Tag Archives: HRIS

Startup HR-tech Job2Go sediakan platform manajemen HR menyeluruh, mulai dari rekrutmen, hiring, onboarding, training, dan penggajian

Cerita Platform Job2Go Jadi Platform Manajemen HR

Kurniawan Santoso dan timnya di Job2Go tidak pernah menyangka bahwa beberapa bulan setelah perusahaannya diumumkan ke publik di Desember 2019, mereka harus memutar otak dan mencari cara untuk tetap bertahan.

Saat itu, Job2Go harus menelan pil pahit ternyata solusi yang ditawarkan pada saat itu —pencarian lowongan kerja berbasis on-demand— tidak bisa dilanjutkan karena semua perusahaan langsung pasang ikat pinggang di awal pandemi.

“Waktu itu [pandemi] pekerjaan yang sifatnya on-demand tidak ada, jadinya kita mulai pindah. Pertama bangun job portal in general sekitar tiga minggu, lalu ditambahkan dengan solusi lainnya hingga yakin dengan solusi manajemen HR inilah yang dibutuhkan oleh banyak perusahaan,” ujar Co-founder dan CEO Job2Go Kurniawan Santoso saat ditemui DailySocial.id, Senin (6/3).

Setelah dipelajari, ternyata ada mispersepsi arti pekerjaan on-demand di Indonesia dibandingkan di luar negeri. Hal ini berdampak pada minimnya tingkat permintaan dan pencarian pekerjaan jenis ini. Bisa dikatakan pekerjaan on-demand seperti ini baru terbukti berhasil di industri transportasi saja, seperti yang disediakan Grab dan Gojek.

“Definisi yang tepat buat di Indonesia itu adalah creative job untuk pekerjaan on-demand. Misalnya, ada orang yang biasa kerja freelance untuk desain, lalu ketika suatu perusahaan cari tenaganya tinggal pilih mana yang cocok.”

Terkait model bisnisnya saat ini, ia tidak bersedia menyebutnya sebagai pivot tetapi penajaman strategi menjadi platform manajemen HR menyeluruh, mulai dari rekrutmen, hiring, onboarding, training, penggajian, dan hubungan industrial. Tak hanya itu, Job2Go juga mulai masuk ke embedded finance melalui produk Job2Go Workforce, tawarkan EWA (earned wage access) dan asuransi mikro, bermitra dengan Kini.id, Beever, dan Asuransi Hanhwa Life.

Job2Go

Menurut Kurniawan, penyediaan solusi menyeluruh ini menjadi nilai lebih perusahaan dibandingkan pemain sejenisnya. Klien hanya perlu membayar management fee untuk seluruh layanan yang tersedia tanpa biaya tambahan, sehingga mereka pun lebih efisien dari sisi pengeluaran. Hal yang sama juga berpengaruh bagi bisnis Job2Go itu sendiri yang dapat menjaga pertumbuhan pendapatannya, terutama dari sisi margin dan komisi (fee based) yang diterima Job2Go dari produk finansial.

Embedded finance merupakan inovasi baru yang memberikan dampak positif dalam rangka meningkatkan literasi keuangan. EWA itu sendiri memungkinkan karyawan untuk mengakses gaji lebih awal apabila dalam keadaan mendesak, sehingga tidak perlu lari ke pinjaman online yang bunganya mencekik. Perkawinan antara solusi HR dan fintech ini diprediksi akan menciptakan solusi-solusi baru yang dapat menguntungkan karyawan dan pemberi kerja.

Rencana untuk mulai mengimplementasikan teknologi blockchain pun sudah diwacanakan. Apabila terjadi, dunia HR tentunya akan sangat terbantu dalam proses hiring karena sebelumnya harus memverifikasi berbagai data jadi tidak perlu dilakukan lagi, masih banyak lagi inovasi yang bisa terjadi melalui blockchain.

“Kami berencana untuk buat fitur investasi karena intinya kami mau meningkatkan literasi finansial bagi orang-orang yang berada di area blue-gray collar ini.”

Rencana Job2Go

Dua tahun dengan bisnisnya saat ini, Job2Go mengklaim telah mencetak pendapatan (revenue) sebesar $10 juta (lebih dari 153 miliar Rupiah) per tahunnya. Kurniawan mengungkapkan pencapaian positif ini akan dilanjutkan pada tahun ini dengan menjaga target pertumbuhan yang sama dengan tahun lalu, dibarengi mengontrol pengeluaran. Ia menargetkan Job2Go mencapai titik impas (BEP) agar segera cetak untung.

“Sekarang almost BEP, sekarang kita sedang lihat cost mana yang harus disesuaikan untuk capai profitabilitas. Target ini yang sedang kita kejar bagaimana jaga pertumbuhan tetap sustainable karena kebanyakan startup tuh tumbuh tapi enggak sustain, kita enggak mau kayak gitu.”

Mereka telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mencapai target ini, salah satunya selalu memantau tingkat kepuasan klien sembari terus mengejar penambahan klien baru. Pengembangan produk baruk tidak bakal semasif saat awal beroperasi.

Terhitung klien yang sudah pernah ditangani Job2Go mencapai 50 perusahaan lintas industri. Mereka didominasi sektor teknologi, konsumer, dan finansial. Beberapa nama perusahaannya adalah Grab, Tokopedia, Abbott, dan sebagainya. Tahun ini perusahaan akan menambah industri lainnya, seperti manufaktur dan pelayanan publik.

Berdasarkan data mereka, tenaga kerja yang paling banyak dicari para klien Job2Go banyak berkaitan dengan frontliner dan back office. Untuk frontliner, seperti salesman, telemarketer, dan customer service untuk penempatan di daerah. Sementara back office, pekerjaan umum seperti accounting, finance, administrasi, juga banyak dicari.

“Karena kita ini full service, jadi kita yang rekrut tenaga tersebut, absensi, dan payroll-nya mereka lewat kami, tapi kesehariannya mereka bekerja untuk klien. Kami yang menyediakan seluruh legalitasnya, termasuk jika ada pemutusan hubungan kerja (PHK).”

Tim Job2Go

Untuk rencana jangka panjangnya, Kurniawan memaparkan bahwa ia ingin Job2Go ekspansi ke pasar ASEAN dan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Baginya, melantai di bursa adalah pembuktian bahwa model bisnis manajemen HR yang dijalankan Job2Go ini terbukti dapat bertahan lama dan relevan dengan kebutuhan semua industri.

“Negara ASEAN itu punya karakteristik yang sama satu sama lain, dari sisi region juga berdekatan, jadi secara ekonominya juga akan saling terhubung. Ambisi kita bisa serving ASEAN entah dengan masuk sendiri, partnering dengan pemain sejenis dari negara tersebut, atau merger. IPO atau ekspansi kita lihat mana yang duluan dalam 3-4 tahun lagi.”

Dalam ruang lingkupnya di Indonesia, Job2Go bersaing dengan MyRobin, Workmate, dan Staffinc. Apabila melihat dari industrinya, para startup ini bersaing dengan perusahaan outsourcing yang seluruh sistemnya masih konvensional, belum terintegrasi antar layanannya, baik itu workforce management, penggajian, dan rekrutmen harus pakai/sewa platform yang berbeda-beda. “Tapi kita mengembangkan service outsourcing ini dalam sistem yang sudah satu kesatuan.”

Job2Go yang didukung 50 orang karyawan ini sudah tiga kali mendapat pendanaan eksternal. Pertama kali angel round dari BANSEA (The Business Angel Network of Southeast Asia) dan investor dari Jepang pada Juni 2020. Kedua, terjadi pada tahun yang sama untuk putaran tahap pra-Seri A dari investor asal Korea Selatan. Nominal dana yang diraih dari kedua putaran ini sayangnya dirahasiakan.

Ketiga, pendanaan berbentuk debt (utang) sebesar $1,5 juta dari sejumlah investor dan startup p2p lending, yakni, Xencap, ChocoUp, dan Modal Rakyat dengan menggunakan skema invoice financing.

Platform fintech earned wage access (EWA) GajiGesa mengumumkan kerja sama dengan platform manajemen karyawan (HRIS) Gaji.id

Permudah Akses EWA, GajiGesa Terintegrasi dengan Platform HRIS Gaji.id

Platform fintech earned wage access (EWA) GajiGesa mengumumkan kerja sama dengan platform manajemen karyawan (HRIS) Gaji.id. Kemitraan ini memungkinkan hadirnya solusi akses gaji fleksibel dari GajiGesa di platform Gaji.id untuk seluruh pengguna.

Kepada DailySocial.id, Co-founder dan CEO GajiGesa Vidit Agrawal memastikan bahwa kerja sama antara kedua perusahaan masih sebatas bisnis, belum ada aksi akuisisi yang dilakukan. GajiGesa berencana untuk perbanyak kerja sama serupa agar ambisi perusahaan menjangkau lebih dari 500 ribu perusahaan menengah hingga besar lebih cepat.

“Kami terbuka untuk kemitraan serupa karena kami ingin mengaktifkan ekosistem dengan produk EWA dan menjangkau sebanyak mungkin perusahaan di kawasan ini,” ucapnya.

Dijelaskan lebih jauh, kemitraan ini memberikan akses keuangan yang lebih bertanggung jawab kepada ribuan mitra perusahaan existing dan baru Gaji.id melalui aplikasi Gaji.id. Pada saat yang bersamaan, HR juga bisa langsung mengelola data karyawan di platform yang sama, sehingga efisiensi operasional meningkat.

Platform GajiGesa memungkinkan perusahaan mitra mengelola data karyawan dan arus kas secara efektif dan mudah, baik untuk manfaat keuangan, kesehatan, dan pendidikan holistik kepada karyawan. Karyawan pun dapat menarik gaji yang mereka peroleh sesuai permintaan dan lebih cepat dari siklus pembayaran tradisional pada akhir bulan. Solusi sepert ini dianggap mampu menghapus ketergantungan pada pemberi pinjamna predator.

Pihak GajiGesa telah mengintegrasikan solusi penggajian sesuai permintaan yang terdepan untuk membuat seluruh proses aktivasi, eksekusi, dan rekonsiliasi mulus melalui Gaji.id untuk perusahaan.

Secara terpisah, dalam keterangan resmi, Agrawal menuturkan, “Kami sangat gembira bisa berkolaborasi dengan perusahaan seperti Gaji.id [..]. Sekarang setiap perusahaan yang menggunakan Gaji.id sebagai HRIS mereka juga dapat memberikan manfaat GajiGesa kepada semua karyawan mereka dalam satu genggaman. Kemitraan yang menarik ini menciptakan salah satu solusi tunjangan karyawan terbaik di pasar.”

CEO Gaji.id Harry Moeljo menambahkan, “[..[ Kami bercita-cita untuk terus memberikan inovasi terbaik sambil memenuhi kebutuhan mitra kami dalam memperpendek waktu pemrosesan untuk administrasi data karyawan. Kami yakin integrasi ini akan secara efektif menjawab kebutuhan karyawan dalam mengakses dana cepat tanpa biaya tambahan.”

Sejak didirikan pada pertengahan 2020, solusi GajiGesa telah menjadi alat pemberdayaan yang sangat berharga bagi pengusaha dan karyawannya di berbagai sektor termasuk pabrik, perkebunan, manufaktur, ritel, restoran, rumah sakit, dan perusahaan teknologi. Perusahaan mitra telah tumbuh sekitar 500% dalam enam bulan terakhir dan terus bertambah, termasuk perusahaan menengah hingga besar yang mulai memilih pendekatan holistik kesehatan karyawan.

Saat ini, lebih dari 250 perusahaan telah bermitra dengan GajiGesa, melayani ratusan ribu karyawan di Indonesia. Kemitraan antara GajiGesa dan Gaji.id ini menjadi yang pertama dari banyak kolaborasi serupa untuk GajiGesa yang memiliki rencana agresif untuk melayani lebih dari 1.000 perusahaan baru tahun ini. Permintaan kesehatan holistik ini terus meningkat, mulai dari perusahaan menengah hingga besar, sebagai bagian dari program tunjangan baru untuk karyawan.

“Di bawah kemitraan bersama Gaji.id, kami telah mendapatkan tambahan kemitraan dengan lima perusahaan baru dan memiliki lebih dari 30 perusahaan dalam tahap kontrak,” tutup Agrawal.

Sebelumnya, pada Desember 2021, GajiGesa mengumumkan perolehan pendanaan pra-Seri A sebesaar $6,6 juta (sekitar 94,5 miliar Rupiah). Putaran ini dipimpin oleh MassMutual Ventures, dengan partisipasi dari January Capital, Wagestream, Bunda Group, Smile Group. Kemudian, sejumlah investor individual, seperti Oliver Jung, Patrick Walujo, Nipun Mehram, dan Noah Pepper. Lalu, ada investor lama yang ikut berpartisipasi, antara lain defy.vc, Quest Ventures, GK Plug and Play, dan Next Billion Ventures.

Solusi EWA di Indonesia

Ada yang mengartikan kepanjangan EWA sebagai early wage access. Ada juga yang memakai istilah lainnya seperti, on-demand pay, instant pay, daily pay benefit, atau earned income access. Tapi seluruh nama tersebut merujuk pada solusi yang melakukan hal dasar yang sama: membantu karyawan mengakses upah yang telah mereka peroleh sebelum hari gajian tiba.

Survei global yang diselenggarakan PwC pada 2019 menemukan bahwa sebanyak 67% pekerja melaporkan berjuang pada tekanan finansial, yang berarti lebih dari dua pertiga populasi pekerja rentan terhadap migrain, depresi, dan kecemasan. Banyak penelitian menyoroti efek stres keuangan karyawan terhadap kinerja bisnis.

Sementara banyak pemberi kerja memberikan pinjaman karyawan (seperti kasbon), sebenarnya mereka hanya mengunci arus kas yang berharga dan belum dapat memberikan fleksibilitas dan solusi instan kepada karyawan. Misalnya, golongan pekerja kelas bawah yang harus berjuang dengan pendapatan atau pengeluaran yang tidak stabil karena berbagai alasan, termasuk tagihan yang tidak terduga atau meningkat dan jam kerja yang berfluktuasi.

Untuk para pemberi kerja, program EWA memungkinkan karyawan mengakses sebagian dari gaji mereka lebih awal dapat membantu mereka menyelaraskan waktu pendapatan mereka dengan pengeluaran yang diharapkan atau tidak terduga untuk menghindari biaya keterlambatan atau penalti.

Diterimanya konsep EWA di negara maju, menginspirasi perusahaan fintech dari negara berkembang untuk turut hadir. Sebab, umumnya di negara berkembang, di mana pekerja berupah rendah sering beralih ke pinjaman cepat dengan bunga tinggi untuk menjaga pengeluaran mendadaknya sebelum hari gajian tiba.

Selain GajiGesa, sudah ada sejumlah perusahaan yang tertarik menggarap konsep serupa di Indonesia. Beberapa namanya, ada wagely, Gigacover, GajiKoin yang diusung KoinWorks, Vinmo, Mekari Flex, Halogaji dari Halofina, GetPaid, dan Gajiku.

Layanan HRIS CATAPA

Mengulas Tren Teknologi Sistem Manajemen SDM Bersama CATAPA

Peran teknologi untuk mendemokratisasi proses bisnis perusahaan kian meluas, tak terkecuali dalam divisi sumber daya manusia (SDM). Sejatinya, produk teknologi untuk sistem informasi SDM (Human Resources Management System – HRIS) sudah banyak dijajakan di pasaran, khususnya dari vendor luar negeri. Namun karena keterbatasan yang ada, baik dari sisi fitur maupun tahapan implementasinya, masih banyak aktivitas SDM perkantoran yang dikerjakan secara manual. Contohnya pengajuan cuti dengan formulir kertas, proses screening kandidat, sampai penggajian yang ditransfer manual.

Di samping itu, kultur di setiap negara bisa jadi berbeda, sehingga sangat penting bagi pengembang sistem untuk memahami kebutuhan dan pengalaman pengguna yang diharapkan. Ini menjadi peluang bagi startup lokal untuk berinovasi dengan pemahaman yang dimiliki. Berbentuk Software as a Services (SaaS), sudah ada beberapa produk HRIS yang dikembangkan oleh pemain lokal, salah satunya CATAPA. Startup yang dinakhodai oleh Stefanie Suanita (Founder & CEO) ini terbilang cukup gesit dalam melakukan pengembangan produk; di masa pandemi lalu, mereka meluncurkan beberapa fitur untuk penyesuaian.

Salah satunya CATAPA Safe, yakni sebuah aplikasi yang berfungsi mengidentifikasi jarak antar karyawan selama berada di area kerja. Dirilis sejak April 2020, layanan ini memiliki tiga tujuan utama, yakni melakukan Track, Trace, dan Isolate. Apabila ada karyawan yang positif Covid-19, perusahaan dapat melacak siapa yang pernah melakukan kontak dengan karyawan bersangkutan selama 14 hari ke belakang untuk segera diisolasi.

CATAPA Safe

Selain itu, untuk mendukung kegiatan work from home atau remote working, dirilis juga CATAPA Contactless Attendance. Aplikasi presensi yang memungkinkan tim SDM mendeteksi keabsahan mereka dengan melihat foto sampai lokasi bekerjanya.

CATAPA Contacless Attendance

DailySocial berkesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif dengan Stefanie, membincangkan isu-isu dalam kebutuhan SDM perusahaan dan tren teknologi yang akan mentransformasi HRIS di Indonesia.

Permasalahan dalam sistem SDM tradisional

Menurut Stefanie, ada beberapa urgensi yang membuat perusahaan mulai mempertimbangkan layanan digital untuk menunjang HRIS. Pertama, dari sistem yang sudah ada masih banyak aspek yang dikerjakan manual, seperti yang disebutkan di awal tadi.

“Banyak perusahaan yang masih pakai Excel untuk pengajuan cuti, isunya akan terjadi single point of failure. Berkas dan knowledge-nya hanya tersimpan di laptop satu orang tim HR saja. Akan terjadi permasalahan jika orang tersebut sakit atau bahkan keluar dari kantor,” kata Stefaine.

Ia melanjutkan, “Belum lagi kalau menyangkut urusan payroll. Mungkin untuk karyawan yang gaji bulanannya tergolong besar, transferan telat beberapa jam tidak terlalu berdampak. Tapi ada beberapa karyawan dengan gaji pas-pasan yang sangat bergantung dengan pemasukan tersebut. Delay satu-dua jam menjadi sangat berpengaruh bagi mereka.”

Kedua, layanan HRIS canggih yang ada biasanya cenderung mahal. Terlebih lagi yang dari vendor internasional, banyak yang belum memberikan dukungan penuh dengan kultur kerja di sini – misalnya sistem payroll yang disesuaikan beleid perpajakan di Indonesia, atau terintegrasi dengan sistem pembayaran di Indonesia. Kemudian yang ketiga terkait dukungan penggunaan; banyak perusahaan yang bilang ke Stefanie berpindah ke layanan HRIS lokal karena menginginkan dukungan penggunaan yang lebih cepat.

Sebagai SaaS, CATAPA mengenakan biaya berlangganan per karyawan dengan biaya sekitar 12 ribuan. Stefanie mengklaim, dengan transformasi digital di ranah sistem SDM dapat menghemat biaya sampai 120 juta Rupiah per tahun dan penghematan waktu hingga 12 ribu menit. Karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan uang lebih untuk pengadaan infrastruktur dan pekerja tambahan.

Tren teknologi HRIS

Spesifik untuk penunjang HRIS, Stefanie mengungkapkan ada tiga teknologi yang akan membentuk tren di 2021. Pertama, penggunaan cloud-based HRIS yang makin masif. Menurut Gartner Report, 55% revenue HRIS datangnya dari solusi berbasis cloud. Mengindikasikan peminat yang semakin besar.

“Kalau dulu, banyak yang maunya sistem HRIS di-host di server lokal karena khawatir akan keamanan data. Tapi sekarang paradigmanya sudah mulai berubah. Layanan cloud HRIS CATAPA bahkan menawarkan sistem keamanan military grade. Dengan cloud, perusahaan bisa scale lebih cepat dengan biaya terjangkau tanpa harus berinvestasi besar di server dan engineer,” ujar Stefanie.

Tren selanjutnya adalah terkait Employee Wellness System, yakni serangkaian program atau aktivitas untuk mendukung lingkungan kerja sehat. Contohnya ada kebutuhan tim SDM melakukan survei harian, untuk memantau kondisi kesehatan dan tingkat kebahagiaan karyawan untuk menjaga produktivitasnya. Bahkan di saat-saat sekarang ini, catatan suhu tubuh harian juga menjadi salah satu yang diupayakan untuk memantau para karyawan.

“Sepanjang pandemi ini, produk CATAPA Safe banyak diminati. Layanan ini memang dikembangkan salah satunya untuk menunjang lingkungan kerja yang lebih sehat di tengah pandemi,” imbuhnya.

CATAPA Chatbot

Kemudian tren teknologi terakhir adalah HRIS yang memberdayakan kecerdasan buatan. Fitur-fitur seperti chatbot, facial recognition, hingga optical character recognition akan makin masif diimplementasikan ke dalam sistem.

“Misalnya kami di CATAPA menerapkan OCR untuk menghadirkan fitur resume parser, membantu tim HR melakukan seleksi kandidat secara cepat. Resume atau CV yang masuk tidak perlu dibaca satu per satu, langsung dapat diseleksi sesuai kriteria. Teknologi tersebut juga bisa digunakan untuk mempermudah proses reimbursement dengan men-scan kuitansi belanja yang hendak dilaporkan,” jelas Stefanie.

Perkembangan bisnis CATAPA

Sejauh ini, CATAPA telah melayani lebih dari 30 ribu pengguna, tersebar di seluruh Indonesia. Stefanie bercerita, pandemi ini mendorong digitalisasi di berbagai kota, sehingga turut mendatangkan banyak klien baru perusahaan-perusahaan di luar Jawa. Pihaknya juga masih terus fokus mengembangkan use case sembari melakukan edukasi terkait inovasi-inovasi teknologi dalam sistem HR.

“Ketika berhadapan dengan orang HR, akan lebih relevan bicaranya tentang use case, menempatkan layanan kita di sisi mereka dalam membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Misalnya chatbot, alih-alih menjelaskan kecanggihan teknologinya, kita lebih senang menerangkan fungsionalitasnya yang dapat membantu HR menjawab inquiry dari karyawan untuk pertanyaan umum seperti sisa cuti, aturan baru, saldo BPJS dll,” kata Stefanie.

Tim pengembang CATAPA / CATAPA
Tim pengembang CATAPA / CATAPA

Selain layanan siap pakai yang bisa digunakan HR secara instan, CATAPA juga memiliki stack teknologi yang direpresentasikan dalam Application Programming Interface (API). Salah satu misi utamanya untuk membentuk ekosistem di platform CATAPA.

“API juga memungkinkan layanan CATAPA untuk terintegrasi dengan HRIS yang sudah ada, termasuk terintegrasi dengan mitra penyedia HRIS lainnya, misalnya sistem ERP internasional,” imbuhnya.

Ia juga menceritakan, bahwa pelanggan CATAPA bisa memilih layanan yang dibutuhkan saja, tidak harus menggunakan sistem secara keseluruhan. Hal ini bisa memungkinkan proses transisi dilakukan secara bertahap dan parsial. “Misalnya ada sebuah Bank yang hanya ingin menggunakan chatbot kita untuk melayani karyawannya secara efisien, itu juga bisa dilakukan. Ada juga saat awal Covid-19 kemarin perusahaan yang hanya ingin memakai layanan CATAPA Safe saja.”

Tahun 2021, CATAPA masih akan memfokuskan pada pertumbuhan bisnis, dengan menjaring lebih banyak perusahaan untuk menggunakan layanannya. Portofolio GDP Venture tersebut juga mengatakan masih akan fokus memperluas kemitraan dengan rekanan strategis, alih-alih melakukan penggalangan dana. “Untuk fundraising no, but yes for mutual partnership. Kita masih ingin memperkuat ekosistem fitur di CATAPA,” tutup Stefanie.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini merupakan hasil bentuk kerja sama antara DailySocial dan CATAPA

Gambar Header: Depositphotos.com

Mekari Flex

Mudahkan Perusahaan Kelola Tunjangan Pegawai, Mekari Luncurkan Flex

Mekari selaku pengembang produk SaaS untuk UKM dan mid-enterprise menghadirkan produk terbaru yang dapat membantu bisnis mengelola tunjangan pegawai secara fleksibel. Bernama Mekari Flex, produk baru tersebut diharapkan bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mendigitalkan proses yang sebelumnya dilakukan manual. Di sisi lain, pegawai juga bisa memantau dan mengakses informasi tersebut di aplikasi.

Mekari Flex merupakan platform digital yang terintegrasi dengan Human Resources Information System (HRIS), memungkinkan berbagai jenis perusahaan mengelola benefit karyawan yang lebih fleksibel tanpa mengeluarkan biaya yang besar. Biasanya proses pencarian dan negosiasi rekanan vendor merupakan langkah administratif yang cukup memakan waktu hingga kebanyakan HR bekerja sama dengan pihak ketiga dalam mengurus hal tersebut dengan tambahan biaya yang besar.

“Dengan automasi yang dihadirkan Mekari Flex, kami berusaha menjawab permasalahan tersebut dan menghadirkan platform yang memungkinkan segala jenis perusahaan menerapkan benefit yang fleksibel dengan mudah, tanpa biaya besar, dan memberikan manfaat yang maksimal bagi karyawan.” kata Co-Founder & CEO Mekari Suwandi Soh.

Untuk menggunakan platform Mekari Flex, perusahaan harus terdaftar di Talenta terlebih dulu.

Strategi monetisasi dan kategori

Disinggung perusahaan seperti apa yang diincar oleh Mekari untuk menggunakan Mekari Flex, SVP CEO Office Mekari Arvy Egadipoera mengungkapkan, secara desain Mekari Flex bersifat fleksibel, sehingga bisa dikustomisasi oleh masing-masing perusahaan.

Terdapat 4 kategori yang kemudian ditawarkan oleh Mekari Flex kepada perusahaan, di antaranya adalah protection, wellness, lifestyle, dan commuting. Untuk masing-masing kategori, Mekari Flex telah menggandeng beberapa vendor. Mulai dari perusahaan asuransi, layanan groceries, hingga layanan kesehatan dan kecantikan.

Ke depannya Mekari Flex akan terus menambah kemitraan dengan vendor. Saat ini terdapat sekitar 30 mitra dengan lebih dari 80 produk penawaran. Monetisasi model berdasarkan commercial agreement dengan partner dan subscription fee dari platform sendiri.

“Untuk perusahaan yang ternyata juga telah bekerja sama dengan vendor lain sebelumnya, bisa juga nantinya disesuaikan dan ikut dimasukkan ke dalam Mekari Flex. Dengan demikian bisa menambah pilihan vendor di Mekari Flex juga,” kata Arvy.

Sejak diluncurkannya Mekari Flex, telah mendapat respons yang positif dari perusahaan khususnya divisi HR, karena platform ini diklaim bisa membantu mereka menyelesaikan permasalahan administrasi dan rekapan yang masih manual.

“Bagi karyawan pun, tentu saja senang karena benefit yang diberikan tidak terbatas dan mereka juga dapat langsung melihat sisa saldo benefit secara transparan. Terutama bagi perusahaan yang tidak mempunyai budget besar dengan hadirnya Mekari Flex, perusahaan tetap bisa memberikan benefit yang beragam dengan harga istimewa,” kata Arvy.

Application Information Will Show Up Here

Netis Hadirkan Solusi Human Resource Information System dengan Fokus Performance Management

Ilustrasi Human Resources Management System / Shutterstock

Guna memberikan efisiensi dan efektivitas dalam berbagai kegiatan operasional bisnis, teknologi dihadirkan untuk mendampingi kebutuhan tersebut. Berbagai solusi teknologi yang mendukung kebutuhan bisnis kini mulai bermunculan, termasuk yang dikembangkan oleh startup dalam negeri. “Netis” adalah julukan untuk sistem pengelola SDM atau sering disebut Human Resource Information System (HRIS) yang dikembangkan Netika. Continue reading Netis Hadirkan Solusi Human Resource Information System dengan Fokus Performance Management