Tag Archives: Hendra Kwik

Fazz, rebrand dari Fazz Financial Group, mengumumkan perolehan dana senilai $100 juta (lebih dari 1,4 triliun Rupiah) dalam putaran Seri C

Fazz Raih Pendanaan 1,4 Triliun Rupiah, Seriusi Garap Inovasi Keuangan untuk Bisnis

Fazz, rebrand dari Fazz Financial Group, mengumumkan perolehan dana senilai $100 juta (lebih dari 1,4 triliun Rupiah) dalam putaran seri C. Angka yang dikonfirmasi perusahaan lebih besar dari pemberitaan DailySocial.id sebelumnya sebesar $60 juta.

Perusahaan akan memanfaatkan dana segar ini untuk mengembangkan produk keuangan agar dapat menjangkau seluruh segmen bisnis, mulai dari mikro hingga korporat besar.

Putaran seri C terdiri dari pendanaan ekuitas sebesar $75 juta dan debt sebesar $25 juta. Dalam jajaran pendanaan ekuitas ini didukung oleh jajaran investor Fazz sebelumnya, seperti Tiger Global, DST Investment, B Capital, Insignia Ventures Partners, dan ACE & Company.

Investor lain yang turut berpartisipasi dalam pendanaan ini, meliputi Ilham Ltd (yang berkaitan dengan dana kekayaan negara di wilayah Asia Tenggara), EDBI, InterVest, Michael Seibel (Managing Director Y Combinator) dan Hans Tung (Managing Partner GGV Capital).

Adapun, fasilitas debt yang dikantongi ini diperoleh dari Lendable yang telah ditandatangani perusahaan dalam lembar ketentuan (term sheet) senilai $25 juta.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (14/9), Co-Founder & CEO Fazz Hendra Kwik menyampaikan, dana tambahan ini akan digunakan untuk membangun Fazz, akun bisnis yang memungkinkan usaha dengan berbagai skala – mulai dari usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) hingga perusahaan yang masuk ke dalam daftar Fortune 500 – untuk melakukan pembayaran, penyimpanan, dan memperoleh kredit dengan mudah di Asia Tenggara.

Dengan demikian, ambisi Fazz dalam mengakselerasi transformasi digital di Asia Tenggara dapat segera terealisasi. Untuk mendukung hal tersebut, Fazz akanperluas tim mereka di Singapura, Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Taiwan dari 800 orang lebih menjadi 1.400 orang.

Menurut Hendra, banyak bisnis di Asia Tenggara masih belum memperoleh akses terhadap layanan keuangan sepenuhnya dan beberapa di antaranya sangat terdampak oleh pandemi. Fazz pun masuk untuk membantu mereka pulih dan tumbuh kembali menjadi lebih kuat.

“Kami berinvestasi besar pada teknologi dalam bisnis kami untuk memastikan bahwa segala usaha, mulai dari toko kecil milik keluarga hingga perusahaan besar, dapat mengakses layanan keuangan untuk membangun usaha mereka,” kata dia.

Dia melanjutkan, “Hal penting lainnya adalah kami ingin memberikan manfaat yang sama seperti yang dimiliki perusahaan besar kepada usaha kecil dan pemilik warung. Pendanaan ini memungkinkan kami untuk membangun keunggulan teknologi tersebut bagi pengguna kami.”

Partner Tiger Global Alex Cook turut menyampaikan sambutannya. Dia bilang, Fazz menyediakan perangkat keuangan penting untuk bisnis-bisnis di Asia Tenggara mengingat banyak di antaranya yang belum memperoleh kemudahan akses pembayaran digital, fungsi perbendaharaan, dan pertumbuhan modal.

“Platform Fazz telah diadopsi dengan cepat oleh usaha kecil dan perusahaan besar, dan kami berharap dapat melanjutkan kemitraan kami dengan Fazz,” kata Cook.

Pencapaian Fazz

Hendra melanjutkan, investasi ini diperoleh atas kesuksesan Fazz baru-baru ini. Diklaim perusahaan mencatat rekor volume transaksi tahunan sebesar $10 miliar selama setahun terakhir. Ia pun optimistis dapat melipatgandakan volume transaksinya dalam 12 bulan ke depan.

Fazz terdiri dari Fazz Agen, sebuah aplikasi keuangan berbasis agen yang melayani usaha mikro dan kecil di Indonesia dengan memberikan kemudahan akses untuk pembayaran, pembelian grosir dan permodalan yang merata. Berikutnya, Fazz Business, rebrand dari Xfers, sebuah akun bisnis untuk membantu startup, UMKM dan perusahaan-perusahaan besar yang sedang berkembang.

Fazz Businesss akan bantu bisnis-bisnis dalam membangun, menjalankan dan mengembangkan bisnis mereka di Asia Tenggara dengan menyediakan kemampuan untuk melakukan dan menerima pembayaran, mengembangkan modal, dan memperoleh pendanaan.

Selain Fazz Agen dan Fazz Business, Fazz juga memiliki unit bisnis lainnya, terdiri atas Modal Rakyat – layanan pendanaan Peer-to-Peer dan pinjaman untuk UMKM, dan StraitsX – infrastruktur pembayaran untuk aset digital.

Perubahan dunia bisnis selama pandemi telah memposisikan UMKM pada kerugian yang lebih besar akibat kurangnya akses terhadap modal, teknologi, dan koneksi. Kurangnya akses terhadap perangkat teknologi dan pendanaan bank yang merata merupakan tantangan utama bagi UMKM di Asia Tenggara, dengan kesenjangan pendanaan yang saat ini menyentuh US$300 miliar.

Diharapkan Fazz dapat membantu UMKM lebih mudah mengakses perangkat keuangan yang dapat membantu mereka dalam perampingan proses, memperluas jangkauan mereka, memperbaiki rantai pasokan mereka dan yang paling penting, mendapatkan pendanaan yang mereka butuhkan untuk berkembang.

Application Information Will Show Up Here
Unit bisnis Fazz Financial Group, Xfers mengumumkan rebrand menjadi Fazz Business, solusinya lebih dari sekadar pembayaran, tapi juga tabungan dan kredit.

Xfers “Rebrand” Jadi Fazz Business, Perkuat Misi sebagai Penyedia Solusi B2B [UPDATED]

Unit bisnis Fazz Financial Group (FFG), Xfers mengumumkan rebrand menjadi Fazz Business. Dalam situs resminya disampaikan, perubahan nama ini menjadikan fokus perusahaan lebih dari sekadar pembayaran, tapi juga tabungan dan kredit. Rangkaian produk keuangan ini diharapkan dapat mendukung dan mengembangkan berbagai bisnis di Asia Tenggara.

“Perubahan ini kami lakukan unutk dapat terus membantu Anda membangun, menjalankan, dan mengembangkan bisnis,” tulis manajemen.

Sementara itu, StraitsX tetap menjadi cabang kripto independen di bawah Fazz Business yang mendukung infrastruktur pembayaran untuk aset digital. StraitsX itu sendiri didirikan pada 2019 sebagai pengembang platform aset digital untuk memajukan ekosistem keuangan terbuka di Singapura yang didukung oleh Zilliqa.

Secara terpisah, kepada DailySocial.id, manajamen perusahaan menyampaikan tak hanya Xfers yang rebrand, nama induk perusahaannya, yakni FFG juga turut diubah menjadi Fazz.

“Fazz sendiri merupakan ekosistem layanan finansial yang terdiri atas: Fazz (akun bisnis di Asia Tenggara), dengan Fazz Business sebagai komponen dari Fazz. Fazz Business merupakan rebrand dari Xfers, yang melayani usaha menengah dan startup-startup dengan pertumbuhan cepat di Singapura dan Indonesia dan StraitsX (infrastruktur pembayaran bagi aset digital),” tulis manajemen.

Didirikan pada tahun 2015, Xfers membawa misi untuk mempercepat akses keuangan di Asia Tenggara dengan memungkinkan bisnis menerima pembayaran dan mengirim uang. Xfers menawarkan berbagai jalur keuangan last-mile, termasuk Xfers Send, Xfers Accept, Xfers Wallet, dan StraitsX.

Di Singapura, Xfers telah mengantongi lisensi yang dikeluarkan oleh Monetary Authority of Singapore untuk penerbitan uang elektronik. Di Indonesia, Xfers menghubungkan bisnis ke berbagai metode pembayaran yang mencakup transfer bank, e-wallet, dan saluran offline seperti jaringan perbankan agen dan toko serba ada.

Sejak Xfers diakuisisi oleh Payfazz, keduanya punya independensi dalam mencapai tujuan. Payfazz akan fokus ke pasar Indonesia karena cakupannya yang luas, sementara Xfers berfungsi sebagai layanan B2B dari FFG (Fazz Financial Group), fokus menghubungkan pelanggan eksternal ke infrastruktur pembayaran dan jaringan pengguna yang sudah dikumpulkan oleh grup.

Selain itu, Xfers juga bakal menjadi kendaraan bagi grup untuk ekspansi ke sejumlah negara di Asia Tenggara, mengingat perusahaan sudah hadir di tiga negara.

Enam tahun Fazz

Pada waktu yang berdekatan, induk grup dari Xfers mengumumkan hari jadinya yang ke-6 yang dirayakan dengan pergantian logo. Dalam paparannya, CEO Fazz Hendra Kwik menyampaikan saat perusahaan dirintis, ia harus mengunjungi warung satu per satu dengan motor. Banyak usaha kecil yang membayar tagihan dengan uang tunai, komputer dengan hardware jadul untuk transfer dan menerima dana, dan mencatat pengeluaran dengan cara kuno, pakai pensil dan kertas.

Solusi yang dikembangkan Fazz diklaim berhasil membantu lebih dari 200 ribu bisnis yang tersebar di Singapura dan Indonesia, permudah pengiriman dan penerimaan dana, pencatatan dan laporan keuangan secara otomatis, menerima kredit, bahkan mengakses blockchain lewat smartphone. “Bagi pemilik bisnis kecil, ini mengubah hidup mereka,” kata Hendra.

Akan tetapi, sambungnya, masih banyak usaha kecil yang belum terjamah. Usaha kecil ini merupakan kontributor penting bagi perekonomian di Asia Tenggara yang mewakili antara 97% dan 99% dari perusahaan dan antara 60% dan 80% dari ketenagakerjaan di negara-negara ASEAN.

“Mereka adalah sumber kehidupan ekonomi Asia Tenggara – dan mereka berada di bawah ancaman. Ketika pemilik usaha kecil terpaksa tutup, ada keluarga di belakang mereka yang kehilangan penghasilan. Jika kita tidak membantu mereka untuk berhasil, kemajuan yang telah kita buat selama ini akan sia-sia.”

Untuk itu, dalam dua tahun mendatang perusahaan akan menjadi periode penting dalam meningkatkan dampak secara lebih luas, melayani lebih banyak kategori bisnis, dan memperluas jangkauan layanan keuangan, mengingat masih banyak ruang yang bisa digarap di industri keuangan.

“Tahun ini, kami memulai dengan kuat memperluas cakupan kami dari Indonesia ke Singapura, memperluas penawaran kategori kami untuk melayani bisnis yang lebih luas, termasuk FMCG, F&B, grosir, distributor, startup e-commerce, startup D2C, memperluas jangkauan layanan keuangan kami ke transfer, kredit, BNPL, manajemen biaya, tabungan hasil tinggi, dan pembukuan,” tutup Hendra.

*) Kami menambahkan pernyataan tertulis dari manajemen Fazz, termasuk rebrand FFG menjadi Fazz

Application Information Will Show Up Here
Startup SaaS pengembang platform tanpa kode (no-code) Fieldproxy mengumumkan penerimaan dana Pra-Seri A senilai $750 ribu dipimpin Y Combinator

VC Hendra Kwik Berpartisipasi ke Pendanaan Startup SaaS No-Code “Fieldproxy”

Startup SaaS pengembang platform no-code Fieldproxy mengumumkan penerimaan dana pra-seri A senilai $750 ribu (sekitar 11,2 miliar Rupiah). Putaran ini dipimpin oleh Y Combinator (W22 Batch), diikuti jajaran investor lainnya, yakni Number Capital, Mars Shot Ventures, Kevin Moore, dan Abheek Basu. Investor sebelumnya, seperti LetsVenture, 2am VC, magic.fund, serta angel investor dari sejumlah perusahaan di India turut serta dalam penyertaan modal.

Number Capital dan MAGIC merupakan unit ventura yang turut dinakhodai oleh Hendra Kwik, atau dikenal sebagai founder Payfazz. Di Number Capital ia berperan sebagai Founding Partner, sementara di MAGIC sebagai LP dan Partner.

Sejauh ini perusahaan berhasil mengumpulkan dana sebesar $1,05 juta. Adapun dana segar akan dimanfaatkan untuk meningkatkan upaya go-to-market (GTM).

Didirikan pada 2020 oleh Swaroop Vijayakumar, alumnus IIM Kozhikode, dan Balakrishna B, alumnus BITS Pilani di India, Fieldproxy menyediakan platform tanpa kode berbasis web yang memungkinkan bisnis merampingkan dan menyederhanakan interaksi internal mereka dengan tim lapangan di industri seperti bidang jasa, barang konsumsi, farmasi, energi, atau telekomunikasi.

Co-Founder Razorpay & Partner Mars Shot Ventures Shashank Kumar menuturkan, pihaknya senang dapat mendukung FieldProxy untuk mewujudkan visi mereka yang memungkinkan manajemen kekuatan lapangan yang mudah. “Manajemen kekuatan lapangan yang efisien adalah peluang besar di seluruh industri dan kami percaya bahwa FieldProxy berada di posisi yang kuat untuk mendisrupsi industri melalui platform tanpa kode mereka dan menggunakan template berbasis kasus,” katanya melalui keterangan resmi, Rabu (13/7).

Penjelasan Hendra Kwik tentang investasi ini

Founding Partner Number Capital Hendra Kwik menyampaikan, Fieldproxy adalah investasi perdana Number Capital di India. Pihaknya merasa terhormat dapat bermitra dengan Swaroop, Balakrishna, dan tim untuk membangun “Salesforce for Field Teams” di India. Timnya percaya pada tesis bahwa India akan menciptakan banyak startup SaaS besar dengan potensi kuat untuk ekspansi pasar global, mengingat negara tersebut kini dikenal sebagai produsen SAAS.

“Berikutnya, pangsa pasar yang besar karena terjadi inefisiensi, dan potensi ekspansi pasar global setelah dominasi India, adalah tiga alasan utama mengapa kami memutuskan untuk berinvestasi di Fieldproxy,” kata Hendra.

Menurut Hendra, Fieldproxy yang berbasis di Chennai, satu lokasi dengan basis operasional Freshworks yang terdaftar di NASDAQ, membawa optimisme yang tinggi bahwa Fieldproxy akan mengikuti kesuksesan Freshworks di tahun-tahun mendatang. “Manajemen tim lapangan adalah pasar yang sangat besar namun masih sangat tidak efisien, tidak terorganisir, manual, dan sangat bergantung pada pulpen dan kertas. Pendekatan perangkat lunak tanpa kode dari Fieldproxy akan meningkatkan efisiensi tim lapangan dan membantu perusahaan menghemat miliaran dolar,” tambah dia.

Mengomentari soal penggalangan dana, Co-founder & CEO Fieldproxy Swaroop Vijayakumar mengatakan, pihaknya senang karena bergabungnya sejumlah investor kelas dunia dan mengumpulkan dana yang dibutuhkan untuk mempercepat mimpi Fieldproxy untuk untuk mengubah industri lapangan pertama dengan menyediakan kualitas terbaik, solusi kekuatan tanpa kode untuk jutaan bisnis.

“Setelah kami meningkatkan upaya GTM kami, Fieldproxy tidak hanya bertujuan untuk melayani lebih banyak pelanggan perusahaan, tetapi juga bekerja untuk meningkatkan pustaka template siap pakai untuk membantu bisnis bergabung dan membangun solusi mutakhir dalam hitungan menit,” kata Vijayakumar.

Solusi no-code dari Fieldproxy

Menurut data yang dikutip Fieldproxy, permintaan global akan solusi berbasis teknologi meningkat di antara 5 juta pemilik bisnis di lapangan yang kehilangan sekitar 20% pendapatan mereka. Alasannya karena proses yang tidak efisien dan kurangnya visibilitas ke pelanggan, kontrak, pembayaran, atau teknisi lapangan mereka. Platform tanpa kode Fieldproxy membantu organisasi ini melindungi pendapatan mereka dan mengembangkan bisnis mereka.

Co-founder & CTO Fieldproxy Balakrishna B menyatakan, “Pendekatan tanpa kode untuk mengelola tim lapangan adalah yang pertama di industri dan membantu bisnis tradisional di industri seperti FMCG, farmasi, dan layanan lapangan, menyebarkan aplikasi dengan cepat untuk merampingkan tenaga kerja mereka di lapangan tanpa biaya tambahan untuk menjalankan dan mengelola tim pengembangan yang terpisah. Ini membantu mereka fokus pada bisnis inti mereka.”

Secara terpisah, saat dihubungi DailySocial.id, Vijayakumar menyampaikan, meski kantor pusatnya di India, pihaknya sudah menjalin kerja sama bisnis dengan beberapa UKM di Indonesia. Ke depannya, pada 12-18 bulan mendatang, fokus perusahaan akan ekspansi ke kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

“Hal ini kami pilih mengingat pasar ini sangat mirip dengan India. Hal ini berlaku terutama di industri tempat kami beroperasi – barang konsumsi, farmasi, dan ruang servis rumah di mana sebagian besar operasi masih dijalankan melalui WhatsApp atau pulpen atau kertas dan tidak dalam bentuk digital,” pungkas dia.

Potensi no-code

Di Indonesia, startup pengembang platform no-code, sudah ada beberapa yang hadir. Mereka adalah Typedream dan Feedloop. Kemudahan yang ditawarkan membuat platform no-code, atau sering juga disebut low-code, berkembang pesat. Di kancah global, saat ini banyak sekali platform berbasis SaaS yang menawarkan kapabilitas serupa untuk berbagai kebutuhan spesifik.

Menurut temuan hasil survei Appinventiv, layanan no-code banyak diminati oleh pebisnis lantaran memudahkan langkah mereka melakukan inovasi dan transformasi. Seperti diketahui, bisnis dituntut untuk secara tangkas melakukan transformasi digital dengan go-online. Proses pengembangan manual dapat memakan waktu panjang untuk perusahaan yang baru memulai langkah tersebut, karena harus melakukan banyak tahapan, mulai perencanaan hingga perekrutan staf ahli di bidang pemrograman.

Potensi ini membawa nilai pasar layanan tersebut mencapai $45,5 miliar pada tahun 2025 mendatang. Varian platform yang ada tidak hanya memfasilitasi kebutuhan spesifik perusahaan besar, melainkan juga kepada UMKM yang ingin meningkatkan kehadirannya secara online atau meminimalkan friksi dalam kegiatan operasionalnya.

Fazz Financial sedang dalam proses penggalangan dana Seri C / Payfazz

Fazz Financial Dikabarkan dalam Proses Penggalangan Dana Seri C

Fazz Financial Group (Fazz) dikabarkan sedang dalam proses penggalangan dana Seri C yang berpotensi melontarkan valuasi perusahaan di jajaran unicorn. Menurut informasi yang diperoleh DailySocial, setidaknya pendanaan senilai $60 juta (sekitar 890 miliar Rupiah) sudah dikumpulkan pihak perusahaan dari berbagai pihak.

DailySocial sudah menghubungi pihak Fazz Financial untuk dimintai konfirmasi, namun hingga berita ini diturunkan belum ada tanggapan yang diberikan.

Kabar ini sebenarnya sudah terendus sejak Februari 2022. Fazz Financial terakhir kali mengumumkan pendanaan Seri B sebesar $53 juta yang dipimpin B Capital Group dan Insignia Ventures pada Juli 2020. Saat ini, secara valuasi Fazz telah masuk dalam jajaran centaur, mengumpulkan pendanaan ekuitas lebih dari $74,1 juta dari berbagai investor blue chip, termasuk Tiger Global, Y Combinator, dan DST Partners.

Untuk menjadi unicorn berikutnya, diperkirakan perusahaan menggalang dana  seri C dengan nominal minimal $150 juta (2,2 triliun Rupiah). Sudah ada beberapa startup unicorn di sektor fintech, yaitu Ovo, Xendit, dan Ajaib.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan sebelumnya, Fazz berambisi  menggunakan dana segar untuk merealisasikan aplikasi super yang menawarkan kemampuan penerimaan pembayaran klien bisnis, high yield cash accounts, corporate cards, pembayaran tagihan/faktur, solusi kredit, dan manajemen biaya. Disebutkan saat ini perusahaan telah menjelma sebagai platform keuangan all-in-one terbesar dengan pertumbuhan tercepat yang melayani lebih dari 150 ribu bisnis di Asia Tenggara.

Platform Fazz memungkinkan UMKM mendigitalkan sistem keuangan dan pembayaran mereka melalui empat pilar utama. Pertama, bisnis dapat menerima semua jenis pembayaran utama dan memungkinkan transfer melalui semua jalur pembayaran; dapat mendigitalkan sejumlah fungsi keuangan dan operasional inti, termasuk manajemen inventaris, pembayaran tagihan, pembukuan, dan penggajian.

Kemudian, memanfaatkan fungsi perbankan, termasuk rekening kas, untuk membantu pelanggan menabung dan mendapatkan hasil yang tinggi. Fazz juga menyediakan kartu perusahaan untuk memfasilitasi transaksi bisnis antar bisnis. Terakhir, bisnis dapat mengakses modal pertumbuhan melalui lengan pinjaman Fazz.

Blibli, Bukalapak, Aspire, Sirclo, dan Kargo Technologies adalah beberapa klien utama Fazz di Singapura dan Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Dagangan Discloses Pre Series B Funding Worth of 95 Billion Rupiah

Dagangan social commerce announced pre-series B funding of $6.6 million (over 95 billion Rupiah) led by BPTN Syariah Ventura. Other investors participated in this round, including Monk’s Hill Ventures and Hendra Kwik (Payfazz) participated.

This investment also marks BPTN Syariah Ventura‘s debut after officially announcing its business today (3/6).

Dagangan will use the fresh capital to continue business expansion, increase team capabilities, and product development. Dagangan will soon to collaborate with other financial institutions in developing financial services.

In an official statement, Dagangan’s Co-founder & CEO, Ryan Manafe breaks down the team’s aspirations for the community in remote areas to lift up the economy in the village significantly. “This funding led by BTPN Syariah Ventura is not just an investment, it is the beginning of a joint effort to strengthen an inclusive digital ecosystem for Indonesian people in the future.”

He continued, “We have partnered with BTPN Syariah since 2020 and held the same passion for improving the living standards of Indonesian people in remote areas. Through this funding, BPTN Syariah Ventura provides us access to its ecosystem, hence giving us the opportunity to expand our business, including opportunities for users to gain access and the best financial services.”

Dagangan is a social commerce platform that provides a variety of household needs, ranging from basic necessities, fresh/frozen food ingredients, and fashion products, with same-day and next-day delivery services. The business model used is direct shopping through the Dagangan platform, resellers, and third parties who work with the company.

The Yogyakarta-based startup uses a hub-and-spoke model in its operations. In a sense, building a basic needs procurement center or micro fulfillment center (hub) for second-and third-tier cities, also rural areas. It is resulting in the logistics costs become more efficient. Consumers also have easier access to goods, large producers are also able to reach areas that were previously difficult to reach due to logistical limitations.

“Our main goal is to build the largest integrated retail and e-commerce company in Indonesia that is able to reach 90,000 tier 3-4 villages and cities, where 80% of the total Indonesian population lives,” added Dagangan Wilson Co-founder & President. Yanaprasetya.

Source: Dagangan

He also said, “Therefore, we are very focused on mapping the right business by creating an efficient organization, creating consistent growth, accompanied by the development of innovative technologies for our products. Currently, every transaction on the Dagangan application is able to provide a growing profit, which is rarely happen to the new startups.”

After obtaining series A funding of $11.5 million in September 2021, Dagangan is said to succeed in scoring business growth of up to five times. Currently, the company has over 40 hubs spread across various areas in Yogyakarta, Central Java, and West Java. Dagangan’s products and services have reached nearly 15,000 villages in 40 cities/districts.

BTPN Syariah Ventura

On a separate occasion, this strategic act marked the debut of BPTN Syariah Ventura obtaining Rp300 billion in capital from BPTN Syariah. In a disclosure on the Indonesia Stock Exchange, this venture has an authorized capital of Rp500 billion.

As the core capital authorized, issued and paid-up by the subsidiaries, the composition of BPTN Syariah Ventura becomes Bank BPTN Syariah with a total of 2.97 billion shares with a nominal value of Rp297 billion or 99% of the total issued/paid-up shares in the subsidiary.

Moreover, Bank BTPN has as many as 30 million shares with a nominal value of Rp3 billion or 1% of the total issued/paid-up shares in the subsidiary.

“Referring to the copy of the Decree of the Member of the Board of Commissioners of the Financial Services Authority Number KEP-23/D.05/2022 dated May 20, 2022, which was received by the Company on May 30, 2022 regarding the Granting of a Sharia Venture Capital Company Business License to PT BTPN Syariah Ventura, then The Company’s subsidiaries have effectively run their business as a sharia venture capital company,” the management stated in the announcement.

This formation is a strategic move from BPTN Syariah to chip in to the digital banking competition. One way is to support business activities and create a digital ecosystem for the segments it serves.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Startup social commerce Dagangan mengumumkan perolehan pendanaan Pra-Seri B senilai $6.6 juta yang dipimpin oleh BPTN Syariah Ventura

Dagangan Umumkan Pendanaan Pra-Seri B Senilai 95 Miliar Rupiah

Startup social commerce Dagangan mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri B senilai $6,6 juta (lebih dari 95 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh BPTN Syariah Ventura. Dalam putaran ini turut berpartisipasi investor lainnya, seperti Monk’s Hill Ventures dan Hendra Kwik (Payfazz).

Investasi ini menandai debut perdana BPTN Syariah Ventura setelah diumumkan secara resmi beroperasi yang bertepatan pada hari ini (3/6).

Dana segar akan dimanfaatkan Dagangan untuk meneruskan ekspansi bisnis, meningkatkan kapabilitas tim, dan pengembangan produk. Dagangan juga akan bekerja sama dengan institusi keuangan lainnya untuk mengembangkan layanan finansial.

Dalam keterangan resmi, Co-founder & CEO Dagangan Ryan Manafe menjelaskan pihaknya memiliki aspirasi agar dapat melayani masyarakat hingga ke pelosok, sehingga perekonomian di desa dapat tumbuh secara signifikan. “Pendanaan yang dipimpin BTPN Syariah Ventura ini bukan sekadar investasi semata, namun ini adalah permulaan dari ikhtiar bersama untuk memperkuat ekosistem digital yang inklusif bagi masyarakat Indonesia ke depannya.”

Ia melanjutkan, “Kami telah bermitra dengan BTPN Syariah sejak 2020 dan kami melihat semangat yang sama dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia di pelosok. Melalui pendanaan ini, BPTN Syariah Ventura memberikan kami akses terhadap ekosistem yang mereka miliki, sehingga memberi kami kesempatan memperluas bisnis, termasuk memberikan kesempatan bagi para pengguna untuk mendapatkan akses dan layanan keuangan terbaik.”

Dagangan merupakan platform social commerce yang menyediakan berbagai kebutuhan rumah tangga, mulai dari sembako, bahan makanan segar/beku, hingga produk fesyen, dengan layanan pengantaran di hari yang sama dan esok hari. Model bisnis yang dipakai adalah berbelanja langsung melalui platform Dagangan, reseller, dan pihak ketiga yang bekerja sama dengan perusahaan.

Startup yang berbasis di Yogyakarta ini menggunakan model hub-and-spoke dalam operasionalnya. Dalam artian, membangun pusat pengadaan kebutuhan pokok atau micro fulfillment center (hub) ke kota lapis dua dan tiga dan pedesaan. Alhasil, biaya logistik jadi lebih efisien. Konsumen pun memperoleh akses barang secara lebih mudah, produsen besar juga mampu menjangkau area yang sebelumnya sulit diraih akibat keterbatasan logistik.

“Tujuan utama kami adalah membangun perusahaan ritel dan e-commerce terintegrasi terbesar di Indonesia yang mampu menjangkau 90 ribu desa dan kota-kota tier 3-4, di mana 80% dari total penduduk Indonesia tinggal,” tambah Co-founder & President Dagangan Wilson Yanaprasetya.

Sumber: Dagangan

Ia melanjutkan, “Oleh karena itu, kami sangat fokus pada pemetaan bisnis yang tepat dengan membuat organisasi yang efisien, menciptakan pertumbuhan yang konsisten, dan tentunya disertai dengan pengembangan teknologi yang inovatif untuk produk kami. Saat ini, setiap transaksi pada aplikasi Dagangan mampu memberikan profit yang bertumbuh, yang mana hal ini jarang terjadi pada
startup yang baru berdiri.”

Pasca menerima pendanaan seri A sebesar $11,5 juta pada September 2021, diklaim Dagangan berhasil mencetak pertumbuhan bisnis hingga lima kali lipat. Saat ini, Dagangan telah memiliki lebih dari 40 hub yang tersebar di berbagai area di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Produk dan layanan Dagangan telah menjangkau hampir 15.000 desa di 40 kota/kabupaten.

BPTN Syariah Ventura

Secara terpisah, menandai mulai beroperasinya BPTN Syariah Ventura memperoleh modal ditempatkan sebesar Rp300 miliar dari BPTN Syariah. Dalam keterbukaan di Bursa Efek Indonesia, entitas ventura ini memiliki modal dasar sebesar Rp500 miliar.

Dengan efektifnya penambahan modal dasar serta modal ditempatkan dan disetor entitas anak perseroan, maka susunan di BPTN Syariah Ventura menjadi Bank BPTN Syariah sebanyak 2,97 miliar saham dengan nominal Rp297 miliar atau senilai 99% dari jumlah seluruh saham yang telah ditempatkan/disetor dalam entitas anak.

Kemudian, Bank BTPN sebanyak 30 juta saham dengan nominal Rp3 miliar atau 1% dari jumlah seluruh saham yang telah ditempatkan/disetor dalam entitas anak.

“Merujuk kepada salinan Surat Keputusan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor KEP-23/D.05/2022 tertanggal 20 Mei 2022, yang diterima Perseroan pada tanggal 30 Mei 2022 tentang Pemberian Izin Usaha Perusahaan Modal Ventura Syariah kepada PT BTPN Syariah Ventura, maka entitas anak Perseroan telah efektif menjalankan bidang usaha sebagai perusahaan modal ventura syariah,” tulis manajemen dalam pengumumannya.

Pembentukan ini merupakan langkah BPTN Syariah dalam bertarung dalam perbankan digital. Salah satu caranya dengan menunjang kegiatan usaha dan mewujudkan ekosistem digital bagi segmen yang mereka layani.

Application Information Will Show Up Here

Blocknom Crypto Asset “Earning” Platform Snags 7 Billion Seed Funding

Crypto asset earning platform Blocknom announced a seed funding of $500 thousand (over 7 billion Rupiah) from three investors, including YCombinator, Number Capital, and Magic Fund. The last two names is fronted by Hendra Kwik (Fazz) and he is appointed as an advisor at Blocknom along with Tianwei Liu (Fazz) and Thomas Chen (Magic Fund).

Blocknom is currently participating in the Y Combinator’s Winter 2022 batch along with several startups. The startup was initiated in January 2022 by Gojek and Shopee’s former employee, Fransiskus Raymond and Ritase’s former engineer, Ghuniyu Fattah Rozaq.

In terms of value proposition, Blocknom offers yields deposit on available stablecoin-based crypto assets, includng USDT (Tether), USDC (Circle), and XIDR (StraitsX). The product does not have a lockup period, therefore, investors can withdraw their funds at any time. Blocknom offers earnings of up to 13% per year and is claimed to be safe from the price volatility.

“We started Blocknom to provide easy crypto investing for everyone. Based on our research, 90% of people gain negative results from trading crypto. However, they find it better to make long term crypto investments. We have not been able to find a suitable product in the market. Therefore, we decided to build Blocknom for the good of everyone,” Blocknom’s Co-founder and CEO, Fransiskus Raymond said in an official statement, Friday (4/3).

Blocknom

Based on the company’s blog, Blocknom is the first gateway for investors to enter the DeFi (Decentralized Finance) era. This platform operates on the web2 internet base and serves as a bridge for investors to the web3 DeFi industry. Blocknom implements transparency in the fund management process and has a proof of community system, with a commitment to always involve the community in the DeFi selection process to manage investor funds and has an unlimited incentives program for the community.

In the earning process, investors make earning deposits on the Blocknom website or application and they will start getting  daily rewards.

Behind the scenes, investors’ funds will be automatically input into various staking and earning platforms that have been pre-selected by the Blocknom community such as, A.A.V.E, BALANCER, CELCIUS NETWORKS, CURVE, and so on. The Blocknom algorithm will automatically carry out the process of selecting and distributing funds to the DeFi platform with the largest yield.

The competitive interest will be given as the lending institution relies on blockchain technology, with collateral lending as the core business. The collateral will be in the form of digital assets such as Bitcoin, Ethereum, etc. This allows borrowers to pay a premium interest, as they believe the value of the asset will be much higher than the interest they are paying.

Blocknom trusts Fireblock as a custodial company to store all Blocknom deposit funds. For additional security, they implement the highest level of wallet security (bank standards) and full encryption (2 factor verification). In terms of regulatory, Blocknom operates throughout Southeast Asia using the license partner method from StraitsX, licensed by MAS. Also, they currently submitting for a permit to operate in Indonesia to CoFTRA as the relevant authority.

Fransiskus said, after earning stablecoins, the company will continue to innovate to realize the mission of crypto investment for everyone journey through Blocknom.

“In the future, there will be more features designed to help people feel the benefits of crypto, not only as an investment, but also part of their daily life,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform earning aset kripto Blocknom mengumumkan penutupan pendanaan tahap awal sebesar $500 ribu dari YCombinator, Number Capital, dan Magic Fund

Platform “Earning” Aset Kripto Blocknom Umumkan Perolehan Dana Awal 7 Miliar Rupiah

Platform earning aset kripto Blocknom mengumumkan penutupan pendanaan tahap awal sebesar $500 ribu (lebih dari 7 miliar Rupiah) dari tiga investor, yakni YCombinator, Number Capital, dan Magic Fund. Kedua investor terakhir ini, digawangi oleh Hendra Kwik (Fazz), sekaligus menjadikannya sebagai advisor di Blocknom bersama Tianwei Liu (Fazz) dan Thomas Chen (Magic Fund).

Blocknom saat ini berada di bawah inkubasi Y Combinator batch Winter 2022 bersama sejumlah startup lainnya. Startup tersebut dirintis pada Januari 2022 oleh mantan pegawai Gojek dan Shopee Fransiskus Raymond dan matan engineer Ritase Ghuniyu Fattah Rozaq.

Sebagai diferensiasi dengan platform earning lainnya, Blocknom menawarkan yield deposito terhadap aset kripto berbasis stablecoin yang tersedia, yakni USDT (Tether), USDC (Circle), dan XIDR (StraitsX). Produknya tidak memiliki lockup period, dengan demikian investor dapat melakukan withdraw dananya kapan saja saat dibutuhkan. Blocknom menawarkan earning hingga 13% per tahun dan diklaim aman dari volatilitas harga koin.

“Kami memulai Blocknom untuk membuat investasi kripto mudah bagi semua orang. Berdasarkan hasil riset, kami menemukan bahwa 90% orang tidak mendapatkan hasil yang baik dari trading kripto. Namun mereka merasa lebih baik untuk melakukan investasi kripto jangka panjang. Kami belum dapat menemukan produk yang sesuai di pasaran. Maka, kami memutuskan untuk membangun Blocknom demi kebaikan semua orang,” ucap Co-founder dan CEO Blocknom Fransiskus Raymond dalam keterangan resmi, Jumat (4/3).

Blocknom

Menurut blog perusahaan, Blocknom adalah gerbang pertama investor memasuki era DeFi (Decentralized Finance). Platform ini beroperasi dalam basis internet web2 dan menjadi jembatan kepada investor menuju industri DeFi web3. Blocknom menerapkan transparansi dalam proses pengelolaan dana dan memiliki sistem proof of community, dengan komitmen selalu melibatkan komunitas terhadap proses pemilihan DeFi untuk pengelolaan dana investor dan memiliki program unlimited incentives bagi komunitasnya.

Dalam proses earning, investor melakukan earning deposito di situs atau aplikasi Blocknom dan investor akan mulai mendapatkan rewards yang dibagikan setiap hari.

Di belakang layar, dana investor akan otomatis dimasukkan ke dalam berbagai platform staking dan earning yang telah dipilih sebelumnya komunitas Blocknom seperti, A.A.V.E, BALANCER, CELCIUS NETWORKS, CURVE, dan sebagainya. Algoritma Blocknom akan otomatis melakukan proses pemilihan dan pendistribusian dana dengan ke dalam platform DeFi tersebut yang memiliki yield terbesar.

Bunga yang kompetitif tersebut bisa diberikan karena backbone institusi pinjamannya adalah teknologi blockchain, yang memiliki bisnis utama pinjaman dengan kolateral. Kolateral tersebut berupa aset digital seperti Bitcoin, Ethereum, dll. Hal ini memungkinkan peminjam membayar bunga premium, sebab mereka percaya nilai asetnya akan jauh lebih tinggi dibanding bunga yang mereka bayar.

Blocknom memercayakan Fireblock sebagai perusahaan kustodian untuk menyimpan seluruh dana deposito Blocknom. Untuk keamanan lainnya, menerapkan keamanan wallet level tertinggi setingkat standar bank dan enkripsi penuh (2 factor verification). Dari segi regulasi, Blocknom beroperasi di seluruh Asia Tenggara dengan menggunakan metode partner lisensi dari StraitsX yang telah memiliki izin dari MAS. Juga, sedang mengajukan permohonan izin beroperasi di Indonesia kepada Bappebti selaku otoritas terkaitnya.

Fransiskus menuturkan, setelah earning stablecoins, perusahaan akan terus berinovasi demi mewujudkan misi semua orang dapat memulai perjalanan investasi kripto melalui Blocknom.

“Ke depannya, akan ada sejumlah fitur lain yang bertujuan membantu masyarakat merasakan manfaat dari kripto, bukan hanya sebagai investasi, tapi juga bagian dari kehidupan sehari-hari,” tutupnya.

Capaian Bisnis Payfazz 2022

Fazz Financial Segera Galang Pendanaan Seri C untuk Realisasikan “Superapp”

Fazz Financial Group (Fazz) mengungkapkan sedang mempersiapkan putaran dana Seri C. Sejumlah investor teknologi di Amerika Serikat disebutkan bakal terlibat dalam putaran tersebut. Kendati demikian ketika kami hubungi, salah satu eksekutif perusahaan enggan menyebutkan target-target terkait penggalangan dana baru ini — bahkan ia mengatakan beberapa rumor yang beredar tidak tepat.

Sejauh ini, secara valuasi Fazz telah masuk ke dalam kategori centaur, mengumpulkan lebih dari $74,1 juta pendanaan ekuitas dari berbagai investor blue-chip, termasuk Tiger Global, Y Combinator, dan DST Partners. Putaran Seri B diumumkan pada Juli 2020 sebesar $53 juta yang dipimpin oleh B Capital Group dan Insignia Ventures.

Untuk menjadi unicorn berikutnya, sedikitnya perusahaan membutuhkan putaran seri C ini paling sedikit $150 juta (dengan faktor pengali sebanyak 4x — berkaca pada beberapa unicorn baru yang muncul akhir-akhir ini).

Dalam keterangan resmi, dana segar nantinya akan digunakan untuk merealisasikan aplikasi super alias superapp yang menawarkan kemampuan penerimaan pembayaran klien bisnis, high yield cash accounts, corporate cards, pembayaran tagihan/faktur, solusi kredit, dan manajemen biaya. Disebutkan saat ini perusahaan telah menjelma sebagai platform keuangan all-in-one terbesar dengan pertumbuhan tercepat yang melayani lebih dari 150 ribu bisnis di Asia Tenggara.

Capaian bisnis

Pada tahun lalu, grup fintech ini telah mencapai lebih dari $10 miliar dalam volume transaksi tahunan dalam platformnya, naik lebih dari 200% secara yoy. Perusahaan berada di jalur untuk mencapai pendapatan lebih dari $60 juta pada akhir 2022, naik dari $32 juta pada 2021.

CFO Fazz Karl Hu mengatakan, “Rekor transaksi setahun penuh dan pertumbuhan pendapatan adalah hasil langsung dari strategi fokus Fazz dalam melayani kumpulan besar bisnis underbanked di Asia Tenggara dan menghubungkan mereka dengan komprehensif kami semua dalam satu platform keuangan.”

Platform Fazz memungkinkan UMKM mendigitalkan sistem keuangan dan pembayaran mereka melalui empat pilar utama. Pertama, bisnis dapat menerima semua jenis pembayaran utama dan memungkinkan transfer melalui semua jalur pembayaran; dapat mendigitalkan sejumlah fungsi keuangan dan operasional inti, termasuk manajemen inventaris, pembayaran tagihan, pembukuan, dan penggajian.

Kemudian, memanfaatkan fungsi perbankan termasuk rekening kas, untuk membantu pelanggan menabung dan mendapatkan hasil yang tinggi. Fazz juga menyediakan kartu perusahaan untuk memfasilitasi transaksi bisnis antar bisnis. Terakhir, bisnis dapat mengakses modal pertumbuhan melalui lengan pinjaman Fazz.

Saat ini, ada lebih dari 150 ribu bisnis di platform Fazz yang terhubung langsung ke ekosistem pembayaran B2B dan B2C. Grup ini juga memegang jumlah lisensi untuk fungsi e-money, penerimaan pembayaran, transfer, peminjaman, perbankan, dan kartu. Blibli, Bukalapak, Aspire, Sirclo, dan Kargo Technologies adalah beberapa klien utama Fazz di Singapura dan Indonesia.

“Pertumbuhan kuat kami pada tahun 2021 hanyalah awal dari perjalanan kami, dengan jalan panjang untuk mendukung bisnis yang berkembang di kawasan ini dan kami akan terus menggandakan pertumbuhan pada tahun 2022,” tambah Hu.

Portofolio Fazz

Fazz saat ini telah menjelma sebagai raksasa baru di industri fintech yang memiliki berbagai afiliasi di vertikal bisnis keuangan. Lewat penggabungan bersama Xfers membentuk Fazz Financial Group, menyatukan tiga bisnis keuangan yang menyasar pada merchant (Payfazz), ritel (neu), dan enterprise (Xfers).

Di luar itu, ada StraitsX yang bergerak di pengembang aset digital, Modal Rakyat yang bergerak di lending usaha produktif, PT Cashfazz Teknologi Nusantara sebagai pemegang lisensi uang elektronik, startup pencatatan keuangan CrediBook yang masuk ke dalam portofolio lewat investasi yang dikucurkan dari Payfazz.

Menariknya, baik Hendra maupun Hendoko, serta co-founder Payfazz lainnya juga aktif berinvestasi tahap awal ke berbagai startup, baik itu berhubungan langsung dengan dunia fintech maupun tidak. Pun, melalui kantong sendiri atau lewat fund VC. Nama-namanya adalah UpBanx, Aspire, Verihubs, Shipper, dan Pahamify.

Application Information Will Show Up Here
Tampilan aplikasi Payfazz Master Agen / PAYFAZZ

PAYFAZZ “Rebranding” Solusi UMKM, Sesuaikan Segmentasi Pasar

Fazz Financial Group hari ini mengumumkan rebranding terhadap dua produk finansialnya, PAYFAZZ Master Agen dan PAYFAZZ Buku. Kedua aplikasi ini ditenagai Safecash (PT Inklusi Keuangan Nusantara) dan Credibook. Di kesempatan yang sama, solusi PAYFAZZ berubah nama menjadi PAYFAZZ Agen.

Safecash dikabarkan merupakan startup yang diakuisisi PAYFAZZ sejak tahun 2019, bersama Kasir Pintar, tetapi belum ada konfirmasi resmi. Pimpinan Safecash saat ini juga memiliki posisi di PAYFAZZ , sementara berbagai laman di situs Safecash mengacu ke situs PAYFAZZ.

Kedua startup ini memiliki semangat yang sama dengan PAYFAZZ, yaitu ingin memperluas inklusi keuangan di pedesaan.

Safecash adalah perusahaan penyelenggara transfer dana yang sudah memiliki izin Bank Indonesia. Sementara, Kasir Pintar adalah aplikasi POS untuk membantu UMKM mengelola bisnisnya secara efisien. Kasir Pintar memanfaatkan solusi BILLFAZZ dan Modal Rakyat untuk membantu usaha para penggunanya.

Credibook sendiri adalah salah satu portofolio Payfazz yang masuk lewat putaran pendanaan tahap awal pada Agustus 2020.

Langkah rebranding ini dilakukan karena perusahaan ingin lebih mudah mendiferensiasi produknya demi menyesuaikan segmentasi pasar. Co-Founder dan CEO PAYFAZZ Hendra Kwik menuturkan, “[..] Kami berharap dengan adanya diferensiasi produk ini dapat lebih memudahkan para pelaku UMKM untuk menentukan produk yang dapat digunakan untuk mendukung usahanya.”

FFG itu sendiri terbentuk dari hasil investasi strategis PAYFAZZ sebesar $30 juta terhadap Xfers. FFG ingin mewujudkan misi gabungan kedua perusahaan dalam menyediakan akses dan inklusi keuangan melalui seluruh layanannya di Asia Tenggara. Di bawah FFG, terdapat sejumlah solusi/perusahaan. Di antaranya, Modal Rakyat, Xfers itu sendiri, dan aplikasi kasir POST.

Dua aplikasi baru

Aplikasi PAYFAZZ Agen, yang merupakan nama baru dari PAYFAZZ, tidak memiliki perubahan fitur dari sebelumnya. Aplikasi ini menyediakan fitur pembelian pulsa, token PLN, PPOB, pembelian barang grosir melalui PAYFAZZ Grosir, hingga pencatatan keuangan warung. Target penggunanya adalah agen pemula yang baru memulai bisnis, dengan proses pendaftaran dan KYC yang lebih sederhana, sehingga mereka bisa langsung memulai bisnis dengan cepat.

Sementara, PAYFAZZ Master Agen adalah aplikasi hasil kerja sama antara PAYFAZZ dengan PT Inklusi Keuangan Nusantara (Safecash), perusahaan penyelenggara transfer dana yang sudah memiliki izin Bank Indonesia. Aplikasi ini diperuntukkan buat para agen PAYFAZZ yang sudah memiliki nilai transaksi tinggi dan telah lolos verifikasi KYC yang lebih detail sesuai dengan aturan Bank Indonesia.

Hendra menerangkan aplikasi ini memiliki banyak fitur lengkap, seperti layanan PPOB dengan harga khusus, layanan transfer dana ke bank yang telah bekerja sama dan tarik dana di agen, serta transaksi perbankan lainnya yang sedang disiapkan. Fitur-fitur yang ada di PAYFAZZ Agen juga dapat dinikmati oleh pengguna PAYFAZZ Master Agen.

Menurutnya, PAYFAZZ Master Agen merupakan salah satu layanan champion perusahaan karena cikal bakal menjadi produk Digital Banking dari FFG. Selain Safecash, perusahaan telah bekerja sama dengan Modal Rakyat untuk layanan kredit agen, BRI Agro untuk layanan perbankan dan permodalan, serta Xfers untuk payment point.

“Harapan kami ke depannya bisa memberikan layanan keuangan digital yang menyeluruh melalui ekosistem yang ada di FFG, sehingga mencapai misi kami dalam memberikan inklusi keuangan bagi seluruh masyarakat di Indonesia dapat terwujud.”

Sementara, untuk aplikasi PAYFAZZ Buku, perusahaan bekerja sama dengan Credibook untuk menyediakan fitur pencatatan keuangan (buku kas) digital, baik itu transaksi utang, piutang, dan pembayaran kebutuhan usaha antar bank. Fitur tambahan lainnya adalah membantu UMKM mengelola keuangan usahanya, seperti pencatatan penjualan dan stok produk, laporan penjualan, manajemen hutang yang mencakup pencatatan, penagihan, terima pembayaran, serta kartu nama digital untuk sarana promosi usaha.

Baik PAYFAZZ Master Agen dan PAYFAZZ Buku menyasar masyarakat unbanked yang belum memiliki rekening bank. Sasaran utamanya meliputi UMKM, toko kecil, dan warung yang tersebar di daerah terpencil.

Saat ini, PAYFAZZ Agen sudah digunakan oleh lebih dari 700 ribu agen aktif dan melayani lebih dari 80 juta masyarakat Indonesia. “Dengan terciptanya ekosistem layanan keuangan digital ini FFG dapat menjadi salah satu pemain utama dalam meningkatkan literasi keuangan, serta mampu menyediakan layanan keuangan digital bagi seluruh rakyat Indonesia,” tutupnya.

Upaya PAYFAZZ dalam mendigitalisasi UMKM di pedesaan ini cukup serius mengingat menurut sebuah data, baru sekitar 13 jutaan atau 21% UMKM di Indonesia yang sudah melakukan digitalisasi pada bisnisnya. Sementara itu, pemerintah menargetkan lebih dari 30 juta UMKM Go Digital pada 2023 mendatang.

Application Information Will Show Up Here