Tag Archives: Hilman Fajrian

Aplikasi Kursus Online Arkademi

Arkademi Terima Pendanaan Awal dari SOSV

Startup teknologi pendidikan (edutech) Arkademi mengumumkan pendanaan awal dari SOSV, sebuah venture capital berbasis di Amerika Serikat. Tidak disebutkan nominal pendanaan yang diterima, pihaknya hanya menyampaikan akan memanfaatkan modal tambahan ini untuk menjadikan perusahaan lebih agresif mengakuisisi mitra lembaga kursus.

Berdiri sejak tahun 2018, Arkademi menghadirkan pilihan berbagai macam kursus online terkait vokasi atau keahlian. Kegiatan belajar diselenggarakan mitra lembaga kursus terverifikasi.

Sejauh ini mereka sudah memiliki 50 kelas yang diikuti sekitar 25 ribu peserta didik. Target tahun 2020, mereka ingin menambah cakupan kursus menjadi 200 kelas melalui kerja sama dengan 150 mitra. Untuk pengguna diharapkan bisa bertambah sampai 200 ribu orang.

“Pada 2019 kemarin kami berhasil tumbuh 1400% YoY dalam GMV. Product market fit kami makin kuat dengan begitu banyaknya siswa di kelas-kelas kursus online berharga tinggi sekitar Rp1 juta. Selain itu kami juga meluncurkan versi pertama mobile app Android dan iOS yang langsung diadopsi dengan cepat oleh pengguna. Sedangkan daily active user ada di angka 4000+,” terang CEO Arkademi Hilman Fajrian.

Lebih jauh Hilman menerangkan, dengan pendanaan ini pihaknya akan berusaha menumbuhkan bisnis dengan cara memperbesar skala operasi, mulai dari lini penetrasi pasar, akuisisi pengguna, hingga pengembangan produk.

“Dari sisi teknologi, kami akan merilis mobile app versi terbaru di bulan Maret yang merupakan lompatan besar dibandingkan versi yang ada saat ini. Dengan app versi terbaru nanti, pengalaman belajar online menjadi lebih kaya, lebih mobile-oriented dan lebih menyesuaikan diri dengan kualitas konektivitas di Indonesia,” lanjut Hilman,

Di Indonesia Arkademi berada di segmen yang sama dengan Udemy, Skill Academy dari Ruangguru, Kode.id dan beberapa pemain lainnya. Bagi konsumen tentu menarik, karena semakin banyak pilihan. Namun bagi bisnis salah satu tantangannya adalah memastikan kualitas dan fitur pembelajaran yang disajikan.

Tantangan lain yang menjadi sorotan pihak Arkademi adalah banyaknya pengajar yang belum terbiasa dengan mekanisme online dan pemanfaatan teknologi yang mumpuni. Harus ada yang membantu memotivasi para profesional mengajar dan memproduksi konten secara digital.

Di samping itu perlu pengembangan berkelanjutan untuk menemukan teknologi yang pas dalam konsumsi video, dalam hal ini yang diterapkan Arkademi adalah teknologi auto bitrate streaming (ABS).

“Tahun 2020 ini menurut kami adalah awalan industri edutech masuk ke pasar mainstream — yang menurut prediksi kami akan main mainstream di tahun 2022. Selain akan munculnya unicorn dari edutech dalam waktu dekat, juga karena makin dirangkulnya teknologi dalam sektor pendidikan oleh Menteri Nadiem Makarim. Maka, pemain-pemain baru edutech nasional akan makin banyak bermunculan dan investasi di sektor ini akan makin besar,” tutup Hilman.

Application Information Will Show Up Here
Platform belajar online Arkademi mengusung konsep MOOC dengan menargetkan dua pasar sekaligus, mentor dan siswa.

Arkademi Ramaikan Industri Teknologi Pendidikan Indonesia

Arkademi adalah startup teknologi pendidikan yang baru melakukan soft launch pada awal tahun ini. Konsep yang dibawa adalah membuat kelas-kelas online untuk membantu masyarakat mendapatkan akses ilmu dan membantu mentor menyebarkan ilmunya. Startup yang berkantor di Jakarta ini optimis bisa menyediakan sebuah layanan yang bisa memiliki sumbangsih bagi pendidikan di Indonesia.

Mulai dikembangkan sejak tahun 2017, melakukan soft launching pada awal 2018 dan resmi menjadi badan usaha beberapa bulan lalu capaian Arkademi tergolong cukup baik. Berdasarkan data internal sampai dengan bulan September 2018, Arkademi telah memiliki 35 kelas dan 22 mentor, dengan pengguna aktif mencapai lebih dari 3000 pengguna. 970 di antaranya adalah pengguna / siswa kelas berbayar. Hal ini membuat Arkademi cukup percaya diri dengan konsep dan model bisnis yang mereka usung.

“Pada prinsipnya Arkademi adalah sebuah marketplace platform yang melayani dua kategori user, provider (mentor dan instruktur), dan siswa. Sehingga kami mesti menciptakan dan mengembangkan teknologi yang berorientasi dan bermanfaat bagi kedua sisi pasar tersebut,” terang Founder Arkademi Hilman Fajrian.

Hilman sendiri melihat industri layanan teknologi pendidikan (edtech) di Indonesia masih sangat baru. Namun dengan data-data yang ada, industri ini cukup menjanjikan di masa depan. Kemajuan teknologi dan adopsinya dirasa mampu mengubah cara belajar. Saat ini cara-cara belajar pun terus berubah, diskusi mengenai pelajaran sering di lakukan melalui platform pesan instan hingga media sosial. Arkademi hadir untuk membantu menyediakan tempat belajar yang dilengkapi dengan fitur-fitur yang memudahkan mentor maupun siswa mengelola sumber belajar mereka.

Platform Arkademi memiliki fitur-fitur layanan dengan konsep MOOC (Massive Open Online Cource). Di sana mentor bisa mengunggah kursus beserta video-video pelengkapnya. Sementara para pengguna yang berperan sebagai siswa bisa ikut mendaftar kelas dan mengikuti setiap kurikulum yang telah ditetapkan mentor melalui sebuah dashboard.

“Sebenarnya belajar secara online bukanlah hal baru bagi generasi milenial yang merupakan market kami. Mereka belajar melalui group-group media sosial ataupun Messanger. Tantangannya adalah mengadopsi social learning yang lebih terstruktur, tertarget, namun juga memberi pengalaman engagement yang minimal sama dengan social learning yang dilakukan saat ini melalui medium-medium lain. Karena itu kami sesegera mungkin merilis mobile app untuk memenuhi kebutuhan akan pengalaman social learning dan mobile learning tersebut agar menghasilkan kualitas engagement yang bisa diterima pengguna,” imbuh Hilman.

Arkademi, yang berada di bawah naungan PT Arkademi Daya Indonesia, berhasil mengamankan pendanaan dari beberapa investor yang terhubung melalui jejaring Facebook. Hilman bercerita bahwa saat ini mereka berhasil mendapatkan lebih dari 1 miliar rupiah dari para investor tersebut. Rencananya investasi tersebut akan digunakan untuk beberapa pengembangan baik dari segi bisnis maupun dari segi riset dan teknologi.

Beberapa langkah strategisnya adalah membuka Arkademi Lab & Studio di kawasan Jakarta Selatan, merekrut anggota tim seperti developer dan content creator, hingga mencoba menjalin kerja sama dengan lembaga kursus dan korporasi di Jakarta dan sekitarnya. Mereka juga bakal event-event untuk menarik para siswa bergabung dan menggunakan Arkademi sebagai platform belajar.

Startup Jungkir Balik Sendirian dalam Ekosistem Buruk di Daerah (Bagian 2)

Startup daerah masih jungkir balik dalam ekosistem buruk / Shutterstock

Saya memahami kenapa penggiat startup di Jakarta menitikberatkan pembicaraan pada pendanaan atau investor. Secara teritori, market dan user di Jakarta sudah terbentuk, begitu pula dengan investornya yang sudah bermunculan, meskipun investor startup lebih didominasi investor luar. Untuk startup di daerah seperti saya, market dan investor itu belum terbentuk, apalagi regulator, walau dari segi ukuran user sangat prospektif.

Continue reading Startup Jungkir Balik Sendirian dalam Ekosistem Buruk di Daerah (Bagian 2)

Startup Jungkir Balik Sendirian dalam Ekosistem Buruk di Daerah (Bagian 1)

Startup di daerah jungkir balik tanpa dukung ekosistem yang baik / Flickr - Martin Fisch

Sebagai pendiri dan pemilik startup Social Lab (dulu bagian Discover Borneo) di Balikpapan, Kaltim, saya merasakan sendiri betapa beratnya membangun startup dalam ekosistem yang tidak mendukung. Pendanaan (funding) dan infrastruktur justru bukan masalah utama. Persoalan besarnya ada di mentor, promoter, network, inkubator, akselerator dan regulator. Investor justru belakangan. Faktor-faktor di atas saling terhubung secara mutual dalam sebuah ekosistem. Dan ekosistem inilah yang paling penting.

Continue reading Startup Jungkir Balik Sendirian dalam Ekosistem Buruk di Daerah (Bagian 1)