Tag Archives: ifa 2017

Bikin Kejutan di IFA 2017, UMIDIGI S2 dan S2 Pro Berpotensi Recoki Samsung dan LG

Persaingan antara Samsung, Apple, LG, Huawei dan Xiaomi di ranah smartphone flagship merupakan sebuah tontonan biasa yang tersaji hampir sepanjang tahun. Tapi di gelaran IFA 2017 di Berlin baru-baru ini, muncul nama UMIDIGI yang mencoba “merecoki” persaingan brand kenamaan tersebut dengan meluncurkan smartphone yang juga tak kalah wah.

UMIDIGI datang ke gelaran IFA 2017 dengan kejutan di tangan. Setelah melihat sejumlah pabrikan kelas dunia merilis jagoan masing-masing, Samsung dengan Galaxy Note 8 dan LG dengan V30, perusahaan asal Tiongkok ini tak bisa lagi menunggu lebih lama untuk merilis pula jagoan miliknya, S2 dan S2 Pro. Sebagai permulaan, dua smartphone ini juga mengemas aspek rasio 18:9 seperti yang dipunyai Samsung Galaxy S8 dan juga LG V30. IFA 2017 juga dianggap sebagai momentum yang pas karena tak lama lagi Apple juga bakal beraksi dengan meluncurkan iPhone 8 yang diyakini menonjolkan aspek rasio yang sama leganya.

pic_2

UMIDIGI S2 dan S2 Pro mempunyai banyak kesamaan terutama di sisi desain dan fitur pendukungnya. Di luar, keduanya mempunyai layar berukuran 6 inci HD+ menggunakan komponen buatan Sharp yang dilapisi oleh pelindung Gorilla Glass 4. Keduanya mulai bersebrangan kala membicarakan soal dapur pacu yang diusung. Model S2 menggunakan chipset MediaTek Helio P20 dengan kecepatan clock 2,3GHz, sedangkan model S2 Pro menggunakan chipset Helio P25 dengan kecepatan clock 2,6GHz. Kapasitas RAM-nya juga berbeda, masing-masing 4GB dan 6GB. Sementara ruang simpan yang disediakan kompak menggunakan memori 64GB dengan dukungan kartu memori eksternal hingga 256GB.

pic_1

Nah, praktis untuk urusan kamera dan juga fitur lainnya kedua perangkat berjalan beriringan. Kamera utama S2 dan S2 Pro sama-sama menggunakan konfigurasi sensor ganda SONY IMX 258 beresolusi 13MP ditambah kamera kedua 5MP. Kemudian di bagian depan menggunakan kamera 5MP yang sayang tidak dijelaskan mengadopsi sensor siapa.

Mendukung dual SIM (nano), 4G LTE dan juga USB tipe C, UMIDIGI S2 dan S2 Pro menawarkan masa pakai yang lebih panjang berkat bekal baterai sebesar 5.100mAh di balik tudung belakangnya. Dan untuk membantu pengguna memperoleh pasokan daya cepat, UMIDIGI membenamkan pula fitur Quick Charge ke dalamnya.

red_leftphone

UMIDIGI S2 dijadwalkan meluncur ke pasar pada tanggal 18 September dengan banderol masing-masing $229, sedangkan model Pro menyusul sebulan kemudian dengan banderol $299. Kedua harga ini sudah barang tentu jauh lebih murah ketimbang LG V30 ataupun Samsung Galaxy S8.

Sumber berita UMIDIGI.

Kejar Sony, Sharp Pamerkan Modul Kamera dan Layar untuk Smartphone

Sharp memang lebih dikenal sebagai perusahaan yang memproduksi perangkat elektronik seperti televisi, kulkas dan lain-lain. Tapi bukan lantas kiprahnya di ranah mobile bisa dipertanyakan. Dua tahun belakangan mereka mulai secara konsisten menelurkan smartphonesmartphone baru meskipun cakupan pasarnya masih terbatas di Jepang dan sejumlah negara berkembang. Kiprah Sharp di ranah mobile sendiri sudah dimulai sejak tahun 2014 lalu.

Sharp menjadi salah satu perusahaan besar yang hadir di ajang IFA 2017 di Berlin, Jerman. Tempat di mana mereka memamerkan dua teknologi vital yang akan jadi andalan di smartphone terbarunya nanti.

Teknologi yang pertama adalah komponen panel layar yang diracik dengan teknologi IGZO. Layar ini menghadirkan sejumlah kelebihan yang dapat meningkatkan daya saing perangkat smartphone Sharp di industri mobile yang sangat ketat. Berbeda dari yang lain, layar ini diproduksi menggunakan beberapa unsur seperti indium, gallium, zinc dan oksigen yang dikombinasikan dengan material mentah berkualitas tinggi. Walhasil, tak hanya visual jernih sempurna, layar ini juga menyuguhkan daya tahan yang mengesankan terhadap berbagai ancaman dan tingkat efisiensi terbaik. Bahkan menurut Sharp, layarnya ini tetap bekerja apik meskipun dalam kondisi basah.

Teknologi kedua adalah sensor kamera beresolusi 22,6MP yang bakal menjadi salah satu kandidat untuk menjegal Sony yang dalam beberapa dekade mendominasi industri modul kamera baik di ranah mobile ataupun kamera. Sensor yang dipamerkan oleh Sharp disebut dilengkapi dengan lensa ultra-wide 22mm dengan bukaan f/1.9. Dan untuk meningkatkan kualitas jepretan di pencahayaan yang rendah, Sharp membenamkan teknologi anti-blur yang telah ditingkatkan.

Selain itu Sharp juga mempunyai satu lagi modul kamera beresolusi 16,3MP yang dirancang untuk kamera bagian depan. Sensor ini mempunyai lensa lebar 23mm yang bakal membantu pengguna menangkap lebih banyak objek dalam satu jendela bidikan.

Kedua teknologi ini diharapkan bisa memulai debut dalam ponsel pintar terbaru Sharp yang diperkirakan bakal menampakkan diri di ajang MWC 2018 mendatang.

Sumber berita AndroidPiSamsungEropa. Gambar header ilustrasi Sharp Aquos S2.

Mouse Razer Basilisk Datang dengan Tombol Berjenis Clutch yang Bisa Diprogram

Razer belum lama ini memperkenalkan sebuah mouse gaming yang cukup menarik di ajang IFA 2017. Mouse bernama Razer Basilisk ini ditujukan untuk gamer FPS (first-person shooter) macam Overwatch, dengan fitur andalan berupa programmable clutch.

Clutch ini berbeda dari tombol biasa. Sesuai makna harfiahnya, cara kerjanya mirip kopling pada kendaraan bermotor: pengguna bisa menekan dan menahannya untuk mengaktifkan fungsi tertentu, lalu melepasnya untuk berhenti.

Razer Basilisk

Secara default, fungsinya adalah untuk menurunkan DPI (sensitivitas) mouse untuk sementara selama clutch ditekan dan ditahan. Itulah mengapa Razer memasarkannya sebagai mouse FPS, sebab fungsi ini akan sangat membantu ketika pemain sedang membidik menggunakan sniper, yang kita tahu membutuhkan tingkat presisi lebih tinggi dari biasanya.

Namun tentu saja Razer juga mempersilakan pengguna memprogramnya untuk fungsi lain lewat software pendamping Razer Synapse. Contoh lain yang paling umum adalah untuk mengaktifkan push-to-talk; tekan dan tahan tombol clutch untuk berbicara dengan rekan setim, lepas untuk berhenti.

Razer menyertakan tombol clutch dalam dua ukuran, panjang atau pendek. Namun andai pengguna tidak suka dengan konsepnya, mereka dapat melepas clutch tersebut dan menggantinya dengan penutup berbahan karet – tapi lalu untuk apa membeli mouse ini?

Razer Basilisk

Secara total, Basilisk memiliki delapan tombol yang semuanya dapat diprogram sesuai kebutuhan – bahkan resistensi scroll wheel-nya juga dapat disesuaikan melalui sebuah kenop di permukaan bawah mouse. Performanya ditunjang oleh sensor optik 5G dengan sensitivitas maksimum 16.000 DPI, sama persis seperti yang digunakan Razer DeathAdder Elite dan Lancehead.

Razer bakal memasarkan Basilisk mulai kuartal keempat tahun ini seharga $70, lagi-lagi sama seperti DeathAdder Elite.

Sumber: Razer.

Andalkan Kenop Customizable, Keyboard Logitech Craft Ditujukan Buat Para Kreator

Logitech tampil cukup all out di perhelatan IFA 2017. Selain memperkenalkan keyboard dan mouse gaming wireless baru serta sebuah speaker desktop unik, dedengkot peripheral itu juga menghadirkan Logitech Craft, sebuah keyboard wireless yang ditujukan untuk kalangan kreator.

Craft mencoba menghadirkan metode input yang lebih efektif melalui sebuah kenop aluminium di ujung kiri atas yang dapat dikustomisasi. Cara kerjanya mirip aksesori Surface Dial; Craft dapat mengenali aplikasi apa yang sedang dibuka, lalu menawarkan fungsi yang sesuai dengan konteks.

Semisal pengguna sedang membuka Photoshop, kenop yang dideskripsikan sebagai sebuah “creative input dial” ini dapat dimanfaatkan untuk mengatur tingkat kecerahan, kontras, saturasi, ataupun mengubah tipe brush yang digunakan beserta ukurannya. Semua dilakukan secara alami dengan menyentuh, menekan atau memutar kenop.

Logitech Craft

Secara default, Craft kompatibel dengan Windows maupun Mac, serta terintegrasi dengan tujuh aplikasi: Adobe Photoshop CC, Illustrator CC, Premiere Pro CC, InDesign CC, Microsoft PowerPoint, Excel dan Word. Integrasi dengan ketiga aplikasi Office ini untuk sementara baru tersedia pada platform Windows saja, dan ke depannya dipastikan bakal ada integrasi dengan software lain mengingat Logitech juga akan meluncurkan SDK untuk developer dalam waktu dekat.

Melalui aplikasi pendamping Logitech Options, pengguna dapat mengatur fungsi kenop milik Craft pada aplikasi-aplikasi di atas. Fungsi-fungsi yang lebih generik seperti mengatur volume, memilih playlist di Spotify atau berganti tab di browser juga dapat diaktifkan menggunakan kenop multifungsi ini.

Logitech Craft

Sebagai sebuah keyboard sendiri, Craft datang membawa layout standar dan tombol bergaya chiclet. Semua tombolnya turut dilengkapi backlight yang akan menyala secara otomatis ketika tangan pengguna berada di dekat keyboard, plus dapat menyesuaikan tingkat kecerahan dengan sendirinya berdasarkan kondisi pencahayaan di sekitar.

Konektivitas Bluetooth-nya turut didampingi teknologi Logitech Easy-Switch, yang memungkinkan keyboard untuk tersambung ke tiga perangkat sekaligus, lalu pengguna dapat berganti perangkat hanya dengan menekan tombol “1”, “2” atau “3” di atas deretan tombol “Insert”. Untuk PC yang tak dilengkapi Bluetooth, Logitech turut menyertakan kabel beserta receiver USB.

Craft dijadwalkan tersedia di pasaran mulai bulan Oktober dengan harga $200. Keyboard ini pada dasarnya juga bisa dijadikan alternatif yang lebih versatile dari perangkat niche macam Palette Gear atau Loupedeck.

Sumber: Logitech.

Lenovo Home Assistant Pack Ubah Lenovo Tab 4 Jadi Smart Speaker Alexa Berlayar Interaktif

Bulan Mei kemarin, Amazon meluncurkan sebuah perangkat unik bernama Echo Show yang menggabungkan kecerdasan asisten virtual Alexa dengan layar sentuh interaktif. Di ajang IFA 2017, Lenovo memamerkan perangkat serupa, namun dengan konsep yang berbeda yang mengedepankan aspek modular.

Dijuluki Lenovo Home Assistant Pack, ia sebenarnya merupakan aksesori untuk lini tablet Lenovo Tab 4. Pengguna dapat menancapkan tablet-nya ke konektor USB-C di salah satu sisi Home Assistant Pack, dan layar tablet akan secara otomatis menyuguhkan tampilan home assistant yang dilengkapi integrasi Alexa.

Kombinasi ini sejatinya mampu menyajikan kapabilitas setara Amazon Echo Show. Meski bobotnya cuma 300 gram, Home Assistant Pack dilengkapi sepasang speaker berdaya masing-masing 3 watt yang diyakini mampu mengisi ruangan besar sekalipun, sedangkan dua mikrofonnya diklaim dapat menangkap perintah suara pengguna dari jarak sejauh tiga meter.

Lenovo Home Assistant Pack

Konsep modular disajikan lewat dua set aksesori opsional untuk Home Assistant Pack. Yang pertama adalah Kid’s Pack, yang mencakup bumper protektif, blue-light filter dan stiker 3M – plus pengguna dapat mengaktifkan mode khusus pada tablet guna menyajikan konten khusus anak-anak. Yang kedua, Productivity Pack, meliputi sebuah keyboard case untuk Tab 4 dan interface khusus produktivitas.

Lenovo berencana memasarkan Home Assistant Pack mulai Oktober mendatang seharga $80. Digabungkan dengan Tab 4 8 yang cuma seharga $109, konsumen bisa mendapatkan smart speaker Alexa berlayar interaktif dengan harga lebih murah dari Amazon Echo Show.

Sumber: Android Authority dan Lenovo.

True Wireless Earbud Besutan Philips Janjikan Dentuman Bass yang Mantap

Setelah Sony dan Bang & Olufsen menunjukkan amunisinya untuk bersaing di ranah truly wireless earbud, kini giliran Philips yang mencoba mencuri perhatian. Sangat kelihatan dari namanya, apa yang ingin ditonjolkan perangkat bernama Philips Bass+ True Wireless adalah reproduksi frekuensi low-end yang mantap.

Untuk bisa mewujudkan misi tersebut, Philips harus sedikit berkorban di sektor desain. Bukan berarti penampilannya jelek, hanya saja dimensinya lebih besar ketimbang pesaing-pesaingnya di kategori ini. Sederhananya, Philips tidak mau berkompromi perihal kualitas suara.

Masing-masing earpiece Bass+ True Wireless dihuni oleh driver berukuran 8,2 mm, dan berdasarkan pengujian singkat Engadget di panggung IFA 2017, reproduksi bass-nya memang terkesan lebih menonjol ketimbang true wireless earbud lain. Mengingat di luar sana ada begitu banyak basshead, saya kira Philips mengambil keputusan yang tepat.

Philips Bass+ True Wireless bersama charging case-nya / Engadget
Philips Bass+ True Wireless bersama charging case-nya / Engadget

Beralih ke soal baterai, Philips menjanjikan daya tahan hingga enam jam nonstop. Charging case-nya yang berbentuk tabung dapat menambahkan daya baterai ekstra sebesar enam jam. Urusan kontrol, Philips lebih memilih menggunakan tombol fisik ketimbang panel sentuh seperti pada kebanyakan true wireless earbud.

Belum ada kepastian kapan perangkat ini akan meluncur ke pasaran. Namun yang menarik, Philips mematok harga hanya $130 saja, menjadikannya lebih terjangkau dibanding perangkat lain di kategori ini.

Sumber: Engadget.

Logitech MX Sound Adalah Speaker Desktop Sekaligus Bluetooth

Saat sedang berburu speaker desktop baru, saya yakin nama Logitech akan selalu muncul sebagai salah satu opsi. Logitech memang sudah lama memproduksi speaker untuk PC, akan tetapi karya terbarunya benar-benar berbeda dari yang mereka miliki selama ini.

Dijuluki Logitech MX Sound, ia merupakan sepasang speaker desktop yang juga berfungsi sebagai speaker Bluetooth. Tentunya Logitech tidak sekadar menanamkan chip Bluetooth ke dalam speaker ini, sebab harus ada perhatian khusus pada aspek kepraktisan.

Perhatian khusus tersebut datang dalam wujud fitur bernama Easy-Switch, yang memungkinkan pengguna untuk mengganti sumber audio dengan sangat mudah. Cukup klik pause, maka pengguna bisa langsung memutar musik lewat smartphone. Tidak ada opsi pengaturan lebih lanjut yang harus diutak-atik.

Logitech MX Sound

Tekan pause sekali lagi, maka musik dari tablet pun juga bisa ikut diputar di speaker yang sama. Ya, MX Sound dapat di-pair dengan dua perangkat sekaligus – bahkan jack 3,5 mm-nya pun juga ada sepasang – yang berarti Anda dapat memutar musik dari tiga perangkat sekaligus tanpa perlu repot-repot pairing ulang atau cabut-pasang kabel.

Speaker berdiameter 160 mm ini mampu menghasilkan output daya maksimum sebesar 24 watt, dan sebuah bass port di belakang setiap unitnya memastikan dentuman bass tersaji secara mantap. Untuk mengontrol volume dan pairing, pengguna hanya perlu melambaikan tangan ke depan speaker, lalu menekan salah satu dari ketiga tombol yang menyala.

Logitech rencananya bakal memasarkan MX Sound mulai bulan Oktober mendatang seharga $100.

Sumber: Logitech.

Sennheiser Luncurkan Dua Earphone Wireless Baru dan Penerus IE 80

IFA 2017 menjadi saksi atas ledakan tren truly wireless earbud, termasuk halnya debut Sony dan Bang & Olufsen di kategori ini. Sennheiser di sisi lain masih memilih untuk bermain di zona yang lebih ‘aman’ dengan memperkenalkan tiga earphone baru – dua di antaranya bertipe wireless.

Yang pertama adalah Sennheiser Momentum HD1 Free (gambar atas). Menjadi bagian dari lini Momentum, sudah semestinya ia menawarkan keseimbangan antara estetika dan performa. Ia juga bisa disebut sebagai penerus dari HD1 In-Ear Wireless, neckband pertama Sennheiser yang diperkenalkan bulan Januari lalu.

Pun demikian, HD1 Free tidak mengadopsi gaya desain neckband. Wujudnya mirip seperti earphone wireless tradisional, dengan seuntai kabel yang menghubungkan masing-masing earpiece. Di belakang, Sennheiser tak lupa menyertakan semacam penjepit kecil sehingga pengguna dapat menyesuaikan panjang kabelnya.

Kedua earpiece-nya juga dilengkapi panel magnetik sehingga dapat ditempelkan dan membentuk seperti kalung ketika sedang tidak digunakan. Di bawah setiap earpiece berbahan stainless steel ini, terdapat plastik kecil yang menjadi rumah untuk mikrofon dan remote control tiga tombol.

HD1 Free dibekali konektivitas Bluetooth 4.2, serta mendukung codec Qualcomm aptX dan AAC. Baterainya bisa bertahan selama 6 jam, dan ia datang bersama sebuah carrying case mewah dari kulit.

Sennheiser CX 7.00BT / Sennheiser
Sennheiser CX 7.00BT / Sennheiser

Earphone wireless yang kedua adalah CX 7.00BT, yang mengadopsi gaya desain neckband dan diproyeksikan sebagai varian yang terjangkau. Model ini datang dengan Bluetooth 4.1 serta NFC untuk memudahkan pairing. Mikrofon sekaligus remote control-nya tertanam di bagian neckband.

Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama 10 jam, dan dapat di-charge via USB dalam waktu 1,5 jam saja. Yang menarik, CX 7.00BT rupanya juga bisa berfungsi sebagai headset USB ketika diperlukan.

Sennheiser IE 80 S / Sennheiser
Sennheiser IE 80 S / Sennheiser

Earphone yang terakhir adalah IE 80 S, yang merupakan penerus dari salah satu earphone kelas atas Sennheiser, IE 80. Pembaruannya tidak terlalu banyak, hanya dari segi desain yang lebih terpoles dan kontur yang lebih pas di telinga, membuatnya lebih nyaman dikenakan sekaligus meningkatkan kualitas suaranya.

Ketiganya dijadwalkan masuk ke pasaran mulai bulan Oktober, namun sayang sejauh ini belum ada rincian harga yang diberikan.

Sumber: The Verge dan Sennheiser.

Harman Perkenalkan Smart Speaker dengan Integrasi Alexa dan Google Assistant

Harman mengawali jejaknya di segmen smart speaker lewat perangkat bernama Invoke yang ditenagai oleh Cortana. Kini Harman sudah siap untuk memperluas portofolio smart speaker-nya ke platform lain, spesifiknya Amazon Alexa dan Google Assistant.

Untuk Alexa, speaker yang diperkenalkan adalah Harman Kardon Allure, yang mengadopsi desain semi-transparan macam sejumlah speaker Harman Kardon lainnya. Wujud silindrisnya sendiri merupakan pertanda bahwa speaker ini mampu mendistribusikan suara ke seluruh sudut ruangan alias 360 derajat.

Harman Kardon Allure

Harman tak lupa membekali Allure dengan ambient lighting yang akan menyala dari dalam, bereaksi terhadap perintah suara yang diucapkan maupun ‘berdansa’ mengikuti irama musik yang diputar. Semua ini sejatinya ditujukan supaya Allure bisa menjadi pusat perhatian di suatu ruangan tempatnya bernaung.

Komunikasi dengan Alexa ditunjang oleh empat buah mikrofon berbekal teknologi noise cancelling, memungkinkan speaker untuk menangkap suara pengguna meski berada di ruangan besar yang cukup bising. Saat diperlukan, Allure juga bisa difungsikan sebagai speaker Bluetooth standar.

Allure dijadwalkan masuk ke pasaran mulai musim dingin tahun ini, dengan banderol $250.

JBL Link Series

JBL Link Series

Untuk Google Assistant, persembahan Harman datang melalui anak perusahaannya, JBL. Seri JBL Link ini terdiri dari tiga model: Link 10, Link 20 dan Link 300, masing-masing mengindikasikan ukurannya dari yang terkecil sampai terbesar. Ketiganya juga datang membawa fitur streaming Chromecast secara default dan kapabilitas multi-room ala speaker besutan Sonos.

Sebagai yang terkecil, Link 10 menawarkan output daya sebesar 2 x 8 watt, dengan estimasi daya tahan baterai 5 jam. Link 20 yang sedikit lebih besar menawarkan output daya 2 x 10 W dan daya baterai 10 jam. Yang terbesar, Link 300, mengusung output sebesar 50 watt, tapi tidak dibekali baterai rechargeable dan tidak tahan air (IPX7) seperti kedua adiknya.

Tentu saja fitur unggulan dari seri Link adalah kemudahan mengoperasikan hanya dengan mengucapkan mantra “Ok Google”. Ketiga model mendukung streaming hingga resolusi 24-bit/96K, dan juga dapat digunakan sebagai speaker Bluetooth biasa.

Ketiganya bakal menjalani debut di pasar Eropa mulai musim semi ini, dengan banderol masing-masing €169 (Link 10), €199 (Link 20) dan €299 (Link 300). Sebelum ini, Anker, Mobvoi dan Panasonic – plus Sony – juga sudah mengumumkan smart speaker bertenaga Google Assistant.

Sumber: 1, 2, 3.

Philips Sedang Garap Monitor 8K yang Dikhususkan Bagi Profesional

Diujungtombaki oleh cepatnya perkembangan teknologi grafis di ranah PC gaming, resolusi 4K dengan 60 frame per detik dianggap sebagai standar hiburan next-gen, dan saat ini para kreator koten dan penyedia hardware berlomba-lomba untuk memenuhinya. Namun perhatian sejumlah perusahaan, terutama produsen monitor, telah mulai melirik tingkatan yang lebih tinggi lagi.

Menyusul pengungkapan monitor gaming 49-inci dari Samsung dan panel curved 35-inci 200Hz buatan Acer, kali ini giliran TPV Technology memamerkan Philips 328P8K di IFA 2017. Perbedaan terbesar antara Philips 328P8K dengan produk Samsung dan Acer tersebut terletak pada target konsumennya. Philips 328P8K diramu untuk para profesional, menjanjikan keakuratan warna yang tinggi dan resolusi mencapai 8K.

Philips 328P8K merupakan monitor berjenis IPS dengan luas 31,5-inci, menyuguhkan resolusi 7680x4320p, memiliki refresh rate 60Hz serta tingkat kecerahan 400-nit – produsen menyebutnya dengan istilah HDR 400. Philips sudah mengonfirmasi dukungan AdobeRGB serta sRGB 100 persen, sehingga 328P8K siap menemani para desainer grafis dan fotografer profesional dalam bekerja.

Philips 328P8K menyuguhhkan viewing angle seluas 178 derajat, ditunjang dua buah DisplayPort 1,3, sebuah USB type-A dan type-C, serta dibekali sepasang speaker 3W. Berdasarkan info sementara, Philips 328P8K mempunyai rasio kontras 1.300 banding 1. DisplayPort 1.3 lebih dipilih dibanding DP 1.4 (dengan Display Stream Compression 1.2) untuk memastikan output warnanya akurat serta sempurna.

Melihat dari spesifikasinya di atas, Philips 328P8K tampaknya disiapkan untuk menyaingi monitor LCD 8K punya Dell, UltraSharp UP3218K yang telah dipasarkan sejak enam bulan lalu. Dan berdasarkan pengamatan AnandTech, ada cukup besar kemungkinan Philips 328P8K menggunakan panel buatan LG Display – juga dipakai oleh Dell UP3218K.

Di versi retail-nya nanti, TPV Technology berencana buat membubuhkan webcam (tidak tersedia di unit demo yang dipamerkan di IFA 2017). Monitor dirancang agar mudah disambungkan ke laptop, sembari mengisi baterainya via fitur  USB charging. Syaratnya, notebook harus siap mendukung mode alternatif DisplayPort 1.4 (saat ini belum ada di produk-produk PC yang telah dipasarkan).

TPV Technology memiliki agenda untuk meluncurkan Philips 328P8K di paruh pertama tahun depan, namun buat sekarang mereka belum bisa menentukan tanggal pelepasannya secara pasti. Proses penyempurnaan produk high-end seperti ini sudah pasti memakan banyak waktu.

Harga Philips 328P8K juga belum diketahui, tapi ada kemungkinan berada di kisaran Dell UltraSharp UP3218K – yang dibanderol US$ 3.900.