Tag Archives: ideafest 2016

Krisis Talenta dan Regulasi Pemerintah Masih Batasi Pertumbuhan Startup

Hari pertama Festival Kreatif Ideafest 2016 menghadirkan pewakilan dari Bekraf, Kemenkominfo, dan asosiasi untuk berdiskusi secara langsung dengan para pelaku startup di Indonesia. Sesi diskusi yang bertajuk “How Government Can Actually Help Incubate Startup” turut mengundang pelaku startup dan venture capital Indonesia, yaitu CEO Kudo Albert Lucius, Managing Director Kejora Ventures Andy Zain dan Nazier Ariffin dari Fenox Venture Capital.

Para pelaku startup, venture capital, akademisi, dan pelaku media diberikan kesempatan untuk menyampaikan unek-uneknya di hadapan Direktur e- Business Ditjen Aplikasi dan Telematika Kementerian Kominfo Azhar Hasyim, Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Ricky Pesik, dan CEO OLX Indonesia Daniel Tumiwa yang sebelumnya menjabat Ketua Umum idEA sebagai wakil komunitas.

Banyak hal menarik yang diutarakan Andy Zain dan Nazier Ariffin sebagai perwakilan venture capital, di antaranya adalah krisis talenta. Makin maraknya pertumbuhan startup di Indonesia membuat tenaga kerja atau talenta yang memiliki skill dan kemampuan khusus menjadi semakin sulit untuk ditemukan. Dalam hal ini Andy menyarankan kepada pemerintah untuk menghadirkan tokoh serta pelaku startup internasional yang telah memiliki pengalaman serta wawasan yang luas untuk membantu para pelaku startup di Indonesia.

“Saya melihat saat ini sudah banyak orang Indonesia dikirim keluar negeri untuk belajar. Saya melihat langkah tersebut sudah terlambat. Yang baiknya dilakukan adalah mendatangkan orang-orang pintar dari mancanegara ke Indonesia,” kata Andy.

Ditambahkan juga oleh Nazier bahwa saat ini hanya 10% saja talenta Indonesia yang memilki skill dan kemampuan yang baik untuk bisa dimanfaatkan oleh startup. Solusi yang kemudian disarankan Nazier adalah dengan meng-outsource talenta dari luar negeri untuk bekerja dengan startup di Indonesia.

“Saat ini sudah ada issue yang beredar anak muda yang sekolah di luar negeri pulang ke Indonesia dan memilih untuk bekerja di perusahaan besar. Mereka masih enggan untuk memilih bekerja di startup,” kata Nazier.

Regulasi yang selalu berubah dan kurang mendukung

Di sisi lain CEO Kudo Albert Lucius mengungkapkan beberapa cerita kurang menyenangkan di balik regulasi lisensi e-money yang sudah lama tidak dikeluarkan lagi oleh pemerintah.

“Saya melihat saat ini dari sisi fasilitas pembayaran masih banyak kekurangan dari pemerintah, ketika ada beberapa startup yang mencoba untuk meng-cater potensi tersebut ke masyarakat Indonesia yang lebih luas, startup tersebut kemudian diminta untuk segera tutup dan memberhentikan bisnis mereka,” kata Albert.

Dalam hal ini Albert melihat masih tidak ada kejelasan dari pemerintah, dalam hal regulasi, menjadikan startup sulit untuk berkembang. Diharapkan kedepannya pemerintah bisa lebih terbuka terkait dengan hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh disinggung oleh startup, sehingga regulasi menjadi lebih relevan untuk startup.

What’s next untuk pemerintah

Sesi diskusi kemudian ditutup dengan tanggapan dari Bekraf, Kemenkominfo, dan perwakilan asosiasi untuk bisa memberikan tanggapannya terkait dengan ‘unek-unek’ yang disampaikan oleh pelaku startup dan venture capital.

Meskipun belum maksimal, pemerintah mengklaim sudah melakukan beberapa kegiatan strategis dalam hal perbaikan infrastruktur, kesempatan untuk memberikan program akselerasi dan inkubator serta memberikan kesempatan lebih kepada UMKM di Indonesia. Ke depannya diharapkan akan lebih banyak lagi inovasi serta dukungan yang diberikan oleh pemerintah kepada industri startup di Indonesia.

“Kami dari Kemenkominfo akan berusaha untuk menyediakan ICT, karena akan sulit bagi startup untuk tumbuh tanpa adanya prasarana telekomunikasi yang diberikan oleh pemerintah,” kata Azhar.


DailySocial adalah media partner Ideafest 2016

IDEAFEST 2016 Angkat Tema Berpikir Perubahan “SHIFT(THINK)”

IDEAFEST, sebuah festival kreatif tahunan yang fokus untuk memberikan inspirasi anak muda Indonesia untuk terjun dan merevolusi Indonesia lewat kreativitas, kini kembali hadir dengan tema SHIFT(THINK) bermakna Berpikir Perubahan.

Tema tersebut dipilih akibat dari kondisi perusahaan tradisional yang harus mengalami penurunan drastis akibat hadirnya perusahaan yang memberikan solusi kepada konsumen dengan bantuan teknologi. Perusahaan seperti Google, Uber, dan Airbnb dikenal sebagai perusahaan yang berkembang pesat dan mulai mengubah gaya hidup masyarakat.

Berdasarkan kondisi tersebut, muncul pertanyaan apa yang harus dipersiapkan Indonesia dengan adanya perubahan itu? IDEAFEST ingin mengajak pemerintah, pengusaha, dan anak muda untuk mempersiapkan diri dalam era perubahan tersebut.

Acara ini akan diselenggarakan pada 23-24 September 2016 dan menghadirkan lebih dari 200 pembicara inspiratif yang berasal dari berbagai bidang, baik itu pengusaha, inovator, pelaku seni, pengembang aplikasi, sampai kepala daerah. Seluruh pembicara akan berbagi pengalaman berdasarkan latar belakang masing-masing dan sesuai dengan tren yang berkembang saat ini ini.

“Sejak beberapa tahun, kita sudah lihat pesatnya industri kreatif di Indonesia. Bahkan, industri ini dipercaya akan menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia pada masa mendatang, terutama dengan penetrasi digitak yang luar biasa dan karakter konsumen Indonesia yang sangat terbuka. Maka, sudah saatnya pemain di industri ini untuk berpikir lebih dinamis agar bisa mengembangkan potensi yang lebih baik dan memiliki dampak yang bermanfaat untuk masyarakat,” terang Ben Soebiakto, Co-Founder IDEAFEST, Rabu (14/9).

Pada hari pertama (23/9), agenda akan diisi dengan 80 sesi Ideatalks oleh 150 pembicara, diantaranya Nia Dinata (Produser dan Sutradara Film), Achmad Zaky (CEO Bukalapak), Andy F Noya (Presenter dan Jurnalis), Hadi Wenas (CEO MatahariMall), Jason Lamuda (Co-Founder Berrybendka), dan lain-lain.

Kemudian, pada hari kedua akan dilanjutkan dengan sesi konferensi diisi oleh Presiden Joko Widodo sebagai keynote speaker, Gwendolyn Regina (Mashable), Hooi Ling Tan (Grab), HB Naveen (Falcon Pictures), Ridwan Kamil (Walikota Bandung), dan lainnya.

Adapun topik-topik diskusi yang akan diangkat dalam IDEAFEST 2016 merupakan turunan dari 16 subsektor ekonomi kreatif yang ditetapkan oleh Bekraf. Adapun topik tersebut antara lain inovasi sosial, kewirausahaan, teknologi, hiburan, dan life hack.

Sebelumnya diberitakan, IDEAFEST akan mengangkat topik mengenai peluang e-commerce di Indonesia. Andrew Gunawan, Head of Promotion IDEAFEST, mengatakan program tahunan ini akan terus memasukkan topik e-commerce dalam berbagai sesi diskusi dalam acara. Sebab, menurutnya, perjalanan e-commerce di Indonesia masih sangat panjang, mengingat tingkat penetrasi ritel online yang belum setingkat dengan Amerika maupun Tiongkok.

[Baca juga: IDEAFEST 2016 Kembali Angkat E-Commerce Sebagai Salah Satu Topik Utama]

“Ideafest melihat ekonomi kreatif yang dipercaya akan menjadi tonggak perekonomian Indonesia pada masa mendatang mendapat kesempatan yang lebih besar lagi dengan terjadinya transformasi digital. Transformasi digital tersebut adalah e-commerce yang dapat menjadi penghubung bagi para pelaku industri ekonomi kreatif untuk bertransaksi dan melakukan kegiatan monetisasi,” ujarnya.

Selain itu, dalam acara IDEAFEST akan diumumkan pemenang kompetisi “Ide untuk Indonesia.” Pemenang akan mendapatkan dukungan mentorship, funding, dan perjalanan edukasi dengan total nilai sebesar 500 juta Rupiah. Ada lima finalis yang akan bertarung, yakni Omah Yogurt Stevia, Gen Oil, Tele-TCG, Lingkaran, dan Mycotech.


Disclosure: DailySocial adalah media partner IDEAFEST 2016

IDEAFEST 2016 Kembali Angkat E-Commerce Sebagai Salah Satu Topik Utama

E-commerce kini menjadi salah satu bisnis dalam dunia digital yang sangat ‘seksi’ untuk terus diulas. Banyak pihak yang mempercayai sektor e-commerce dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia. Hal inilah yang mendasari IDEAFEST pada tahun ini untuk kembali membahas industri e-commerce.

Andrew Gunawan, Head of Promotion IDEAFEST, mengatakan program tahunan ini akan terus memasukkan topik e-commerce dalam berbagai sesi diskusi dalam acara. Sebab, menurutnya, perjalanan e-commerce di Indonesia masih sangat panjang, mengingat tingkat penetrasi ritel online yang belum setingkat dengan Amerika maupun Tiongkok.

“Ideafest melihat ekonomi kreatif yang dipercaya akan menjadi tonggak perekonomian Indonesia pada masa mendatang mendapat kesempatan yang lebih besar lagi dengan terjadinya transformasi digital. Transformasi digital tersebut adalah e-commerce yang dapat menjadi penghubung bagi para pelaku industri ekonomi kreatif untuk bertransaksi dan melakukan kegiatan monetisasi,” ujarnya, Kamis (8/9).

Sebagai gambaran, Andi S Boediman, Managing Partner Ideosource, menjelaskan Indonesia menyimpan ruang gerak yang besar untuk pertumbuhan sektor e-commerce. Pasalnya, dalam hal pertumbuhan ritel online pada tahun ini diestimasi baru mencapai 1,2%.

Hanya naik 0,2% dibandingkan tahun lalu. Perkembangan ritel online Indonesia berjalan lebih lambat, bila dibandingkan dengan Tiongkok dan India, masing-masing negara diestimasi mencapai 12,8% dan 2,5%. Data ini berdasarkan hasil riset Bank of America Merrill Lynch 2015.

Menurut Andi, lambannya pergerakan disebabkan karena Indonesia baru memasuki siklus perubahan ke ekonomi digital sejak dua sampai tiga tahun terakhir. Sementara, Tiongkok dan India sudah lebih dahulu memasuki siklus tersebut. Ia membandingkan Indonesia sudah tertinggal sekitar tiga sampai empat tahun dengan India, sementara dengan Tiongkok mencapai tujuh tahun.

“Pasar ritel online di Indonesia kini sedang mengalami siklus yang sebelumnya sudah dilewati oleh ritel online di Tiongkok dan India. Dengan peluang market di Indonesia yang sangat besar, menjadikan negara ini jadi menarik karena sekarang masih menempuh siklus awal,” ujarnya.

Lebih jauh, dia menjelaskan, dalam siklus perkembangan e-commerce ada banyak tahapan yang harus ditempuh mulai dari startup hingga menjadi perusahaan terbuka. Tahap pertama, berkembangnya startup, kemudian masuk ke tahap berikutnya masuknya investor dari venture capital. Ketiga, adalah tahapan yang dinamai “consumer is the king“.

Keempat, tahapan “survival of the richest“, lalu konsolidasi bisnis, dan terakhir menuju perusahaan terbuka (IPO). “Bergeraknya siklus ini sangat bergantung pada kesiapan pasar dan infrastrukturnya. Indonesia saat ini sedang masa transisi dari tahap ketiga menuju keempat.”

Ramalkan ada banyak konsolidasi

Andi melanjutkan, berkaca dari siklus e-commerce yang sudah ditempuh oleh Tiongkok dan India, untuk mencapai tahap “survival of the richest“, kedua negara tersebut membutuhkan waktu sekitar 10 tahun.

Untuk Indonesia, kondisinya saat ini dari funding yang masuk uangnya banyak yang ‘dibakar’ untuk perang diskon antar e-commerce dengan bisnis horizonal demi menarik banyak pengguna baru. Ini adalah langkah untuk menjadi “the richest.”

“Nanti, sekitar 2-3 tahun dari sekarang mereka [e-commerce] akan mulai megap-megap kehabisan dana, sementara persaingan bisnis akan semakin ketat. Kemudian, akan muncul opsi konsolidasi. Ini terjadi apabila mereka adalah pemain e-commerce kecil yang tidak disokong oleh sumber funding dalam jumlah besar.”

Akan tetapi, menurutnya, yang akan mengalami konsolidasi hanyalah pemain e-commerce dengan bisnis horizontal saja, mengingat saat ini sudah banyak pemain e-commerce dengan segmentasi bisnis yang hampir serupa. Sementara untuk pemain e-commerce dengan bisnis vertikal diprediksi bakal lebih bertahan.

IDEAFEST 2016

Perlu diketahui, tahun ini IDEAFEST dengan tema SHIFT(THINK) akan diadakan pada 23-24 September 2016 di Jakarta Convention Center. Pada hari pertama akan diisi dengan acara Idea Talk. Rencananya, akan ada 80 sesi yang siap diisi oleh 110 pembicara dari berbagai bidang ekonomi kreatif, mulai dari Hadi Wenas (CEO Mataharimall), Jason Lamuda (CEO Berrybenka), Achmad Zaky (CEO Bukalapak), dan lainnya.

Hari kedua akan diisi dengan acara Conference dengan keynote speech dari Presiden RI Joko Widodo. Ada pula pengumuman pemenang kompetisi startup yang berhak mendapatkan hadiah inspiring trip dan program inkubasi. Termasuk bagian dari rangkaian acara adalah Indovidfest.

Dari 500 aplikasi yang masuk, kini sudah ada lima startup yang menjadi terpilih masuk ke babak final. Pemenang nantinya dapat mempresentasikan perusahaannya dihadapan para penonton. Lima startup tersebut adalah Omah Yogurt Stevia, Gen Oil, Tele-TCG, Lingkaran, dan Mycotech.


Disclosure: DailySocial adalah media partner IDEAFEST 2016