Mengganti strategi bisnis merupakan hal yang lumrah bagi perusahaan, begitu juga bagi perusahaan-perusahaan game yang sudah besar sekalipun. Ubisoft tentunya merupakan salah satu perusahaan game yang awalnya berfokus pada game-game AAA, namun ke depannya hal tersebut kelihatannya akan berubah.
“Sejalan dengan perkembangan lini game berkualitas tinggi kami yang semakin beragam, kami beralih dari pernyataaan awal kami tentang merilis 3-4 judul premium setiap tahunnya” Ungkap Chief Financial Officer Ubisoft, Frederick Dugeut.
Lebih lanjut Duguet menjelaskan bahwa game AAA tidak lagi menunjukkan dinamika dari nilai-nilai yang mereka ciptakan. Sehingga ke depannya mereka akan lebih berfokus untuk membangun game free-to-play yang berkualitas tinggi agar menjadi tren ketimbang ambisi terhadap game AAA.
Keputusan ini dikatakan murni diambil karena adanya perubahan kebijakan finansial dan hal tersebut tidak akan mengubah tujuan mereka untuk tetap membuat konten-konten yang berkualitas untuk game premium maupun free-to-play mereka.
Dilansir dari videogameschronicle, Ubisoft mengatakan bahwa hal ini bukan berarti arah konten game-nya akan berubah, tapi lebih ke variasi kontennya yang akan berkembang.
Salah satu analis senior Ubisoft juga mengklaim lewat akun Twitter-nya bahwa komentar perusahaannya tersebut mengacu pada game free-to-play yang kini menjadi persentase pendapatan yang lebih besar, namun hal tersebut bukanlah indikasi bahwa ke depannya game-game berbayar penuh seperti Assassin’s Creed akan menjadi lebih sedikit.
Ubisoft sendiri memang baru saja memperkenalkan Tom Clancy’s The Division : Heartland, yang merupakan spin-off dari The Division yang dikembangkan oleh Red Storm Entertainment yang dapat dimainkan di PlayStation, Xbox, dan PC secara gratis.
Duguet menjelaskan bahwa game free-to-play mereka ini memiliki peluang besar untuk memperluas audiens dari judul-judul game terbesar mereka. Ubisoft memang telah belajar banyak dari game-game free-to-play mereka yang lain seperti Hyper Scape dan juga Brawlhalla.
Sehingga, Ubisoft merasa bahwa sekarang ini adalah waktu yang tepat untuk menghadirkan game free-to-play dengan kualitas tinggi untuk semua franchise game terbesar mereka di semua platform. Namun Ubisoft juga akan semakin hati-hati dalam peluncuran game free-to-play mereka terutama untuk tahun pertama peluncurannya.
Di tengah sulitnya mengadakan event peluncuran game, maka Ubisoft bekerja sama dengan Twitch mengadakan Twitch Rivals Hyper Scape Showdown beberapa waktu yang lalu. Aktivasi yang dilakukan di ranah digital menampilkan streamer Twitch yang berkompetisi dalam game bergenre battle royale terbaru dari Ubisoft, Hyper Scape.
Pada gelaran turnamen di tanggal 13-14 Juli 2020 kemarin, turnamen dibagi berdasarkan dua region yaitu, region Eropa dan region Amerika. Kerja sama yang dijalin antara Twitch dan Ubisoft melalui game Hyper Scape bukanlah hal yang mengejutkan karena di dalam gameHyper Scape sendiri, Ubisoft sangat memperhatikan fitur spectator yang merupakan salah satu hal yang penting bagi streamer, shoutcaster, dan tentu saja esports.
Masing-masing region menampilkan 21 tim berisikan 3 streamer Twitch kenamaan. Selama waktu yang ditentukan, 21 tim tadi akan terus bertanding dan mengumpulkan poin baik melalui kill point ataupun placement point. Setiap raihan poin nantinya diakumulasikan untuk menentukan pemenang dari prize pool 100.000 Dolar Amerika untuk setiap region.
Watch top creators go head-to-head in Hyper Scape's first-ever Twitch Rivals event!
Dari region Amerika, Tfue, streamer yang terkenal karena permainan Fortnite bergabung bersama aceu dan mendo. Line up yang berpengalaman dengan game FPS sejenis sukses membawa tim Tfue memenangkan Twitch Rivals Hyper Scape Showdown region Amerika. Mekanik game yang hampir mirip dengan Fortnite dan Apex Legends tidak memakan waktu banyak untuk tim Tfue beradaptasi dan mendominasi turnamen.
Berlanjut ke region Eropa, kompetisi terasa lebih ketat saat tim streamer asal Italia, Pow3rtv berhasil mempertahankan kedudukannya di puncak klasemen dengan selisih 2 poin saja dari tim Wisethug di tempat kedua. Pada turnamen yang sama secara ekslusif platform Twitch membagikan skin terbatas bagi streamer yang menonton dan sudah melakukan bind dengan akun Uplay.
Lebih jauh lagi, di balik kemenangan tim Tfue dan tim Pow3rtv ada angka viewership juga menarik untuk dicermati. Saat turnamen Twitch Rivals Hyper Scape Showdown berlangsung tercatat pada laman escharts.com, peak viewer di kisaran angka 77.000 untuk region Eropa. Selain official channel Twitch Rival, channelstreamer asal Jerman, Trymacs mencatakan peak viewer di angka 10.000.
Di sisi lain ternyata channel berbahasa Spanyol justru mampu menyedot 21.000 peak viewers menjadikan channel berbahasa Spanyol menyumbang jumlah penonton Hyper Scape yang penting di region Eropa. Berkaca pada angka di atas, secara umum game Hyper Scape bisa menarik audiens yang cukup besar dari negara-negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris.
Sedikit berbeda di region Amerika, peak viewer yang bisa diraih sedikit lebih rendah dari region Eropa yaitu di kisaran angka 71.000 peak viewer. Tentu saja dengan bergabungnya 3 streamer dan atlet esports Apex Legends ke dalam satu tim mampu menarik perhatian gamers di region Amerika. Karena umumnya region Amerika berbahasa Inggris, kepopuleran streamer menjadi faktor yang lebih berperan menentukan bahwa game Hyper Scape diterima dengan baik di kalangan gamers di region Amerika.
Sekalipun game Hyper Scape bisa meraih jumlah viewer yang cukup banyak sejak secara perdana disiarkan di Twitch, Hyper Scape masih sangat mungkin mengundang lebih banyak antusiasme dari komunitas gamers. Masih terlalu cepat jika angka-angka viewership yang cukup besar bisa meramalkan nasib sebuah game terlebih prospeknya sebagai esports.
Setelah sempat mendapatkan sedikit leak dan preview, kini gameHyper Scape besutan Ubisoft sudah memasuki tahapan open beta. Sekalipun Hyper Scape akan mengedepankan fitur cross-play, sampai berita ini diturunkan open beta baru tersedia bagia platform PC dan hanya bisa diakses melalui Uplay.
Secara gamblang Hyper Scape menyajikan pertempuran battle royale bertempo cepat. Dalam sebuah lanskap kota futuristik, Neo Arcadia, 100 player akan melancarkan aksi baku tembak demi menjadi yang terakhir berdiri di akhir pertempuran.
Ubisoft melalui Hyper Scape menyuguhkan gameplay yang mirip dengan game dengan genre sejenis, hanya saja di penghujung permainan Hyper Scape mengubah mekaniknya. Akan ada dua cara untuk menutup sebuah pertempuran yaitu, memegang mahkota yang muncul menjelang kahir permainan dan menyempitnya zona selama 45 detik tanpa jeda atau menghabisi seluruh musuh yang masih tersisa.
Lebih jauh lagi, Hyper Scape menawarkan pengalaman yang sama sekali baru terkait senjata dan ability selama jalannya pertempuran. Setiap player akan memiliki kemampuan untuk menggunakan hacks untuk melindungi diri, melacak musuh, ataupun melancarkan serangan dengan cara yang tidak dapat diduga.
Di dalam pertempuran, player hanya memiliki dua slot senjata yang dikembangkan seiring berjalannya pertempuran. Menggunakan hacksplayer dimungkinkan untuk melakukan upgrade yang bisa menambah kapasitas magazine ataupun damage dan utility lainnya.
Ada beberapa senjata yang menarik untuk dibahas dari game Hyper Scape. Dimulai dari senjata hand gun, Riot One akan menjadi pistol yang sangat beguna di fase early game. Playstyle yang agresif akan menjadi sangat efektif jika dilengkapi dengan Riot One. Berikutnya ada Hexfire yang terasa seperti gatling gun di dunia nyata. Firing power dan kapasitas magazine yang besar akan sangat menguntungkan pada skenario close quarter combat.
Terakhir, ada Protocol V, yang memberikan ketajaman dalam menjangkau musuh di jarak menengah sampai jauh. Berbeda dari sniper riffle yang biasanya tidak bisa melakukan aksi rapid fire, Protocol V bisa digunakan untuk memberondong musuh dari jauh.
Beberapa hal yang bisa membedakan Hyper Scape dari game dengan genre yang sama adalah fitur stream dan sistem revive selama permainanan berlangsung. Rencananya Hyper Scape akan terhubung dengan platform layanan streaming Twitch. Viewer secara real time dapat melakukan aksi yang bisa berdampak langsung pada jalannya permainan yang disiarkan secara langsung oleh streamer.
Sedangkan, ketika player terbunuh selama pertempuran berlangsung, itu bukanlah akhir dari dunia dan pertempuran. Player yang terbunuh bisa sebagai specter yang bergentayangan sambil melacak lokasi musuh dan bisa di-revive kembali oleh teman satu tim jika menemukan port untuk revive yang tersebar di map secara acak atau mengaktifkan proses revive dari sisa tubuh player lain yang terbunuh.
Melalui livestream berdurasi sekitar 1,5 jam, Ubisoft resmi menyingkap sederet game yang telah disiapkan oleh sejumlah studio internalnya. Sebagian besar di antaranya sudah diantisipasi sejak lama, dan Ubisoft tentu tidak lupa untuk mengungkap lebih detail mengenai masing-masing game.
Di artikel ini, saya ingin membahas setidaknya 5 pengumuman paling menarik dari Ubisoft Forward, dan saya ingin memulainya dengan kejutan terbesar yang Ubisoft hadirkan, yaitu Far Cry 6.
Far Cry 6
Sebagai game keenam dari seri utama Far Cry, sudah semestinya Far Cry 6 menghadirkan pengalaman bermain di dunia open-world yang sangat memuaskan. Setting yang diambil kali ini adalah Yara, sebuah negara di Kepulauan Karibia yang sedang dilanda konflik bersenjata antara rakyat dan pemerintahannya.
Mengikuti tradisi franchise Far Cry selama ini, tentu saja yang ditampilkan di cover-nya adalah sosok antagonis utama dalam game. Sosok tersebut adalah Anton Castillo (diperankan oleh aktor tenar Giancarlo Esposito), presiden tangan besi yang memerintah Yara dengan motif balas dendam – 50 tahun sebelumnya, ayahnya yang juga menjabat sebagai presiden dieksekusi secara keji.
Pemain bakal bermain sebagai Dani Rojas (karakternya bisa dipilih antara laki-laki atau perempuan) yang, bersama kelompok pemberontak setempat, sedang berjuang untuk meruntuhkan rezim brutal Anton.
Far Cry 6 sejauh ini belum punya trailer gameplay, akan tetapi jadwal rilisnya sudah ditentukan: 18 Februari 2021. Ubisoft sejauh ini memang baru menyertakan sejumlah screenshot, tapi setidaknya sudah ada dua poin yang sangat menarik yang bisa kita angkat dari pengumuman singkat ini.
Yang pertama, Yara yang terinspirasi banyak oleh Kuba ini merupakan kawasan urban berskala besar pertama di sepanjang sejarah Far Cry. Pada game–game sebelumnya, belum pernah ada setting kota yang super-sibuk seperti di Far Cry 6 ini. Selain suasana baru, hal ini tentu juga bakal berpengaruh pada gameplay; kalau biasanya pemain Far Cry sering bersembunyi di balik semak-semak, di Far Cry 6 mungkin mereka bakal menghabiskan lebih banyak waktu di gang-gang kecil atau di atap-atap gedung.
Poin yang kedua adalah seputar karakter antagonisnya. Anton Castillo di sini tidak sendirian, sebab Far Cry 6 sepertinya juga bakal banyak mengisahkan tentang anaknya, Diego, yang dalam trailer-nya sedang diuji secara ekstrem oleh si bapak. Di jagat internet sudah banyak bertebaran teori yang menyimpulkan bahwa Diego merupakan Vaas Montenegro sewaktu masih muda.
Buat penggemar sejati seri Far Cry, Anda semestinya ingat siapa itu Vaas. Buat saya pribadi, psikopat yang muncul di Far Cry 3 itu adalah tokoh antagonis terbaik dari semua Far Cry. Gagasan bahwa Diego merupakan versi muda Vaas datang dari bekas luka pada alis kanannya yang sama persis. Andai benar Diego merupakan Vaas versi muda, bisa diartikan juga bahwa Far Cry 6 merupakan prekuel dari Far Cry 3.
Tentu bakal sangat menarik melihat bagaimana seorang bocah polos seperti Diego bisa berubah menjadi karakter sekejam dan segila Vaas. Namun perlu diingat bahwa semua ini baru sebatas spekulasi, dan sejauh ini belum ada konfirmasi sama sekali dari Ubisoft.
Assassin’s Creed Valhalla
Sejak diumumkan pertama kali dua bulan lalu, Assassin’s Creed Valhalla akhirnya mendapat trailer gameplay yang sangat lengkap, plus jadwal rilis resmi: 17 November 2020. Kita sudah tahu setting-nya, karakternya, dan plotnya secara umum, dan akhirnya kita sekarang juga bisa melihat seberapa jauh formula RPG yang Ubisoft matangkan dibanding dua game sebelumnya, Assassin’s Creed Origins dan Odyssey.
Combat terkesan semakin mengasyikkan di Valhalla, dan Ubisoft rupanya tidak bohong soal kemampuan Eivor mengayunkan dua senjata yang sama sekaligus (dual-wield), termasuk halnya tameng. Bisa Anda bayangkan betapa konyolnya bertarung sembari menyeruduk menggunakan tameng seperti seekor banteng.
AI dalam Valhalla juga terkesan makin kreatif. Dalam trailer-nya, tampak musuh yang menjadikan mayat temannya sebagai senjata, melemparkannya ke arah Eivor dan memberikan efek stun kepada sang lakon. Beruntung Ubisoft tidak lupa sepenuhnya akan aspek stealth – toh judul game-nya masih ada kata “Assassin’s” – dan dalam beberapa misi, gaya bermain sembunyi-sembunyi dan mengendap-endap ini bakal jauh lebih efektif.
Ubisoft belum membahas lebih jauh mengenai sistem Settlement pada Valhalla, akan tetapi dipastikan Eivor bisa menyerbu markas musuh bersama sejumlah pasukan yang direkrutnya. Ini merupakan kemajuan jika dibanding Odyssey, yang sejatinya cuma memperbolehkan pemain merekrut pasukan untuk pertempuran di atas kapal, bukan di darat.
Random encounter, alias misi sampingan yang didapat dari NPC yang ditemui secara tidak disengaja selagi pemain bereksplorasi, disebut bakal menjadi elemen penting dalam Valhalla. Saya pribadi berharap misi-misi sampingan semacam ini bisa diperbanyak serta ditingkatkan variasinya ketimbang yang ada di Odyssey, yang menurut saya terlampau repetitif dan mudah sekali membuat pemain bosan.
Secara kuantitas, seri Assassin’s Creed boleh dibilang tidak pernah kekurangan konten. Assassin’s Creed Odyssey misalnya; saking besarnya konten dalam game tersebut, pemain bisa saja belum mencatatkan progres sejauh 50% meski sudah memainkannya selama 100 jam. Namun meski kontennya sangat melimpah, variasinya tergolong sangat minim dan berhasil membuat saya bosan dalam waktu sekitar 40 jam saja, meski sebelumnya saya menghabiskan ratusan jam pada Origins.
Di sisi lain, The Witcher 3 beserta kedua expansion pack-nya beberapa tahun lalu membuktikan bahwa konten yang melimpah tidak selamanya harus membosankan, dan saya berharap Ubisoft bisa menerapkan formula tersebut pada Valhalla.
Buat yang ingin mendalami lebih jauh lagi soal gameplay Assassin’s Creed Valhalla, Ubisoft sudah menyiapkan video walkthrough sepanjang 30 menit.
Watch Dogs: Legion
Sempat ditunda perilisannya, Watch Dogs: Legion akhirnya siap menyapa pemain pada tanggal 29 Oktober 2020 mendatang. Game ketiga dari seri Watch Dogs ini masih menerapkan formula open-world yang serupa seperti sebelumnya, akan tetapi ada satu perbedaan besar seperti yang tertera pada judulnya (Legion): pemain bisa merekrut hampir semua karakter yang ada dalam game, membentuk kru pemberontak yang terdiri dari 40 orang.
Karakter yang bisa direkrut itu sungguh bermacam-macam, mulai dari seorang petugas keamanan, suporter bola, pekerja kontraktor, petugas medis, sampai seorang nenek-nenek jago bela diri. Dan berhubung karakter-karakternya bervariasi, cara menyelesaikan misi di Legion pun sangat beraneka ragam tergantung kreativitas masing-masing pemain.
Saat memilih memakai karakter pekerja kontraktor misalnya, pemain bisa mengambil cara frontal dalam menyelesaikan suatu misi, dibantu oleh persenjataan unik macam nail gun. Sebaliknya, kalau memilih karakter petugas keamanan, pemain bisa menembus markas musuh secara lebih mudah karena karakternya memang orang dalam yang mempunyai akses masuk gedung.
Setelah dua game sebelumnya mengambil setting di Amerika Serikat, Watch Dogs: Legion memakai London sebagai lokasinya. Tentu saja deretan peralatan canggih masih menjadi pusat perhatian di sini, demikian pula teknik-teknik hacking yang amat kreatif.
Kabar baik bagi yang hendak memainkan Watch Dogs: Legion di PS4 atau Xbox One, Anda tak perlu membelinya ulang saat ingin memainkannya di PS5 atau Xbox Series X nanti.
Hyper Scape
Belum lama setelah diumumkan, Hyper Scape langsung menjalani fase open-beta. Shooter multiplayer bertema sci-fi ini sudah bisa kita mainkan sekarang juga di platform PC, mengusik genre battle royale yang sejauh ini didominasi oleh judul-judul seperti PUBG, Fortnite, Apex Legends, maupun Call of Duty: Warzone.
Sepintas, tempo permainan yang cepat dan sejumlah animasi dalam Hyper Scape terkesan mirip seperti Apex Legends, akan tetapi Ubisoft telah memodifikasi formula battle royale-nya supaya sedikit berbeda dari game lain di genre ini. Dari kacamata sederhana, Hyper Scape terkesan lebih ramah terhadap pemain baru.
Salah satu buktinya adalah absennya consumable item macam health pack. Sebagai gantinya, health bar karakter bisa terisi sendiri secara otomatis ketika pemain tidak terkena tembakan selama beberapa saat. Saat karakter mati pun, kita masih tetap bisa lanjut bermain sebagai ‘hantu’, dan hantu-hantu ini bisa dihidupkan kembali oleh rekan setim yang masih hidup.
Tidak ada kendaraan dalam Hyper Scape, dan tiap pemain hanya bisa membawa dua senjata plus dua skill yang Ubisoft sebut dengan istilah “Hack”. Baik senjata maupun Hack ini bisa di-upgrade dengan cara mengambil senjata dan Hack yang sama yang tersebar. Terdengar merepotkan? Well, setidaknya ini berarti di awal permainan Anda tidak akan bisa langsung mati seketika terkena tembakan sniper rifle, sebab senjatanya harus di-upgrade terlebih dulu supaya bidikan ke kepala bisa instant kill.
Singkat cerita, Hyper Scape menawarkan sesuatu yang agak berbeda dari permainan battle royale pada umumnya, dan ini bisa menjadi alasan kuat bagi kita untuk mencoba game free-to-play tersebut. Dalam satu match di Hyper Scape, total bisa ada 99 pemain yang tergabung dalam 33 tim yang berbeda.
Secara lore, Hyper Scape langsung mengingatkan saya pada film Ready Player One. Hyper Scape adalah ekuivalen OASIS di film tersebut, demikian pula perusahaan yang merancangnya, yakni Prism Dimensions, yang merupakan ekuivalen dari Gregarious Games di Ready Player One. Lebih jelasnya bisa Anda tonton sendiri di trailer sinematiknya.
Brawlhalla Mobile dan Tom Clancy’s Elite Squad
Beralih ke platform mobile, Ubisoft sudah mempersiapkan dua persembahan baru. Yang pertama adalah Brawlhalla, game fighting free-to-play Ubisoft yang sebelumnya sudah ada di PC, Xbox One, PS4, dan Nintendo Switch.
Tepat 6 Agustus nanti, Brawlhalla bakal tersedia di Android sekaligus iOS, dan yang paling penting sekaligus menarik adalah, fitur cross-play antar platform tetap berlaku di sini. Ini berarti pemain Brawlhalla di smartphone bisa berjumpa dan bertarung melawan pemain lain yang online di PC atau console.
Masalah adil atau tidak – satu pemain menggunakan controller, satu menggunakan touchscreen – semuanya tentu tergantung kemampuan masing-masing pemain. Toh di mobile kita juga tetap bisa memakai controller, dan berhubung grafiknya 2D, semestinya tidak ada perbedaan performa antara versi mobile dan console-nya.
Game yang kedua dan yang sepenuhnya baru adalah Tom Clancy’s Elite Squad, yang dideskripsikan sebagai tactical RPG free-to-play dengan total 70 karakter dari portofolio game hasil adaptasi novel Tom Clancy selama ini, termasuk tentu saja Sam Fisher dari franchise Splinter Cell maupun El Sueno dari Ghost Recon Wildlands.
Multiplayer tampaknya juga bakal menjadi bagian penting dari game ini, sebab Ubisoft juga menjanjikan fitur PvP 5 lawan 5. Tom Clancy’s Elite Squad dijadwalkan meluncur ke Android dan iOS secara cuma-cuma pada tanggal 27 Agustus mendatang.
Fenomena populernya genre gamebattle royale beberapa tahun terakhir ini seolah menjadi bisnis yang menjanjikan. Dalam rentang beberapa waktu terakhir bermunculan deretan game yang terbilang sukses di pasaran seperti Apex Legends, PUBG, Forntnite, dan masih banyak lainnya. Tidak hanya menumbuhkan komunitas gamers yang baru, tetapi game-game tersebut secara bertahap memberi pengaruh dan turut membentuk skena esports secara global.
Lebih jauh mengenai Ubisoft, tampaknya mereka tengah mencoba peruntungan yang baru. Ubisoft diketahui hampir selesai menggarap game berjudul Hyper Scape yang juga mengusung genre battle royale. Menurut sejumlah info yang beredar, nantinya akan ada sesi beta test yang dibuka di awal dan pertengahan bulan Juli 2020 mendatang.
Sources: today Ubisoft will tease a new game code-named "Prisma Dimensions", which is actually a new AAA multiplayer fast-paced FPS Battle Royale from Ubisoft Montreal (R6, AC) named Hyper Scape pic.twitter.com/2hza3P7rz1
Sebelumnya Ubisoft sudah pernah merilis Rainbow Six Siege. Ubisoft dapat dikatakan masih baru dalam urusan skena esports (link). Game yang dirilis lebih dari 4 tahun yang lalu, cukup laku di pasaran. Hal itu membuat Ubisoft perlahan membidik potensi pasar esports di masa depan melalui gamenya. Skena kompetitif Rainbow Six Siege di dunia terbilang cukup solid dan aktif. Game yang dikemas dengan tema strategi yang fast paced, bisa memberi warna baru dari genre FPS yang sudah lebih lama ada.
Adapun tema counter terrorism operation atau militer sangat melekat dengan game-game besutan Ubisoft. Memperkenalkan ide yang baru, game Hyper Scape nanti akan berbalutkan setting yang futuristik. Berdasarkan concept art yang beredar, Hyper Scape menunjukkan bentangan lanskap perkotaan bermandikan cahaya lampu neon berwarna-warni.
Untuk melakukan pendaftaran beta test Anda dapat beralih ke laman Prisma Dimensions. Sampai saat ini masih diperlukan kesabaran tingkat tinggi untuk mendapatkan konfirmasi pendaftaran beta test dan pembagian test key. Sekalipun belum ada informasi pasti kapan beta test dan peluncuran akan dilakukan, beberapa streamer sudah membuat konten dan mengantisipasi kehadiran game Hyper Scape.
Dengan beberapa alasan yang bisa dibayangkan, mungkin saja Ubisoft memberikan perhatian lebih kepada hubungan game dan streamer. Streamer yang aktif akan menambahkan exposure dan secara langsung terlibat mebangun kedekatan dengan khalayak gamers yang lebih luas. Hyper Scape berpontensi untuk berkembang secara pesat dikarenakan termasuk free to play game.
Sebagai penutup, sejak lama Ubisoft terkenal sebagai studio game AAA, bersiaplah untuk disuguhkna tampilan grafis yang memukau. Pastikan juga Anda melakukan upgrade hardware untuk pengalaman bermain game yang maksimal. Di sisi lain ada juga kemungkinan Hyper Scape akan mempunyai fitur crossplay.