot berganti koneksi. Setelahnya, sesi gaming pun bisa langsung dilanjutkan karena koneksi perangkatnya memang tidak pernah terputus.

Kecanggihan JBL Quantum TWS tidak berhenti sampai di situ saja, sebab ia turut dilengkapi fitur active noise cancellation (ANC) yang adaptif, yang dapat berubah-ubah sendiri intensitasnya berdasarkan seberapa riuh kondisi di sekitar. Sebaliknya, ketika sedang berada di luar dan perlu mendengarkan suara-suara di sekitar, pengguna dapat mengaktifkan fitur ambient mode, yang juga bisa diatur intensitasnya.

Mengikuti tren terkini, JBL tidak lupa membekali Quantum TWS dengan dukungan teknologi spatial audio rancangannya sendiri. Dalam sekali charge, baterainya dipercaya bisa tahan sampai 8 jam pemakaian, sementara charging case-nya mampu mengisi ulang perangkat hingga sebanyak dua kali (total 24 jam).

Di Amerika Serikat, JBL Quantum TWS kabarnya akan dipasarkan mulai musim semi mendatang dengan harga $175. Sejauh ini masih belum ada informasi terkait ketersediaannya di pasar tanah air.

Sumber: JBL via What Hi-Fi.

CES 2022: Alienware Umumkan Empat Laptop dan Tiga Periferal Gaming Baru

Kita sudah melihat deretan prosesor laptop baru dari AMD sekaligus Intel. Bersamaan dengan itu, ada antrean panjang laptop-laptop baru yang menanti untuk diluncurkan. Spesifik di kategori laptop gaming, ada Alienware yang menyingkap empat model anyar.

Satu di antaranya adalah model yang sepenuhnya baru, bukan penyegaran dari generasi sebelumnya. Selain laptop, Alienware juga memperkenalkan sejumlah periferal baru, mulai dari monitor sampai mouse. Berikut rangkuman produk-produk baru yang Alienware perkenalkan di CES 2022.

Alienware x14, Alienware x15 R2, dan Alienware x17 R2

Alienware x14 / Alienware

Alienware X-Series adalah lini laptop gaming anyar yang diperkenalkan tahun lalu. Lewat seri ini, Alienware pada dasarnya ingin membuktikan ke dunia bahwa mereka juga bisa menciptakan laptop gaming berbodi tipis tanpa harus berkompromi terlalu banyak perihal performa. Awalnya cuma ada dua model (x15 dan x17), keluarga X-Series kini ketambahan anggota baru, yakni Alienware x14.

Alienware mengklaim x14 sebagai laptop gaming berlayar 14 inci yang paling tipis di dunia, dengan tebal sasis cuma 14,5 mm saat ditutup. Ini akan terdengar semakin mengesankan setelah mengetahui spesifikasi lengkapnya. Terkait baterai misalnya, x14 mengemas modul berkapasitas 80 Wh, paling besar di antara laptop-laptop gaming 14 inci lain kalau kata Alienware. Bodinya paling tipis, tapi baterainya paling masif. Good job, Alienware!

Dibanding kedua kakaknya yang lebih besar, x14 juga unik karena memanfaatkan port USB-C untuk charging (pertama kalinya buat Alienware). Dukungan teknologi G-Sync dan Nvidia Advanced Optimus turut tersedia. Yang terakhir ini punya fungsi supaya perangkat bisa menggunakan kartu grafis diskret dan kartu grafis terintegrasi secara bergantian, sehingga pada akhirnya efisiensi dayanya bisa lebih dimaksimalkan.

Soal performa, konfigurasi termahalnya dibekali prosesor Intel Core i7-12900H dan GPU Nvidia GeForce RTX 3060 dengan TGP (total graphics power) sebesar 85 W. x14 mendukung RAM DDR5 dengan kecepatan maksimum 5.200 MHz, tapi tanpa opsi ekspansi karena modulnya disolder. Untuk storage, x14 punya satu slot SSD NVMe yang bisa dijejali dengan kapasitas maksimum 2 TB.

Rencananya, Alienware juga bakal menawarkan varian yang mengemas kartu grafis Intel Arc, akan tetapi detail lengkapnya masih belum diketahui. Satu hal yang pasti, x14 juga mengadopsi sistem pendingin Cryo-Tech seperti kedua kakaknya, lengkap dengan thermal compound eksklusif Element 31 rancangan Alienware sendiri.

Keluarga laptop Alienware X-Series / Alienware

Di samping x14, Alienware turut memperkenalkan x15 R2 dan x17 R2, versi refresh dari tahun kemarin dengan pembaruan yang tergolong minor. Yang paling utama tentu saja adalah opsi prosesor 12th Gen Intel, serta dukungan memory DDR5 dengan kecepatan hingga 6.400 MHz.

Ketiga laptop ini dijadwalkan meluncur ke pasaran di bulan-bulan pertama tahun 2022 ini. Untuk harganya, x14 dibanderol mulai $1.799, x15 R2 mulai $2.199, dan x17 R2 mulai $2.299.

Alienware m17 R5 dan Alienware m15 R7

Alienware m17 R5 AMD / Alienware

Bagi yang tidak mementingkan mobilitas dan menuntut performa paling mentok, ada Alienware m17 R5 yang diklaim sebagai laptop AMD Advantage berlayar 17 inci paling perkasa saat ini. Branding AMD Advantage mengindikasikan bahwa ia mengandalkan prosesor sekaligus kartu grafis bikinan AMD, yang berarti pengguna bakal memiliki akses ke fitur-fitur eksklusif seperti AMD Smart Access Memory, AMD SmartShift Max, maupun AMD SmartAccess Graphics.

Pada konfigurasi tertingginya, m17 R5 ditenagai prosesor Ryzen 9 6980HX dan GPU Radeon RX 6850M XT 12 GB dengan TGP 175 W — dua-duanya menduduki kasta tertinggi lini prosesor dan kartu grafis laptop terbaru AMD. Seperti sebelumnya, Alienware turut menawarkan mechanical keyboard besutan Cherry MX sebagai fitur opsional untuk m17 R5.

Alienware m15 R7 / Alienware

Lanjut ke m15 R7, ini merupakan penerus langsung dari laptop yang Alienware luncurkan di Indonesia pada bulan September lalu. Pembaruannya tidak begitu banyak, dan pada dasarnya hanya melibatkan pilihan prosesor terbaru AMD dan Intel.

Perihal ketersediaan, Alienware m17 R5 akan dijual pada musim semi 2022 dengan harga mulai $1.599, demikian pula m15 R7 versi AMD dengan banderol mulai $1.499. Sementara itu, m15 R7 versi Intel akan lebih dulu meluncur ke pasaran dalam waktu dekat dengan harga mulai $2.099.

Monitor Quantum Dot OLED, headset dan mouse wireless

Alienware 34 Curved QD-OLED Gaming Monitor / Alienware

Di sektor periferal, Alienware punya kejutan dalam bentuk monitor Quantum Dot OLED (QD-OLED) pertama di dunia. Dibandingkan panel OLED tradisional, panel QD-OLED menjanjikan cakupan warna yang lebih luas, keseragaman warna yang lebih baik, dan tingkat kecerahan yang lebih tinggi. Spesifiknya, monitor ini menjanjikan cakupan warna 99,3% DCI-P3 dengan akurasi Delta E<2, serta tingkat kecerahan maksimum 1.000 nit.

Panel tersebut dikemas dalam bentuk melengkung dengan kurvatur 1800R dan bentang diagonal 34 inci. Resolusinya berada di angka 3440 x 1400 (aspect ratio 21:9), sedangkan refresh rate maksimumnya adalah 175 Hz. Alienware juga mengklaim waktu respon serendah 0,1 milidetik GtG, dan perangkat juga sudah lulus sertifikasi Nvidia G-Sync Ultimate.

Alienware Tri-Mode Wireless Gaming Headset / Alienware

Beralih ke headset-nya, perangkat ini cukup unik dibanding headset gaming nirkabel pada umumnya karena satu hal: ia dibekali active noise cancellation (ANC), fitur yang lebih mudah kita jumpai pada segmen headphone wireless dan TWS ketimbang headset gaming. Kenapa harus ada ANC? Karena produk ini sebenarnya juga siap digunakan sebagai headphone Bluetooth biasa ketika diperlukan.

Dalam sekali pengisian, baterainya diyakini cukup untuk 55 jam pemakaian. Alienware pun tidak lupa menyematkan teknologi fast charging; pengisian selama 15 menit saja sudah bisa memberikan daya yang cukup untuk penggunaan selama 6 jam.

Alienware Tri-Mode Wireless Gaming Mouse / Alienware

Terakhir, ada mouse gaming nirkabel berdesain ambidextrous yang dibekali spesifikasi kelas atas, utamanya sensor dengan sensitivitas maksimum 26.000 DPI. Seperti headset-nya, Alienware juga memakai penamaan “Tri-Mode” untuk mouse terbarunya, dan itu merujuk pada tiga mode konektivitas yang ditawarkan: wireless 2,4 GHz via bantuan dongle USB, Bluetooth, dan kabel.

Dalam sekali charge, mouse seberat 89 gram ini dipercaya mampu beroperasi hingga 140 jam nonstop. Itu kalau menggunakan sambungan wireless standar. Kalau memakai Bluetooth, daya tahan baterainya tentu bisa jauh lebih awet lagi.

Di Amerika Serikat, trio periferal baru ini akan segera dipasarkan sebelum musim semi tiba. Headset-nya dihargai $200, sedangkan mouse-nya dihargai $150. Untuk monitornya, Alienware sejauh ini masih enggan merincikan harganya.

Sumber: Alienware.

CES 2022: HyperX Luncurkan Headset, Mouse, dan Keyboard Gaming Baru

Seperti brand besar lainnya, HP juga memanfaatkan ajang CES 2022 untuk mengumumkan sederet produk baru. Begitu pula divisi periferal gaming-nya, HyperX. Di acara tahunan tersebut, HyperX menyingkap enam periferal baru yang akan diluncurkan tahun ini.

Tipikal HyperX, headset tetap menjadi kekuatan utamanya. Alhasil, tidak kaget kalau separuh dari semua produk barunya merupakan headset gaming.

HyperX Cloud Alpha Wireless dan dua headset gaming lain

HyperX Cloud Alpha / HP

Menurut HyperX, Cloud Alpha Wireless merupakan headset gaming nirkabel dengan daya tahan baterai terlama, hingga 300 jam nonstop dalam sekali pengisian. Tentu saja angka tersebut bisa bervariasi tergantung cara kita menggunakannya, serta faktor-faktor seperti volume suara. HyperX sendiri bilang angka tersebut didapat berdasarkan pengujian dengan volume 50 persen.

Namun baterai yang awet bukan satu-satunya keunggulan utama headset ini. Seperti Cloud Alpha standar, versi nirkabelnya ini turut mengemas driver 50 mm dan teknologi Dual Chamber untuk menghasilkan output suara yang lebih dinamis, tapi dengan sedikit modifikasi agar rancangannya bisa lebih tipis sekaligus lebih ringan — dengan mikrofon terpasang, bobot Cloud Alpha Wireless cuma sekitar 335 gram. Meski begitu, HyperX memastikan kualitas suara yang dihasilkan tidak kalah dari versi aslinya yang berkabel.

Mengikuti tren, HyperX tidak lupa menyematkan dukungan teknologi spatial audio DTS Headphone:X ke Cloud Alpha Wireless. Perangkat ini kabarnya akan dipasarkan seharga $200 mulai bulan Februari mendatang.

HyperX Cloud Core / HP

Dua headset baru lain yang diluncurkan adalah Cloud II dan Cloud Core, masing-masing merupakan versi berkabel dari headset gaming wireless yang bernama sama. Untuk Cloud Core, versi wireless-nya sendiri baru dirilis pada bulan November lalu, dan salah satu fitur andalannya juga adalah dukungan teknologi DTS Headphone:X tadi.

Tanpa harus terkejut, keduanya dibanderol lebih terjangkau daripada versi wireless-nya. Cloud II bakal dipasarkan seharga $100 mulai Maret, sementara Cloud Core seharga $70 mulai bulan Januari ini juga.

HyperX Clutch Wireless Gaming Controller

HyperX Clutch / HP

Controller atau gamepad biasanya dibedakan antara yang dirancang untuk PC dan smartphone. Namun terkadang, ada pula yang diciptakan untuk semua, contohnya seperti gamepad perdana HyperX berikut ini. Buat PC, ia dapat dihubungkan via kabel USB atau secara nirkabel dengan bantuan dongle USB 2,4 GHz. Buat smartphone, ada koneksi Bluetooth 4.2 yang menanti untuk disambungkan.

Sebagai bonus, Clutch turut dibekali penjepit smartphone yang bisa diatur lebarnya dari 41 mm sampai 86 mm. Dalam sekali charge, Clutch bisa beroperasi sampai sekitar 19 jam pemakaian. Gamepad ini rencananya akan dijual seharga $50 mulai bulan Maret.

HyperX Pulsefire Haste Wireless dan Alloy Origins 65

HyperX Pulsefire Haste Wireless / HP

Dua periferal yang terakhir adalah mouse gaming nirkabel dan mechanical keyboard. Kalau nama Pulsefire Haste terdengar familier, itu karena Anda pernah tahu versi wired-nya yang mengemas desain honeycomb dan berbobot sangat ringan. Versi wireless-nya ini tidak terpaut jauh perkara bobot — cuma 61 gram — tapi yang istimewa adalah, ia tahan debu dan air dengan sertifikasi IP55.

Switch yang tertanam juga berbeda, yakni switch TTC Golden dengan klaim ketahanan hingga 80 juta klik. Dalam posisi terisi penuh, baterainya bisa tahan sampai 100 jam pemakaian. Dihargai $80, penjualan Pulsefire Haste Wireless dijadwalkan berlangsung mulai Februari.

HyperX Alloy Origins 65 / HP

Beralih ke Alloy Origins 65, ini merupakan mechanical keyboard dengan layout 65% sesuai namanya. Tidak seperti layout 60%, layout 65% masih dilengkapi tombol arah panah lengkap, serta sejumlah tombol lain seperti Delete, Page Up, dan Page Down.

HyperX memberikan dua opsi mechanical switch, linear atau taktil, dua-duanya rancangan mereka sendiri dengan klaim ‘usia pakai’ hingga 80 juta klik. Keycaps yang digunakan berbahan PBT, dan tentu saja tembus LED sehingga pencahayaan RGB-nya bisa menari-nari tanpa gangguan. Harganya $100, dan penjualannya juga akan berlangsung mulai Februari.

Sumber: HP.

Beyerdynamic Luncurkan Dua Headset Gaming Baru, MMX 100 dan MMX 150

Veteran audio asal Jerman, Beyerdynamic, kembali meluncurkan headset gaming baru. Bukan cuma satu, melainkan dua sekaligus, yakni MMX 100 dan MMX 150.

MMX 100 merupakan headset gaming analog yang ideal untuk pengguna console (karena bisa langsung dicolokkan ke controller), sementara MMX 150 didedikasikan untuk gamer PC berkat koneksi USB dan sound card terintegrasinya.

Kedua headset sama-sama mengemas driver berdiameter 40 mm yang telah dioptimalkan untuk menghasilkan “suara yang jernih dan presisi di semua genre“. Maksud kata presisi di sini tentu merujuk pada aspek positioning yang krusial dalam game FPS kompetitif, serta mampu menambah kesan immersive dalam game RPG.

Pengalaman panjang Beyerdynamic di industri audio yang hampir satu abad tak hanya ditumpahkan ke output-nya, melainkan juga input. Baik MMX 100 maupun MMX 150 sama-sama dibekali mikrofon cardioid yang dijuluki Meta Voice (tidak ada hubungannya sama sekali dengan Facebook).

Detachable mic dengan kapsul sebesar 9,9 mm ini diyakini mampu meredam suara-suara latar yang mengganggu selagi di saat yang sama masih mempertahankan kesan natural pada suara pengguna yang ditangkap. Supaya memudahkan, Beyerdynamic tak lupa menyematkan tombol fisik untuk mute/unmute di earcup sebelah kiri, persis di depan kenop volumenya.

Khusus pada MMX 150, ada fitur ekstra bernama Augmented Mode. Fitur ini pada dasarnya memiliki cara kerja serupa seperti fitur transparency mode atau ambient mode di berbagai TWS noise cancelling, yakni membiarkan suara-suara yang ada di sekitar pengguna masuk. Dengan begitu, pengguna tetap bisa berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya tanpa perlu melepas headset sama sekali.

Secara estetika, kedua headset punya penampilan yang hampir identik, dengan bantalan telinga membulat yang dilapisi kulit sintetis. Konstruksinya sendiri banyak mengandalkan aluminium, dan bobot keduanya sama-sama berada di kisaran 300 gram.

Di pasar Amerika Serikat, Beyerdynamic MMX 100 dan MMX 150 saat ini telah dijual masing-masing seharga $99 dan $149. Keduanya sama-sama tersedia dalam pilihan warna hitam atau abu-abu.

Sumber: Pocket-lint dan Beyerdynamic.

Dibanderol $100, HyperX Cloud Core Wireless Unggulkan Teknologi Spatial Audio DTS Headphone:X

Belum lama ini, HyperX mengumumkan bahwa mereka telah menjual lebih dari 20 juta headset gaming. Tanpa perlu menunggu lama, produsen periferal yang kini merupakan anak perusahaan HP tersebut kembali meluncurkan headset gaming anyar, yakni Cloud Core Wireless.

Headset ini pada dasarnya merupakan jawaban HyperX terhadap tren spatial audio yang sedang naik daun belakangan ini. Jadi ketimbang sebatas memotong kabel dan menambahkan konektivitas nirkabel dengan jangkauan 20 meter, HyperX turut menyematkan teknologi spatial audio DTS Headphone:X pada Cloud Core Wireless.

Spatial audio atau 3D audio akhir-akhir ini terus menjadi bahan pembicaraan berkat kemampuannya meningkatkan sensasi immersive selama sesi bermain atau menonton. DTS pun bukan satu-satunya perusahaan yang menawarkan teknologi ini; yang mungkin lebih dikenal oleh banyak orang adalah Dolby Atmos, yang bisa kita temukan di Corsair HS80. Alternatifnya, konsumen juga bisa memanfaatkan solusi berbasis software seperti THX Spatial Audio.

Kembali ke Cloud Core Wireless, headset ini mempertahankan beberapa keunggulan yang selama ini membuat nama HyperX dipuji-puji, mulai dari konstruksi aluminium yang kokoh, sampai unit driver besar dengan diameter 53 mm. Tidak kalah penting adalah mikrofon noise cancelling yang dapat dilepas-pasang, serta yang sudah memenuhi sertifikasi dari Discord dan TeamSpeak.

Secara desain, headset ini mungkin kelihatan agak kuno jika dibandingkan dengan penawaran sekelas dari pabrikan-pabrikan lain, akan tetapi setidaknya ia sudah mengadopsi USB-C sebagai colokan untuk charging-nya. Baterainya sendiri diyakini mampu bertahan hingga 20 jam pemakaian dalam sekali pengisian.

Di Amerika Serikat, HyperX Cloud Core Wireless saat ini telah dipasarkan dengan banderol $100, cukup terjangkau untuk ukuran headset gaming nirkabel. Bagi yang menginginkan opsi headset gaming wireless lain, Anda bisa melihat beberapa rekomendasinya di artikel ini.

Sumber: Business Wire.

10 Headset Gaming Wireless Pilihan yang Bisa Dibeli di Indonesia

Dibanding keyboard atau mouse, headset nirkabel mungkin bisa memberikan nilai praktis yang lebih besar. Contoh sederhana saja, seandainya kita hendak buang air di tengah-tengah sesi gaming, headset-nya bisa tetap kita pakai selagi menuju ke toilet. Keyboard dan mouse di sisi lain pasti akan tetap kita tinggal di atas meja, mau wired ataupun wireless.

Dari situ tidak berlebihan seandainya headset wireless menjadi prioritas buat kebanyakan gamer. Yang mungkin jadi pertanyaan adalah, apa saja faktor yang harus diperhatikan dalam memilih sebuah headset gaming wireless?

Supaya tidak kehilangan nilai praktisnya, sebuah headset gaming wireless haruslah mempunyai daya tahan baterai yang cukup awet dan koneksi yang stabil. Karena kalau dua aspek itu jelek, maka perangkat malah bisa jadi lebih merepotkan ketimbang versi berkabelnya.

Namanya produk audio, kualitas suaranya tentu juga harus baik. Tanpa perlu basa-basi terlalu panjang, berikut adalah 10 headset gaming wireless pilihan yang bisa Anda beli di Indonesia.

1. Razer BlackShark V2 Pro

Berbekal driver TriForce Titanium 50 mm yang sangat cekatan mengolah sinyal audio di tiga tingkatan frekuensi secara terpisah (bass, mid, treble), BlackShark V2 Pro menawarkan kualitas suara terbaik dari seluruh jajaran perangkat audio milik Razer. Belum lagi dukungan teknologi THX Spatial Audio untuk membantu menyempurnakan positioning di berbagai judul game kompetitif.

Dalam sekali charge, headset seharga Rp2.999.000 ini bisa beroperasi sampai 24 jam nonstop. Desainnya tampak premium sekaligus fungsional, dengan sebuah kenop putar di sisi kiri untuk mengatur volume. Selain hitam, ia juga tersedia dalam warna putih.

Link pembelian: Razer BlackShark V2 Pro

2. Razer Barracuda X

Kalau BlackShark V2 Pro terasa kemahalan, Barracuda X yang dibanderol seharga Rp1.699.000 ini bisa jadi alternatif. Keunikannya terletak pada dongle USB-C yang disertakan dalam paket pembeliannya, yang tak hanya kompatibel dengan PC atau PlayStation, melainkan juga Nintendo Switch dan sejumlah perangkat Android.

Di angka 250 gram, bobotnya termasuk ringan untuk ukuran headset gaming nirkabel, dan Razer pun tak lupa membekalinya dengan bantalan telinga berlapis kain breathable agar perangkat bisa lebih nyaman lagi digunakan dalam durasi yang lama. Baterainya sendiri diklaim tahan sampai 20 jam per charge.

Link pembelian: Razer Barracuda X

3. Logitech G Pro X Wireless

Sebagai penawaran paling high-end dari Logitech, headset ini menjanjikan kualitas suara yang sangat baik lewat sepasang driver Pro-G 50 mm miliknya. Dengan banderol Rp2.799.000, tidak mengherankan apabila headset ini menggunakan perpaduan bahan baja dan aluminium pada kerangkanya.

Selain suara yang pengguna dengar, G Pro X Wireless juga menempatkan prioritas ekstra pada suara yang ditangkapnya. Berbekal integrasi teknologi Blue Vo!ce, kinerja mikrofonnya bisa diutak-atik dengan opsi pengaturan yang sangat merinci, sangat cocok buat yang ingin suaranya terdengar profesional. Terkait baterainya, ia hanya perlu di-charge setiap 20 jam sekali.

Link pembelian: Logitech G Pro X Wireless

4. Logitech G733 Lightspeed

Tidak bisa dimungkiri, penampilan yang stylish merupakan salah satu nilai jual utama dari headset ini. Kenyamanan juga jadi faktor lain yang diutamakan, dengan karet suspensi yang menggantikan bantalan agar pengguna tidak merasa bagian kepalanya terlalu terbebani.

Label “Lightspeed” pada namanya merujuk pada teknologi nirkabel yang digunakan, yang tak cuma menawarkan latensi yang rendah, tetapi juga jangkauan koneksi yang jauh (maksimal 20 meter) dan konsumsi daya yang efisien. Dalam sekali pengisian, baterainya cukup untuk 29 jam pemakaian, atau sampai 20 jam kalau lampu RGB-nya dibiarkan menyala terus.

Link pembelian: Logitech G733 Lightspeed

5. Logitech G435 Lightspeed

Headset gaming nirkabel tidak harus mahal, dan perangkat ini adalah bukti nyatanya. Dijual seharga Rp929.000 saja, headset ini menawarkan koneksi wireless 2,4 GHz (Lightspeed) dan Bluetooth sekaligus. Murah tapi fiturnya tetap lengkap, kira-kira begitu premis utama yang disuguhkan oleh headset ini.

Bobotnya sangat ringan di angka 165 gram, sementara baterainya cukup untuk pemakaian selama 18 jam per charge. Satu hal yang terkesan tidak umum dari headset ini adalah, ketimbang mengandalkan boom mic, ia mengemas mikrofon yang tertanam langsung di bagian earcup.

Perangkat ini kabarnya akan dijual mulai bulan November 2021 ini juga, tapi masih belum tersedia saat artikel ini ditayangkan. Jadi, pantau terus saja official store Logitech agar tidak kehabisan.

6. HyperX Cloud II Wireless

Desainnya mungkin kelihatan agak kuno jika dibandingkan dengan headset lain di artikel ini, akan tetapi itu berarti Cloud II Wireless sudah sangat teruji perihal kenyamanan dan ketahanan, terutama jika melihat popularitas versi berkabelnya selama ini.

Dipadukan dengan kinerja audio yang mumpuni dan daya tahan baterai hingga 30 jam pemakaian, wajar apabila headset ini kerap menjadi rekomendasi para reviewer. Harganya? Rp2.490.000.

Link pembelian: HyperX Cloud II Wireless

7. Corsair HS80 RGB Wireless

Tren spatial audio terus bertambah populer selama tahun 2021 ini, dan produsen periferal gaming pun dengan cepat beradaptasi. Lihat saja penawaran terbaru Corsair ini, yang datang membawa dukungan teknologi Dolby Atmos dan Tempest 3D AudioTech milik PlayStation 5 sekaligus.

Kinerja audionya sendiri disokong oleh sepasang driver berdiameter 50 mm, sementara baterainya cukup untuk penggunaan selama 20 jam dalam sekali pengisian. Tertarik? Sediakan modal sebesar Rp2.099.000.

Link pembelian: Corsair HS80 RGB Wireless

8. SteelSeries Arctis 1 Wireless

Seperti halnya Barracuda X dari Razer, Arctis 1 Wireless juga datang bersama dongle USB-C sehingga ia dapat terhubung ke berbagai jenis perangkat tanpa harus terkendala latensi tinggi yang bisa didapat jika mengandalkan Bluetooth. Harganya pun juga nyaris sama persis: Rp1.695.000.

Meski cukup terjangkau, Arctis 1 Wireless tetap menjanjikan kualitas suara yang setara dengan kakak-kakaknya yang lebih mahal berkat penggunaan driver 40 mm yang sama. Buat para pemilik PS5, SteelSeries memastikan bahwa headset ini sepenuhnya kompatibel dengan teknologi 3D audio milik konsol tersebut.

Link pembelian: SteelSeries Arctis 1 Wireless

9. Cooler Master MH670

Dijual seharga Rp1.490.000, Cooler Master MH670 menawarkan berbagai keunggulan seperti driver 50 mm, desain yang sleek, dan daya tahan baterai sampai 25 jam.

Perangkat mengandalkan dongle USB-A standar, akan tetapi Cooler Master cukup murah hati dan menyertakan adaptor USB-C, sehingga ia juga bisa digunakan bersama sejumlah perangkat Android ataupun Nintendo Switch.

Link pembelian: Cooler Master MH670

10. JBL Quantum 800

Paling unik di antara yang lain, JBL Quantum 800 hadir membawa fitur active noise cancellation (ANC) untuk mengeliminasi suara di sekitar yang menganggu secara lebih efektif lagi. Sayang itu berarti daya tahan baterainya juga harus sedikit dikorbankan hingga menjadi 14 jam per charge.

Selain di PC, JBL Quantum 800 juga dapat digunakan di smartphone berkat dua tipe koneksi nirkabel yang diusungnya: 2,4 GHz via dongle atau Bluetooth 5.0. Ukuran headset ini cukup bongsor, jadi tidak mengherankan jika JBL menyematkan driver berdiameter 50 mm ke dalamnya. Perangkat saat ini bisa dibeli seharga Rp3.039.200.

Link pembelian: JBL Quantum 800

SteelSeries Arctis 7+ dan Arctis 7P+ Unggulkan Baterai yang Lebih Awet dan USB-C

SteelSeries meluncurkan versi baru dari salah satu headset gaming wireless paling populernya, Arctis 7. Versi anyar ini hadir dalam dua model yang berbeda, yakni Arctis 7+ dan Arctis 7P+.

Perbedaan di antara keduanya tidak banyak. Yang paling utama, 7P+ datang membawa dukungan penuh atas teknologi Tempest 3D Audio milik PlayStation 5. Ia juga tersedia dalam pilihan warna hitam atau putih, sementara 7+ cuma warna hitam saja.

Selebihnya, keduanya merupakan perangkat yang identik, dengan pembaruan yang sama pula. Baik Arctis 7+ maupun Arctis 7P+ sama-sama datang bersama dongle USB-C sebagai pemancar sinyal wireless-nya. Alhasil, keduanya pun kompatibel dengan lebih banyak perangkat; mulai dari PC, PlayStation, Mac, Nintendo Switch, perangkat Android, iPad yang dibekali port USB-C, sampai VR headset Oculus Quest 2.

SteelSeries bilang dongle USB-C ini adalah yang pertama di pasar headset gaming, tapi kita tahu Razer sebelumnya sudah menerapkan hal serupa pada Barracuda X. Meski begitu, daftar perangkat yang kompatibel memang lebih panjang milik duo Arctis 7+ ini.

Selain pada dongle-nya, USB-C juga bisa kita temui pada headset-nya itu sendiri, menggantikan port Micro USB yang sudah termakan zaman. Tak hanya lebih praktis, USB-C turut mendatangkan fitur fast charging ke kedua headset ini; charging selama 15 menit saja sudah cukup untuk menenagai keduanya selama 3 jam pemakaian.

Kalau dalam posisi terisi penuh, baterai milik Arctis 7+ dan 7P+ diyakini mampu bertahan sampai 30 jam nonstop, lebih lama sekitar enam jam dari yang ditawarkan oleh masing-masing pendahulunya.

Di luar baterai dan colokan, kedua headset ini tidak jauh berbeda dari pendahulunya. Desainnya pun tampak identik, dengan karet suspensi pada headband dan mikrofon yang dapat didorong masuk ke dalam ketika sedang tidak diperlukan. SteelSeries sama sekali tidak menyinggung soal kinerja audionya, jadi bisa diasumsikan kualitas suara yang dihasilkan oleh driver 40 mm miliknya sama seperti di generasi sebelumnya.

Di Amerika Serikat, SteelSeries Arctis 7+ dan Arctis 7P+ saat ini telah dipasarkan seharga $170, atau kurang lebih sekitar 2,4 jutaan rupiah.

Sumber: The Verge.

Bukan RGB, Headset Asus ROG Delta S Animate Andalkan Mini LED yang Dapat Diprogram

Teknologi AniMe Matrix yang Asus terapkan pertama kali pada laptop ROG Zephyrus G14 bisa dibilang membawa angin segar terhadap tren pencahayaan serba RGB di ranah gaming. Ketimbang warna-warni yang begitu mencolok, AniMe Matrix mengandalkan sederet mini LED warna putih yang dapat diprogram untuk menampilkan animasi bergerak.

Konsep tersebut sepertinya mendapat respon positif dari konsumen, dan ini bisa dilihat dari keputusan Asus untuk menghadirkan teknologi AniMe Matrix di kategori produk selain laptop. Yang terbaru, sistem pencahayaan yang unik ini juga bisa kita dapatkan di headset Asus ROG Delta S Animate.

Asus bilang bahwa masing-masing earcup milik headset ini mengemas lebih dari 100 mini LED. Semuanya tentu bisa diprogram untuk membentuk gambar statis atau animasi bergerak via software Armoury Crate.

Pengguna bahkan bisa menciptakan animasinya sendiri jika mau, dan mereka dibebaskan untuk mengutak-atik parameter seperti tingkat kecerahan, kontras, maupun jeda waktu. Kalau perlu, semua pencahayaannya juga bisa dimatikan dengan menggeser tuas kecil di belakang kenop volumenya.

Alternatifnya, tuas yang sama itu juga bisa dipakai untuk mengaktifkan fitur bernama Soundwave. Saat fitur tersebut aktif, deretan mini LED-nya akan bereaksi terhadap suara pengguna yang ditangkap via mikrofon; semakin keras suaranya, semakin intens pula efek pencahayaannya. Fitur ini semestinya cukup ideal digunakan oleh kalangan streamer.

Di luar sistem pencahayaannya, headset ini identik dengan ROG Delta S, mulai dari desainnya secara keseluruhan, earcup berbentuk huruf D-nya, sampai spesifikasi lengkapnya. Seperti saudaranya itu, headset ini turut dibekali driver berdiameter 50 mm dan ESS 9281 Quad DAC yang siap menangani format audio dengan resolusi tertinggi sekalipun.

Untuk konektornya, ROG Delta S Animate juga menggunakan USB-C (plus adaptor USB-A bagi yang membutuhkan). Selain di PC, headset ini juga dapat digunakan di PlayStation 4, PlayStation 5, maupun Nintendo Switch.

Di Amerika Serikat, ROG Delta S Animate kabarnya akan dijual mulai pertengahan bulan Desember 2021 seharga $250.

Sumber: Ars Technica.

Master & Dynamic MG20 Adalah Headset Nirkabel untuk Gamer Sekaligus Audiophile

Pasar gaming merupakan bisnis yang amat menjanjikan. Begitu menjanjikannya, sampai-sampai produsen perangkat audio premium seperti Master & Dynamic (M&D) pun juga tidak ingin ketinggalan. Gambar di atas adalah MG20, headset gaming pertama dari pabrikan yang lebih terbiasa menggarap headphone kelas audiophile tersebut.

Penampilannya sepintas tidak terkesan gaming sama sekali, dan ini sejalan dengan gaya estetika yang M&D adopsi selama ini; industrial sekaligus elegan. Juga dipertahankan adalah sentuhan mewah di sana-sini; mulai dari kerangka yang terbuat dari bahan aluminium dan magnesium, bantalan kepala yang dilapisi Alcantara, sampai bantalan telinga berbalut kulit domba asli. MG20 bahkan punya kenop volume yang juga terbuat dari aluminium.

Satu-satunya penanda kalau ini merupakan headset gaming adalah boom mic-nya. Bagian ini tentu dapat dilepas-pasang dengan mudah. Yang agak berbeda dari biasanya adalah, selagi boom mic-nya kita lepas, MG20 masih bisa menangkap suara pengguna berkat mikrofon yang tertanam langsung di bagian earcup.

Jadi kalau mau, MG20 bisa kita gunakan sebagai headset nirkabel biasa, apalagi mengingat ia turut mengemas konektivitas Bluetooth di samping wireless 2,4 GHz (via dongle USB). Lebih penting lagi, MG20 sepenuhnya mendukung codec aptX HD dan aptX Low Latency. Jadi tidak peduli Anda menggunakannya untuk mendengarkan musik atau bermain game di ponsel, MG20 siap mengerjakan tugasnya tanpa problem seputar transmisi data.

Terkait kinerja audionya, MG20 mengandalkan sepasang driver 50 mm berbahan Beryllium yang sudah menjadi khas M&D selama ini. Bedanya, berhubung perangkatnya ditujukan untuk gaming, driver tersebut sudah dimodifikasi agar dapat mendukung konfigurasi suara surround 7.1.

Dalam sekali charge, MG20 diyakini mampu beroperasi selama 22 jam nonstop. Kalau terpaksa, perangkat tetap bisa digunakan selagi tersambung via kabel USB maupun kabel 3,5 mm standar.

Master & Dynamic MG20 bukan barang murah. Dengan banderol $450, ia bahkan lebih mahal ketimbang headset gaming bikinan Bose yang dilengkapi noise cancelling. Pemasarannya dijadwalkan berlangsung pada pertengahan November, dan perangkat bakal tersedia dalam dua pilihan warna: hitam atau putih.

Sumber: Pocket-lint.