Tag Archives: Hikmatullah Insan Purnama

Agreee adalah platform agregator yang menghubungkan petani, pembeli, dan lembaga keuangan pemberi pembiayaan / Agree

Misi Unit Bisnis Telkom “Agree” Mendigitalisasi Ekosistem Pertanian dari Hulu ke Hilir

Sebagai kekuatan perekonomian Indonesia, pertanian menjadi salah satu sektor utama dalam agenda transformasi digital yang dibidik oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom). Perusahaan melalui unit bisnis Agreeculture (Agree) berupaya memecahkan berbagai masalah dan tantangan yang dialami oleh petani Indonesia dengan teknologi.

Agree adalah platform agregator untuk membantu digitalisasi pertanian yang menghubungkan pelaku, pembeli, pemodal, dan entitas pendukung ekosistem pertanian.

Berdasarkan laporan DSResearch dan Crowde bertajuk “Driving the Growth of Agriculture-Technology Ecosystem in Indonesia”, sektor pertanian di Tanah Air umumnya terhalang oleh akses permodalan, literasi keuangan, serta kemampuan, pengetahuan budidaya, dan hingga kemampuan bercocok tanam petani. Belum lagi bicara soal risiko gagal panen di sektor budidaya akibat faktor cuaca dan hama.

Rendahnya latar belakang pendidikan dan literasi keuangan para petani turut berkontribusi terhadap tantangan pelaku usaha budidaya. Badan Pusat Statistik (BPS) di 2018 mencatat hanya 4,5 juta dari total 27 juta pelaku usaha di agrikultur yang terhubung dengan internet.

Bagaimana perjalanan dan peta bisnis Agree dalam memecahkan sejumlah masalah di atas?

DailySocial mendapat kesempatan untuk berbicara lebih dalam mengenai pengembangan platform Agree bersama Head of Digital Vertical Ecosystem Agriculture Hikmatullah Insan Purnama dan Head of Go-To-Market (GTM) Operations Agree Danang Satria Mustari.

Ide, pivot, dan model bisnis

Hikmatullah, yang akrab disapa Hikmat, mengungkap ide mengembangkan Agree baru tercetus di 2017. Agree berdiri sejalan dengan visi Telkom untuk berkontribusi terhadap pengembangan ekonomi nasional, salah satunya melalui digitalisasi sektor pertanian.

Usai melalui masa inkubasi ide sekitar satu tahun, layanan Agree komersial di 2018. Saat itu, Agree  baru menawarkan produk pinjaman modal usaha kepada petani lepas, mirip konsep platform P2P lending TaniFund dan iGrow. Namun, Hikmat berujar, dalam dua tahun perjalanannya, produk pinjaman ini tidak memperoleh product-market fit dikarenakan banyak petani gagal bayar dan rasio Nonperforming Loan (NPL) bengkak hingga 10%.

Hikmat yang baru bergabung pada Maret 2020 memutuskan untuk mem-pivot Agree dengan mengubah segmen pasarnya, dari pemberian modal usaha ke petani lepas ke petani yang sudah bekerja sama dengan perusahaan agribisnis. Model ini diadopsi untuk menjamin produk petani dibeli dan memastikan harga jual di awal. Dengan model ini, ia meyakini lembaga keuangan mau memberikan pinjaman.

Agree mulai go to market pada Januari 2021 setelah melewati proses uji coba pasar sejak September 2020. Menurut catatannya, perusahaan telah menyalurkan Rp826 miliar ke 47.362 petani dengan 80 miliar transaksi pembelian 88 perusahaan agribisnis. Perusahaan membantu menyalurkan modal usaha dari startup Alami Sharia dan sepuluh lembaga keuangan lainnya.

Cara Agree menghubungkan ekosistem di pertanian / Sumber: Agree

“Perusahaan agribisnis yang bergabung di Agree diharapkan dapat meningkatkan demand. Untuk mendapat demand, platform kami menawarkan dua skema, yakni mempertemukan perusahaan agribisnis dan buyer, serta mencarikan buyer untuk perusahaan agribisnis. Baru lah perusahaan agribisnis membuat kontrak dengan petani. Jadi, rantai ekosistem ini akan sampai ke buyer,” ungkap Hikmat.

Untuk memitigasi risiko, Agree menyiapkan sejumlah langkah, yaitu mengembangkan dashboard agar bank dan lembaga keuangan dapat memonitor kegiatan petani, serta memanfaatkan perangkat IoT dan field assistant untuk memastikan pemanfaatan modal usaha. Agree bekerja sama dengan asuransi Jasindo untuk memitigasi risiko gagal bayar.

Struktur organisasi

Agree merupakan unit bisnis yang berada di bawah naungan Direktur Digital Business Telkom M Fajrin Rasyid. Ekosistem ini dipimpin langsung oleh Head of Digital Vertical Ecosystem Agriculture Hikmatullah Insan Purnama.

Hikmat membawah tiga tribe leader, yang terdiri dari pertanian, perikanan, dan smart city. Adapun, Agree menawarkan lima layanan antara lain Agree Partner, Agree Modal, Agree Market, Agree Pedia, dan Smart Farming. Kelima layanan ini disiapkan untuk mendigitalisasi kegiatan pertanian dan menghubungkan berbagai stakeholder.

Menurut Hikmat, Agree diamanatkan untuk mengembangkan digitaliasi pada sektor pertanian, tetapi kapabilitasnya juga dipakai untuk mendukung ekosistem peternakan dan perikanan karena sekop bisnisnya sangat luas. Adapun, total orang yang mengelola ekosistem digital di pertanian, peternakan, dan perikanan mencapai 100 orang (pro hire), ditambah tujuh orang Telkom.

Mengingat pengembangan bisnis digital di lingkup korporasi akan selalu dikaitkan dengan growth culture, agilitasnya tentu akan berbeda dalam lingkup startup. Dalam hal ini, Hikmat mengaku bahwa Telkom memberikan kewenangan sepenuhnya kepada tribe leader yang mengelola Agree untuk mengembangkan produk, strategi, hingga marketing. Bahkan Direktur Digital Business M Fajrin Rasyid turut memberikan pendampingan.

Pengembangan ide hingga eksekusi Agree dilakukan dari scratch dengan mengambil sejumlah pelajaran dan pengalaman dari startup-startup lain. Namun, untuk meningkatkan kapabilitasnya, Agree akan dikembangkan sebagai open platform sehingga dapat membuka peluang kemitraan dengan startup atau perusahaan lain.

Metrik, target unicorn, dan spin-off

Selain growth culture, lanjut Hikmat, Agree juga diberikan keleluasaan untuk menentukan metrik bisnis, seperti jumlah transaksi, jumlah mitra perusahaan agribisnis, dan Monthly Active User (MAU).

Menurutnya, ini menjadi landasan utama Agree dibentuk dalam divisi terpisah dan dipimpin oleh Direktorat Digital Business. Agree ingin memisahkan diri dari nature business telekomunikasi yang identik dengan investasi besar dan dituntut untuk balik modal.

“Agree tidak dituntut menghasilkan pendapatan di tahap awal. Targetnya adalah mengantongi traction, bahkan target jangka panjang harus dapat mencapai unicorn. Dengan cara ini, rule di Telkom berbeda dengan Agree. Key Performance Indicator dihitung dari pendapatan, benefit, dan valuasi. Bagi [bisnis] yang belum menghasilkan pendapatan, misal IoT, kami akan divaluasi dari internal dan eksternal.

Dengan melihat pertumbuhan ekosistem agritech yang mulai mature, Agree juga mempertimbangkan rencana untuk spin off sehingga dapat bergerak lebih cepat sebagai perusahaan digital. Dengan posisi saat ini, Agree masih harus mengikuti cara kerja sesuai aturan Telkom dan negara sebagai pemilik saham perusahaan.

Untuk saat ini, Hikmat belum dapat mengelaborasi rencana spin off tersebut dalam waktu dekat.

Rencana bisnis

Head of Go-To-Market (GTM) Operations Agree Danang Satria Mustari menambahkan, ada sejumlah rencana ekspansi yang disiapkan di tahun depan, mengingat saat ini Agree baru meluncurkan dua layanan ke pasar, yakni Agree Modal dan Agree Partner.

Pertama, Agree akan memperluas segmen pasar komoditas yang lebih besar dan tidak terbatas pada sektor pertanian dan perikanan saja. Misalnya, kopi dan produk hortikultur. Kemudian di Agree Modal, perusahaan akan memperluas target pasar pembiayaan, tak cuma pelaku budidaya saja, tetapi juga ke pembiayaan buyer (invoice financing).

Pada layanan Agree Partner, pihaknya akan meningkatkan kolaborasi dengan sejumlah penyedia solusi IoT untuk mendorong kegiatan pertanian berbasis data (data driven). “Data ini diolah untuk menghasilkan rekomendasi bagi petani bercocok tanam, misalnya kondisi tanah. Selain itu, data-data analitik ini nantinya dapat dimanfaatkan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia dari hulu ke hilir,” ujar Danang.

Terakhir, Agree akan mendorong digitalisasi pasar basah di Indonesia sebagai sumber utama petani untuk menyuplai hasil panen melalui Agree Mart. Melalui platform ini, Agree berupaya untuk mengakomodasi kebutuhan transaksi buyer lebih luas.