Tag Archives: Igloo

Startup insurtech Igloo mengumumkan perolehan pendanaan pra-Seri C senilai $36 juta yang dipimpin Eurazeo dan BNP Paribas Cardif

Startup Insurtech Igloo Raih Pendanaan Pra-Seri C Rp555 Miliar dari Eurazeo dan BNP Paribas Cardif

Startup insurtech Igloo mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri C senilai $36 juta (lebih dari Rp555 miliar) yang dipimpin perusahaan investasi global Eurazeo dan perusahaan asuransi BNP Paribas Cardif. Investor sebelumnya dalam Seri B seperti Openspace Ventures dan La Maison juga turut serta dalam putaran ini.

Investasi dari Eurazeo ini berfokus pada perkembangan teknologi inovatif dan ide bisnis yang mendisrupsi industri asuransi. Sementara investasi dari Openspace dilakukan melalui OSV+ fund, yakni dana  kelolaan khusus pendanaan tahap menengahnya berfokus pada putaran seri C dan D startup di Asia Tenggara.

Dana tambahan ini memungkinkan perusahaan untuk membuka peluang merger dan akuisisi di level horizontal dan vertikal, setelah menambah lisensi sebagai broker di seluruh kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia (bekerja sama dengan PT Solusiutama Tekno Broker Asuransi).

Perusahaan akan meningkatkan jumlah talenta hingga 20% di bidang teknologi, komersial, strategi, dan produk asuransi. Produk asuransi dan nilai rantai juga turut diperluas, dengan merambah produk asuransi kendaraan bermotor, kesehatan, berhubungan dengan iklim, digitalisasi penjaminan dan klaim, serta teknologi AI dan blockchain.

“Kami telah memantau performa Igloo dan terkesan dengan evolusi mereka menjadi platform berbagai asuransi dalam berbagai jalur distribusi dan produk. Kami yakin Igloo berada dalam posisi yang kuat untuk membantu mengatasi penetrasi pasar asuransi yang rendah di Asia Tenggara dengan membuat asuransi lebih mudah diakses dan dipahami oleh konsumen,” ujar Albert Shyy, Managing Director Eurazeo dalam keterangan resmi, Senin (4/12).

Pendanaan ditutup selang 10 bulan setelah mengumumkan seri B+ yang dipimpin InsuResilience Investment Fund II yang dikelola oleh BlueOrchard pada tahun lalu. Secara keseluruhan, Igloo sukses mengumpulkan dana investasi sebesar $100 juta.

Diklaim dalam putaran seri C ini, Igloo mampu meningkatkan valuasi perusahaan sebesar 50%. Faktornya dipengaruhi oleh kemampuan untuk menggandakan nilai Gross Written Premium (GWP) dengan tingkat burn rate rendah, dan model bisnis perusahaan yang berfokus pada engineering dan data. Pencapaian tersebut membuat Igloo selangkah lebih dekat menuju profitabilitas pada 2024.

Pangsa pasar asuransi

Co-founder & CEO Igloo Raunak Mehta menyampaikan, dukungan dari para investor merupakan bukti dari pertumbuhan stabil dan ketangguhan Igloo di tengah-tengah tantangan industri. Babak pendanaan ini merupakan hasil validasi dari strategi dan performa bisnis perusahaan.

“Igloo adalah satu-satunya perusahaan insurtech di Asia Tenggara yang memiliki laporan laba-rugi yang menjanjikan, portofolio multi-produk yang beragam, dan jalur distribusi yang jelas,” terang Mehta.

Country Manager Igloo Indonesia Henry Mixson menambahkan, dukungan dari para investor akan membantu perluas kemampuan Igloo untuk menyediakan layanan asuransi di seluruh Indonesia, dan kemudian memberikan lebih banyak perlindungan kepada para pelanggan kami. Hal ini akan dilakukan melalui peningkatan kemitraan dengan para pelaku industri, perluasan penawaran B2C melalui situs, dan pertumbuhan vertikal baru.

“Dengan begitu, kami dapat melayani lebih banyak pelanggan B2B dan B2C. Kami memahami bahwa pemilu yang akan datang akan mempengaruhi keputusan bisnis dan individu dalam hal pengeluaran. Namun, kami sangat bersemangat dengan berbagai kesempatan di Indonesia. Oleh karena itu, kami akan memanfaatkan peluang-peluang tersebut untuk menyediakan dan menawarkan lebih banyak lagi asuransi yang mudah diakses dan terjangkau untuk meningkatkan literasi dan penetrasi asuransi di Indonesia,” ujar dia.

Pasar asuransi Asia memiliki potensi yang luar biasa, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia, Vietnam, dan Filipina. Kendati adopsi asuransi terus meningkat, namun masih banyak masyarakat yang belum tersentuh layanan asuransi.

Menurut Roadmap Perasuransian Indonesia 2023-2027 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat penetrasi asuransi di Indonesia yang berada di kisaran 3,5% pada 2021 telah menurun menjadi 2,7% pada 2022. Walaupun, hal ini dapat terjadi karena berbagai alasan, salah satunya adalah karena peningkatan PDB, yang berkorelasi dengan target pertumbuhan Indonesia untuk menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-4 pada 2045.

Igloo menargetkan untuk memanfaatkan peluang ini, dengan memperkuat sistem digitalisasi sebagai salah satu strategi utamanya, khususnya dalam lima tahun ke depan. Selain itu, perusahaan akan terus mengembangkan kemitraan dan model bisnis keagenan agar dapat meningkatkan proses yang ada di seluruh rantai nilai asuransi.

Pada 2022, perusahaan ini meluncurkan Ignite by Igloo, sebuah platform digital yang meningkatkan produktivitas mitra penjualan asuransi. Ignite telah bekerja sama dengan 22.000 mitra di Indonesia dan Vietnam, dan memiliki target untuk mencapai 50.000 mitra pada akhir 2023, seiring rencana ekspansi ke negara-negara lain.

Ignite sejalan dengan visi Igloo untuk meningkatkan inklusi keuangan bagi segmen masyarakat yang kurang terlayani, lebih dari 60 persen mitra Ignite adalah adalah perempuan.

Inovasi lainnya dari Igloo adalah Weather Index Insurance, sebuah asuransi parametrik berbasis teknologi blockchain yang dapat membantu kelompok petani. Produk ini berhasil menarik minat berbagai mitra di Vietnam karena potensi dan manfaatnya bagi sektor pertanian. Meskipun produk ini merupakan hal baru di sektor yang sangat tradisional, Weather Index Insurance telah diadopsi oleh ribuan petani Vietnam sejak diluncurkan November tahun lalu, dan melindungi setidaknya 20.000 hektar lahan pertanian kopi dan padi.

Disebutkan, Igloo telah memfasilitasi lebih dari 500 juta polis dan menargetkan untuk menggandakan Gross Written Premium (GWP) sejak 2022. Kini, perusahaan telah menjalin lebih dari 75 kemitraan di enam negara, memperluas penawaran produknya untuk mencakup pembiayaan konsumen, e-commerce, dan logistik.

Application Information Will Show Up Here
Igloo ingin kembangkan layanan insurtech end-to-end / Igloo

Optimisme Igloo Digitalkan Sistem Keagenan Asuransi

Walau digitalisasi tumbuh pesat, ternyata belum mampu menggeser peranan manusia dalam memasarkan produk asuransi. Peran mereka dinilai vital dalam meningkatkan penetrasi, inklusi, dan literasi asuransi yang angkanya masih rendah di Indonesia.

Kendati begitu, operasional para agen asuransi ini belum sepenuhnya terdigitalisasi, masih melibatkan proses manual untuk penerbitan polis, misalnya. Belum lagi terdapat aturan dari regulator yang membatasi mereka untuk menjual produk dari berbagai perusahaan asuransi.

Di saat bersamaan, mereka juga dituntut untuk terus meningkatkan kompetensi dan pengetahuannya. Kesempatan tersebut digarap oleh sejumlah pemain insurtech, salah satunya adalah Igloo melalui Ignite, produk khusus keagenan asuransi.

“Agen asuransi itu sangat penting hadir di Indonesia karena kebanyakan orang mau beli asuransi berdasarkan relationship dan kepercayaan mereka kepada agennya. Terlebih itu ada gap, secara tradisional kerja mereka lama, produknya terbatas. Dari sisi kami ingin bantu mereka dengan aplikasi yang dibuat menyesuaikan kebutuhan agen,” terang Country Manager Igloo Indonesia Henry Mixson saat ditemui DailySocial.id.

Country Manager Igloo Indonesia Henry Mixson / Igloo

Aplikasi Ignite kini ditenagai dengan fitur yang lebih lengkap, berfokus membantu agen dalam pekerjaan administratif dan penawaran produk, serta membantu para pelanggan menemukan produk yang tepat. Fitur-fitur tersebut di antaranya:

  1. Tampilan antar muka didesain untuk pengalaman menjelajah yang lebih cepat dan lancar;
  2. Fast quote mempersingkat alur pembelian dengan menghitung premi dan menghasilkan penawaran hanya dalam hitungan detik;
  3. Proses pembayaran yang terjamin membantu pelanggan bertransaksi dengan rasa aman dan nyaman;
  4. Alat manajemen data untuk tim dan penjualan menggunakan teknologi analisis data dan mengurangi waktu pelaporan manual;
  5. Pelacakan dan pelaporan komisi yang langsung disambungkan ke rekening bank agen secara real-time.

“Mitra (sebutan agen di Igloo) bisa monitor nasabah mereka, produk apa saja yang dibeli nasabahnya, cek pendapatan, komisi, dan poinnya. Lalu ada juga artikel dan video agar mereka semakin teredukasi.”

Igloo bekerja sama dengan belasan perusahaan asuransi meracik lebih dari 30 paket asuransi umum, termasuk asuransi kendaraan, perjalanan, kecelakaan diri, dan properti. Sejumlah perusahaan asuransinya adalah Asuransi Mega Syariah, Asuransi Rama, Asuransi Tugu, Asuransi Staco Mandiri, dan Asuransi Sinar Mas.

Bidik penambahan agen

Perusahaan mengincar para agen asuransi jiwa, agen perjalanan, agen properti, dan anggota MLM sebagai mitra Ignite. Henry menjelaskan, dengan menempatkan para agen sebagai mitra perusahaan, maka memungkinkan mereka untuk bergabung sebagai pengguna Ignite, dan menjual berbagai produk asuransi dari banyak perusahaan.

Terlebih itu, para agen asuransi jiwa existing biasanya sudah memiliki jaringan nasabah, yang mana mereka pasti punya kebutuhan untuk membeli asuransi umum, dan hal pertama yang dilakukan nasabah tersebut adalah menanyakannya ke agen mereka.

“Jadi agen asuransi jiwa ini tetap buka relationship dengan konsumennya. Salah satunya kita lengkapi dengan Ignite. Mereka bisa berjualan semua produk asuransi yang ber-partner dengan Igloo, menawarkan asuransi mobil dari perusahaan asuransi mana saja yang cocok dengan preferensi konsumennya.”

Dari segi edukasi, para agen asuransi jiwa ini biasanya terbilang lebih familiar untuk mempelajari produk asuransi umum yang lebih simpel daripada produk asuransi jiwa. Walau begitu, Igloo juga menyasar para mitra asuransi berasal dari kalangan agen properti dan agen perjalanan. Kedua bisnis ini juga erat kaitannya dengan kebutuhan untuk mencari asuransi.

“Kami juga mengincar para mitra dari kalangan non-agen, seperti masyarakat umum, anggota multi level marketing. Memang proses edukasinya lebih panjang karena harus training, asah soft skill-nya. Tapi aplikasi ini sudah intuitif, untuk knowledge-nya bisa belajar dari aplikasi.”

Ignite tidak hanya hadir di Indonesia, juga hadir di Vietnam, mengingat Igloo adalah perusahaan regional yang beroperasi di sejumlah negara. Diklaim jumlah mitra yang bergabung di Ignite saat ini sebanyak 22 ribu orang. Tidak dirinci masing-masing kontribusi dari kedua negara ini, begitupun peta persebarannya ada di mana saja.

Ditargetkan sampai akhir tahun ini Igloo dapat meningkatkan jumlah mitranya hingga 50 ribu orang dan menjual polis dengan peningkatan hingga 50 kali lipat (Gross Written Premium) dibandingkan tahun sebelumnya. Walau target naik, perusahaan berkomitmen untuk tetap menjaga kualitas pelayanan para mitranya, mengingat bisnis asuransi ini bicara mengenai kepercayaan orang. Target tersebut juga akan dicapai dengan ekspansi Ignite ke negara lainnya.

Tidak hanya jumlah agen, perusahaan juga akan menambah rangkaian produk asuransi yang dapat dijual para agen. Menurutnya, DNA perusahaan adalah inovasi berdasarkan data, jadinya akan selalu sigap dengan semua masukan di lapangan.

Henry juga membuka kemungkinan untuk mulai menjual produk asuransi jiwa, namun untuk produk tertentu saja. “Kita mengedepankan affordability dan accessibility, misal ada nasabah yang sudah punya life insurance tapi belum ada yang cover critical illness misalnya, bisa ditambahkan.”

Produk asuransi lainnya

Sebagai full-stack insurtech, Igloo tidak hanya bermain di bisnis keagenan asuransi saja, tapi juga B2B2C dan direct-to-consumer (situs & aplikasi). Salah satu produk inovatif yang sudah dirilis perusahaan adalah Asuransi Indeks Cuaca berbasis blockchain untuk petani.

Henry mengungkapkan produk tersebut baru hadir di Vietnam, dan kini sedang dipersiapkan kehadirannya di Indonesia. Hanya saja, ia belum bisa memberikan detail spesifik mengenai waktunya. Ia berdalih bahwa perusahaan masih berdiskusi dengan berbagai pemangku kepentingan mengenai skema model bisnisnya.

“Kami masih coba dari beberapa channel, bisa dengan kementerian terkait, perbankan yang kasih pinjaman ke petani, asosiasi petani, atau startup. Kami ingin edukasi para petani yang punya kebutuhan ini tapi enggak tahu kalau ada produk ini.”

Menurutnya, produk asuransi ini menggunakan smart contract yang dapat mengotomatisasi klaim berdasarkan tingkat curah hujan yang terjadi. Bila menggunakan asuransi konvensional biasanya harga premi yang dipatok mahal karena harus didatangi petugas, baik saat beli premi ataupun klaim.

“Petani jadi susah untuk beli, belum lagi ada kecenderungan scam. Nanti ketika petani beli tinggal masukkan lokasi, jenis tanaman, dan luas sawah. Bila cuaca jelek, tanpa mereka harus klaim sendiri, secara sistem akan langsung dibayarkan.”

Produk ini nantinya akan dijual mulai dari seharga puluhan ribu saja dan dihitung berdasarkan musim tanam dan per hektar tanah.

Di Vietnam, perusahaan menggunakan data-data dan bekerja sama dengan PVI Insurance, Administrasi Meteorologi dan Hidrologi Vietnam (VNMHA), Saigon Hanoi Insurance Corporation (BSH), dan reasuransi internasional SCOR untuk memperluas Asuransi Indeks Cuaca ini kepada petani kopi, dari sebelumnya untuk petani padi.

Harga preminya mulai dari VND 1.000.000 (Rp600 ribu) per hektar, dengan area cakupan minimum 0,1 hektar dan cakupan hingga VND 40.000.000 (Rp25,6 juta) per hektar. Diluncurkan akhir tahun lalu, Asuransi Indeks Cuaca untuk petani padi kini telah mencakup lebih dari 6.000 hektar sawah di 8 provinsi di Vietnam.

“Bahkan kami sedang mengembangkan produk yang lebih universal, jadi bisa untuk semua jenis tanaman karena pada dasarnya ini semua bergantung pada cuaca,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here
Startup insurtech Igloo makin menyeriusi bisnis keagenan asuransi dengan menambah 20 fitur terbaru di platform Ignite

Startup Insurtech Igloo Seriusi Lini Keagenan Lewat Aplikasi Ignite

Startup insurtech Igloo makin menyeriusi bisnis keagenan asuransi dengan menambah beragam fitur terbaru di platform Ignite, bersamaan dengan rebranding logo. Prospek bisnis ini dinilai lebih menjanjikan karena agen memainkan peranan penting dalam inklusi produk asuransi di kawasan Asia Tenggara.

Country Manager Igloo Indonesia Henry Mixson menyampaikan, pihaknya memahami bahwa karakter orang Indonesia yang suka membangun hubungan personal, termasuk dengan agen asuransi mereka. Berdasarkan wawasan tersebut dan pemahamannya tentang pasar dan teknologi terkini, pihaknya meyakini dapat memberdayakan agen untuk menjadi penasihat terpercaya bagi para pelanggan.

Rebranding Ignite akan memberikan berbagai fitur baru yang dapat meningkatkan pengalaman agen dan produktivitas mereka, serta mengatasi berbagai kendala yang dihadapi pelanggan. Kami yakin versi terbaru Ignite akan menyediakan teknologi yang dibutuhkan para agen untuk mengembangkan kemampuan, berkolaborasi dengan agen lain, serta memastikan mereka memenuhi kebutuhan para pelanggan,” jelas Henry dalam keterangan resmi, Selasa (25/7).

Fitur Ignite

Homepage Ignite

Dalam versi teranyarnya, Ignite menghadirkan 20 fitur terbaru dari sebelumnya tersedia sembilan fitur. Keseluruhan fitur ini membantu agen dalam pekerjaan administratif dan penawaran produk, serta membantu para pelanggan menemukan produk yang tepat. Terlebih, kini Ignite memiliki lebih dari 30 paket asuransi, termasuk asuransi roda dua, perjalanan, kecelakaan diri, dan properti. Adapun fitur-fitur baru ini meliputi:

  • Tampilan antarmuka baru untuk pengalaman menjelajah yang lebih cepat dan lancar;
  • Fast quote mempersingkat alur pembelian dengan menghitung premi dan menghasilkan penawaran hanya dalam hitungan detik;
  • Proses pembayaran yang terjamin membantu pelanggan bertransaksi dengan rasa aman dan nyaman;
  • Alat manajemen data untuk tim dan penjualan menggunakan teknologi analisis data dan mengurangi waktu pelaporan manual;
  • Pelacakan dan pelaporan komisi yang langsung disambungkan ke rekening bank agen secara real-time.

“Agen memainkan peran penting dalam inklusi layanan asuransi terutama di kawasan Asia Tenggara, karena sentuhan manusiawi mereka tetap menjadi kekuatan utama dalam penjualan asuransi. Pembaruan platform Ignite menunjukkan komitmen kami terhadap pertumbuhan industri, menjembatani kesenjangan dalam rantai nilai asuransi, dan mewujudkan misi kami yaitu Insurance for All,” tambah Co-founder dan CEO Igloo Raunak Mehta.

Sejak dirilis pada tahun lalu, diklaim Ignite telah merekrut lebih dari 22 ribu agen di Indonesia dan Vietnam, memfasilitasi lebih dari 36 ribu polis. Diterangkan, dengan Ignite, para agen dapat menjangkau konsumen dengan mudah, sehingga pekerjaan mereka tetap relevan di tengah digitalisasi industri asuransi.

Selain mendigitalkan operasi agen asuransi, Ignite juga mendigitalkan proses asuransi untuk lebih dari 10 perusahaan asuransi, termasuk Sinarmas Insurance, Tugu Insurance, dan Asuransi Takaful.

Ditargetkan pada akhir tahun ini, Ignite dapat meluncur di berbagai negara, dengan target menjangkau 50 ribu agen dan menjual polis dengan peningkatan hingga 50 kali lipat (Gross Written Premium) dibandingkan tahun sebelumnya.

Dipaparkan, perusahaan telah bermitra dengan lebih dari 55 perusahaan di tujuh negara, di antaranya Singapura, India, Thailand, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia, dengan pusat teknologi di Tiongkok dan India. Dari kemitraan tersebut, perusahaan menawarkan lebih dari 15 produk asuransi dengan lebih dari 300 juta polis terfasilitasi dan kenaikan premi bruto sebesar 15 kali lipat sejak 2019.

Tantangan keagenan asuransi

Sebelumnya, Founder & CEO PasarPolis Cleosent Randing merinci ada beberapa permasalahan mendasar yang ada dalam industri asuransi. Misalnya, inovasi yang tidak terlalu kencang, produk yang tidak terjangkau untuk masyarakat luas, hingga proses bisnis banyak yang masih manual. Dari sini, banyak sekali kesempatan digitalisasi yang dapat dilakukan oleh pemain insurtech.

Berangkat dari kondisi tersebut, PasarPolis mengambil pendekatan: membangun “digital engagement”, menautkan asuransi sebagai bagian dari gaya hidup digital masyarakat Indonesia, dengan menghadirkan layanan “embedded insurance”.

“Seperti saat orang membeli barang di marketplace, asuransi berasa seperti udara [sesuatu yang mengiringi, dalam hal ini untuk perlindungan barang]. Jadi tujuannya mendatangkan asuransi ke kehidupan orang, bukan orang yang datang untuk mencari asuransi. Kemitraan ini adalah strategi terbaik untuk mengakses pelanggan,” jelas Cleo.

Co-founder & COO Qoala Tommy Martin menambahkan, tiap kali ada inovasi yang mengubah perilaku masyarakat akan menimbulkan risiko baru. Kesempatan inilah yang bisa digarap perusahaan asuransi, sehingga produknya juga dituntut untuk terus berinovasi. Dunia asuransi itu sendiri dikenal sebagai industri yang kaku dengan proses kerja yang tidak sedinamis layanan insurtech.

“Asuransi harus menjadi lifestyle yang bukan dicari untuk satu tahun, tapi bisa dibeli beberapa kali dalam setahun. Makanya harus dikaitkan dengan lifestyle,” ujarnya.

Kedua perusahaan di atas juga mulai tancap gas memanfaatkan kanal distribusi yang paling banyak dicari konsumer, yakni keagenan. Fuse bahkan hanya memfokuskan diri di model bisnis ini saja.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu menyampaikan, bagi perusahaan asuransi jiwa, agen itu ibarat darah segar. Bila tidak melakukan rekrutmen, akan membahayakan perusahaan yang mengadopsi strategi agency. Namun catatan ini hanya berlaku bagi perusahaan asuransi jiwa yang menggunakan agency sebagai kanal distribusinya.

Togar juga menegaskan model keagenan tidak bisa dipisahkan dari budaya masyarakat Indonesia hingga seluruh masyarakat memahami pentingnya proteksi asuransi jiwa bagi dia dan keluarganya. Sebab, produk asuransi sampai saat ini masih ‘dijual’, bukan ‘dibeli’.

Bisnis keagenan ini termasuk mahal dan memiliki turnover yang tinggi. Kendati begitu, perusahaan yang mengandalkan kanal ini tetap harus melakukan perekrutan agar tetap tumbuh dalam kondisi apapun. Togar menyebut ada rumusan umum dalam merekrut agen, yakni 10:3:1. Artinya, dari setiap 10 orang yang diundang, hanya tiga orang yang tertarik dan mengikuti pelatihan. Namun pada akhirnya hanya satu orang yang bersedia menjadi agen asuransi jiwa.

“Kalau dianalogikan, mie instan itu tinggal taruh di-display, lalu orang datang membelinya. Produk asuransi jiwa enggak bisa begitu. Dia harus ditawarkan. Nah, inilah yang menyebabkan kenapa peranan tenaga pemasar asuransi jiwa menjadi penting,” katanya.

Application Information Will Show Up Here
Startup insurtech yang berbasis di Singapura Igloo mengumumkan telah menyelesaikan pendanaan Seri B senilai $46 juta berasal dari konsorsium investor berpengaruh

Startup Insurtech Igloo Tutup Putaran Seri B 716 Miliar Rupiah, Seriusi Bisnis di Indonesia

Startup insurtech yang berbasis di Singapura Igloo mengumumkan telah menyelesaikan pendanaan seri B senilai $46 juta (lebih dari 716 miliar Rupiah). Putaran ini sudah berlangsung sejak Maret 2022 dengan perolehan sebesar $19 juta dipimpin oleh Cathay Innovation, dengan tambahan investasi dari ACA dan sejumlah investor sebelumnya, termasuk Openspace.

Dana tambahan sebesar $29 juta ini berasal dari konsorsium investor berpengaruh, di antaranya InsuResilience Investment Fund II yang diprakarsai oleh Bank Pembangunan Jerman KfW atas nama Kementerian Federal Kerja Sama & Pembangunan Ekonomi Jerman (BMZ) yang dikelola oleh investor  seperti BlueOrchard Finance Ltd., yang memimpin pendanaan lanjutan ini. Selain itu, investor lainnya, WWB Capital Partners yang dikelola oleh Women’s World Banking Asset Management (WAM), FinnFund, La Maison, dan investor utama seri B, Cathay Innovation.

Dana tambahan ini akan menjadi amunisi perusahaan dalam memiliki fondasi finansial selama beberapa tahun mendatang. Perusahaan akan merekrut talenta tarbaik di bidang engineering, produk, desain, dan pengolahan data, mengingat 50% tim Igloo difokuskan untuk penelitian dan pengembangan. Tak hanya itu, Igloo sedang dalam proses mengidentifikasi dan mengamankan berbagai peluang merger dan akuisisi untuk mewujudkan visinya ‘Asuransi untuk Semua’ sesegera mungkin.

Head of Private Equity Investments Asia BlueOrchard Mahesh Joshi menyampaikan, dengan keahlian, kemampuan, dan teknologi untuk mengembangkan produk-produk dan solusi yang secara langsung menguntungkan kelompok target yang pihaknya sasar, Igloo merupakan perusahaan yang tepat untuk mendukung misinya dalam upaya melindungi dan meningkatkan ketangguhan komunitas-komunitas yang rentan terhadap dampak perubahan iklim.

Co-founder dan CEO Igloo Raunak Mehta menambahkan dukungan dari para investor ini menunjukkan nilai yang ditawarkan Igloo dalam mempermudah akses asuransi untuk masyarakat yang belum terlayani, khususnya pekerja gig dan UMKM.

“Sebagai firma insurtech terdepan di Asia Tenggara, membangun ekosistem yang berkelanjutan menjadi prioritas utama bagi kami. Sekarang kami siap untuk memanfaatkan keahlian dan meningkatkan pertumbuhan di seluruh wilayah, serta terus memperkuat portofolio produk dan layanan dalam mengatasi kesenjangan asuransi tradisional,” terangnya.

Menurutnya, babak pendanaan seri teranyar ini membuktikan kepercayaan para investor terhadap performa cemerlang perusahaan yang secara konsisten membawa cakupan asuransi ke segmen uninsured dan underinsured yang berpopulasi besar di Asia Tenggara.

Sejalan dengan riset e-Conomy 2022, disampaikan bahwa asuransi digital merupakan salah satu sektor yang tumbuh cepat dalam layanan keuangan digital, dengan pertumbuhan sebesar 64% secara year-on-year. Secara nilai diprediksi mencapai $400 juta pada 2022 dan tumbuh hingga $1 miliar pada 2025 mendatang.

Kehadiran insurtech dinilai dapat secara positif meningkatkan penetrasi, inklusi, dan literasi digital, khususnya dalam industri asuransi di Indonesia. Data ini juga menunjukkan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang potensial untuk industri insurtech.

Angkat country manager di Indonesia

Country Manager Igloo Indonesia Henry Mixson / Igloo

Sejalan dengan komitmen perusahaan dalam mendukung industri asuransi di tanah air, Igloo telah menunjuk Henry Mixson sebagai Country Manager Igloo di Indonesia. Henry telah berpengalaman selama lebih dari 10 tahun di industri teknologi dan fintech. Sebelumnya, ia sempat menjabat sebagai Country Manager dan Regional Head of Credit Aspire Financial Technology dan merupakan salah satu dari tim pendiri di Tunaiku/Amar Bank.

“Saya sangat senang bergabung dengan Igloo dan berharap dapat berkontribusi dalam misi perusahaan ini untuk menyediakan asuransi bagi semua. Saya optimis bahwa Igloo berada dalam jalur yang tepat dan memiliki posisi yang kuat dengan inovasi teknologi untuk menyediakan asuransi yang sesuai kebutuhan dan terjangkau bagi setiap level masyarakat,” papar Henry.

Posisi Henry diharapkan dapat membawa Igloo menuju posisi selanjutnya sebagai pemain yang dominan di Indonesia. Mehta menambahkan, di bawah pimpinan Henry, Igloo menargetkan peningkatan pertumbuhan perusahaan hingga tiga kali lipat pada 2023 dengan meluncurkan lebih banyak produk, menjalin kemitraan, menemukan lebih banyak mitra distribusi, dan membantu lebih banyak pelanggan sesuai kebutuhannya.

Diklaim hingga saat ini, perusahaan telah menjalin kemitraan dengan lebih dari 55 perusahaan di tujuh negara dan lebih dari 15 produk dalam rangkaian produknya terus berkembang. Perusahaan telah memfasilitasi lebih dari 300 juta polis dan meningkatkan premi bruto sebesar 30 kali lipat sejak pertama kali berdiri di 2019.

Baru-baru ini perusahaan meluncurkan produk Asuransi Indeks Cuaca paramatrik di Vietnam, satu dari lima negara pengekspor beras terbanyak. Produk ini memanfaatkan kontrak pintar berbasis blockchain, mengautomasi pembayaran klaim yang dihitung menggunakan nilai yang telah ditetapkan sebelumnya untuk kerugian yang disebabkan oleh cuaca atau bencana alam.

Ke depannya, Igloo berencana untuk memperluas jangkauan produk tersebut ke Indonesia sebagai negara penghasil padi terbesar ke-3 di Indonesia, untuk melindungi para petani padi yang belum tersentuh layanan asuransi.

Application Information Will Show Up Here
Startup insurtech Igloo merilis produk Asuransi Indeks Cuaca berbasis blockchain untuk para petani padi yang belum terlayani asuransi, pertama kali di Vietnam baru Indonesia

Igloo Terapkan Blockchain untuk Layanan Insurtech di Bidang Pertanian

Startup insurtech Igloo merilis produk Asuransi Indeks Cuaca berbasis blockchain untuk para petani padi yang belum terlayani asuransi. Asuransi ini memanfaatkan smart contract yang dapat mengotomatisasi klaim berdasarkan tingkat curah hujan yang terjadi.

Asuransi Indeks merupakan pendekatan baru untuk mengatasi risiko kerugian petani akibat bencana alam atau cuaca yang tidak menentu dengan menggunakan data indeks cuaca yang telah ditentukan sebelumnya. Di Indonesia, kondisi cuaca yang tidak menentu sering kali menjadi kendala bagi para petani. Inisiatif ini sebenarnya sudah diungkapkan perusahaan yang ingin memperluas solusi proteksi ke lebih banyak sektor melalui inisiatif, seperti DeFi (Decentralised Finance).

Dari data Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Sumatera Selatan menunjukkan bahwa di provinsi tersebut, sebagai daerah penghasil beras terbesar ke-4 di Indonesia, mengalami penurunan hasil padi hingga 1,7 juta ton pada 2021. Penyebabnya dikarenakan pola cuaca yang berubah-ubah hingga terjadi banjir yang menggenangi area pertanian.

Co-founder & CEO Igloo Raunak Mehta menyampaikan, Asuransi Indeks Cuaca yang dihadirkan ini dapat mengurangi risiko petani akibat kondisi cuaca buruk dan merugikan mereka. Produk ini menawarkan proses penyelesaian klaim yang lebih cepat, sederhana, objektif, serta membantu memberikan proses pembayaran berdasarkan peristiwa yang terjadi dan metrik resmi yang dapat diakses publik.

“Asuransi ini diharapkan dapat permudah petani mendapatkan akses asuransi dengan harga premi yang jauh lebih terjangkau,” ucapnya dalam keterangan resmi.

Baru hadir di Vietnam

Asuransi Indeks Cuaca menggunakan data curah hujan dari Vietnam Meteorological and Hydrological Administration (VNMHA) dan dipantau oleh Igloo, asuransi parametrik ini akan membayar kerugian berdasarkan kalkulasi yang telah ditentukan akibat cuaca atau bencana alam. Selain itu, petani juga dapat dengan mudah dan cepat mengajukan klaim tanpa perlu melakukan verifikasi individual sehingga biaya transaksi lebih terjangkau.

Pengaturan pembayaran klaim berbasis blockchain yang diberikan juga mampu meningkatkan transparansi dan konsistensi sehingga menciptakan sistem yang kredibel. Menurut Mehta, tingkat perubahan iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya, ditambah dengan menurunnya rantai pasokan akibat COVID-19, mendorong kebutuhan adanya solusi asuransi pertanian bagi komunitas petani kecil.

Oleh karenanya, pihaknya berupaya memberikan pendekatan yang terintegrasi dengan ekosistem yang lebih luas untuk memperkuat tingkat ketahanan petani yang berfokus pada inovasi produk dan distribusi. “Peluncuran Asuransi Indeks Cuaca berbasis blockchain pertama ini telah memperkuat komitmen kami untuk membuat asuransi lebih mudah diakses dan terjangkau melalui teknologi,” tambah dia.

Sebagai langkah awal, Asuransi Indeks Cuaca telah melindungi lebih dari 5.000 hektar lahan di Vietnam dan ditargetkan untuk melindungi 50.000 hektar dalam beberapa musim ke depan melalui kerja sama dengan sejumlah perusahaan milik negara dan swasta.

Vietnam merupakan salah satu dari lima negara pengekspor beras terbesar di dunia, dengan 95% hasil ekspor berasal dari wilayah Delta Mekong. Meski demikian, produksi pangan tidak lepas dari tantangan kondisi iklim yang kurang baik, seperti banjir dan perubahan pola curah hujan yang mampu menurunkan produksi para petani padi.

Mehta melanjutkan, ke depannya Igloo akan memperluas solusi asuransi Indeks Cuaca di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sebagai negara penghasil beras terbesar ke-3 di dunia. Tingginya risiko akibat perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu diharapkan dapat teratasi dengan solusi Asuransi Indeks Cuaca serta melindungi petani dari kerentanan finansial untuk menanam kembali.

Pencapaian

Diklaim, hingga saat ini Igloo telah memfasilitasi lebih dari 300 juta polis di Asia Tenggara dan berencana untuk memperluas solusi perlindungan ke sektor yang belum terlayani asuransi dengan pemanfaatan teknologi yang canggih. Potensi bisnis Igloo yang kuat terletak pada pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara yang diperkirakan mencapai 300 miliar dolar Amerika pada 2025.

Igloo sendiri berbasis dari Singapura dengan kantor yang tersebar di Indonesia, Thailand, Filipina, Vietnam, Malaysia dengan pusat teknologi di India dan Tiongkok. Dalam data sebelumnya, diklaim Igloo mencetak kenaikan gross written premium (GWP) sebesar tiga kali lipat pada 2021.

Perusahaan memiliki lebih dari 30 kemitraan besar dan jejak regional yang terus meningkat. Igloo berambisi ingin memfasilitasi lima persen Premi Asuransi Umum untuk lima tahun ke depan di regional ini. Dalam mewujudkan ambisi tersebut pada Maret 2022, perusahaan mengumumkan pendanaan Seri B senilai $19 juta yang dipimpin Cathay Innovation dengan partisipasi dari investor sebelumnya, termasuk Openspace. Pendanaan ini membuat total pendanaan yang diterima perusahaan mencapai lebih dari $36 juta.

Rangkaian inovasi yang dilakukan perusahaan adalah meluncurkan platform berbasis AI, Ignite, untuk meningkatkan produktivitas mitra agen asuransi dan penjualan, serta mempercepat proses penjualan menjadi lebih sederhana dan efisien. Ignite menawarkan beragam produk asuransi dalam satu platform, mulai dari asuransi motor dan kecelakaan diri yang disediakan oleh perusahaan asuransi yang telah bermitra. Disebutkan ada lebih dari 1000 mitra agen yang telah memanfaatkan platform ini.

Sebelum meluncurkan Ignite, Igloo juga menawarkan embedded insurance di Indonesia yang bekerja sama dengan berbagai mitra, seperti RedDoorz yang menawarkan Guest Protection (Proteksi pelanggan), Layanan keuangan digital DANA yang menawarkan Gadget and Gamer’s Health Protection (proteksi gawai dan kesehatan gamer), serta perusahaan e-commerce ternama Bukalapak yang menawarkan enam produk seperti transit, elektronik, proteksi barang dan lainnya.

DailySocial mewawancarai Raunak Mehta dari Igloo / DailySocial

[Video] Strategi Kolaborasi Platform Insurtech Igloo

Makin banyak platform insurtech yang tersedia di Indonesia. Tidak hanya menawarkan asuransi jiwa, tetapi juga perlindungan terhadap gadget, asuransi perjalanan, dan lainnya.

Bersama Chief Commercial Officer Igloo Raunak Mehta, diskusi #DScussion DailySocial membahas tren asuransi digital di Indonesia.

Untuk video menarik seputar startup dan teknologi lainnya, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV.

Startup yang bergerak di bidang Insurtech (Insurance Technology)

Daftar Startup Insurtech di Indonesia

Startup yang bergerak di bidang Insurtech (Insurance Technology) di Indonesia tidak sedikit pemainnya. Insurtech merupakan bisnis yang coba mendigitalkan manajemen produk asuransi, bentuknya berupa kanal informasi dan perbandingan produk, pemesanan layanan, hingga klaim asuransi. Berikut ini daftar startup Insurtech di Indonesia:

PasarPolis

PasarPolis salah satu startup insurtech indonesia yang resmi diperkenalkan pada tahun 2015

PasarPolis salah satu startup bidang insurtech yang resmi diperkenalkan pada masyarakat pada 3 Maret 2015. Disebutkan PasarPolis telah bermitra dengan lebih dari 100 produk asuransi dari sekitar 30 mitra asuransi yang memasarkan produknya di situs PasarPolis. PasarPolis menyediakan enam jenis produk asuransi, seperti asuransi perjalanan, kecelakaan diri, properti, kesehatan, jiwa, dan kendaraan motor.

Tahun lalu, setelah mengumumkan ambisi ekspansinya ke pasar regional dimulai dari Thailand dan Vietnam, PasarPolis mulai mengembangkan di sektor pariwisata, yaitu produk asuransi yang ditawarkan PasarPolis seperti asuransi perjalanan dan penundaan penerbangan. Sementara untuk e-commerce produk yang ditawarkan mencakup penanggungan kerusakan produk saat proses pengiriman.

RajaPremi

RajaPremi adalah startup insurtech dengan portal asuransi pertama di Indonesia. Startup yang sebenarnya sudah digarap sejak 2012 ini, dan dirintis oleh tiga orang founder, Chang Jeh sebagai CEO, Keith Chee sebagai CTO, dan Margaretha Venny sebagai General Manager.

Layanan yang mengklaim dirinya sebagai pelopor pasar asuransi online di Indonesia ini menawarkan banyak produk yang salah satunya adalah asuransi jiwa dan kesehatan. Melalui situs ini, masyarakat diajak untuk membandingkan harga dan memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Bahkan, rajapremi.com juga menyediakan konsultasi gratis dengan konsultan asuransi independen untuk memudahkan calon pengguna layanannya memilih asuransi yang tepat.

Qoala 

Startup insurtech indonesia qoala merupakan salah satu peserta dari Grab Ventures Velocity (GVV)

Qoala juga merupakan startup insurtech yang menjembatani proses klaim asuransi melalui sistem teknologi. Qoala sendiri berada di bawah PT Archor Teknologi Digital dan merupakan salah satu peserta dari Grab Ventures Velocity (GVV) batch kedua.

Semua proses klaim Qoala menggunakan teknologi digital berbasis artificial intelegence (AI). Gunanya untuk mempercepat proses identifikasi terhadap seseorang. Sehingga proses klaim jadi lebih efektif dan tentu saja cepat. Waktu klaim yang dijanjikan Qoala hanya butuh beberapa menit saja. Bahkan klaim bisa dikirimkan melalui pembayaran digital OVO dan Gopay.

Wowpremi

WowPremi masuk dalam daftar startup insurtech indonesia

WowPremi masuk dalam daftar startup insurtech yang tidak hanya melayani pengajuan polis asuransi jiwa secara online, melainkan juga membantu calon nasabah mencocokan kebutuhan asuransi karena WowPremi menyediakan banyak kategori asuransi dari perusahaan asuransi terkemuka. Selain didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), WowPremi menggandeng payment gateway yang didukung oleh 21 bank dan kartu kredit sehingga proses pembayaran asuransi dijamin aman dan instan.

Futuready

Futuready adalah salah satu startup insurtech Indonesia yang bisnis perusahaannya pialang (lebih dikenal broker) asuransi, dengan jalur penjualan khusus online. Perusahaan ini diklaim memiliki lisensi resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan nama usaha PT Futuready Insurance Broker dan nomor izin no. KEP-518/NB.1/2015.

Futuready adalah startup insurtech indonesia yang bisnisnya pialang (lebih dikenal broker) asuransi

Setelah sebelumnya fokus kepada onboarding customer, saat ini Futuready fokus kepada layanan pelanggan secara menyeluruh, terutama dalam hal proses klaim asuransi. Didukung dengan teknologi dan pilihan pembayaran pelanggan, mereka menyebutkan proses klaim bisa dilakukan hanya dalam waktu 48 jam saja.

Igloo

Igloo merupakan asuransi digital on-demand untuk perlindungan layar. Aplikasi yang dilengkapi dengan teknologi machine learning tersebut menyediakan layanan asuransi khusus untuk perlindungan layar (screen protector) untuk semua tipe dan merek ponsel yang tersedia di Indonesia.

Saat ini Igloo hanya menyediakan asuransi untuk layar ponsel saja, namun ke depannya Igloo juga akan menghadirkan asuransi untuk perjalanan wisata, perlindungan furnitur dan barang berharga di apartemen.

Lifepal

Lifepal, startup insurtech yang hadir dalam bentuk platform marketplace , layanannya membantu membandingkan, membeli, dan menggunakan produk asuransi sesuai dengan kebutuhan dan anggaran. Adapun produk yang ditawarkan mulai dari asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi kendaraan, asuransi perjalanan, dan lain sebagainya.

Lifepal, startup insurtech indonesia yang hadir dalam bentuk platform marketplace

Lifepal menyediakan pilihan paket asuransi kesehatan dan jiwa yang lengkap, mulai dari Paket Keluarga, Paket Penyakit Kritis, Paket Kehamilan, hingga Paket Lanjut Usia. Juga menawarkan perbandingan perlindungan dengan manfaat terbaik dan harga premi termurah dari berbagai brand asuransi ternama untuk melindungi karyawan perusahaan.

9lives

9Lives (PT. Nine Lives Indonesia) merupakan sebuah perusahaan startup insurtech Indonesia yang bergerak dibidang usaha aktivitas konsultasi digital dan managemen fasilitas informasi teknologi lainnya, yang menyediakan pelayanan dalam pencarian dan pembelian polis asuransi. Serta klaim asuransi melalui sebuah mobile aplikasi.

Hadir di Indonesia sejak tahun 2018, 9Lives mencoba relevan dengan inovasi microinsurance. Yang terbaru mereka meluncurkan Asuransi Selfie yang secara khusus melindungi wajah saat terjadi kecelakaan. Produk ini diharapkan cocok dengan target pasarnya, yaitu kalangan milenial khususnya kaum perempuan.

Cekpremi

Satu lagi layanan perbandingan produk finansial hadir di Indonesia. Meski bukan yang pertama, CekPremi besutan PT Reventon Mitra Utama ini mencoba hadir sebagai portal informasi dalam perbandingan produk asuransi online.

Sebagai penyedia layanan perbandingan asuransi, Cekpremi memiliki peran ganda yang untuk dapat menguntungkan konsumen maupun mitra asuransi yang berpartisipasi. Melalui situs resminya, saat ini CekPremi baru menyediakan jasa perbandingan produk asuransi untuk mobil, motor dan juga asuransi perjalanan. Keunggulan lain yang ditawarkan oleh CekPremi yaitu mereka berani memberikan garansi 200% dari perbedaan harga jika konsumen menemukan premi yang lebih murah daripada yang dijual di Cekpremi.

Premiro

Premiro, portal pembanding asuransi yang menginginkan pelanggan memegang kendali. Startup insurtech ini menghubungkan pengguna dengan produk-produk asuransi pilihan secara instan tanpa harus meninggalkan rumah atau pekerjaan. Hemat waktu dan tenaga. Dengan memberikan kebebasan memilih asuransi yang paling sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Premiro menghadirkan empat produk. Untuk asuransi perjalanan, bagi yang ingin ke luar negeri hanya melayani perjalanan tunggal. Pada produk asuransi kendaraan, terdapat beragam pilihan perlindungan serta disediakan bengkel rekanan terpilih. Perlindungan untuk properti dan harta benda, tersedia untuk memproteksi risiko terhadap kebakaran, banjir, pencurian, perampokan dan berbagai risiko lain. Selanjutnya adalah produk kesehatan, pribadi dan jiwa.

Asuransi88

Bekerja sama dengan lebih dari 10 perusahaan penyedia asuransi, Startup insurtech Asuransi88 mengklaim menawarkan layanannya secara gratis, mudah, tidak bias, dan independen. Monetisasi melalui iklan dan lead pembelian produk melalui situsnya merupakan model bisnis yang coba dibangun oleh Asuransi88.

Startup insurtech indonesia Asuransi88 bekerja sama dengan lebih dari 10 perusahaan penyedia asuransi

Melalui Internet, Asuransi88 menawarkan kemudahan bagi para penggunanya untuk dapat memiliki layanan asuransi idaman dari yang dulunya harus melalui proses yang cukup lama dan membuang waktu. Hanya dengan tiga langkah, seperti yang dikutip dari rilis persnya, pengguna sudah bisa mendapatkan asuransi terbaik sesuai dengan kebutuhannya.

Dampak yang dirasakan pemain insurtech telah mendorong hadirnya inovasi baru di masa pandemi

Peran dan Strategi Insurtech di Tengah Pandemi

Penerapan PSBB di situasi pandemi telah mendorong banyak bisnis untuk beralih ke ranah digital. Hal ini menjadi momentum bagi industri bisa mempercepat laju transformasi digital, salah satunya di sektor asuransi. Sebelum pandemi melanda negeri ini, sudah ada beberapa platform insurtech yang meluncur di tanah air menawarkan berbagai macam asuransi mulai dari yang paling dasar kesehatan, perjalanan hingga perangkat lainnya. Beberapa di antaranya adalah Qoala, Futuready, PasarPolis, dan Igloo.

Tim DailySocial berdiskusi dengan sejumlah pemain dan pengamat industri mengenai dampak dan peran insurtech dalam situasi pandemi ini. Beberapa di antaranya sudah muncul dengan inovasi baru guna berkontribusi dalam masyarakat serta melanjutkan bisnis di tengah krisis.

Bergerak secara digital

CEO Futuready Indonesia Keet Peng Onn menyampaikan bahwa dampak pandemi ini belum terlalu signifikan pada perusahaannya, jika dibandingkan dengan industri lainnya, salah satunya adalah travel. Saat ini, pihaknya mengaku sedang fokus membantu menjembatani para pemegang polis untuk memperoleh refund (pengembalian dana) atas produk asuransi perjalanan yang mengalami pembatalan akibat pembatasan travel.

COO Qoala Tommy Martin menyebut pihaknya turut merasakan dampak pandemi pada aspek bisnis dan operasional perusahaan. Karena itu, pihaknya menerapkan beberapa strategi untuk bisa tetap beroperasi secara digital. Pertama, dengan mengikuti anjuran pemerintah dan menerapkan full WFH policy. Kedua, melancarkan strategi keuangan dengan fokus pada pengurangan anggaran operasional daripada mengambil jalur PHK. Ketiga, memaksimalkan pemasaran di jalur online serta melakukan inovasi produk untuk tetap dapat menjangkau masyarakat.

Igloo, perusahaan rebranding Axinan yang belum lama ini mendapatkan pendanaan, mengaku dengan keterbatasan aktivitas offline serta traffic e-commerce yang semakin padat, asuransi terkait transaksi online menjadi esensial.

“Kami memahami bahwa ini adalah masa yang sulit, karenanya Igloo, bersama dengan mitra asuransi kami, membuat beberapa perubahan pada klaim kebijakan untuk mengakomodasi perkembangan rantai pasok dalam ekosistem kami,” ujar Country Manager Igloo Indonesia Pradityo Anggoro Kusumo.

Kolaborasi menciptakan inovasi

Seperti diketahui, pandemi ini telah membatasi banyak sekali aspek bisnis dan operasional perusahaan. Dibutuhkan inovasi untuk mengatasi isu-isu yang muncul selama situasi pandemi ini berlangsung, salah satunya melalui kolaborasi.

Qoala, berbekal pendanaan Seri A yang baru saja didapat, bekerja sama dengan perusahaan asuransi menyediakan layanan asuransi yang mencakup risiko terjangkit Covid-19 untuk konsumen dan UMKM di seluruh Indonesia. Selain itu, Qoala juga bekerja sama dengan sejumlah asuransi kredibel terkait Covid-19 melalui sejumlah platform, salah satunya GrabKios.

Sementara itu, dalam rangka berkontribusi di masa pandemi, Futuready telah memfasilitasi beberapa produk asuransi terkait Covid-19, salah satunya yang mengakomodasi Uang Santunan Harian pada nasabah yang dirawat, serta turut membagikan 500 polis asuransi kesehatan secara cuma-cuma.

Pengamat asuransi dan pengajar Sekolah Tinggi Asuransi Trisakti Azuarini Dyah berpendapat pemasaran asuransi melalui digital bisa meningkatkan kesadaran untuk berasuransi dengan tren masyarakat yang mulai melek teknologi. Ia  menyampaikan beberapa hal yang harus diperhatikan. “Regulator diharapkan bisa membuat batasan batasannya mana yang bisa dijual via digital atau tidak. Menurut saya, tidak bisa semua aspek asuransi bergerak via digital karena tergantung jenis perlindungan, mekanisme penutupan, dan preminya,” sebut Azuarini dalam pesan singkat kepada DailySocial.

E-commerce Integration as Igloo’s Strategy to Increase the Insurance Product Penetration

Igloo, known as Axinan, is a Singapore-based insurtech which available in some Southeast Asia members, including Indonesia. Recently, the company announced series A+ worth of US$16 million or around 238.4 billion Rupiah. Intouch Holdings PLC led this round with the participation of Openspace Ventures, Linear Capital, and some investors from the previous round.

In this round, the company also announced a rebranding valid for all products and services throughout the operational areas as per April 2020, from Axinan to Igloo.

Previously, Igloo app arrived in Indonesia through collaboration with Sompo Indonesia (Japan-based insurance company) in the mid-2019. It’s targeting millennials, with various kinds of insurance products, such as for gadgets, travel inquiries, and online shopping insurance. There are currently local teams in Jakarta, led by Country Manager.

In terms of online shopping insurance, or stated in the official site as “transit insurance”, they already formed a partnership with local e-commerce, including Bhinneka, Bukalapak, and Tokopedia. There are also other platforms as well, such as Shopee, Lazada, and many more.

Regarding its partnership with local players, Igloo Indonesia’s Country Manager, Anggoro Kusumo said, “Igloo has collaborated with several e-commerce services with protection services such as freight insurance (after purchasing), for lost or damaged goods, personal accident insurance, fire insurance property, etc. All of these insurance services are offered in collaboration with insurance companies in Indonesia that have been registered with the OJK. ”

Igloo will use fresh money to improve services through firming technological capabilities, patents, also recruitment and development of human resources. In addition, Igloo will also focus on new customer acquisition, dynamic risk assessment, and accelerate the claim process; all of which will be offered by Igloo insurance partners through an open platform.

Patents become one of Igloo’s most concerned services, recently they obtained a patent for smartphone’s screen assessment technology to support one of their services.

Insurance products as supporting lifestyles are indeed new commodities some players continue to explore. Aside from Igloo, there are other insurtechs offer similar products. For example, PasarPolis, they sell travel protection and gadget protection insurance. Most recently, they also collaborated with Gojek to present the GoSure channel in the Gojek ecosystem.

A view on insurtech marketshare

Ingloo’s Founder & CEO, Wei Zhu said in his speech, the company has seen growth in Southeast Asia’s digital insurance sector. This is a great opportunity for related services to be able to capture these opportunities and provide answers to consumer demands.

The former Grab’s CTO also added, despite its huge potential, the penetration of digital insurance products in the region is only around six percent. It is said the Southeast Asian digital insurance industry is currently valued at US$ 2 billion and is expected to continue to increase to US $ 8 billion in 2025.

According to the DSResearch report titled “Insurtech Report 2019“, data on awareness about insurtech services in Indonesia – especially for services directly targeted on users, is not through integration into third-party platforms. Of the total 1296 respondents using insurance services, 69.44% are aware of insurtech. Insurtech products are considered effective in helping the registration process, claims, to find out about the latest promos of insurance products.

Platform insurtech populer di Indonesia
Most popular insurtech platforms in Indonesia

The survey also mentioned about the most familiar platform with respondents. Asuransiku, AXA Mypage, Asuransi88, PasarPolis, and JagaDiri are some of the most popular.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Insurtech Gadget Igloo

Integrasi dengan E-commerce Jadi Strategi Igloo Tingkatkan Penetrasi Produk Asuransi

Igloo sebelumnya dikenal sebagai Axinan, merupakan startup insurtech asal Singapura yang kini telah melayani pengguna di beberapa negara di Asia Tenggara, tak terkecuali Indonesia. Baru-baru ini mereka mengumumkan perolehan pendanaan seri A+ senilai US$16 juta atau sekitar 238,4 miliar Rupiah. Intouch Holdings PLC memimpin pendanaan ini dengan keterlibatan Openspace Ventures, Linear Capital, dan beberapa investor di putaran sebelumnya.

Dalam pengumuman ini, perusahaan juga menyampaikan bahwa per April 2020 mereka melakukan rebranding untuk produk/layanan di seluruh wilayah operasionalnya, dari nama Axinan menjadi Igloo.

Sebelumnya aplikasi Igloo masuk Indonesia melalui kerja sama antara Sompo Indonesia (perusahaan asuransi asal Jepang) dan Axinan pada pertengahan tahun 2019. Targetkan kalangan milenial, mereka tawarkan beragam produk asuransi, seperti perlindungan gadget, asuransi perjalanan, hingga asuransi untuk jaminan jual-beli online. Kini mereka juga telah memiliki tim lokal yang berbasis di Jakarta, dipimpin oleh Country Manager.

Untuk asuransi terkait belanja online, atau dalam situs resminya disebut sebagai “transit insurance”, mereka sudah bekerja sama dengan e-commerce lokal, meliputi Bhinneka, Bukalapak, dan Tokopedia. Mereka juga bekerja sama dengan Shopee, Lazada, dan beberapa platform lain.

Terkait dengan kerja samanya dengan pemain lokal, Country Manager Indonesia Igloo Anggoro Kusumo mengatakan, “Igloo telah bekerja sama dengan beberapa e-commerce dengan layanan perlindungan seperti asuransi pengiriman barang (setelah membeli), untuk barang hilang atau rusak, asuransi kecelakaan diri, asuransi kebakaran properti, dll.  Seluruh layanan asuransi ini ditawarkan dengan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia yang telah terdaftar di OJK.”

Pendanaan ini akan digunakan Igloo untuk meningkatkan layanan insurtech melalui penguatan kapabilitas teknologi, paten teknologi, dan perekrutan serta pengembangan sumber daya manusia.  Selain itu, Igloo juga akan berfokus pada akuisisi pelanggan baru, penilaian risiko dinamis dan mempercepat proses klaim; semuanya akan ditawarkan oleh mitra asuransi Igloo melalui platform terbuka.

Paten menjadi salah satu concern layanan Igloo, baru-baru ini mereka memperoleh hak paten untuk teknologi penilaian kondisi layar telepon pintar demi menunjang salah satu layanan mereka.

Produk asuransi yang menunjang gaya hidup memang menjadi komoditas baru yang terus dieksplorasi para pemain. Selain Igloo, ada insurtech lain yang juga tawarkan produk serupa. Misalnya PasarPolis, mereka menjual asuransi perlindungan perjalanan dan perlindungan gadget. Terbaru, mereka juga bekerja sama dengan Gojek untuk menghadirkan kanal insurtech GoSure di dalam ekosistem aplikasi Gojek.

Kondisi pangsa pasar insurtech

Founder & CEO Igloo Wei Zhu dalam sambutannya mengatakan bahwa pihaknya melihat adanya pertumbuhan asuransi digital di Asia Tenggara. Ini menjadi peluang besar bagi layanan terkait untuk dapat menangkap peluang tersebut  dan menjadi jawaban bagi kebutuhan konsumen.

Mantan CTO Grab tersebut juga menambahkan, kendati potensinya besar, penetrasi produk asuransi digital di wilayah ini baru berkisar enam persen saja. Disampaikan juga saat ini industri asuransi digital Asia Tenggara bernilai US$2 miliar dan diperkirakan akan terus meningkat mencapai US$8 miliar pada tahun 2025.

Menurut laporan DSResearch bertajuk “Insurtech Report 2019”, dikemukakan data tentang awareness layanan insurtech di Indonesia – khususnya untuk layanan yang menyasar pengguna secara langsung, tidak melalui integrasi ke platform pihak ketiga. Dari total 1296 responden yang menggunakan layanan asuransi, sebanyak 69.44% mengetahui adanya insurtech. Produk insurtech dinilai efektif membantu proses pendaftaran, klaim, hingga mengetahui mengenai promo terkini dari produk asuransi.

Platform insurtech populer di Indonesia
Platform insurtech populer di Indonesia

Survei tersebut turut menanyakan mengenai platform yang paling akrab dengan responden. Asuransiku, AXA Mypage, Asuransi88, PasarPolis, dan JagaDiri jadi beberapa yang paling populer.