Tag Archives: howard gani

Suksesi Bukalapak Willix Halim

Suksesi Bukalapak, Willix Halim Resmi Ditunjuk Jadi CEO

PT Bukalapak.com Tbk (IDX: BUKA) resmi menetapkan Willix Halim sebagai CEO Bukalapak, menggantikan Rachmat Kaimuddin yang mengundurkan diri pada akhir Desember 2021. Selain Willix, perusahaan juga mengumumkan penunjukan Victor Putra Lesmana dan Howard Nugraha Gani untuk masuk ke dalam jajaran direksi.

Dalam keterangan resminya, alasan penunjukan ini adalah baik Victor maupun Howard diyakini telah membawa pencapaian luar biasa bagi Bukalapak untuk memimpin digitalisasi UMKM di Indonesia. Adapun, Teddy Nuryanto Oetomo dan Natalia Firmansyah juga disebut akan tetap menjabat sebagai Direktur Bukalapak.

Hasil penunjukan Willix, Victor, dan Howard telah disetujui jajaran direksi, komisaris, dan pemegang saham Bukalapak dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).

“Kami optimistis Willix Halim dapat meneruskan kepemimpinan Rachmat Kaimuddin dengan mengembangkan Bukalapak sebagai perusahaan publik yang kokoh secara finansial, berkembang secara berkelanjutan, dan membawa dampak signifikan bagi Indonesia,” tutur Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen Bukalapak Bambang Brodjonegoro.

Sebelumnya, Willix sempat ditunjuk sebagai CEO sementara karena Rachmat Kaimuddin mengundurkan diri untuk melanjutkan kariernya mengabdi ke pemerintahan. Willix bergabung dengan Bukalapak sebagai Chief Operating Officer pada 2016. Ia berperan penting dalam perjalanan perusahaan menjadi unicorn dan berkontribusi terhadap pengembangan Mitra Bukalapak hingga menjadi pemimpin pasar O2O.

“Tahun ini, kami berharap dapat semakin memperkuat posisi Bukalapak sebagai perusahaan teknologi yang menyediakan berbagai vertikal kepada pengguna kami. Dengan dukungan dari berbagai pihak, saya yakin transformasi ini akan terus berjalan dengan baik dan mencapai tujuan utama kami, yaitu menciptakan ‘A Fair Economy For All‘,” ungkap Willix.

Agenda transformasi Bukalapak

Dengan kepemimpinan baru ini, publik bakal mengantisipasi sejumlah langkah strategis yang akan diambil oleh jajaran direksi baru Bukalapak mengingat ada sejumlah agenda besar menanti. Terutama pada navigasi di lini bisnis Mitra Bukalapak yang menjadi penyokong kinerja keuangan Bukalapak tahun lalu.

Kami merangkum sejumlah aksi korporasi dan agenda besar yang mungkin dapat terealisasi di tahun ini. Menjelang akhir 2021, Bukalapak mengubah alokasi dana IPO sebesar Rp21,9 triliun. Rinciannya, 33% dari dana IPO akan digunakan untuk modal kerja, 34% untuk modal kerja anak usaha yang terdiri dari; Buka Mitra (15%), Buka Usaha (15%), serta Buka Investasi, Buka Pengadaan, Bukalapak, dan Five Jack masing-masing 1%.

Bukalapak memberikan alokasi baru sebesar 33% untuk pengembangan usaha perusahaan dan anak usaha, baik lewat skema pembelian saham dan/atau aset, dan/atau penyertaan saham pada satu atau lebih perusahaan termasuk joint venture, atau pelunasan fasilitas pinjaman yang digunakan untuk keperluan pertumbuhan dan/atau pengembangan usaha baik sekarang maupun yang akan datang.

Mengawali awal tahun ini, Bukalapak menjadi salah satu penyerap right issue Allo Bank milik CT Corp dengan mengambil alih 11,49% saham. Layanan Allo Bank ditargetkan komersial tahun ini. “Bagi Bukalapak, melalui bisnis Mitra dan konektivitasnya dengan vertikal vertikal baru di pasar UMKM, kerja sama ini dapat mengembangkan penawarannya serta aksesibilitas kredit bagi para pelaku usaha di area rural,” kata Willix beberapa waktu lalu.

Hingga tahun lalu, Bukalapak tercatat telah melayani lebih dari 100 juta pengguna, memiliki sebanyak 6,7 juta pelapak dan 10,4 juta Mitra Bukalapak.

Tak lama berselang, pemilik CT Corp Chairul Tanjung bahkan mengumumkan akan membentuk perusahaan online grocery patungan (joint venture) melalui PT Trans Retail Indonesia bersama Bukalapak. Komposisi kepemilikan Trans Retail akan sebesar 55% dan Bukalapak sebesar 45%,

Application Information Will Show Up Here
EMTEK tambah kepemilikan saham di Bukalapak

Kinerja Keuangan Bukalapak Kuartal Ketiga 2021

PT Bukalapak Tbk (IDX: BUKA) mengumumkan kinerja keuangannya pada kuartal ketiga 2021. Perusahaan melaporkan total pendapatan sebesar Rp1,34 triliun, yang dipicu oleh pertumbuhan signifikan dari pendapatan Mitra Bukalapak.

Dalam laporan keuangannya, Bukalapak membukukan pertumbuhan total pendapatan sebesar 42% di sepanjang sembilan bulan 2021, dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp948,4 miliar.

Dari total tersebut, layanan Marketplace masih mendominasi dengan menyumbang pendapatan sebesar Rp780,4 miliar atau naik 5,1% secara tahunan (YoY). Sementara, pendapatan dari Mitra Bukalapak meroket hingga 322% menjadi Rp496,7 miliar dari sebelumnya Rp117,4 miliar.

Adapun, layanan BukaPengadaan mengalami penurunan pendapatan hingga 20% menjadi Rp70,5 miliar dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp88,9 miliar.

Lebih lanjut dalam keterangan resminya, Bukalapak melaporkan Total Processing Value (TPV) di kuartal ketiga naik sebesar 51% menjadi Rp87,9 triliun. Dari angka tersebut, TPV dari Mitra Bukalapak melesat hingga 179% menjadi Rp40 triliun dibanding periode sama di 2020.

Pertumbuhan ini dipicu oleh peningkatan jumlah transaksi sebesar 25%, di mana sebanyak 73% dari TPV dikontribusikan dari daerah di luar kota lapis satu. “Di daerah-daerah tersebut, penetrasi all-commerce serta digitalisasi warung dan toko ritel tradisional menunjukkan pertumbuhan yang kuat,” demikian paparan Bukalapak.

Kemudian, Average Transaction Value (ATV) Bukalapak juga mengalami kenaikan sebesar 21% di sepanjang sembilan bulan 2021. ATV dari Mitra Bukalapak tercatat tumbuh sebesar 63%, dikarenakan oleh variasi produk dan jasa yang ditawarkan kepada para Mitra terus bertambah.

Pendapatan dan rugi bersih perusahaan di periode Q2 dan Q3 tahun 2020 dan 2021 / DailySocial.id

Menekan kerugian

Bukalapak menunjukkan upaya untuk menekan kerugiannya sambil terus mendorong efisiensi di kuartal ketiga ini. Perusahaan merugi operasional sebesar Rp1,2 triliun atau turun dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp1,4 triliun.

Sementara, rugi bersihnya menyusut menjadi 19% atau Rp1,1 triliun dibandingkan kuartal ketiga tahun lalu sebesar Rp1,4 triliun. Perusahaan juga menekan rugi EBITDA menjadi 15%, di mana rasionya terhadap TPV membaik menjadi 1,2% dari 2,2% di kuartal ketiga 2020.

Secara total, margin kontribusi Bukalapak setelah beban penjualan dan pemasaran terhadap TPV naik dari -0,4% menjadi -0,2%. Margin kontribusi dari Marketplace setelah beban penjualan dan pemasaran naik dari -0,1% menjadi 0,01%. Kemudian, margin kontribusi dari Mitra setelah beban penjualan dan pemasaran juga ikut membaik dari -0,3% menjadi -0,2%.

Saat ini, posisi kas Bukalapak tercatat sebesar Rp23,6 triliun per akhir September 2021.

Penggerak utama

Porsi pendapatan Bukalapak didasarkan pada unit bisnisnya / DailySocial.id

Dengan pencapaian kinerja di atas, Mitra Bukalapak menjadi penggerak utama pertumbuhan Bukalapak. Per akhir September 2021, jumlah Mitra terdaftar mencapai 10,4 juta dari posisi akhir Desember 2020 yang sebesar 6,9 juta. Perusahaan menyebut akan tetap fokus pada strategi pertumbuhan kuat dan berkelanjutan, dengan terus melakukan pengelolaan baik pada biaya operasional,

Dalam wawancara sebelumnya, CEO Buka Mitra Indonesia Howard Gani sempat menyebutkan bahwa pihaknya tengah mengebut penguatan jaringan Mitra di seluruh Indonesia, terutama di luar kota lapis satu. Ia menilai segmen warung dan UMKM di Indonesia masih banyak yang belum tersentuh oleh teknologi dan akses digital. Berbeda dengan layanan lain yang digitalisasinya sudah kuat, misalnya belanja online, transportasi dan perjalanan, hingga pembayaran.

Sumber: Lembaga riset CLSA

“Kami ingin mengoptimalkan persebaran teknologi di kota-kota tersebut dengan memperkenalkan manfaat teknologi lewat warung dan agen individual,” ungkap Howard beberapa waktu lalu.

Perusahaan bahkan meluncurkan aplikasi BukuMitra yang bertujuan untuk membantu pelaku UMKM mengembangkan skala bisnisnya. Sejumlah fitur yang ditawarkan di antaranya pembukuan dan pencatatan utang secara digital.

Berdasarkan hasil survei Nielsen terhadap 1.800 warung dan 1.200 kios pulsa, Mitra Bukalapak tercatat memimpin pasar O2O dengan penetrasi sebesar 42% dibandingkan pemain O2O yang memiliki pengguna 2,5 kali lipat lebih banyak di survei ini.

Mitra Bukalapak juga disebut menguasai kategori grocery/bahan makanan sebesar 55% dan penetrasi produk virtual 52%. Saat ini, Mitra Bukalapak berbagai macam kategori produk, mulai dari produk fisik, virtual, keuangan, hingga produk kebutuhan sehari-hari.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Bisnis Mitra Bukalapak 2021

Bukalapak Bidik Pertumbuhan Kinerja Mitra Berkelanjutan, Perluas Jangkauan ke Daerah

PT Bukalapak.com Tbk (IDX: BUKA) berupaya memperkuat jaringan Mitra dengan pencapaian kinerjanya saat ini. Di semester I 2021, perseroan mencatat pendapatan Mitra sebesar Rp290 miliar atau naik 350% (YoY) dengan jumlah sebesar 8,7 juta. Capaian jumlah Mitra ini tumbuh signifikan dibandingkan ketika mereka baru memulai layanan ini di 2017, yaitu 2.800 Mitra saja.

Berdasarkan laporan keuangan semester I 2021, Mitra Bukalapak berkontribusi besar terhadap total bisnis perusahaan dengan membukukan Total Processing Value (TPV) Mitra Rp23,9 triliun atau naik 227% (YoY). Kontribusi Mitra terhadap TPV meningkat 22%.

Average Transaction Value (ATV) juga naik 98% (YoY) yang dipicu oleh kenaikan jumlah produk dan jasa yang ditawarkan Bukalapak kepada para Mitra. Adapun, kontribusi pendapatan Mitra Bukalapak terhadap total pendapatan naik dari dari 12% (2Q20) menjadi 33% (2Q21).

Kepada DailySocial.id, CEO Buka Mitra Indonesia Howard Gani mengatakan, Bukalapak juga berupaya untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan sambil terus meningkatkan kualitas pengelolaan biaya operasional yang baik.

Pihaknya akan terus mengembangkan produk dan layanan sehingga para mitra dapat meningkatkan kapabilitas bisnisnya dan bersaing dengan usaha ritel modern. Apalagi, segmen warung dan UMKM di Indonesia masih banyak yang belum terdigitalisasi dan tersentuh oleh platform digital, seperti e-commerce, ride hailing, online payment, digital banking, dan OTA.

“Kami akan terus memperluas jangkauan kami ke berbagai area di Indonesia terutama di luar kota tier 1. Kami ingin mengoptimalkan persebaran teknologi di kota-kota tersebut dengan memperkenalkan manfaat teknologi lewat warung dan agen individual,” ujarnya.

Survei Nielsen terhadap 1.800 warung dan 1.200 kios pulsa juga menyebutkan Mitra Bukalapak sebagai pemimpin di pasar O2O dengan penetrasi sebesar 42% dibandingkan pemain O2O yang memiliki pengguna 2,5 kali lipat lebih banyak di survei ini.

Mitra Bukalapak juga disebut menguasai kategori grocery/bahan makanan sebesar 55% dan penetrasi produk virtual 52%. Saat ini, Mitra Bukalapak berbagai macam kategori produk, mulai dari produk fisik, virtual, keuangan, hingga produk kebutuhan sehari-hari.

Ekosistem matang dorong konsep O2O

Dalam publikasi bertajuk “Differences in Implementation and Implication of O2O Commerce in Indonesia and Other Countries” yang diterbitkan di 2016, konsep O2O commerce sebetulnya sudah mulai familiar di Indonesia. Tren ini mulai populer sejalan dengan upaya sejumlah platform digital masuk ke segmen tersebut. Kendati demikian, penetrasinya masih terbatas dan terpusat di kota besar saja.

Ekosistem e-commerce saat itu pun dinilai belum sematang sekarang. Masyarakat masih enggan bertransaksi di e-commerce karena sejumlah faktor, antara lain ketidakmampuan melihat produk fisik, ketidakpastian kualitas produk, keamanan pembayaran, hingga buruknya infrastruktur logistik. Selain itu, penetrasi pembayaran online juga belum sekencang saat ini.

Riset ini juga menyebutkan bahwa implementasi layanan O2O di Indonesia masih kurang dibandingkan negara-negara lain, terutama dalam hal pemanfaatan smartphone, media sosial, dan layanan gamifikasi. Padahal, Indonesia punya potensi besar untuk mengembangkan O2O dengan membidik 3,6 juta warung dan 65 juta UMKM.

Sumber: Laporan internal Bukalapak
Sumber: Riset CSLA

Berdasarkan riset CSLA di September 2019, sebanyak 65% dari total 189 juta transaksi ritel berasal dari warung. Transaksi tersebut sebagian besar berupa pembelanjaan kebutuhan sehari-hari yang biasanya diperoleh dari pasar tradisional. Angka ini jauh lebih besar dari transaksi dari platform digital, seperti e-commerce, ride hailing, dan online payment, yang hanya mencapai 81 juta saja.

Maka itu, sejak beberapa tahun terakhir, pelaku e-commerce mulai agresif membidik mitra warung atau UMKM di kota-kota tier 2 dan 3, dan tidak terbatas di pulau Jawa saja. Ada pula yang melebarkan jangkauannya hingga ke Indonesia Timur. Sektor e-commerce juga kini sudah memiliki ekosistem produk yang lengkap untuk mendukung bisnisnya, seperti pengiriman logistik dan pergudangan.

Application Information Will Show Up Here
Mitra Bukalapak Rambah Produk SaaS Untuk Pembukuan dan Catat Hutang / Bukalapak

Mitra Bukalapak Perkuat Fitur Digital, Kini Punya Layanan Pembukuan dan Pencatatan Utang

Hampir lima tahun lalu, Bukalapak menginisiasi sebuah program yang dulu bernama “Juragan Pulsa Bukalapak”, cikal bakal dari Mitra Bukalapak. Kini, Mitra Bukalapak memiliki 7 juta UMKM yang bergabung di dalamnya, terdiri dari warung tradisional dan agen individu tersebar di luar kota lapis satu di Indonesia.

Produk-produk yang dijual di Mitra Bukalapak kian beragam, mulai dari produk FMCG, produk segar, fesyen, produk elektronik, spare parts kendaraan bermotor, dan 42 jenis produk virtual yang membuat masyarakat tetap terhubung secara O2O. Dijabarkan lebih jauh, 42 produk virtual ini mencakup layanan pembayaran, produk finansial, logistik, travel dan layanan SaaS.

Poin terakhir menarik untuk disimak. Dalam keterangan resmi yang disebarkan perusahaan hari ini (23/4), disampaikan bahwa dalam produk SaaS terdiri dari pembukuan, catatan utang, dan sebar poster. Fitur tersebut dibuat ramah untuk para pengguna, sehingga akan terlihat tampak sedang membuat pembukuan pada umumnya secara tertulis.

Belakangan, pemain aplikasi pembukuan keuangan untuk warung tengah naik daun karena besarnya peluang UMKM yang belum tersentuh layanan digital. Akibatnya, banyak pemain bermunculan dan visi misinya didukung oleh para investor. Nama-namanya adalah BukuKas, BukuWarung, Credibok, Moodah, Lababook, dan lainnya. Kesempatan tersebut juga diambil oleh Bukalapak, berkat basis UMKM yang sudah dibentuk, maka akan lebih mudah proses roll out-nya.

CEO Buka Mitra Indonesia Howard Gani menyampaikan, pihaknya akan selalu memberikan ragam layanan jenis produk, baik fisik maupun virtual yang terlengkap kepada masyarakat. “Hal ini merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap upaya Bukalapak untuk mendorong kemajuan digitalisasi warung-warung tradisional dan agen individu agar berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan inklusi ekonomi Indonesia,” kata dia.

Seluruh produk Mitra Bukalapak, sambungnya, dihadirkan untuk menutup kesenjangan teknologi dan menghadirkan akses pasar bagi siapa saja. Mitra Bukalapak juga berkomitmen ingin meningkatkan literasi finansial dan digital kepada masyarakat terutama masyarakat unbanked dan underbanked yang selama ini sulit mengakses layanan produk-produk virtual karena keterbatasan tempat dan infrastruktur terlebih di masa pandemi.

Pengumuman investasi Seri G yang diterima Bukalapak dari jajaran investor industri finansial, seperti BRI Ventures, Mandiri Capital Indonesia, Standard Chartered, dipastikan pada tahun ini bakal lebih banyak pengembangan produk finansial yang inovatif agar gap dapat mengecil pada masa mendatang.

Data terbaru dari bank sentral menunjukkan sebanyak 87,5% UMKM dipengaruhi oleh penurunan ekonomi yang didorong oleh pandemi. Namun, hal ini juga menunjukkan bahwa 27,6% UMKM yang beroperasi secara online benar-benar mengalami peningkatan penjualan pada tahun 2020 dan seterusnya. Ini menggambarkan semakin pentingnya bagi perusahaan dari segala bentuk dan ukuran untuk merangkul model bisnis online dan adaptasi digital di Asia yang sedang berkembang.

Strategi kemitraan dengan UMKM nyatanya menjadi peluang bisnis tersendiri bagi pemain e-commerce. Selain Bukalapak, platform lain seperti Tokopedia dan Shopee juga memiliki program serupa. Potensinya cukup besar, dari analisis yang kami buat tahun lalu setidaknya ada 92 juta potensi pelanggan baru yang dapat dijaring lewat program semacam ini.

Application Information Will Show Up Here