Tag Archives: Hi-Rez Studios

Tak Hanya di Mobile, Iklan di Game akan Masuk ke PC dan Konsol?

Semakin mahalnya biaya pengembangan video game memang membuat para pengembang dan penerbit terus memutar otak untuk mendapatkan pendapatan. Salah satunya tentu berasal dari sponsor dan iklan.

Gamer mobile pastinya sudah sangat terbiasa dengan sistem iklan dalam game yang mengharuskan mereka menonton iklan 15-30 detik untuk mendapatkan item gratis atau bahkan sekedar melanjutkan level.

Sistem tersebut kelihatannya akan segera diimplementasikan pada game PC dan konsol oleh Electronic Arts (EA) dan juga pengembang game Paladin, Hi-Rez Studios. Kedua perusahaan ini akan menjadi yang pertama bekerja sama dengan platform periklanan baru bernama PlayerWON.

Meski begitu, EA melakukan konfirmasi kepada PC Gamer bahwa informasi tersebut tidak benar. EA mengatakan bahwa mereka tidak akan meletakkan iklan ke dalam game-game mereka, dan tidak ada kesepakatan apapun untuk hal tersebut.

“Menyusul laporan tidak benar mengenai kami yang disebut akan memperkenalkan iklan bergaya TV di dalam game kami, kami ingin mengklarifikasi bahwa kami tidak punya tujuan itu sekarang ataupun tidak ada perjanjian perihal terkait yang telah ditandatangani.” Ungkap juru bicara EA.

Image credit: Hi-Rez Studios

Dilansir dari Axios, PlayerWon merupakan sebuah platform periklanan yang dimiliki oleh perusahaan periklanan TV di Amerika bernama Simulmedia. Prakteknya, platform ini dapat menampilkan video iklan di dalam game PC maupun konsol.

Pihak Simulmedia bahkan juga berkomentar tentang cepatnya pertumbuan dari game free-to-play pada platform PC dan konsol. Mereka bahkan mengklaim bahwa lebih dari 90% pemain tidak pernah mengeluarkan uang untuk game-game tersebut.

Untuk membuktikan bahwa apa yang yang PlayerWON tawarkan ini masuk akal, mereka telah mencoba menggunakan sistem iklan tersebut di dalam game Smite milik Hi-Rez.

Hadiah yang didapat oleh para pemain juga bervariasi mulai dari sejumlah mata-uang game tersebut hingga skin/kostum untuk karakter dalam game mereka.

Penampakan iklan dalam game Smite (image credit :Reddit)

Hasilnya, dikatakan bahwa 22% pemain lebih tertarik untuk memainkan game yang memiliki iklan di dalamnya jika mereka menerima keuntungan karena melakukannya. Dan 11% dari total pemain yang tertarik tadi disebut memiliki kemungkinan lebih besar untuk menghabiskan uangnya di dalam game.

Simulmedia bahkan menemukan fakta bahwa para gamer disebut rela untuk menonton hingga 10 iklan per hari demi mendapatkan hadiah.

Ke depannya, Simulmedia menargetkan untuk dapat mengimplementasikan platform PlayerWON milik mereka tersebut ke dalam lebih banyak game untuk mengembangkan pasar “iklan dalam game” tersebut.

Simulmedia berencana untuk menggandeng 12 game lain hingga akhir tahun ini. Meskipun tidak disebutkan secara jelas, namun Simulmedia sempat menyinggung judul-judul seperti Fortnite, Apex Legends, Call of Duty Warzone, dan juga Roblox.

Menonton Esports Buat Pemain Smite Bermain Lebih Lama

Ada banyak pihak yang terlibat dalam industri esports. Salah satunya adalah publisher game. Menurut Todd Harris, COO Hi-Rez Studios, publisher dari game Smite, tujuan publisher mendukung ekosistem esports dari game yang mereka rilis adalah karena keberadaan esports membuat game menjadi lebih dikenal dan dimainkan lebih lama. Hanya saja, investasi yang harus publisher keluarkan juga tidak kecil. Karena itu, mereka harus memastikan bahwa investasi tersebut tidak sia-sia.

Untuk mengetahui apakah investasi publisher di ekosistem esports memang menguntungkan, Hi-Rez bekerja sama dengan Emery Research Center pada dua tahun lalu. Mereka memerhatikan perbedaan antara pemain Smite yang juga menonton esports dari game itu dan pemain yang hanya memainkan game tersebut. Hasil studi menunjukkan, pemain Smite yang juga menonton pertandingan esports dari game itu menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain Smite dan menghabiskan uang lebih banyak.

“Selama delapan minggu, kami mengamati dua tipe pemain. Pemain yang juga menonton esports Smite dan pemain yang tidak menonton esports. Sebelum studi ini, kedua kelompok pemain memiliki tingkat engagement yang sama. Dalam delapan minggu itu, kami melihat bahwa pemain yang juga menonton esports menghabiskan US$5 lebih banyak dari biasanya, dan mereka juga bermain lebih lama — 600 menit lebih lama,” kata Harris pada Game Industry. Dalam studi ini, Hi-Rez dan Emery mengamati puluhan ribu pemain Smite yang menghubungkan akun mereka ke Twitch. Selain menghabiskan uang lebih banyak dan bermain lebih lama, pemain yang menonton esports juga lebih sering menang.

Harris (kiri) bersama dengan CEO FanAI | Sumber: Game Industry
Harris (kiri) bersama dengan CEO FanAI, Johannes Walstein | Sumber: Game Industry

Meskipun studi ini baru dilakukan pada 2017, Smite telah dirilis sejak 2014. Hi-Rez juga telah mendukung komunitas esports Smite sejak awal. Jadi, hasil studi itu hanya membuktikan bahwa strategi mereka memang sudah tepat. Mereka tak perlu lagi mengubah strategi tersebut. “Studi menjadi validasi dari apa yang kita lakukan, dan menurut saya, ini membantu investasi kami dan membuat para publisher tertarik untuk melakukan analisa lebih dalam,” ujar Harris. Dia mengatakan, setelah mereka tahu bahwa esports meningkatkan engagement pemain, mereka ingin mencari tahu kenapa. Sebagai developer, mereka menduga, alasan pemain yang menonton esports juga bermain lebih lama karena menonton pemain profesional memotivasi para penonton untuk bermain lebih baik. Namun, mereka juga memiliki beberapa dugaan lain terkait mengapa penonton esports akan bermain lebih lama.

“Smite adalah game MOBA, Anda bisa memainkan ratusan karater. Pemain yang tingkat engagement naik paling tinggi adalah mereka yang suka memainkan karakter yang berbeda-beda dan bukan pemain yang hanya menggunakan beberapa karakter tertentu saja. Secara teori, jika saya senang untuk mencoba karakter baru, ketika saya melihat pemain profesional memainkan karakter yang belum pernah saya mainkan, saya akan bermain lebih lama untuk mencoba memainkan karater tersebut. Dari menonton esports, saya bisa belajar taktik dan strategi dan mendapatkan aspirasi,” jelas Harris.

Menariknya, Harris juga menawarkan akses pada studi mereka dengan Emery bagi semua publisher yang tertarik dengan data tersebut. Keputusan Hi-Rez untuk membagi hasil studi mereka dengan publisher lain yang merupakan pesaing mereka mungkin terdengar aneh. Namun, ini bukan kali pertama Hi-Rez melakukan ini. Tahun lalu, Hi-Rez meluncurkan Skillshot Media, perusahaan solusi esports dengan Harris sebagai presiden. Harris mengatakan, karena Skillshot memiliki bisnis yang terpisah dari Hi-Rez, dia tidak khawatir jika apa yang dilakukan oleh Skillshot justru membantu publisher pesaing. Selain itu, Skillshot juga fokus untuk mengembangkan ekosistem esports dari game Hi-Rez.

Giliran Developer Paladins yang Bilang Hero Baru Overwatch Mirip Karakter di Game Mereka

Walaupun digarap studio berbeda, perjalanan Overwatch dan Paladins sering bersinggungan. Melihat begitu miripnya gameplay serta karakter, banyak gamer menilai Paladins sengaja dirancang menyamai Overwatch sehingga bisa membuntuti kesuksesan permainan Blizzard itu. Hi-Rez tentu menampik tuduhan tersebut, dan bilang bahwa formula Paladins terinspirasi dari Team Fortress 2.

Saya tidak tahu seberapa dalam rivalitas kedua perusahaan, tapi kali ini, giliran developer Paladins: Champions of the Realms yang mencoba menunjukkan bahwa Blizzard meniru salah satu tokoh di game-nya. Anda mungkin sudah mendengar soal pengumuman hero ke-27 Overwatch kemarin, Brigitte Lindholm. Menurut Hi-Rez Studios, desain karakter Brigitte sangat menyerupai Ash.

Hal itu diungkap oleh presiden Hi-Rez, Stewart Chisam di Twitter miliknya. Di sana, Chisam mem-posting gambar perbandingan kedua karakter sembari membuat polling bertema humor. Sang presiden memang tidak terang-terangan menuduh Blizzard menyalin karakteristik Ash, namun tweet tersebut segera memulai perdebatan antara kedua fanbase.

Harus diakui, Brigitte dan Ash memang punya banyak kesamaan. Kedua gadis ini mengenakan baju zirah ala kesatria, lalu saat Ash dibekali kemampuan Shoulder Bash; Brigitte mempunyai skill Shield Bash. Ash memiliki Siege Shield, sedangkan Brigitte punya Barrier Shield. Kedua hero bahkan dilengkapi kapabilitas ‘rally‘ hampir serupa. Tapi perlu dicatat, kemiripan tema ini tidak berarti implementasi skill-nya betul-betul sama.

Di jagat Overwatch, Brigitte punya penampilan hampir serupa Reinhardt yang menjadi ayah baptisnya, walau ia sebeneranya ialah putri dari Torbjörn. Reinhardt sendiri boleh dibilang merupakan adaptasi dari kelas Crusader di Diablo III yang diperkenalkan dalam expansion pack Reaper of Souls – permainan lain garapan Blizzard Entertainment.

Ketika Paladins dirilis empat bulan setelah Overwatch, gamer segera melihat banyak kesamaan antara dua permainan, terutama dari aspek karakter: Ruckus dan D.Va, Barik dan Torbjörn, Makoa dan Roadhog, Fernando dan Reinhardt, Skye dan Tracer, dan lain-lain. Mode permainan siege serta payload juga mirip Overwatch. Yang membedakan Paladins adalah penggunaan sistem kartu, berfungsi buat memodifikasi kemampuan karakter lebih jauh.

Dalam pengembangan game, praktek ‘mengadopsi ide’ dari permainan lain adalah hal umum. Ironisnya, tweet Chisam terlihat inkonsisten dengan apa yang Hi-Rez selama ini lakukan: bukan cuma Paladins sangat mirip Overwatch, developer juga punya agenda buat membubuhkan mode battle royale ala PUBG di permainan mereka.

Via Eurogamer.

Paladins Juga Akan Kedatangan Mode Battle Royale ala PUBG

Ketika Paladins diumumkan, banyak gamer terkejut melihat banyak kemiripan konten game kreasi Hi-Rez itu dengan Overwatch. COO Todd Harris menekankan bahwa timnya tak pernah berniat meniru, dan menjelaskan proses panjang pengerjaannya. Perbedaan gameplay antara Paladis dan Overwatch adalah pemanfaatan sistem kartu untuk memodifikasi kemampuan karakter.

Apapun pendapat Anda mengenai Hi-Rez, mereka sepertinya tidak jera buat mengadopsi elemen game populer lain dan mengimplementasikannya untuk Paladins. Kali ini, sumber inspirasi Hi-Rez ialah formula battle royale ala PlayerUnknown’s Battlegrounds. Hi-Rez memang bukan developer pertama yang melakukan hal ini. Sebelumnya, Epic Games juga telah meluncurkan mode Battle Royale standalone versi Fortnite.

Melalui video trailer di YouTube, Hi-Rez Studios mengumumkan rencana buat membubuhkan mode last man standing di Paladins: Champions of the Realm, mengusung tajuk Paladins: Battlegrounds. Bagi saya, hal yang membuat developer terlihat sangat nekat adalah penggunaan judul Battlegrounds – betul-betul serupa permainan arahan Brendan Greene itu.

Greene sempat menyampaikan keprihatinan atas merebaknya tiruan PUBG. Menurutnya, genre ini perlu berevolusi, dan agar bisa maju, developer harus terus memperbarui aspek gameplay-nya. Tapi jika hanya menyuguhkan sekadar clone, formula battle royale tidak akan berkembang dan para gamer jadi cepat bosan. Komentar senada diutarakan oleh CEO PUBG Corp. Chang Han Kim terhadap hadirnya mode ini di Fortnite.

Selain Fortnite dan Paladins, formula last man standing juga bisa Anda temukan di Grand Theft Auto Online, Warface kreasi Crytek, kemudian rencananya akan dibubuhkan di permainan Dying Light. Bahkan sebuah rumor menyatakan bahwa mode ini juga akan tersedia di Counter-Strike: Global Offensive. Sebelum naik daun berkat PUBG, Greene sebenarnya sudah mulai bereksperimen dengan battle royale melalui mod untuk ARMA 2 dan ARMA 3.

Untuk sekarang, Hi-Rez Studies belum mengungkap info lebih detail mengenai Paladins: Battlegrounds di situsnya. Di YouTube, developer hanya memberikan deskripsi singkat: “Satu mode permainan baru akan tiba di Paladins. [Kami] memperkenalkan Paladins: Battlegrounds, game battle royale hero-shooter pertama!”

Mode battle royale sendiri bukan eksklusif buatan Greene. Ia merupakan evolusi sekaligus perpaduan dari game ber-genre survival (contohnya DayZ) dan last man standing yang berkembang dari deathmatch. Permainan pertama yang mengusung formula ini adalah Minecraft lewat mode Minecraft Survival.

Via Eurogamer.

Merayakan Ulang Tahun ke-25, Seluruh Game Tribes Dibagi-Bagikan Gratis

Dalam perjalanan sejarah genre FPS, seri Tribes mungkin tidak selegendaris Wolfenstein 3D atau se-fenomenal Counter-Strike. Tapi ia tercatat sebagai pionir mode multiplayer online, diikuti oleh beragam franchise seperti Battlefield, Quake, sampai Unreal. Betapa sedihnya fans saat mereka tahu developer sengaja meninggalkan pengembangan konten di judul terakhirnya. Continue reading Merayakan Ulang Tahun ke-25, Seluruh Game Tribes Dibagi-Bagikan Gratis