Tag Archives: ibm indonesia

Megawaty Khie resmi menjabat sebagai Presiden DIrektur IBM Indonesia yang baru

IBM Indonesia Tunjuk Megawaty Khie Sebagai Presiden Direktur

IBM Indonesia resmi memiliki Presiden Direktur baru setelah mengangkat Megawaty Khie menggantikan Gunawan Susanto yang memutuskan meneruskan kariernya di luar IBM. Pengangkatan ini mulai efektif per tanggal 1 Agustus 2018.

Sebagai Presiden Direktur IBM Indonesia yang baru, Megawaty akan bertanggung jawab dalam memberikan arahan untuk pertumbuhan IBM di Indonesia sekaligus memastikan ekosistem bisnis yang dijalankan bisa mendapatkan kesuksesan di tengah era ekonomi digital yang sedang berkembang.

Megawaty sendiri telah memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun di industri TI dan  telekomunikasi di Asia Pasifik, termasuk Microsoft, Dell, dan HP. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Vice President Success Factors SAP Asia Tenggara.

Megawaty Khie
Megawaty Khie

“Saya merasa bangga bisa menjadi bagian dari perusahaan teknologi terdepan di dunia. Bersama tim IBM Indonesia, kami akan memperkuat komitmen kami atas kesukesan konsumen dengan terus menerus berinovasi dalam solusi analytic, blockchain, cognitive dan cloud platform,” terang Megawaty.

Ia juga menegaskan bahwa dirinya ingin lebih banyak terlibat dalam percepatan penerapan produk-produk berbasis teknologi bagi pelanggan IBM Indonesia.

“IBM telah berinvestasi dalam mengembangkan berbagai macam solusi teknologi, saya ingin terlibat dalam mempercepat penerapan produk-produk tersebut bagi pelanggan kami di Indonesia dan mendorong pertumbuhan yang konsisten, berkelanjutan dan menguntungkan tidak hanya untuk perusahaan tetapi juga untuk bangsa Indonesia,” tegas Megawaty.

Cryptocurrency dan berbagai faktor-faktor yang terkait di dalamnya / Pixabay

Mengenal Cryptocurrency dan Mekanisme Transaksinya

Istilah cryptocurrency makin diperbincangkan pasca meningkatnya berbagai jenis uang virtual seperti Bitcoin mulai banyak diminati sebagai investasi karena nilainya yang terus meningkat secara fluktuatif. Artikel ini akan mengulas tentang konsep dasar cryptocurrency, bagaimana sistem di dalamnya bekerja, fakta-fakta berkaitan dengan sistem tersebut, dan apa yang coba ditawarkan sebagai sebuah disrupsi dalam tatanan bisnis finansial.

Pengertian cryptocurrency

Secara etimologis, cryptocurrency tersusun dari dua kata, yakni crypto yang merujuk pada cryptography atau bahasa persandian dalam dunia komputer dan currency yang merujuk pada nilai mata uang. Dapat ditarik definisi bahwa cryptocurrency adalah sebuah mekanisme mata uang digital yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara virtual (melalui jaringan internet) yang dilindungi sebuah persandian komputer yang rumit.

Lantas apa yang membedakan dengan mata uang yang saat ini umum digunakan, seperti mata uang Rupiah, yang juga sudah banyak digunakan untuk transaksi secara digital? Cryptocurrency memiliki sifat terdesentralisasi, sedangkan model transaksi yang selama ini sering digunakan dalam masyarakat sifatnya tersentralisasi.

Berikut penjelasan tentang perbedaan dua sifat tersebut dalam sebuah studi kasus.

Sifat tersentralisasi dicontohkan pada model transaksi yang selama ini sering digunakan oleh masyarakat. Misalnya dalam kasus ini dicontohkan orang tua yang ingin mengirimkan uang kepada anaknya di perantauan, maka yang ia lakukan ialah menggunakan layanan perbankan (ATM, Mobile Banking, atau datang langsung ke bank terkait) lalu mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening anaknya tersebut. Transaksi tersebut pada dasarnya dilakukan melalui perantara bank dan layanan yang dipercaya.

Jadi prosesnya uang yang ditransfer sebenarnya masuk ke bank terlebih dulu, lalu diteruskan ke penerima. Prosesnya real time sehingga perpindahan tersebut tidak terasa. Namun yang cukup dirasakan justru karena prosesnya melalui perantara, maka ada imbalan yang harus dibayarkan, yakni berupa biaya administrasi, baik yang dikeluarkan saat itu juga (jika mengirimkan ke rekening bank yang berbeda) atau dalam biaya administrasi yang dikenakan setiap bulan.

Ilustrasi proses transaksi keuangan yang tersentralisasi
Ilustrasi proses transaksi keuangan yang tersentralisasi

Sedangkan sifat terdesentralisasi artinya tidak ada yang menjadi penengah atau pihak khusus yang menjadi perantara. Transaksi dilakukan secara peer-to-peer dari pengirim ke penerima. Seluruh transaksi dicatat dalam komputer yang berada di jaringan tersebut, di seluruh dunia, atau disebut dengan miner (penambang yang ikut membantu mengamankan dan mencatat transaksi di jaringan). Miner sendiri akan mendapatkan komisi dengan uang virtual yang digunakan, namun tidak semua orang bisa menjadi miner, karena dibutuhkan keahlian khusus dengan pemrosesan komputasi yang rumit untuk memecahkan kriptografi yang digunakan. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa para penambang cryptocurrency umumnya menggunakan komputer berspesifikasi tinggi dan khusus.

Ilustrasi proses transaksi keuangan yang terdesentralisasi
Ilustrasi proses transaksi keuangan yang terdesentralisasi

Sifat desentralisasi ini yang menjadi DNA sistem Blockchain. Pada dasarnya Blockchain menjadi platform yang memungkinkan mata uang digital cryptocurrency dapat digunakan untuk bertransaksi.

Pengertian Blockchain

Blockchain adalah sistem pencatatan atau basis data yang tersebar luas di internet, sering disebut juga sebagai distributed ledger. Setiap transaksi yang dicatat juga dapat dilihat oleh seluruh pengguna internet. Jadi Blockhain juga bisa didefinisikan sebagai sebuah buku besar yang bisa diakses oleh siapa saja, termasuk orang yang tidak melakukan transaksi. Blockchain juga memiliki beberapa ciri khas dalam melakukan transaksi dan pencatatan, yakni sebagai berikut:

  1. Memiliki perhitungan yang lebih logis

Pada dasarnya Blockhain adalah sesuatu yang dapat dihitung secara matematis, karena blok-blok yang ada di dalamnya berbentuk kode yang dapat diterjemahkan dan diverifikasi developer. Algoritma di dalamnya membuat nilainya bisa lebih terukur, berbeda dengan mata uang yang sehari-hari digunakan saat ini. Misalnya USD, nilainya biasanya dikontrol oleh Bank Sentral di Amerika Serikat. Mereka bebas untuk mencetak seberapa banyak yang dalam masa tertentu, termasuk implikasi suku bunga.

Berbeda dengan cryptocurrency, karena berbasis perhitungan matematis yang terstruktur, bahkan jumlah sebaran mata uangnya pun dapat diprediksikan. Sehingga semua orang bisa tahu, tiga tahun lagi akan ada berapa banyak uang digital yang ada di dunia. Bahkan nilai inflasinya pun dapat dikalkulasi dengan baik. Salah satu gambaran pertumbuhannya dapat diakses dalam grafik berikut: https://bashco.github.io/Bitcoin_Monetary_Inflation.

Proyeksi jumlah dan inflasi Bitcoin
Proyeksi jumlah dan inflasi Bitcoin
  1. Memiliki keamanan yang mumpuni

Manfaat sifat terdesentralisasi Blockchain adalah tidak ada data yang dipusatkan di satu tempat. Semua tersebar ke server para miner, alias para penambang yang ikut membantu mengamankan jaringan Blockchain. Untuk menjadi miner pun mereka harus secara akurat memecahkan algoritma perhitungan yang ada, sehingga tercipta blok baru (dengan komisi berupa nominal uang digital). Karena informasinya tersebar, jika ada hacker yang mencoba membobol sistem pun mereka harus bisa minimal mengontrol 50% dari komputer miner yang ada di jaringan.

Cryptocurrency yang ada saat ini

Ada beberapa jenis cryptocurrency yang saat ini sudah banyak digunakan, misalnya Bitcoin, Ethereum, Litecoin, Monero, atau Ripple. Bitcoin menjadi uang digital yang pertama kali diluncurkan, dan saat ini menjadi yang paling bernilai. Salah satu keunikannya, Bitcoin ini hanya diciptakan sampai 21 juta koin saja (diprediksikan baru akan habis ditambang pada tahun 2140 mendatang), ini merupakan protokol yang tidak dapat diganggu gugat karena sudah menjadi kesepakatan sejak awal.

Adanya batas sebaran yang sudah pasti, membuat Bitcoin tidak bisa dipalsukan ataupun mengalami inflasi. Bitcoin turut menjadi awal baru dari transformasi finansial. Dengan Bitcoin memungkinkan orang untuk melakukan transaksi secara global dengan perangkat komputasi, tanpa perlu adanya perantara seperti bank atau layanan lainnya.

Yang saat ini tak kalah populer adalah Ethereum, yang diciptakan Vitalik Buterin pada tahun 2015. Konsepnya hampir sama dengan Bitcoin, karena sama-sama dibangun pada jaringan Blockchain. Di sini para miner bekerja untuk mendapatkan Ether, mata uang cryptocurrency yang membantu menjalankan jaringan Ethereum.

Untuk konsep transaksi yang terdesentralisasi, Ethereum dapat memanfaatkan Decentralized Autonomous Organization, sebuah badan kepengurusan transaksi yang dijalankan sepenuhnya oleh kode pemrograman dan smart contract yang tidak ada pusat otoritas dan kontrol. Tidak ada pihak ketiga yang bisa mengubah data yang telah tersimpan ke dalam jaringan Blockchain.

Selain dua jenis koin di atas, masih sangat banyak koin alternatif dengan karakteristiknya masing-masing. Menurut Coinmarketcap.com, saat ini sudah lebih 1560 jenis mata uang digital berbasis cryptocurrency yang tersebar di seluruh dunia.

Yang mempengaruhi nilai cryptocurrency

Mata uang cryptocurrency fluktuasi nilainya didasarkan pada beberapa kondisi, salah satunya karena ketersediaan/kelangkaan. Namun kadang nilainya juga meningkat atau turun karena kepercayaan dan penggunaan di kalangan komunitas penggunanya. Secara umum naik turunnya nilai cryptocurrency dipengaruhi oleh mekanisme pasar.

Fluktuasi niai tukar Bitcoin satu tahun terakhir
Fluktuasi niai tukar Bitcoin satu tahun terakhir

Sayangnya pasar cryptocurrency memiliki volatilitas atau tingkat perubahan yang cukup tinggi, sehingga sangat fluktuatif. Jika banyak orang menginginkan mata uang tersebut dan nilainya tidak terlalu banyak, maka nilainya juga akan meningkat. Faktor lain kadang turut mempengaruhi. Serangan WannaCry beberapa waktu lalu secara tidak langsung turut meningkatkan gejolak nilai, karena memaksa pengguna untuk melakukan pembayaran melalui cryptocurrency.

Mekanisme transaksi

Konsep dasarnya dalam setiap transaksi cryptocurrency, seluruh jaringan akan mencatat histori yang berjalan, termasuk besaran transaksi dan saldo yang dimiliki. Misalnya seseorang telah berhasil melakukan transaksi dan dikonfirmasi oleh penerima, maka seluruh jaringan yang terhubung ke Blockchain tersebut akan langsung mengetahui informasi yang berisi penjelasan bahwa telah terjadi transaksi sejumlah tertentu dan telah ditandatangani secara digital dengan memberikan private key ke dalam sistem.

Konfirmasi penerima menjadi hal yang sangat krusial dari sebuah transaksi cryptocurrency. Transaksi yang terkonfirmasi tersebut disimpan ke dalam wadah yang disebut Blocks. Catatan transaksi sifatnya permanen, tidak dapat diubah, dibajak, atau dipalsukan dan menjadi bagian dalam sebuah rantai blok atau Blockchain. Sifat permanen tersebut yang membuat cryptocurrency transaksinya immutable alias tidak bisa dibatalkan saat sudah dikirim.

Cryptocurrency di Indonesia

Bank Indonesia secara eksplisit sudah menyatakan larangan terhadap cryptocurrency untuk kegiatan transaksi atau tidak diakui menjadi alat pembayaran yang sah. Pernyataan tersebut didasarkan pada undang-undang yang menyatakan bahwa alat pembayaran yang diterima di Indonesia hanya menggunakan Rupiah. Yang perlu digarisbawahi adalah uang virtual cryptocurrency tidak dianggap ilegal, hanya transaksinya yang tidak diperbolehkan.

Sejauh ini kebanyakan orang di Indonesia masih memanfaatkan cryptocurrency untuk sekedar dimiliki (investasi), karena untuk transaksinya pun masih cukup terbatas. Tidak banyak merchant yang menerima pembayaran dengan cryptocurrency.

Pelarangan tersebut salah satunya didasari kekhawatiran akan potensi kejahatan cryptocurrency. Internet Development Institute (ID Institute) mengungkapkan setidaknya ada tiga hal yang mungkin terjadi, yakni private key, ransomware, dan ancaman fisik ke pemilik dompet. ID Institute mencontohkan, aspek kerentanan pada sistem Blockchain yang digunakan  Bitcoin ada potensi penyisipan malware yang sangat besar. Miner butuh sumber daya besar untuk mengelola block, aspek tersebut berisiko penyebaran ransomware ke komputer yang ada di bawah kendalinya.

Pandangan berbeda disampaikan Country Blockchain Leader IBM Indonesia Juliandri Jenie. Dalam sebuah sesi #SelasaStartup ia mengatakan bahwa sifat ledger dalam Blockchain itu dapat dilihat ke orang lain namun pada saat yang sama tetap aman karena tidak bisa diubah oleh sembarang orang. Ini menjadi keuntungan, karena bisa membuat integrasi bisnis antar perusahaan jadi lebih efisien. Semua orang bisa saling percaya karena seluruh data dapat terekam dengan baik, dapat dilihat oleh orang lain meski perlu ada akses khusus terlebih dulu.

Saat ini beberapa perbankan dan instansi besar di Indonesia mulai mengeksplorasi potensi Blockchain sebagai platform yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas, meskipun tidak mengikutsertakan cryptocurrency di dalamnya.

Country Blockchain Leader IBM Indonesia Juliandri Jenie / DailySocial

Menelusuri Lebih Dalam Blockchain untuk Bisnis

Blockchain adalah teknologi termutakhir yang menyita banyak perhatian bagi seluruh orang sejak beberapa waktu belakangan. Pasalnya, Blockchain seringkali disalahartikan atau dianggap sama dengan uang virtual Bitcoin. Padahal sejatinya Bitcoin adalah salah satu implementasi teknologi Blockchain.

#SelasaStartup edisi pekan ketiga Februari 2018 menghadirkan Country Blockchain Leader IBM Indonesia Juliandri Jenie. Juliandri menceritakan seputar teknologi termutakhir tersebut dan bagaimana memanfaatkannya untuk keperluan bisnis. Berikut ini rangkumannya:

Apa itu Blockchain?

Secara singkat, Juliandri menganalogikan Blockchain lewat penjualan mobil BMW. Mereka memiliki 10 distributor dengan masing-masing di antaranya punya 20 reseller. Berarti, bila ditotal BMW memiliki 200 ledger (buku besar).

Ketika BMW ingin merekap data penjualan sepanjang tahun,  mereka ternyata hanya memiliki 199 ledger. Bagaimana cara mencari data yang hilang tersebut? Tentunya hal itu akan menyusahkan tim karena harus merombak ulang ledger untuk dicari kesalahannya.

“Cari data yang hilang itu ‘mahal’, baik dari segi effort, SDM, dan lainnya. Kalau itu bisa selesai dalam seminggu bisa bagus, tapi bagaimana bila data yang hilang lebih banyak dari itu?,” kata Juliandri.

Contoh ini, sambungnya, memperlihatkan bahwa manusia itu mudah sekali berbuat salah lantaran tidak bisa mengontrol sistem ledger masing-masing. Akan tetapi, apabila menggunakan Blockchain, hal tersebut bisa dihindari.

Blockchain itu pada dasarnya memiliki tiga unsur elemen di dalamnya, yakni jaringan, aset yang tersambung dalam jaringan tersebut, dan ledger untuk merekam seluruh pencatatan yang terjadi.

Dalam praktek bisnis yang nyata, Juliandri mencontohkan pada aksi lewat aksi korporasi yang dilakukan Spotify mengakuisisi startup yang bergerak di bidang Blockchain, Mediachain Labs pada April 2017. Pada waktu itu, Juliandri belum memahami apa korelasinya antara Blockchain dengan musik digital.

Setelah ia ditelusuri, Spotify ingin membayar sebagian pendapatannya untuk pencipta musik secara adil. Untuk melakukan itu perlu teknologi yang bisa melacak siapa pencipta lagunya, judul lagu yang sudah diciptakan, dan sebagainya.

Kalau tidak ada teknologi, semangat awal Spotify tersebut tidak akan terealisasi. Oleh karena itu harus dibuat sistem Blockchain agar mereka bisa melacak dan meyakinkan bahwa suatu lagu itu dibuat oleh orang yang tepat.

Keuntungan dan kekurangan untuk bisnis

Sifat ledger dalam blockchain itu dapat dilihat ke orang lain namun pada saat yang sama tetap aman karena tidak bisa diubah oleh sembarang orang. Inilah yang membuat Blockchain jadi dualisme.

Fakta ini sekaligus jadi keuntungan karena bisa membuat integrasi bisnis antar perusahaan jadi lebih efisien. Semua orang bisa saling percaya karena seluruh data dapat terekam dengan baik, dapat dilihat oleh orang lain meski perlu ada akses khusus terlebih dahulu.

Bila data bisa diganti pun akan selalu ada rekam jejaknya karena konsep rantai itu sendiri yang tidak bisa diganti, hanya bisa terus ditambah.

Kelebihan Blockchain lainnya, tambahnya, karena shared ledger membuat Blockchain tergolong sebagai distributed peer-to-peer system. Sistem ini mengandalkan konsensus di antara banyak orang-orang dalam jaringan untuk membuat perubahan dalam rantai, lantaran tidak ada server pusat yang memutuskan apakah transaksi bisa diterima atau tidak. Hal ini diyakini dapat menyelesaikan isu mengenai integritas data, integritas sistem, dan keamanan.

Meski keuntungannya besar, apakah Blockchain punya kekurangan? Ternyata ada. Menurut Juliandri, kekurangan Blockchain adalah durasi transaksi bakal melambat. Semakin banyak data yang dimasukkan, proses pembaruan ledger akan semakin lambat.

“Karena kita mesti lakukan proses validasi, mulai dari typography puzzle, proof of work, dan sebagainya. Ini akan buat update ledger jadi semakin lambat. Apalagi karena naturalnya distributed p2p system, harus dijaga terus satu-satu karena harus benar dan semua orang menerima data yang sama.”

Blockchain akan sangat terasa manfaatnya untuk perusahaan supply chain. Keuntungan yang bisa mereka rasakan adalah peningkatan visibilitas informasi logistik dan dokumentasi di seluruh rantai pemasok.

Keuntungan lainnya termasuk mengurangi biaya dan risiko melalui otomasi, pelacakan yang dapat diukur dan aman terhadap risiko fisik dan kejadian dalam rantai pasokan, serta memungkinkan terciptanya model bisnis baru.

Kendati pada dasarnya Blockchain dapat diterapkan untuk segala jenis industri, menurut Juliandri, harus dipastikan terlebih dahulu bagaimana kapasitas perusahaan itu sendiri, apakah benar-benar membutuhkan. Perhatikan pula apa implikasinya bagi bisnis.

Membuat Nyata Blockchain untuk Bisnis

Di era tahun 1990-an, dengan munculnya suatu teknologi World Wide Web dan eBusiness, kita diperkenalkan dengan beberapa kemudahan untuk berkomunikasi dan kemudahan untuk mendapatkan data baik secara internal di dalam satu perusahaan atau eksternal secara global.

Teknologi ini semakin maju, dari mulai berkomunikasi secara individual sampai dengan kolaborasi untuk membentuk suatu ekosistem dalam melaksanakan tugas-tugas bisnis serta kemudahan untuk melakukan integrasi antara satu sistem dengan sistem yang lain, baik internal ataupun eksternal dari satu perusahaan.

Dengan adanya teknologi yang begitu canggih, banyak kebiasaan, bisnis atau proses yang hilang dan digantikan dengan berbagai kemudahan dan kenyamanan bagi semua penggunanya. Sebagai contoh penggunaan email, fasilitas chat, dan social media telah menghilangkan kebutuhan kita untuk pergi ke kantor pos, mengurangi biaya (tidak perlu lagi membeli perangko) dan mengurangi pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kertas (mengurangi administasi dengan kertas). Semua proses ini dilaksanakan dalam waktu yang sangat cepat (hitungan detik). Sebelumnya proses itu memerlukan waktu dalam hitungan hari tergantung pada lokasi tujuan).

Dengan adanya fasilitas berkomunikasi yang lebih baik, hampir semua perusahaan berupaya untuk membentuk suatu model bisnis yang memudahkan pelanggan berinteraksi di dalam ekosistem atau bisnis network-nya untuk memperbaiki penjualan atau proses bisnis.

Di era teknologi e-business ini, integrasi antara masing-masng peserta bisnis di business network-nya masih secara point-to-point. Proses/interaksi antara satu member dengan member lainnya tidak diketahui oleh member lain dan masing-masing member menyimpan data-data transaksi/interaksinya di sistemnya masing-masing.

Proses demikian akan memakan waktu yang lama, tidak efisien, mahal, dan rentan terhadap penipuan untuk setiap tahap proses bisnisnya. Proses tersebut dapat dibantu oleh adanya Blockchain. Analis industri menganggap Blockchain sebagai revolusi teknologi untuk bisnis.

Apakah itu Blockchain dan manfaatnya?

Saat ini kalangan umum lebih banyak mengenal istilah Bitcoin dibanding Blockchain. Bitcoin mulai ditemukan di tahun 2008, merupakan suatu metode ‘cryptocurrency’, mata uang digital yang tidak diatur dan tidak membutuhkan izin dari bank sentral di seluruh dunia. Sistem Bitcoin dilaksanakan untuk melakukan transaksi cryptocurrency di antara para penggunanya secara langsung, tanpa melibatkan pihak penengah.

Bitcoin merupakan implementasi pertama dari teknologi Blockchain. Blockchain merupakan fondasi untuk membentuk suatu aplikasi yang akan membentuk kepercayaan dan transparansi. Para anggota menggunakan Bitcoin (sebagai digital currency) untuk melakukan pembayaran. Setelah transaksi Bitcoin terjadi, data-data transaksi akan dicatat sistem di dalam satu blok yang dilengkapi dengan satu hash data (yang sudah di-encrypt) yang menunjukkan informasi dari transaksi sebelumnya. Data-data transaksi yang tercatat tersebut saling berkaitan satu sama lainnya. Inilah yang merupakan konsep dari Blockchain.

Bitcoin adalah contoh paling dikenal untuk penggunaan Blockchain / Pixabay
Bitcoin adalah contoh paling dikenal untuk penggunaan Blockchain / Pixabay

Blockchain system adalah suatu sistem yang terbuka, yang memiliki shared ledger (mencatat semua transaksi/kegiatan permanen antara dua anggota atau lebih) yang direplikasi dan didistribusikan kepada masing-masing member dari jaringan bisnisnya.

Jaringan bisnis yang dibentuk bersifat tertutup (akses hanya diberikan untuk anggota yang bersangkutan), berizin (hanya anggota yang diberi izin yang bisa bergabung dengan jaringan bisnis), dan rahasia (dengan menggunakan teknologi cryptography, anggota hanya bisa mengakses/melihat data/proses yang diberikan saja).

Di dalam sistem blockchain ini, dibentuk consensus pada jaringan bisnisnya untuk menentukan kebenaran transaksi bersangkutan dan transaksi yang tercatat dianggap final dan tidak bisa diubah.

Pada tahun 2016, sebuah panel yang beranggotakan para pakar dari seluruh dunia berkumpul di World Economic Forum dan memilih teknologi terpenting yang belakangan ini menjadi paling tren. Blockchain terpilih menjadi salah satu tren teknologi dari Top Ten Emerging Technology, yang dianggap cukup disruptive dan bisa merubah cara bisnis di berbagai sektor.

Manfaat penggunaan Blockchain antara lain:
a. Waktu proses menjadi lebih cepat, karena masing-masing transaksi/proses akan dikerjakan mendekati otomatisasi dan dilengkapi dengan proses yang bisa dipercaya
b. Mengurangi biaya berlebihan dan perantara
c. Menghindari risiko kejahatan perusakan dan penipuan
d. Meningkatkan kepercayaan untuk bertransaksi dengan adanya neraca bersama dan concensus

Komponen utama Blockchain

Berikut ini adalah komponen utama sistem Blockchain:

1. Shared Ledger (neraca bersama)
Sistem Blockchain akan mencatat semua transaksi yang terjadi di dalam jaringan bisnisnya. Setiap transaksi yang terjadi akan dicatat dengan menambahkan suatu hash (encrypted data) dari transaksi yang sebelumnya. Transaksi akan didistribusi dan direplikasi ke anggota dari jaringan bisnisnya dan hanya anggota yang diberikan izin akses akan dapat melihat/akses transaksi yang bersangkutan.

2. Smart Contract
Smart Contract adalah suatu business logic yang dibuat menggunakan Programming Language untuk mendefinisikan proses-proses atau kontrak agar transaksi bisa berjalan sesuai dengan kebutuhan, baik dari segi proses bisnis, kondisi bisnis, audit atau yang lainnya.

Sebagai contoh, dalam pengiriman barang dari satu kota ke kota lain, bisa dipasang alat IoT (Internet of Things) untuk memantau temperatur paket yang dikirim. Bila temperatur paket tersebut di luar dari batas yang ditentukan, maka proses pengiriman barang akan dibatalkan dan pembayaran pun tidak akan dilaksanakan. Logika di atas bisa dibuat di dalam Smart Contract, yang akan dilaksanakan setiap kali transaksi pengiriman barang terjadi di dalam jaringan bisnis menggunakan sistem Blockchain.

3. Privacy (Kerahasiaan)
Transaksi-transaksi yang tercatat di Blockchain dibagikan kepada masing-masing anggota di dalam jaringan bisnisnya, tetapi dengan adanya sistem teknologi kriptografi, masing-masing transaksi dan anggota jaringan bisnis memiliki Privacy (kerahasiaan).

Tidak semua anggota jaringan bisnis bisa melihat semua tansaksi yang terjadi di dalam sistem Blockchain-nya. Cryptographic dan certification management akan mengontrol siapa yang bisa melihat apa dan data-data apa yang mereka bisa lihat.

4. Consensus/Trust (Kesepakatan)
Consensus adalah suatu mekanisme untuk melakukan validasi dan komitmen mengenai kebenaran dari transaksi yang terjadi.

Contoh kasus

Contoh kasus bisnis menggunakan solusi Blockchain dari IBM:

  1. Solusi perdagangan internasional menggunakan Blockchain https://ibm.biz/BdijFw
  2. Bagaimana Walmart menggunakan sistem Blockchain untuk meningkatkan pelacakan suplai makanan https://ibm.biz/BdijF5
  3. IBM dan  China UnionPay E-payment Research Institute mendemokan bagaimana poin bonus dapat digunakan secara bersama antar berbagai bank menggunakan Blockchain https://ibm.biz/BdijEc
  4. Raksasa pelayaran Maersk bereksperimen dengan blockchain untuk bills of lading https://ibm.biz/BdijER


Disclosure: tulisan tamu ini dibuat oleh Sianny Gandasasmita. Sianny saat ini bekerja sebagai Banking Technical Advisor di Financial Services Sector – IBM Indonesia. Ia bisa dihubungi melalui email sianny@id.ibm.com, LinkedIn, atau Twitter

Promosi Digital Jadi Prioritas Tantangan Utama Pengembang Lokal

Dari gelaran Bekraf Developer Conference (BDC) 2016, 180 top pengembang lokal merumuskan ada tiga prioritas tantangan utama harus diselesaikan bersama. Yakni, mengenai promosi digital, pendirian asosiasi developer aplikasi, dan preload.

Sekadar informasi, BDC 2016 adalah acara puncak dari pelaksanaan roadshow Bekraf Developer yang telah diselenggarakan di Malang, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar.

Acara ini mempertemukan 180 top pengembang lokal dengan pemerintah (diwakili kementerian terkait) untuk merumuskan tantangan yang perlu diselesaikan demi membangun ekosistem yang dapat mendukung pengembang perangkat lunak bisa berkembang pesat di Indonesia.

“Acara BDC ini jadi wadah terbentuknya talenta di bidang digital yang akan melahirkan startup yang menyediakan solusi, sehingga Indonesia dapat menjadi tuan rumah di Ekonomi Digital Indonesia,” ucap Hari Sungkari selaku Deputi Infrastruktur Bekraf, Senin (28/11).

Awalnya, ada 64 prioritas tantangan yang muncul. Lalu, ada proses voting untuk menentukan tingkat urgensi permasalahan, akhirnya mengerucut jadi sepuluh prioritas tantangan. Terakhir, terpilihlah tiga prioritas tantangan yang tingkat urgensinya paling tinggi.

“Proses perumusan masalah awalnya ada 64 isu, kemudian dilakukan voting hingga akhirnya tersaring jadi tiga isu. Ketiga isu ini dipilih karena urgensinya yang sangat tinggi dan dibutuhkan oleh pelaku pengembang lokal,” terang Andi Taru Nugroho selaku CEO dan Founder Educa Studio.

Dijabarkan lebih jauh, promosi digital adalah jalur kegiatan pemasaran yang masih asing untuk dilakukan oleh pelaku usaha yang kebanyakan masih menganut dengan cara konvensional. Maka dari itu, lanjut Andi, solusi yang ditawarkan pengembang kepada pemerintah ada tiga hal.

Yaitu, pemerintah melakukan kampanye nasional untuk mengedukasi pentingnya menghargai dan memakai karya lokal. Membuat etalase bersama (marketplace) aplikasi atau games yang bisa dipromosikan pemerintah. Terakhir, memberikan edukasi kepada pengembang mengenai cara promosi digital yang efektif.

Isu kedua, mengenai pendirian asosiasi developer aplikasi Indonesia. Urgensi untuk isu kedua ini cukup tinggi. Pasalnya, selama ini komunikasi antara pemerintah dengan pelaku pengembang belum maksimal karena ketidakhadiran asosiasi sebagai wakil yang tatap muka langsung dengan pemerintah.

“Sekarang ini baru ada Asosiasi Game Indonesia (AGI), untuk aplikasinya belum ada. Sementara, untuk bertemu dengan pemerintah perlu diwakili oleh asosiasi untuk membicarakan lebih jauh. Lagipula, kehadiran asosiasi memang diperlukan sejak awal sebagai wadah penampung aspirasi pengembang,” ujar Andi.

Isu terakhir, adalah mengenai preload. Solusi yang ditawarkan terkait masalah preload ini adalah membuat aplikasi khusus sebagai etalase bersama untuk perload dalam perangkat smartphone yang beredar. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi aplikasi lokal yang baru dan berkualitas untuk di-preload.

Pengembang juga meminta kepada pemerintah agar mempermudah syarat preload agar semua developer memiliki kesempatan dan exposure yang sama. Andi mengatakan, usulan mengenai preload ini erat kaitannya dengan rencana pemerintah mulai 1 Januari 2017 untuk menetapkan 30% Tingkat Kandungan dalam Negeri (TKDN) untuk telekomunikasi berbasis standar Long-Term Evolution (LTE).

“Aturan TKDN itu sebenarnya sangat baik karena tujuannya ingin memajukan produksi buatan dalam negeri. Hanya saja, aturan TKDN terlalu tinggi karena untuk bisa masuk ke preload itu hanya aplikasi yang sudah diunduh satu juta kali. Sementara untuk bisa menyentuh angka itu, butuh waktu yang tidak sebentar.”

Maka dari itu, sambung Andi, pihaknya mengusulkan untuk membuat aplikasi preload khusus yang sudah ditanamkan ke perangkat smartphone yang berisi aplikasi lokal berkualitas dan sudah terkurasi.

“Tujuan akhirnya, kami ingin masyarakat mengenai aplikasi lokal karena selama ini sangat minim yang tahu. Dengan adanya aplikasi khusus yang sudah di-preload, masyarakat jadi gampang mengetahuinya.”

Hari menambahkan, usulan yang diajukan pengembang lokal untuk bisa masuk ke TKDN diharapkan syaratnya bisa diturunkan, tidak lagi harus satu juta unduhan. Angka yang dinilai ideal menurut pelaku usaha adalah 100 ribu unduhan.

“Masukan angka unduhan minimal 100 ribu kali diunduh menurut kami cukup masuk akal dan bisa diukur kualitasnya. Kalau menunggu satu juta unduhan butuh waktu lama, bisa jadi tahunan.”

Isu kekurangan talenta masuk dalam prioritas tantangan

Selain itu, dalam konferensi ini juga membahas tujuh isu lainnya dan solusi yang coba ditawarkan kepada pemerintah. Pada dasarnya, ada lima bidang permasalahan yakni pasar, talenta, regulasi, infrastruktur, dan permodalan.

Mengenai permasalahan pasar, isu yang disinggung setelah promosi digital adalah meningkatan pangsa pasar lokal. Untuk masalah talenta, mengenai dukungan industri teknologi, ruang untuk inovasi, dan institusi pendidikan.

Untuk masalah regulasi, selain isu preload adalah perizinan dan legal. Masalah infrastruktur, mengenai kebutuhan riset pasar dan inkubator. Terakhir, masalah permodalan adalah isu mengenai investor.

Narenda Wicaksono, CEO Dicoding Indonesia, menerangkan salah satu masalah utama yang jadi tantangan adalah kurangnya talenta. Institusi pendidikan yang menyediakan ilmu jurusan komputer atau ilmu informatika memang jumlahnya banyak, tapi mayoritas tidak semua lulusan dari sana yang bisa langsung terserap di industri. Pasalnya, kurikulumnya tidak relevan dengan industri.

Menurutnya, perlu ada kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dengan institusi pendidikan berupa komunikasi yang intensif agar ada restrukturisasi kurikulum yang dibangun sesuai dengan kebutuhan industri.

Salah satu kurikulum yang dibangun oleh pelaku usaha adalah International Business Machines (IBM) Indonesia. Vina Kasim, Country Manager IBM Indonesia menerangkan untuk mendukung talenta IT yang berkualitas pihaknya meluncurkan materi yang bisa diakses secara online dan berbahasa Indonesia yang diakses melalui situs Dicoding.

Di sana, para pengembang bisa mempelajari dengan gratis dalam tenggat waktu yang sudah ditentukan. Tak hanya itu, IBM juga menyediakan akses infrastruktur dan teknologi bentuk kredit untuk penggunaan platform Softlayer dan IBM Bluemix.

“Kami percaya para pengembang Indonesia merupakan yang terbaik dalam mengarahkan perekonomian kreatif di negeri ini dan memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Kami berharap bisa jadi mitra dalam membantu mereka melalui perangkat dan platform teknologi yang kami miliki,” pungkas Vina.