Tag Archives: Hendra Kwik

Payfazz Secures E-money License from BI, Focusing on User Base in Rural Area

Currently focused on providing access to financial services to people in rural areas, Payfazz will soon enter the electronic money (e-money) business. It was marked by obtaining a license from Bank Indonesia on June 28, 2021 as a server-based Electronic Money Provider through PT Cashfazz Teknologi Nusantara, a subsidiary of Fazz Financial Group.

Was founded in 2017, Payfazz has helped more than 700 thousand MSMEs or agents providing more than 80 million people through its application. It enables merchants to serve various types of transactions, including PPOB payments.

“This is a very significant achievement that we have been waiting for for a long time. With the electronic money license, we can bring the company’s goal closer to becoming an integrated financial service provider application for people without access to banking services.” Payfazz’ Co-Founder & CEO, Hendra Kwik said.

Furthermore, this license will be used by the company to create more opportunities to facilitate agents, especially to assist global and local corporate clients at Xfers in collecting payments from the unbanked community.

Previously, Fazz Financial Group had obtained a remittance license through Bank Indonesia, activated payment gateways for both global and local companies through its investment in Xfers (Licence for Large Payment Institutions – MAS), penetrated the digital banking industry through collaboration with BRI Agro (BRI’s subsidiary), and developed loan services through its investment in Modal Rakyat (OJK licensed for P2P financing).

“We expect this license to bring positive impact on the company’s business as a financial service provider and drive transaction volumes three times up the current one. This electronic money license has the potential to strengthen synergies between Payfazz and other financial products within the Fazz Financial Group,” Hendra said.

As of May 2021, Fazz Financial Group claims to have processed transaction volume over $10 billion per year through its product ecosystem, and this electronic money license can increase the transaction volume even higher.

Partnership expansion

Over the past two years, Payfazz has continued to expand partnerships with fintech startups and other related services, by presenting attractive products and services for MSME players in the country. Starting from Payfazz Buku, supported by Credibook, and launching several products for MSME players.One of the products is Warung Online, which allows orders from customers to be recorded directly in the Payfazz application.

Payfazz’ basic services in particular provide bill payments, money transfers, merchant payments, loans, and deposit/savings services for the unbanked through platform partnerships with various financial institutions.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Lisensi E-money Payfazz

Payfazz Resmi Kantongi Lisensi E-money BI, Fokus Jangkau Pengguna di Pedesaan

Fokus untuk memberikan akses layanan finansial kepada masyarakat di pedesaan, Payfazz segera masuk ke bisnis uang elektronik (e-money). Ini ditandai dengan diperolehnya lisensi dari Bank Indonesia tertanggal 28 Juni 2021 sebagai Penyedia Uang Elektronik berbasis server melalui PT Cashfazz Teknologi Nusantara, anak usaha dari Fazz Financial Group.

Sejak diluncurkan tahun 2017, Payfazz telah membantu lebih dari 700 ribu UMKM atau agen melayani lebih dari 80 juta masyarakat melalui aplikasinya. Memungkinkan para merchant untuk melayani berbagai jenis transaksi, termasuk pembayaran PPOB.

“Ini merupakan pencapaian Payfazz yang sangat signifikan yang telah kami nantikan sejak lama. Dengan adanya lisensi uang elektronik, kita dapat mendekatkan tujuan perusahaan menjadi aplikasi penyedia jasa keuangan terpadu bagi masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan.” kata Co-Founder & CEO Payfazz Hendra Kwik.

Selanjutnya lisensi ini akan digunakan perusahaan untuk membuka lebih banyak peluang yang dapat memfasilitasi para agen, terutama untuk membantu klien perusahaan global dan lokal di Xfers dalam mengumpulkan pembayaran dari masyarakat yang tidak memiliki rekening bank.

Sebelumnya, Fazz Financial Group telah mendapatkan lisensi pengiriman uang melalui Bank Indonesia, mengaktifkan gerbang pembayaran baik untuk perusahaan global maupun lokal melalui investasinya di Xfers (lisensi Institusi Pembayaran Besar – MAS), memasuki dunia digital banking melalui kerja sama dengan BRI Agro (anak perusahaan Bank BRI), dan membuka layanan pinjaman melalui investasinya di Modal Rakyat (berlisensi OJK untuk pembiayaan P2P).

“Kami berharap melalui lisensi ini dapat berdampak positif bagi bisnis perusahaan sebagai penyedia jasa layanan keuangan dan mendorong volume transaksi tiga kali lipat dari saat ini. Lisensi uang elektronik ini memiliki potensi untuk mempererat sinergi antara Payfazz dan produk keuangan lainnya di dalam Fazz Financial Group,” kata Hendra.

Per Bulan Mei 2021, Fazz Financial Group mengklaim telah memproses lebih dari $10 Miliar volume transaksi per tahun melalui ekosistem produknya, dan dengan adanya lisensi uang elektronik ini dapat meningkatkan volume transaksi lebih tinggi lagi.

Perluas kemitraan

Selama dua tahun terakhir Payfazz terus memperluas kemitraan dengan startup fintech dan layanan terkait lainnya, dengan menghadirkan produk dan layanan menarik yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku UMKM di tanah air. Mulai dari Payfazz Buku yang didukung oleh Credibook, hingga meluncurkan beberapa produk yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku UMKM. Salah satunya adalah Warung Online, memungkinkan pesanan dari pelanggan dapat langsung tercatat di aplikasi Payfazz.

Secara khusus layanan dasar mereka menyediakan pembayaran tagihan, transfer uang, pembayaran pedagang, pinjaman, dan layanan simpanan/tabungan untuk yang tidak memiliki rekening bank melalui kemitraan platform dengan berbagai lembaga finansial.

Application Information Will Show Up Here
Para partner di MAGIC / MAIGIC

CEO Payfazz Hendra Kwik Berpartisipasi sebagai LP dan Partner Pemodal Ventura Global “MAGIC”

MAGIC, VC global untuk pendanaan tahap awal yang dikelola oleh sekelompok founder startup, mengumumkan dana kelolaan kedua sebesar $30 juta (lebih dari 435 miliar Rupiah). Dana tersebut sepenuhnya akan diinvestasikan kembali untuk startup tahap awal dengan nominal mulai dari $100 ribu-$300 ribu di berbagai sektor dan geografis.

Sepertiga dari total dana ini berasal dari para LP di MAGIC, di antaranya Michael Seibel (Y Combinator), Tim Draper, Ace & Company. Dalam kesempatan tersebut, MAGIC turut memperkenalkan sejumlah jajaran partner baru, salah satunya adalah Co-Founder & CEO Payfazz Hendra Kwik, yang juga menjadi LP dalam putaran ini.

Kepada DailySocial, Hendra menerangkan ia bertugas untuk menambah portofolio MAGIC di kawasan Asia Tenggara dan India. Total fund tersebut akan dibagi secara merata ke lima sampai enam benua, sehingga tidak spesifik ke salah satu negara saja. Di kawasan ini, Hendra akan bekerja dengan Elvis Zhang, founder startup dari Singapura Oxy2.

Pada debut pertamanya di 2017, melalui fund pertama, MAGIC telah berinvestasi ke 70 startup seantero dunia sejak putaran pendanaan pre-seed dan seed di sejumlah negara berkembang. Beberapa namanya adalah Payfazz, Novobank, Frubana, Mono, dan Retool, yang kini telah bervaluasi tinggi.

Sumber: MAGIC

Secara terpisah, dalam keterangan resmi, fund kedua ini hadir karena tim MAGIC percaya dengan tesis mereka, “dana kecil yang dijalankan oleh beragam founder memberikan hasil terbaik pada investasi tahap awal”, terbukti memberikan dampak nyata.

MAGIC melihat founder berpengalaman yang menjadi investor (experienced founders-turned-investor) itu mendefinisikan ulang VC tahap awal yang seperti dikenal selama ini. Pasalnya, founder itu ingin tahu bahwa orang yang mereka ambil uangnya memiliki pengalaman langsung.

Dengan model ini, founder startup menerima modal langsung dari advisor yang membantu, juga memberikan kompensasi kepada founder yang diinvestasi atas saran mereka. Pendekatan ini persis dengan apa yang dilakukan oleh AngelList, platform ekosistem startup dari Amerika Serikat.

Hendra tertarik untuk bergabung dengan MAGIC karena sesuai dengan visinya yang ingin membantu lebih banyak founder tahap awal, khususnya di Asia tenggara, dengan lebih banyak kapital dan bantuan. Ia memahami berbagai tantangan pada awal-awal mendirikan startup yang sering kali kesulitan membangun produk bagus karena perlu banyak injeksi modal.

“Karena saya ingin ada saling support [ke sesama founder startup],” terangnya.

Tak hanya MAGIC, dengan visi yang sama, Hendra juga berpartisipasi sebagai partner dan LP di Number Capital sejak 2016. VC lokal ini juga fokus pada pendanaan startup mulai dari tahap awal sampai lanjutan. Kata Hendra, kehadiran MAGIC dan Number itu saling melengkapi karena punya cara berpikir yang sama “founders backing-helping founders.”

Bagi dia, bila disandingkan Number dan MAGIC itu seperti EV Seed dan EV Growth, atau Sequoia dan Sequoia Growth, atau Y Combinator dan Y Combinator Continuity, dan sebagainya.

Secara personal, ia sering kali melihat founder yang kesulitan dengan startup-nya atau bingung bagaimana pre-market fit, biasanya akan meminta saran dan mentorship dari dia. Jika ia “klik” dengan personal dari founder tersebut, maka ia akan bantu sesuai dengan kebutuhan.

“Jika mereka butuh capital, maka saya akan bantu sediakan melalui investasi. Jika tidak butuh capital, maka saya hanya akan bantu advice. Semua investasi saya lakukan melalui Number.”

Tidak banyak startup yang memperoleh investasi dari Number, hanya empat startup. Mereka adalah Payfazz, Shipper, Pahamify, dan Verihubs. Meski secara kuantitas sedikit, namun pihaknya lebih mengutamakan kualitas. Kapital itu tidak hanya soal nominal uang, tapi juga menyangkut hal lain. Seperti, bantu eksekusi, advice, sales, partnership, penggalangan berikutnya, coaching, dan sebagainya.

Money is just one. [Karena banyak yang kita bantu] makanya enggak bisa banyak-banyak juga [investasi] di Number. Nanti malah enggak membantu jadinya.”

Ia melanjutkan, “Jika hanya mencari capital, mungkin kami bukan the best. Tapi jika mencari capital dan support founders yang sudah berpengalaman, maka kami percaya Number dan MAGIC is the best.”

Aplikasi Payfazz Buku

Perkuat Sinergi, Payfazz dan Credibook Luncurkan Aplikasi “Payfazz Buku”

Payfazz didukung oleh Credibook meluncurkan aplikasi Payfazz Buku. Ini merupakan aplikasi pencatatan keuangan digital yang bisa diakses melalui smartphone berbasis Android secara gratis. Layanan dasarnya meliputi pencatatan transaksi, utang dan piutang, serta pembayaran kebutuhan usaha antarbank.

Payfazz Buku juga dilengkapi dengan berbagai fitur lain yang dapat membantu UMKM mengelola keuangan usahanya, seperti: pencatatan penjualan dan stok produk, laporan penjualan, manajemen hutang yang mencakup pencatatan, penagihan, terima pembayaran, hingga kartu nama digital yang mendukung sarana promosi pelaku usaha.

“Payfazz Buku itu hybrid antara software akunting Credibook dan software transaksi Payfazz. Diluncurkan untuk menjangkau segmen pasar bisnis yang lebih luas, bahkan bisnis non warung sekali pun,” kata Co-Founder & CEO Payfazz Hendra Kwik kepada DailySocial.

Saat ini ada lebih dari 250 ribu agen aktif Payfazz yang tersebar di seluruh Indonesia. Pertumbuhan jumlah agen yang bergerak ke arah positif menjadi peluang dalam merangkul lebih banyak UMKM ritel memanfaatkan aplikasi Payfazz Buku demi mempermudah pencatatan keuangan usaha sehari-hari. Aplikasi Payfazz Buku merupakan aplikasi yang terpisah dari Payfazz.

“Sebagai perusahaan rintisan asli Indonesia, kami ingin lebih banyak UMKM go-digital. Lewat Payfazz Buku, kami memfasilitasi pelaku UMKM masuk ke ekosistem digital dengan mudah melalui pencatatan keuangan usaha berbasis digital,” kata Co-Founder & CEO CrediBook Gabriel Frans.

Layanan serupa Payfazz Buku sebenarnya juga berkembang pesat akhir-akhir ini, dengan BukuWarung dan BukuKas sebagai pemimpin pasar — bersaing langsung dengan Credibook. Selian itu juga ada startup lokal lainnya yang mengembangkan aplikasi serupa, mulai dari Moodah, Lababook, Temanbisnis, hingga Akuntansiku.

Sinergi berkelanjutan Payfazz dan Credibook

Sebagai platform yang mengoperasikan jaringan agen keuangan digital di Indonesia untuk mendistribusikan layanan keuangan, Payfazz telah meluncurkan beberapa produk yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku UMKM. Salah satunya adalah Warung Online, memungkinkan pesanan dari pelanggan dapat langsung tercatat di aplikasi Payfazz.

Awal tahun 2021 Payfazz juga dikabarkan telah mengucurkan investasi strategis terhadap startup payment gateway asal Singapura Xfers. Aksi strategis membawa Xfers menjadi bagian dari entitas Fazz Financial Group (FFG) untuk bersama-sama mencapai misi dalam menyediakan inklusi keuangan di seluruh Asia Tenggara. Di bawah Fazz Financial, juga terdapat platform p2p lending Modal Rakyat.

“Kami pilih segmen wholesale dan retail karena UMKM non-pertanian di Indonesia terbanyak bergerak di bidang ini, sekitar 46%, atau ada lebih dari 10 juta pelaku. Jumlahnya besar sekali. Ada potensi ekonomi di sana dan yang terpenting ini sejalan dengan visi kami melakukan pemberdayaan dan digitalisasi pada sebanyak mungkin UMKM,” terang Gabriel.

Application Information Will Show Up Here
(ki-ka) Hendra Kwik (Direktur Utama Fazz Financial Group, CEO PAYFAZZ, dan Komisaris Modal Rakyat), Wafa Taftazani (Komisaris Utama Modal Rakyat), Hendoko (CEO Modal Rakyat), Stanislaus MC Tandelilin (Presiden dan Direktur Modal Rakyat), Christian Hanggra (CTO Modal Rakyat) / Modal Rakyat

Modal Rakyat Kantongi Pendanaan dari Fazz Financial Group

Startup p2p lending Modal Rakyat mengumumkan perolehan pendanaan dengan nilai dirahasikan dari Fazz Financial Group (FFG). Di saat yang bersamaan, perusahaan juga mendapat izin usaha dari OJK. Sebelumnya mereka berstatus berstatus terdaftar.

FFG adalah entitas hasil investasi strategis Payfazz ke Xfers sebesar $30 juta yang diresmikan pada awal Maret kemarin. FFG hadir untuk mengawasi misi gabungan dalam menyediakan akses dan inklusi keuangan di seluruh Asia Tenggara.

Menurut keterangan resmi, Hendra Kwik, Direktur Utama FFG dan CEO Payfazz, menyampaikan, “Dengan bergabungnya Modal Rakyat dalam Fazz Financial Group, kami berharap bisa lebih memperkuat sinergi dengan seluruh produk-produk yang ada di bawah naungan Fazz Financial dan mendukung dalam penyediaan layanan keuangan inklusif khususnya bagi pelaku usaha yang berada di seluruh Indonesia hingga ke daerah pedesaan.”

Hendra juga menjadi Komisaris di Modal Rakyat.

Terkait perolehan izin usaha, CEO Modal Rakyat Hendoko Kwik mengatakan, hal ini adalah salah satu langkah strategis untuk semakin masif menjangkau semua daerah dalam menyalurkan pembiayaan kepada pelaku UMKM. “Modal Rakyat berharap bisa merangkul semakin banyak mitra strategis, baik perusahaan keuangan, startup, maupun entitas lainnya,” ujarnya.

Secara hubungan bisnis, sejak 2018 Modal Rakyat bekerja sama dengan Payfazz untuk menyediakan produk pinjaman sektor mikro bagi seluruh warung dan pedagang pulsa yang berada dalam ekosistem Payfazz. Hingga kini, tercatat sebanyak 32.399 aplikasi pinjaman mikro diajukan lewat Modal Rakyat dengan total penyaluran lebih dari Rp29 miliar.

Produk Modal Mikro menyalurkan pinjaman mulai dari Rp500 ribu hingga Rp2 juta dengan durasi pinjaman 14 hari. Pinjaman berbasis agen ini merupakan salah satu strategis Modal Rakyat untuk bisa menyalurkan pembiayaan kepada pelaku usaha mikro, khususnya yang belum terjangkau oleh perbankan dan institusi keuangan lainnya. Skoring kredit dilakukan berdasarkan analisis terhadap data transaksi para agen di aplikasi Payfazz.

“Misi Modal Rakyat dalam mewujudkan inklusi keuangan tentu membutuhkan sinergi bersama banyak pihak. Tidak hanya pemerintah dan sesama entitas keuangan, tetapi masyarakat juga kami ajak untuk terus berkontribusi dengan mendanai di Modal Rakyat,” imbuh Hendoko.

Hingga kini, total penyaluran Modal Rakyat telah menembus lebih dari Rp1,2 triliun kepada lebih dari 25 ribu pelaku UMKM. Jumlah pendana aktif mencapai 12 ribu pendana yang terdiri dari 71,24% laki-laki dan 28,76% perempuan. Berdasarkan demografinya, para pendana ini berasal dari Pulau Jawa (75,22%) dan luar Pulau Jawa (24,78%).

Application Information Will Show Up Here

Payfazz Reveals 428 Billion Rupiah Investment for Payment Gateway Startup Xfers

Payfazz disclosed a strategic investment in Singapore-based payment gateway startup Xfers. Rumor has been circulating in the industry since May 2020, but Payfazz‘ CEO Hendra Kwik keeps denying it every time DailySocial tried to confirm.

On 19 May 2020, he said that currently, the two companies are solely business partners. Eventually, we found the Xfers logo attached under the Fazz Financial logo at the Payfazz office. However, on January 26, 2021, Hendra still denied the rumor.

Under Fazz Financial, there is also Modal Rakyat. In addition, investment also planted in Credibook which has recently received Pre-Series A funding.

Through the strategic investment, Payfazz and Xfers will become part of the newly formed entity, the Fazz Financial Group (FFG) to jointly achieve the mission of providing financial inclusion throughout Southeast Asia. This will be the first cross-border transaction between two fintech startups in Southeast Asia.

It is said that the investment value Payfazz has disbursed for Xfers was worth $30 million (more than 428 billion Rupiah). Also, Hendra will occupy the position of CEO of FFG, while Tianwei Liu will occupy the position of Deputy CEO. Robert Polana, Tiket.com’s former CFO also joined as FFG CFO.

This strategic move is expected to further encourage the two companies to expand their business in providing more collaborative services throughout Southeast Asia.

For the record, Hendra had first introduced Fazz Financial during an interview with DailySocial in February 2020, as Payfazz has performed various business expansions, therefore, a business group was formed.

Separately, in a virtual press conference today (4/3), Hendra said that both Payfazz and Xfers will have their respective identities in achieving their goals. Payfazz will focus first on the Indonesian market considering that there is still a lot of potentials.

Meanwhile, Xfers will function as a B2B service from FFG – focused on connecting external customers to the payment infrastructure and user network that FFG aggregates. Xfers will continue to focus on increasing presence in a number of countries in Southeast Asia, considering the company is available in three countries. Although it is possible that Payfazz will expand its business in the future.

“Imagine that is like Amazon is Payfazz and AWS is Xfers. AWS present in every building cloud infrastructure, while Amazon is only present in a handful of countries because these two things are different [in terms of challenges and regulations]. Independence is very important, we [Payfazz] ] did not want to limit their operations, nor did we have to follow Xfers’ strategy,” Hendra said.

He added whether Payfazz has the opportunity for regional expansion in the future, the process will indeed be easier as it can take advantage of the API infrastructure that Xfers has built.

The reason behind Payfazz’s interest to invest is actually motivated by the longstanding partnership between the two companies. In addition, they are both graduates of the Y Combinator accelerator program.

Hendra observes Xfers’ API technology really helps the integration process with B2B clients in targeting more unbanked people with financial services. Thus, the more B2B clients successfully signed up with Payfazz, of course, the more inclusive digital financial services are.

“Therefore, we [Payfazz] can focus on pursuing better growth because instead of building the API itself, the costs that should have been incurred, can be transferred to Xfers.”

Currently, Payfazz has 250 thousand registered agents serving more than 10 million unbanked people in Indonesia.

Xfers‘ presence in Indonesia began in 2016 after obtaining $2.5 million in seed funding led by Facebook’s Co-Founder, Eduardo Saverin, Golden Gate Ventures, 500 Startups, GMP Venture Partners, and Partech Ventures.

In 2019, they released Straits X, the first blockchain-supported initiative to advance the open finance ecosystem in Singapore powered by Zilliqa. Xfers’ Indonesian business partners are not only Payfazz, there are also Porter Indonesia, Faspay, Modal Rakyat, and Tunai Kita.

Tianwei said, in the second quarter of 2021, the company will launch two new products. First, a payment solution without integration targeted at merchants based in Singapore. Second, a single integration solution to connect companies/entrepreneurs with fintech expecting to enter Southeast Asia with local payment methods in the region. This is also supported by assistance to reach unbanked consumers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Payfazz Umumkan Investasi 428 Miliar Rupiah Terhadap Startup Payment Gateway Xfers [UPDATED]

Payfazz mengumumkan investasi strategis terhadap startup payment gateway asal Singapura Xfers. Desas-desus kabar ini sebenarnya sudah dimulai sejak Mei 2020, namun CEO Payfazz Hendra Kwik selalu membantahnya saat dimintai konfirmasi oleh DailySocial.

Pada 19 Mei 2020,  dia berkilah bahwa saat ini hubungan kedua perusahaan semata-mata adalah mitra bisnis. Hingga kami mendapati logo Xfers yang terpampang di bawah logo Fazz Financial di kantor Payfazz. Namun, pada 26 Januari 2021 masih dibantah oleh Hendra.

Di bawah Fazz Financial, juga terdapat Modal Rakyat. Selain itu, juga berinvestasi ke Credibook yang belakangan ini peroleh pendanaan Pra-Seri A.

Melalui investasi strategis, Payfazz dan Xfers akan menjadi bagian dari entitas yang baru terbentuk yaitu Fazz Financial Group (FFG) untuk bersama-sama mencapai misi dalam menyediakan inklusi keuangan di seluruh Asia Tenggara. Hal ini menjadi transaksi antar-negara pertama antara dua startup fintech di Asia Tenggara.

Disampaikan, nilai investasi yang digelontorkan Payfazz untuk Xfers sebesar $30 juta (lebih dari 428 miliar Rupiah). Disebutkan juga, Hendra akan menempati CEO FFG, sementara CEO Tianwei Liu menempati posisi Deputy CEO. Robert Polana, eks CFO Tiket.com, bergabung sebagai CFO FFG.

Langkah investasi ini selanjutnya diharapkan dapat mendorong kedua perusahaan tersebut agar dapat mengembangkan bisnisnya dalam menyediakan layanan yang lebih kolaboratif untuk seluruh Asia Tenggara.

Sebagai catatan, brand Fazz Financial ini sebenarnya sudah diperkenalkan Hendra saat wawancara bersama kami pada Februari 2020, karena Payfazz telah melakukan berbagai ekspansi bisnis sehingga dibentuk grup usaha.

Secara terpisah, dalam konferensi pers virtual yang digelar hari ini (4/3), Hendra menyampaikan baik Payfazz dan Xfers akan memiliki indenpensi masing-masing dalam mencapai tujuannya. Payfazz akan fokus ke pasar Indonesia terlebih dahulu mengingat masih banyak potensi yang belum tergarap.

Sementara, Xfers akan berfungsi sebagai layanan B2B dari FFG – difokuskan pada menghubungkan pelanggan eksternal ke infrastruktur pembayaran dan jaringan pengguna yang dikumpulkan oleh FFG. Xfers bakal melanjutkan fokusnya perbanyak kehadiran ke sejumlah negara di Asia Tenggara, mengingat perusahaan sudah hadir di tiga negara. Meski tidak menutup kemungkinan bahwa ke depannya Payfazz akan ekspansi bisnis.

“Anggap seperti Amazon adalah Payfazz dan AWS adalah Xfers. AWS sudah hadir di mana-mana membangun infrastruktur cloud, sementara Amazon baru hadir di segelintir negara saja karena dua hal ini berbeda [dari segi tantangan dan regulasi]. Indenpendensi sangat penting, kami [Payfazz] tidak ingin membatasi operasional mereka, kami pun tidak ingin mengikuti strategi Xfers,” kata Hendra.

Dia menambahkan, akan tetapi apabila ke depannya Payfazz punya kesempatan untuk ekspansi regional, tentunya proses lebih mulus karena dapat langsung memanfaatkan infrastruktur API yang sudah dibangun Xfers.

Alasan Payfazz tertarik untuk berinvestasi sebenarnya juga dilatarbelakangi oleh hubungan kemitraan antara kedua perusahaan yang sudah terjalin sejak lama. Selain itu, sama-sama lulusan dari program akselerator Y Combinator.

Hendra memandang teknologi API yang dibangun Xfers sangat membantu proses integrasi dengan klien B2B dalam menargetkan lebih banyak masyarakat unbanked dengan layanan keuangan. Dengan demikian, semakin banyak klien B2B yang berhasil digaet Payfazz tentunya semakin inklusif suatu layanan keuangan digital.

“Sehingga kami [Payfazz] bisa fokus mengejar pertumbuhan yang lebih baik karena daripada bangun API sendiri, cost yang seharusnya dikeluarkan, bisa dialihkan ke Xfers.”

Saat ini Payfazz memiliki 250 ribu agen terdaftar yang melayani lebih dari 10 juta masyarakat unbanked di Indonesia.

Awal kehadiran Xfers di Indonesia dimulai pada tahun 2016 pasca memperoleh pendanaan tahap awal sebesar $2,5 juta yang dipimpin oleh Co-Founder Facebook Eduardo Saverin, Golden Gate Ventures, 500 Startups, GMP Venture Partners, dan Partech Ventures.

Pada 2019, mereka merilis Straits X, inisiatif pertama yang didukung blockchain untuk memajukan ekosistem keuangan terbuka di Singapura yang didukung oleh Zilliqa. Mitra bisnis Xfers di Indonesia tidak hanya dengan Payfazz, juga ada Porter Indonesia, Faspay, Modal Rakyat, dan Tunai Kita.

Tianwei menuturkan, pada kuartal II 2021 nanti perusahaan akan meluncurkan dua produk baru. Pertama, solusi pembayaran tanpa integrasi yang ditargetkan bagi pedagang yang berbasis di Singapura. Kedua, solusi integrasi tunggal untuk menghubungkan perusahaan / pengusaha dengan fintech yang ingin memasuki Asia Tenggara dengan metode pembayaran lokal di wilayah tersebut. Hal ini juga didukung dengan bantuan untuk menjangkau konsumen yang tidak memiliki akses perbankan.

*Kami menambahkan pernyataan dari konferensi pers virtual yang digelar FFG

 

Application Information Will Show Up Here

Payfazz Adds “Alat Warung” Feature to Support SME Operational

Payfazz agency-based financial service startup introduced a new innovation on its platform, Alat Warung. This solution is designed for micro, small and medium businesses to monitor operational performance and plan business development.

In the Alat Warung menu, several features are available including Kasir for recording transactions, setting selling prices, and sales reports; Catat Hutang to manage debt as well as reminders for overdue bills; also Grosir Terdekat and Tawarkan Produk for goods stock or becoming a reseller. Currently, all features are available to all agents who have updated the application since July 2020.

Gambar - Menu Alat Warung

The startup, which just announced its series B funding last July, also provides other financial services such as PPOB, fund transfers to banks, as well as product stock and resell for its agents. Currently, Payfazz has served more than 20 thousand stalls all over Indonesia.

Safina Saleh, as Payfazz Brand Manager in a press statement said, “In line with Payfazz’s vision to develop MSMEs in Indonesia, starting with an agency platform for financial literacy, Payfazz is now innovating as a partner for MSME entrepreneurs in the trade sector in terms of business, operations, and marketing.”

Targeting micro businesses

Previously, Payfazz was known to have launched a POS application called Sellfazz which has now changed its name to Post.app. Hendra Kwik as the Co-Founder and CEO of Payfazz said that Post.app will target middle to upper retailers more, while Payfazz alone will focus on micro businesses.

“The solutions we offer through Payfazz, including the Alat Warung menu, is merely targeting micro-businesses because they have different needs. We also have differentiation with integrated services provided on the Payfazz platform,” Hendra said in a separate interview.

He also admitted that he would continue to consistently issue other innovations for micro, small and medium traders so that they could further develop with the help of technology created and developed by the nation’s children.

Some startups have started to intensify this kind of services for small shops and businesses, such as BukuWarung, which recently also received seed funding, and there is also BukuKas.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Payfazz Alat Warung

Payfazz Tambah Fitur “Alat Warung”, Bantu UKM Kelola Operasional Bisnis

Startup layanan keuangan berbasis keagenan Payfazz memperkenalkan inovasi baru dalam platformnya, yaitu menu Alat Warung. Solusi ini ditujukan untuk pedagang mikro, kecil maupun menengah untuk memantau kinerja bisnis dan melakukan perencanaan pengembangan usaha.

Dalam menu Alat Warung tersedia beberapa fitur seperti Kasir untuk pencatatan transaksi, pengaturan harga jual, serta laporan penjualan; Catat Hutang untuk mengelola hutang serta pengingat tagihan jatuh tempo; serta Grosir Terdekat dan Tawarkan Produk untuk melakukan stok barang ataupun menjadi reseller. Saat ini, seluruh fitur sudah bisa dinikmati oleh seluruh agen yang telah melakukan pembaruan aplikasi sejak Juli 2020.

Gambar - Menu Alat Warung

Startup yang baru saja mengumumkan pendanaan seri B pada bulan Juli lalu ini juga menyediakan layanan finansial lain seperti PPOB, Transfer dana ke Bank, serta stock dan resell produk bagi para agennya. Hingga saat ini Payfazz telah melayani lebih dari 20 ribu warung yang tersebar di seluruh Indonesia.

Safina Saleh, selaku Brand Manager Payfazz dalam keterangan pers menyatakan, “Sejalan dengan visi Payfazz untuk mengembangkan UMKM di Indonesia, diawali dengan platform keagenan untuk literasi finansial, kini Payfazz berinovasi sebagai partner pengusaha UMKM bidang perdagangan baik dalam sisi bisnis, operasional maupun pemasaran.”

Menyasar usaha mikro

Sebelumnya, Payfazz sendiri diketahui pernah meluncurkan aplikasi POS bernama Sellfazz yang kini telah berganti nama menjadi Post.app. Hendra Kwik selaku Co-Founder dan CEO Payfazz menyampaikan bahwa Post.app ini akan lebih menyasar retail menengah ke atas, sementara Payfazz sendiri akan fokus pada pengusaha mikro.

“Solusi yang kita tawarkan melalui Payfazz, seperti menu Alat Warung ini lebih menyasar usaha mikro, karena kebutuhannya berbeda. Kami juga memiliki diferensiasi dengan layanan terpadu yang disediakan dalam platform Payfazz,” ungkap Hendra dalam wawancara terpisah.

Pihaknya juga mengaku akan terus konsisten mengeluarkan inovasi-inovasi lain bagi pedagang mikro, kecil dan menengah supaya dapat semakin berkembang dengan bantuan teknologi yang dibuat dan dikembangkan oleh anak bangsa.

Beberapa startup sudah mulai menggencarkan layanan pencatatan untuk warung dan usaha kecil, seperti BukuWarung, yang belum lama ini juga mendapatkan pendanaan tahap awal, juga ada BukuKas.

Application Information Will Show Up Here

Debt Manager App CrediBook Receives Funding and Collaborates with Payfazz

Launched in February 2020, the digital debt manager application CrediBook has now been used by more than 200 thousand users. CrediBook’s Co-Founder & CEO told DailySocial, Gabriel Frans said the service is now available throughout Indonesia, even more than 50% of users are in tier 2 and 3 cities.

It is said to be different from other similar platforms, CrediBook does not only tracking debt but also connects users in two directions. In this case, CrediBook puts its platform like a messaging application, with the concept of debit-credit communication. CrediBook is also able to make bill payments directly on the platform, thereby reducing manual recording and confirmation processes.

“We created an ecosystem where buyers, sellers (including SMEs), even distributors and wholesalers can be connected on a single listing platform. The current monetization strategy is through payments on the CrediBook. In addition, we also provide access to users to apply for loans. capital to enlarge their business,” Gabriel said.

Even though it has experienced positive growth even during the pandemic, the CrediBook still has some barriers. These range from technological literacy to the seamless transition from traditional note-taking to app use.

“My experience and my COO Chris at Kudo and Payfazz allow us to really understand our users’ behavior. CrediBook answers this challenge by continuing to listen to our users and make improvements to our products continuously,” said Gabriel.

Strategic partnership with Payfazz

After securing seed funding from Insignia Ventures Partners and Payfazz, CrediBook has several targets to be achieved. Among those are developing products by adding new relevant features and helping to solve problems, such as the infrastructure for Payfazz’ financial products from Payfazz such as transfers, loans, pulses, and accounts that can provide value for CrediBook merchants.

“There are two goals Payfazz wants to achieve through this strategic partnership. It is to distribute financial products such as balance, transfers, loans, accounts to CrediBook merchants outside of the shop. In addition, we want to integrate the CrediBook debt recording feature as a use case. additional for 250 thousand agents/stalls on the Payfazz platform,” Payfazz’ CEO Hendra Kwik said.

During the pandemic, there were no significant changes in the CrediBook business. The company is currently experiencing very fast business growth. By targeting 60 million businesses to use the CrediBook platform for their digital financial records.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian