Tag Archives: Hijabenka

Tidak sekedar untuk "brand awareness", "offline store" telah membantu meningkatkan transaksi bagi platform fashion commerce ini

Memahami Strategi Platform Fashion Commerce Membangun Toko-Toko Ritel

Kehadiran layanan e-commerce yang sempat menjamur sepanjang dua tahun terakhir cukup mengguncang industri ritel (offline). Bisnis brick and mortar, istilah yang banyak digunakan untuk toko offline, dituntut mengubah model bisnis mereka dengan melakukan pendekatan secara online dan memanfaatkan media sosial untuk menjalin hubungan dengan pengunjung.

Besarnya pengeluaran yang harus disisihkan, menurut data Aprindo ritel besar memberikan kontribusi pajak yang signifikan, tidak dibarengi dengan pemasukan yang seimbang.

Laporan keuangan emiten yang dipublikasikan dan diolah Katadata menunjukkan 10 emiten sektor ritel pada 2017 perlambatan pertumbuhan pendapatan dibanding pada 2013. Total penjualan 10 emiten ritel (Matahari Putra Prima, Ramayana, Supra Boga, Midi Utama, Electronic City, Hero, Matahari Department Store, Sumber Alfaria Trijaya, Mitra Adiperkasa, dan Ace Hardware) pada 2017 hanya tumbuh 6,41% dari tahun sebelumnya, padahal pada 2013 mampu mencatat pertumbuhan lebih dari 21% dibanding tahun sebelumnya.

Gaya hidup dan kebiasaan konsumen sudah mengalami pergeseran, seiring dengan makin maraknya penjualan secara online yang sediakan platform e-commerce.

Mulai buka toko offline

Tidak dapat dipungkiri, untuk sejumlah variasi produk tertentu, seperti fesyen, gadget, dan grocery, masyarakat masih menyukai pengalaman berbelanja langsung di toko. Melihat kebutuhan tersebut, sejumlah layanan e-commerce kemudian menerapkan skema online-to-offline dengan mendirikan toko offline di kota-kota besar.

Menurut VP of Corporate Relations GK-Plug and Play Indonesia Mercy Setiawan, O2O akan menjadi suatu konsep yang mencolok karena teknologi merupakan hal yang tidak terelakkan dalam kehidupan sehari-hari. Tingginya kebutuhan untuk kenyamanan merupakan fenomena yang besar di masa mendatang.

“O2O e-commerce adalah bisnis strategi yang dirancang untuk membawa online customer ke lokasi offline store, serta menciptakan pengalaman digital yang seamless baik sebelum transaksi, pada masa pembelian, serta setelah transaksi berakhir.”

DailySocial mencatat setidaknya dua layanan fashion commerce yang cukup rutin mendirikan toko offline di kota-kota besar di Indonesia. Mereka adalah Berrybenka dan Hijup. Keduanya menyasar kalangan perempuan, termasuk busana muslim.

Berrybenka telah mendirikan 25 toko offline di berbagai kota-kota besar di Indonesia. Melalui Hijabenka, Berrybenka juga meresmikan toko offline pertamanya yang menyasar busana muslim di Mall Kota Kasablanka Jakarta.

“Kami mencatat perkembangan Hijabenka yang cukup signifikan, yakni hampir 150% dari tahun ke tahun. Hijabenka, yang sebelumnya mendompleng berjualan di dalam toko offline Berrybenka sejak awal tahun 2016, saat ini dirasa cukup mapan untuk dapat berdiri sendiri di pasar retail,” kata CEO Berrybenka Jason Lamuda.

Jason menambahkan, sejak kuartal keempat 2018, Hijabenka tak lagi menjual pakaian muslim yang berasal dari brand lain. Hijabenka fokus mengembangkan pakaian yang didesain desainer lokal dengan brand Hijabenka.

Melihat animo masyarakat terhadap strategi omni-channel yang telah dijalankan Berrybenka, Jason yakin strategi ini akan sukses diterapkan Hijabenka. Secara online, selain melalui platform-nya sendiri, Berrybenka dan Hijabenka juga sudah hadir di beberapa marketplace besar, seperti Zalora dan Shopee.

Serupa dengan Berrybenka, Hijup aktif menjangkau kota-kota besar di Indonesia dan telah memiliki 12 offline store di Indonesia dan 1 offline store di Malaysia. Menurut CEO Hijup Diajeng Lestari, hadirnya Hijup Store di berbagai kota besar di Indonesia mempengaruhi pertumbuhan bisnis Hijup secara keseluruhan hingga tiga kali lipat.

“Seiring dengan semangat Hijup untuk memberikan berbagai kemudahan bagi muslimah untuk menjadi versi terbaik dari dirinya, Hijup Store ini diharapkan dapat melengkapi hari seseorang sehingga bisa berpenampilan baik, merasa nyaman, dan berkegiatan produktif serta menyebarkan kebaikan.”

Layanan e-commerce lain yang juga mendirikan toko ritel offline adalah Muslimarket. Melalui brand Suqma yang diluncurkan pada tahun 2017 lalu, Suqma hadir sebagai modest fashion brand dengan menyediakan berbagai modest attire hasil karya desainer muslim Indonesia. Saat ini Suqma sudah membuka tiga gerainya di pusat perbelanjaan Indonesia, dua di Jakarta dan satu di Surabaya.

“Jadi offline tersebut masih merupakan satu distribusi channel yang harus kita miliki. Saya pribadi melihat offline masih menjadi kesempatan yang besar di Indonesia, dikarenakan kultur masyarakat yang masih sangat offline walaupun kehadiran online sudah sangat berkembang,” kata CEO Muslimarket Riel Tasmaya.

Antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap kehadiran pop-up store dan bazaar menjadi pemicu tambahan dari para pemain online store untuk membuka sedikitnya satu offline flagship store agar para pembeli lebih dapat mengenal brand positioning dan kualitas produk mereka.

“Pada saat ini, seiring berjalannya waktu, perlahan-lahan pasar Indonesia mulai teredukasi. Merasa lebih nyaman serta percaya untuk langsung membeli langsung secara online karena adanya refund, tukar size, hingga COD,” kata Mercy.

Tren masa depan

Menurut Ketua Umum idEA Ignatius Untung, usaha pemain online yang membangun offline store bertujuan menjemput bola konsumen yang belum terjangkau media online. Kalkulasi bisnisnya tidak bisa disamakan dengan acquisition cost melalui channel online.

“Semakin banyak player yang membangun offline channel akan makin memperkuat consumer based dan share of mind mereka di benak konsumen. Kami sebagai asosiasi (idEA) tidak ingin mencampuri terlalu jauh karena ini masuk ke ranah bisnis dan sepanjang tidak menyalahi aturan, sah-sah saja untuk dilakukan,” kata Untung.

Brand umumnya mengambil kesempatan untuk mengkombinasikan antara online dan offline ke dalam suatu pengalaman berbelanja yang seamless dan menyenangkan untuk para pembeli.

Untk mereka yang masih di tahap awal, level of engagement dengan para pembeli mereka lebih personal dan belum terlalu membutuhkan offline store.

“Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana online brand dapat memastikan bahwa keberadaan offline mereka adalah finalisasi 100% dari pembelian. Offline store juga harus memperhatikan ketersediaan stock yang ada, jangan sampai produk ada di online tapi tidak tersedia di toko offline,” kata Mercy.

Berrybenka dan Rencana Bisnisnya di Tahun 2016

Layanan e-commerce fashion Berrybenka, yang sudah hadir sejak tahun 2012, tahun ini mencoba mengukuhkan posisinya sebagai fashion e-commerce terbesar dan terlengkap di Indonesia. Di kesempatan istimewa, DailySocial berbincang-bincang dengan CEO Berrybenka Jason Lamuda di kantor pusat Berrybenka yang terletak di kawasan Slipi Jakarta.

Tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, fokus Berrybenka masih soal produk fashion lokal untuk konsumen dan pecinta fashion pada khususnya. Bagi Jason, penting untuk mempertahankan ciri khas perusahaan dan tidak terlena untuk menambah varian baru yang pada akhirnya akan membuat perusahaan menjadi tidak fokus kepada visi dan misi awal.

“Hingga tahun 2016 ini Berrybenka masih fokus kepada fashion, kita percaya bahwa core business dan kekuatan Berrybenka ada di fashion, kita sudah bisa mengetahui dan memprediksi produk apa yang sedang tren hingga penaksiran harga. Jadi untuk tahun 2016 dan 2017 Berrybenka masih akan fokus kepada produk fashion,” kata CEO Berrybenka Jason Lamuda.

Untuk tahun 2016 terdapat beberapa strategi yang akan dilancarkan oleh Berrybenka, diantaranya adalah menggelar rangkaian kegiatan offline pop-up bazaar di luar Jabodetabek, memperkenalkan metode pembayaran baru melalui Indomaret, memperluas penetrasi di luar Jabodetabek serta pengembangan mobile commerce dan aplikasi.

“Selain itu sebagai fashion e-commerce yang memfokuskan kepada produk lokal, Berrybenka juga ingin menjadi fashion e-commerce terbesar di Indonesia dengan 90% produk lokal, memberikan kemudahan belanja melalui situs, aplikasi, chat platform dan tepon serta memberikan kemasan atau paket yang mewah untuk pelanggan,” kata Jason.

Peningkatan transaksi di Hijabenka

Produk unggulan dari Berrybenka yang hingga kini mengalami peningkatan yang signifikan, baik dari sisi transaksi hingga konsumen, adalah Hijabenka. Merupakan divisi baru yang dicoba untuk dihadirkan oleh Berrybenka, secara mengejutkan mulai dari tahun 2014 hingga 2015 menunjukkan perkembangan hingga 300%, jauh lebih banyak dari Berrybenka yang hanya mencapai 200% hingga tahun 2015. Hal ini membuktikan bahwa saat ini minat fashion di Indonesia memang ada pada produk fashion dengan nuansa muslim yang diwakili oleh Hijabenka.

“Seringkali e-commerce berpikir bahwa produk yang paling laku serta paling banyak traksinya adalah produk yang memiliki nama atau brand lebih besar dalam hal ini adalah Berrybenka, namun kenyataannya adalah produk lainnya seperti Hijabenka ini justru memiliki jumlah kenaikan yang signifikan dan memiliki performa yang meningkat,” kata Jason.

Hal menarik yang juga dicatat DailySocial saat berbincang dengan Jason adalah peningkatan pengguna Berrybenka yang menggunakan aplikasi mobile. Walaupun selama tahun 2015 jumlahnya sudah meningkat hampir 50% namun belum melampaui pengguna di desktop.

“Dari segi traffic saat ini Berrybenka dan Hijabenka banyak datang dari mobile. Serupa dengan [layanan] e-commerce lainnya, secara transaksi pengguna di mobile hampir melewati jumlah transaksi di desktop, dan kita perkirakan di tahun 2016 ini jumlah transaksi di mobile akan mengungguli jumlah transaksi di desktop,” kata Jason.

Untuk lebih meningkatkan penggunaan aplikasi Berrybenka di mobile, ke depannya akan dihadirkan fitur-fitur baru yang menarik dan tentunya memudahkan pengguna, sesuai dengan rencana Berrybenka tahun 2016.

Layanan antar in-house dan gudang Berrybenka

Untuk mendukung kinerja Berrybenka saat ini sudah hadir gudang Berrybenka yang dibuat dengan teknologi terkini dan terletak di Serpong Jakarta. Gudang yang memiliki luas 500 m2 ini menampung semua produk Berrybenka.

“Kami telah menginvestasikan uang yang cukup besar untuk pembangunan gudang ini, diharapkan dapat lebih melancarkan proses pengiriman barang untuk pelanggan Berrybenka,” kata Jason.

Selain gudang investasi yang juga dilakukan oleh Berrybenka adalah memiliki in-house courier service atau layanan antar milik Berrybenka. Layanan antar Berrybenka saat ini baru beroperasi di wilayah Jakarta saja dan armada yang tersedia baru berjumlah 15 armada.

Saat ini Berrybenka masih memanfaatkan layanan logistik pihak ketiga untuk sistem pengantaran, kerjasama yang telah dijalin dengan 3 perusahaan logistik ternama, yaitu JNE, RPX dan First Logistic selama ini terbukti berjalan dengan baik. Meskipun demikian Berrybenka tidak menutup peluang jika masih ada penawaran kemitraan dengan perusahaan logistik lainnya.

Mendukung ekosistem e-commerce Indonesia

Sebagai salah satu fashion e-commerce pertama di Indonesia, Berrybenka selalu mendukung kegiatan yang positif untuk kemajuan industri e-commerce di Indonesia. Diantaranya adalah dengan mengikuti kegiatan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) dan Jakarta Great Online Sale (JGOS)  dan lainnya. Makin menjamurnya e-commerce di Indonesia juga merupakan persaingan yang sehat bagi industri e-commere di Indonesia.

“Pada dasarnya saya selalu menyambut baik persaingan yang ada terutama di dunia e-commerce di Indonesia, paling tidak kita semua memiliki tujuan yang sama yaitu mengajak lebih banyak masyarakat Indonesia untuk belanja online,” ungkap Jason.

Menanggapi terkait rencana pemerintah yang akan segera meluncurkan peta jalan e-commerce di Indonesia akhir Januari 2016 mendatang, Menurut Jason hal tersebut disambut positif olehnya sebagai CEO dan Founder Berrybenka. Jason juga melihat selama ini Presiden Joko Widodo serta Rudiantara sebagai Mentri Komunikasi dan Informatika telah memberikan dukungan yang positif untuk kemajuan industri e-commerce di Indonesia.

“Bagi saya selama peraturan atau roadmap tersebut memudahkan para pelaku e-commerce di Indonesia saya akan mendukung semua peraturan yang ada, tentunya harapan saya adalah peraturan tersebut akan memberikan keuntungan lebih untuk startup lokal seperti Berrybenka,” tuntas Jason.

Jason Lamuda: “Diskon Bukan Aspek Utama Menarik Pembeli”

Kalau bicara soal belanja, potongan harga atau diskon akan menjadi magnet yang kuat untuk menggiring pembeli. Namun, menurut pendiri BerryBenka Jason Lamuda, dalam bisnis e-commerce itu bukan aspek utama. “Percuma kalau diskonnya besar, tetapi saat barang sampai di pelangan kualitasnya buruk,” ujarnya saat peluncuran Hijabenka, lini bisnis terbaru dari BerryBenka.

Continue reading Jason Lamuda: “Diskon Bukan Aspek Utama Menarik Pembeli”

BerryBenka Ramaikan Persaingan E-Commerce Busana Muslim Dengan Hijabenka

BerryBenka, ecommerce fashion khusus perempuan, hari ini (4/6) resmi merilis sayap bisnis barunya dengan meluncurkan fashion e-commerce muslim Hijabenka. Hijabenka akan menyediakan kebutuhan busana muslim yang bergaya fresh dan fashionable.
Continue reading BerryBenka Ramaikan Persaingan E-Commerce Busana Muslim Dengan Hijabenka