Tag Archives: Hendry Jothree Handisurya

Kata Pro Hearthstone Soal Gameplay Legends of Runeterra

Legends of Runeterra baru dirilis 29 April 2020 lalu, namun game kartu Riot Games ini ternyata sudah mendapat perhatian yang begitu besar. Di luar negeri, beberapa turnamen bermunculan, bahkan Twitch Rivals juga bikin turnamen Runeterra. Walau di kancah lokal belum ada kompetisi, tetapi game kartu ini ternyata menarik perhatian pemain profesional dari game kartu digital besutan Blizzard, Hearthstone.

Pemain tersebut adalah Hendry Handysurya (Jothree) dari TeamNXL dan Novan Kristianto (Nexok40) dari BOOM Esports. Kedua pemain ini bercerita bahwa baru mencoba Legends of Runeterra selama satu pekan, dan sudah berhasil mencapai rank Master, rank tertinggi di Legends of Runeterra. Bagaimana pendapat mereka soal game kartu besutan Riot Games ini?

Novan Kristianto (Nexok40) – BOOM Esports

Sumber: Youtube BOOM Esports
Sumber: Youtube BOOM Esports

“Gue rasa Riot belajar dari banyak sisi sih. Dari Hearthstone yang paling awal di digital card game, Artifact yang gagal pertahankan pemain, sama Shadowverse yang kecil tapi masih bertahan dengan segmen pemainnya.” Novan membuka pendapatnya soal Runeterra.

Lalu sebagai seorang pemain kompetitif, bagaimana pendapatnya soal balancing dan pengalamannya mengejar rank Master selama satu pekan bermain?

“Mekanik dasar Runeterra nggak ribet seperti Artifact, tapi tetap kompleks karena mekanik saling respon permainan. Tapi kalau dibandingkan sama Hearthstone sih agak nggak adil, karena cardpool Hearthstone jauh lebih banyak. Kalau soal kompetitif, masih berasa sering bad matchup. Jadi kalau hoki ketemu deck yang bisa dilawan dengan mudah, kalau nggak hoki ketemu deck yang sulit dilawan. Maka dari itu belajar meta penting di sini, nggak bisa spam deck seenaknya.” ujar Nexok40.

Sumber: Facebook Page
Sumber: Facebook Page Novan ‘nexok40’ Kristanto.

Selama mengejar rank, Nexok40 mengatakan bahwa dirinya menggunakan 3 macam deck. “Ganti-ganti tergantung lagi banyak ketemu deck apa saat rank. Kalau banyak aggro gue main Corina yang isinya 1 kartu Champion Vi dan 1 kartu Follower Corina Veraza. Kalau banyak control ganti pakai deck Vanguard Bannerman seadanya. Kalau banyak anti-control gue pakai burn aggro championless.”

Secara umum, Nexok40 menganggap Runeterra bagus secara gameplay, namun ia mengatakan hanya memainkan Runeterra sebagai selingan. “Penasaran sih, soalnya habis dapat rank Legends di 3 server Hearthstone, jadi coba-coba deh mengejar rank Master di Runeterra.”

Hendry Handisurya (Jothree) – TeamNXL

Sebelumnya, Jothree juga lolos kualifikasi untuk WCG 2019. Sumber: TEAMnxl
Sumber: TEAMnxl

“Secara umum sih card game baru ini sekilas terasa sederhana. Tapi ternyata setelah didalami lumayan susah juga. Tipe game yang easy-to-play, hard-to-master.” Hendry Handisurya (Jothree) membuka pendapatnya soal Legends of Runeterra.

Terkait soal dari segi kompetitif dan balancing, Jothree punya pendapat yang serupa dengan Nexok40, yaitu soal bad matchup yang sering terjadi.

“Memang cardpool masih belum banyak, jadi nggak terlalu susah untuk mengalahkan musuh. Tapi sepengalaman gue, main ini betul-betul belajar dari nol, mulai dari keyword, sistem battle, sama interaksi antar kartu. Tapi itu cuma awal-awal main saja. Sekitar tiga hari main sudah mulai lancar. Lucunya ketika rank malah ketemu nama-nama familiar yang sering ketemu di Hearthstone seperti Disdai atau Tom60229.”

Soal bad matchup, Jothree menjelaskan ini terjadi karena minimnya sistem RNG yang diterapkan di dalam Runeterra.

“Jadinya decision sekecil apapun berpengaruh kepada hasil permainan. Tapi gara-gara itu bad matchup jadi sangat terasa. Kalau di Hearthstone, biasanya masih bisa menang dengan RNG walau kena bad matchup, kalau di Runeterra lebih berat.”

https://twitter.com/joth703/status/1259448105017229312

Lanjut soal balancing, Jothree berpendapat bahwa Runeterra cukup balance jika dilihat dari karakteristik masing-masing deck. “Beberapa deck mungkin punya learning curve yang tinggi tapi kuat dan bakal kalah kalau salah langkah. Beberapa deck lain mungkin punya pilihan decision yang sedikit, tapi sengaja di desain akan cepat kehabisan kartu di awal-awal.”

Lalu bagaimana dengan esports? Apakah mungkin seorang Jothree berpindah ke Runeterra karena gameplay menarik yang ditawarkan? “Semua tergantung rencana Riot Games untuk esports scene Runeterra. Yang pasti, secara gameplay gue memang suka sama Runeterra.”

Hingga saat ini, Riot memang belum mengumumkan apapun seputar ekosistem esports Legends of Runeterra. Namun demikian beberapa komunitas sudah menggagas turnamen untuk game ini, termasuk komunitas di kancah lokal. Bagaimana pendapat Anda sendiri terhadap Legends of Runeterra?

Persiapan Hendry ‘Jothree’ Handisurya untuk Wakilkan Indonesia di Cabang Hearthstone SEA Games 2019

Esports kini mulai diakui oleh sebagai olahraga. Tahun lalu, esports masuk ke Asian Games, walau masih sebagai pertandingan demonstrasi. Pertandingan tersebut dianggap sukses karena Komite Olimpiade Internasional (IOC) setuju untuk memasukkan esports sebagai salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan dalam SEA Games yang diadakan di Filipina tahun ini. Salah satu game yang akan dipertandingkan adalah Hearthstone.

Dalam Asian Games, Hendry ‘Jothree’ Handisurya berhasil membawa pulang medali perak. Dia kembali dipilih untuk mewakili Indonesia dalam SEA Games, bersama dengan Rama “DouAhou” Ariangga. Saat ditemui dalam acara Hearthstone Fireside Gatherings yang diadakan di UPNORMAL Coffee Roaster pada Sabtu, 31 Agustus 2019 kemarin, Jothree mengaku bahwa dalam Asian Games, medali emas dan medali perak jadi target tim Indonesia.

Hendry dan Rama adalah rekan satu tim di TEAMnxl> dan kali ini, mereka akan sama-sama mewakili Indonesia. Namun, dalam SEA Games, Hearthstone adalah game yang dimainkan per individu. Saat ditanya apakah Jothree melihat rekan satu timnya sebagai saingan, dia menjawab, “Kalau di kompetisi lain, World Electronic Sports Games (WESG) atau Hearthstone World Championship, pas main gue ngerasa dia saingan gue. Tapi untuk SEA Games, sudah bawa nama Indonesia, siapapun yang menang, itu Indonesia yang menang. Nggak peduli itu gue atau Rama, yang penting Indonesia Raya-nya.”

Saat Jothree memenangkan medali perak di Asian Games | Sumber: Facebook
Saat Jothree memenangkan medali perak di Asian Games | Sumber: Facebook

Jothree memang senang bermain game. Dia bercerita, ketika dia SMA, dia sering diajak ke warung internet oleh temannya. Di sini, dia mengenal Warcraft 3. Dia mengaku, dia lalu “keterusan” main Warcraft dan sempat bertanding di turnamen internasional. Selain itu, dia juga pernah memainkan Starcraft. Sayangnya, dia lalu mengalami cedera tangan. Dia menderita carpal tunnel, yang membuat tangan penderitanya mengalami kesemutan, terasa lemah, nyeri, atau bahkan mati rasa. Ini membuatnya tak lagi bisa memainkan game seperti Starcraft.

“Akhirnya, ada yang ngenalin ke Hearthstone. Memang, kebetulan gue suka main catur pas kecil. Ini kayak main catur modern,” ujarnya. “Awalnya, nggak ada niat untuk serius. Tapi, memang dasarnya gue kompetitif. Pas gue ngerasa rank gue lumayan, gue mulai cari turnamen di luar, sampai akhirnya dapat kesempatan mewakili Indonesia di Asian Games.” Untuk itu, dia harus melewati babak kualifikasi, yang mengadu 32 pemain Hearthstone terbaik di Indonesia.

Tahun ini, dia harus mewakili Indonesia di SEA Games. Salah satu persiapannya adalah mengikuti Pelatnas, yang diadakan di Surabaya sejak 8 Agustus hingga 26 Agustus. “Menjelang SEA Games, kita bakal buat bootcamp sendiri ke Bali, untuk konsentrasi pelatihan,” ujarnya. Di Pelatnas, sehari-harinya, Jothree bisa menghabiskan hingga 14 jam untuk berlatih.

Sumber; Facebook IESPA
Sumber: Facebook IESPA

“Uniknya dari Hearthstone, latihannya nggak melulu main game,” ungkap Jothree. Dia mengatakan, sebagian besar latihan justru berupa diskusi antara Jothree, Rama, Reza “Rezdan” Servia Manager & Head Coach, serta Novan “Nexok40” sebagai Asisten Manager & Coach. “Mainnya paling cuma 20 persen dari porsi latihan. Sisanya, diskusi strategi, apakah kartu ini bagus untuk dimasukkan ke deck,” ujarnya. Saat ini, ada lebih dari 2700 kartu di Hearthstone. Sementara pemain hanya dapat memilih 30 kartu dalam satu deck.

Selain latihan terkait game, Jothree mengatakan bahwa selama Pelatnas, dia juga melakukan latihan fisik seperti senam setiap pagi. Dia mengaku, fisik memang memiliki peran sangat penting bagi atlet esports. Alasannya, karena dalam sebuah turnamen, pemain terkadang dituntut untuk bermain selama 12-13 jam dalam satu hari. Tanpa fisik yang kuat, permainan pemain juga tak akan memberikan performa yang optimal.

Sebelum ini, pemerintah mengatakan bahwa mereka akan berusaha untuk mengembangkan industri esports dan gaming. Terkait hal ini, Jothree mengatakan bahwa pemerintah sebaiknya membuktikan omongannya itu. “Selama ini sih sudah lumayan, terlihat dari mengirim kami ke Pelatnas,” katanya. Dia berharap, pemerintah tidak tertarik dengan esports hanya karena ia dipertandingkan di SEA Games dan akan mengembangkan ekosistem esports dari game selain game yang ditandingkan dalam SEA Games.

Cerita Hendry ‘Jothree’ Handisurya tentang Pertarungannya Lolos Kualifikasi Hearthstone Masters Las Vegas

Akhir pekan kemarin, selain Rizky Faidan dan tim WANI yang jadi juara di Jepang dalam gelaran PES Asia Finals 2019, kabar baik datang dari atlet Hearthstone Indonesia. Adalah Hendry ‘Jothree’ Handisurya, pemain Hearthstone dari TEAMnxl>,  yang berhasil mengalahkan lawan-lawannya dalam kualifikasi Hearthstone Master Las Vegas.

Di kualifkasi dengan pendaftar sekitar 300 orang ini, Jothree harus berhadapan dengan pemain-pemain Hearthstone (HS) kelas dunia. Di babak finalnya, Jothree bahkan harus berhadapan dengan salah satu top player Hearthstone kelas dunia, Sebastian ‘Ostkaka’ Engwall asal Swedia mantan pemain organisasi esports besar, Na’Vi.

Sebelumnya, Jothree juga lolos kualifikasi untuk WCG 2019. Sumber: TEAMnxl
Sebelumnya, Jothree juga lolos kualifikasi untuk WCG 2019. Sumber: TEAMnxl

Saya pun menghubungi Jothree untuk memintanya berbagi cerita tentang kualifikasi Hearthstone Masters Las Vegas ini.

Hybrid (H): Boleh diceritain dulu kah soal turnamennya, buat mereka-mereka yang tidak familiar dengan esports Hearthstone? 

Jothre (J): “Jadi, HS Master Las Vegas itu salah satu program baru dari Blizzard tahun ini yang paling bergengsi buat nyari World Champion 2019 singkatnya. Detailnya, bisa dibaca di artikel dari Variety ini. Yang gua ikutin kemarin itu salah satu qualifier untuk ke Las Vegasnya ini tanggal 14-17 Juni 2019 nanti.”

H: Siapa saja lawan-lawan berat yang dihadapi kemarin dan kenapa?

J: “Ada sekitar 300 orang yang daftar kemarin sih; dan ada banyak banget nama-nama besar yg ikut kaya yoitsflo, innovatioN, Cosmo, dan, yang paling noticeable itu Ostkaka yang notabene Hearthstone World Champion asal Swedia.”

H: Boleh diceritain kah salah satu atau dua pertandingan yang paling berkesan?

J: “Pas fase Swiss awal lancar banget perjalanannya. Di situ gua lolos di peringkat 1 dengan score 8 0. Kalo yang paling berkesan mungkin pas grand finalnya. Karena di situ gua harus lawan salah satu idola gua dan mungkin hampir semua player-player HS di dunia wkwkwk, Ostkaka! Di situ gua menang 2 1. Pertandingannya juga ketat banget.”

H: Gimana peluangnya nanti di Las Vegas? Kira-kira bisa sampai mana nih?

J: “Kalo bicara peluang sih gua rasa pemain-pemain yang udah berhasil lolos ke sana itu udah pasti kelas-kelas berat semua ya. Tapi yang pasti sih gua bakal berusaha sebaik mungkin buat bawa nama Indonesia dan South East Asia di sana.”

H: Siapa lawan-lawan berat yang akan dihadapi nanti? Kenapa?

J: “Hahaha semuanya lawan berat di sana. Soalnya ya semua yang lolos ke Vegas itu cuma satu orang dari sekian banyak banget yang ikutan qualifier-nya.”

Itu tadi perbincangan singkat kami dengan Hendry. Buat yang tidak mengikuti esports Hearthstone Indonesia, Hendry sendiri merupakan salah satu pemain HS Indonesia terbaik bersama dengan Novan ‘Nexok40’ Kristianto, Reza ‘Rezdan’ Sevia, dan Rama ‘DouAhou’ Akbar. Hendry juga menjadi wakil Indonesia dalam pertandingan ekshibisi esports Asian Games 2018 dan menjadi juara kedua. Bersama dengan 3 rekannya tadi, Hendry juga bertanding mewakili Indonesia dalam kejuaraan HS bergengsi di dunia, Hearthstone Global Games 2018.

Jothree saat menerima penghargaan berkat kemenangannya di Asian Games 2018.
Jothree saat menerima penghargaan berkat kemenangannya di Asian Games 2018. Sumber: TEAMnxl

Kemenangannya kemarin memang boleh dibilang sangat gemilang sekaligus mengejutkan. Pasalnya, Ostkaka merupakan salah satu dari 20 pemain HS dengan penghasilan terbesar di dunia. Meski demikian, pemain legendaris yang menjadi juara dunia HS tahun 2015 ini mungkin sudah bukan jadi pemain paling ditakuti sekarang ini. Lawan-lawan lebih berat siap menanti Hendry di Las Vegas.

Bagaimana kiprah Jothree di Hearthstone Masters Las Vegas tanggal 14-16 Juni 2019 yang memperebutkan total hadiah US$250.000 ini nanti? Kita dukung dan doakan saja ya!