Tag Archives: iklan online

4 Cara Mengukur Efektivitas Iklan, Marketer Wajib Tahu!

Dunia pemasaran selalu berkembang dengan tren yang terus berganti setiap saat. Bertahun-tahun lalu, kita hanya mengenal istilah marketing yang merujuk pada kegiatan pemasaran konvensional. Namun, kini muncul istilah baru yaitu digital marketing yang merujuk pada kegiatan pemasaran dengan menggunakan teknologi, atau dilakukan secara digital.

Evolusi pemasaran diiringi dengan ketatnya persaingan antar merek dalam merebut hati audiens. Tentu, seluruhnya ingin menjadi merek terfavorit atau bahkan menjadi top of mind masyarakat, namun untuk mencapai tahap tersebut tidak mudah. Setiap merek perlu melakukan serangkaian upaya pemasaran, salah satunya dengan iklan.

Tidak berhenti di situ, penting untuk mengetahui apakah iklan yang dibuat mampu mencapai target, atau dalam kata lain berhasil dan efektif.

Cara Mengukur Efektivitas Iklan

Berikut empat cara untuk mengetahui apakah iklan Anda efektif atau tidak:

Evaluasi Key Performance Indicator (KPI)

Sebelum mengeksekusi sebuah iklan, alangkah baiknya untuk menetapkan Key Performance Indicator (KPI) atau ukuran kuantitatif yang ingin dicapai dari sebuah iklan. Dengan begitu, kita memiliki tujuan yang jelas dan terukur.

Dari KPI yang telah ditentukan, kita bisa menganalisis pencapaian dari iklan yang telah dipasang. Apakah pencapaian tersebut memenuhi seluruh KPI? Bila tidak, perkirakan di mana letak kesalahan atau kekurangannya. Bila sudah sesuai dengan KPI, maka iklan sudah bisa dikatakan efektif. 

Mengukur Biaya per Segmen

Dengan memanfaatkan fitur yang dimiliki Google Analytics, kita dapat membuat statistik untuk menghitung konversi tiap pengguna dalam setiap segmennya. Sehingga, kita dapat mengetahui perkiraan rata-rata biaya dari setiap konversi yang dilakukan. Sehingga, yang perlu diperhatikan bukan hanya statistik jumlah kunjungan saja.

Analisis Dampak

Setelah membuat dan memasang sebuah iklan, kita akan menerima feedback baik positif maupun negatif. Keduanya merupakan hal yang sama pentingnya untuk mengukur efektivitas iklan.

Dampak positif dapat berupa impresi dan konversi ke pembelian yang tinggi. Lebih jauh, sebuah iklan yang efektif bisa membuat dampak positif jangka panjang pada merek, misalnya brand awareness yang tinggi, iklan yang viral, dan lain–lain. Sedangkan, dampak negatif dapat berupa tingginya jumlah pengguna yang menyembunyikan dan memilih untuk menutup iklan. Bisa juga berupa cuitan di media sosial dengan tone negatif mengenai iklan.

Apapun dampaknya, sebagai pengiklan sebaiknya menjadikan hal tersebut sebagai bahan evaluasi untuk iklan selanjutnya. Belajar dari kesalahan, kita akan mampu memahami audiens lebih baik.

Analisis Result Rate

Sesuai dengan namanya, result rate merupakan pengukuran dari hasil akhir sebuah iklan. Pengukuran ini mencakup beberapa matriks, seperti Rasio klik-tayang (RKT), Biaya per Klik (BPK), Biaya per Akuisisi (CPA), dan Cost per lead (CPL).

Itulah beberapa cara mudah untuk mengukur efektivitas iklan yang bisa Anda coba. Tentunya, kemampuan membaca data statistik menjadi hal penting untuk dikuasai seorang marketer. Selamat mencoba!

Credit: Pixabay.com

MicroAd Jepang Masuki Pasar Indonesia

Siap-siap kepada pelaku online advertising agency di tanah air, bisnis Anda mendapatkan kompetitor baru. MicroAd Jepang yang merupakan bagian dari CyberAgent, salah satu perusahaan periklanan terbesar di Jepang, mendirikan PT MicroAd Indonesia bekerja sama dengan PT Corfina Mitra Kreasi sebagai partner bisnisnya. Menurut CEO Corfina Mitra Kreasi, Suryanto Wijaya, yang juga menjadi CEO PT MicroAd Indonesia, “MicroAd Indonesia akan berkonsentrasi di bidang Internet portal advertisement dengan sistem behavioral targeting.” MicroAd Indonesia didirikan dengan modal awal IDR 1.8 miliar dengan pembagian 51% untuk MicroAd dan 49% untuk Corfina.

Kerjasama di luar Jepang ini adalah yang kedua kalinya untuk MicroAd. Sebelumnya di bulan April, MicroAd sudah berekspansi di pasar Cina. MicroAd merupakan bagian dari CyberAgent yang didirikan tahun 2004 dan telah menguasai 10% pasar online advertising di Jepang. Di Indonesia sendiri, MicroAd menargetkan kisaran angka yang tidak jauh berbeda. Untuk itu di tahun pertama ini MicroAd menargetkan untuk mendapatkan 100-200 klien. CyberAgent Jepang sebagai induk MicroAd tentunya tidak asing di telinga pembaca. Sebelumnya, kami memberitakan tentang CyberAgent Venture, investment arm CyberAgent yang memberikan pendanaan untuk Tokopedia.

Continue reading MicroAd Jepang Masuki Pasar Indonesia

10 Juta Dollar Untuk OpenX

OpenX, sebuah aplikasi manajemen iklan yang paling populer ini mengumumkan bahwa startup tersebut telah menerima kucuran dana 10 juta dollar AS dari para investornya. Staf OpenX menyatakan bahwa dana ini akan digunakan untuk memperluas penggunaan produk advertising online ini dan mengembangkan OpenX Market yang baru-baru ini diluncurkan.

OpenX Market ini dikembangkan sebagai salah satu model bisnis (revenue model) dari OpenX dimana para publisher bisa “menjual” space webnya untuk dibeli oleh para advertiser. Dengan begini para advertiser mampu menjangkau pengguna yang lebih spesifik, dan publisher mampu mendapatkan penghasilan lebih. Tentu OpenX mengambil sedikit potongan dari transaksi antara publisher dan advertiser.

OpenX sendiri mengklaim memiliki 38.000 pelanggan di 150.000 website yang menggunakan OpenX dan melayani 300 milyar iklan per-bulan. Tingginya penggunaan OpenX ini tidak lain adalah karena OpenX bersifat bebas untuk diunduh atau bisa menggunakan layanan hosted. OpenX sendiri menghasilkan revenue dari layanan premium dan customer support, metode monetisasi yang umum diadopsi oleh kebanyakan produk open source.

OpenX dulu mulai dikembangkan pada akhir 1990-an dibawah naungan Unanimous Ad Network sebelum memisahkan diri pada Mei 2007 dengan nama OpenAds. Tidak lama kemudian OpenAds kembali merubah namanya menjadi OpenX. OpenX memiliki persaingan yang berat antara lain dengan Google DoubleClick dan Microsoft Aquantive.

Investor-investor yang terlibat dalam pengucuran dana ini antara lain Accel Partners, Index Ventures, Mangrove Capital, First Round Capital, dan angel investor Jonathan Miller.

PPC Lokal : Evolusi Atau Mati!

Judul posting ini memang agak seram, bernada seperti ancaman karena memang disini PPC lokal terancam punah jika tidak segera beradaptasi dengan lingkungan online advertising yang sudah tidak seperti dulu lagi..

PPC (Pay-Per-Click) Advertising adalah layanan dimana para publisher (blogger dan web author) bisa memberikan space iklan kepada layanan pihak ketiga untuk diisi iklan dari pihak ketiga tersebut. Biasanya para publisher dibayar setiap kali iklan tersebut di-klik, bayarannya pun bervariasi mulai dari range Rp. 250 – Rp. 1000 per klik.

Layanan ini lumayan populer dan banyak dipakai oleh beberapa blogger untuk mendapatkan penghasilan secara online. Di toko-toko buku pun bertebaran puluhan buku yang membahas secara rinci bagaimana menggunakan PPC untuk meraup keuntungan melalui media blog gratis. Makin banyak orang yang berusaha menjalankan bisnis online dengan mengandalkan PPC makin membuat layanan PPC terus bertambah, mulai dari layanan luar negeri dan layanan lokal. Layanan luar negeri tentu saja masih dikuasai oleh Google AdSense, layanan paling populer dan paling banyak digunakan namun masalah mulai timbul karena seringkali Google AdSense kurang mendukung konten lokal sehingga menjadi kurang maksimal. Disinilah keunggulan PPC lokal menjadi mutlak untuk publisher dengan konten bahasa indonesia. Jadi, mari kita coba bahas layanan PPC lokal saja.

Salah satu teman saya -programmer yang handal- Kukuh TW mendirikan KumpulBlogger, sebuah layanan PPC lokal yang cukup populer dengan jumlah member publisher mencapai 48.000 user. Tentu saja ada beberapa layanan PPC populer lainnya seperti AdSenseCamp, PanenIklan, KlikSaya, PPCIndo, AdSentra dan beberapa layanan PPC lainnya (link bukan referal afiliate). Masing-masing dengan keunggulan fitur yang berbeda, dan masing-masing menawarkan harga yang kompetitif.

sumber:ruangfreelance

Meskipun begitu, tidak sedikit publisher web yang anti terhadap layanan PPC lokal ini dan kebanyakan merupakan pemain menengah keatas yang mengedepankan relevansi iklan PPC terhadap konten webnya. Bukan berarti iklan PPC tidak relevan, melainkan saat ini para penyedia layanan PPC lokal sendiri masih kurang menjunjung tinggi relevansi iklan dan justru seperti ignorant (tidak peduli) terhadap iklan apa saja yang ditampilkan.

Dengan iklan-iklan yang tampil seperti gambar disamping, tidak heran banyak publisher web yang menolak mentah-mentah untuk menggunakan layanan PPC lokal yang menampilkan iklan yang amat sangat tidak relevan dengan konten situs. Tentu saja kalau situs anda memang membahas isu seputar ukuran penis dan mencari uang dashyat, maka PPC lokal menjadi pilihan yang sangat tepat dan cocok untuk pembaca anda.

Saya bukan salah satu publisher yang anti terhadap layanan PPC lokal, serius. Saya menganggap PPC lokal seharusnya bisa menjembatani para advertiser dengan para publisher -terutama blogger- yang kebanyakan tidak memiliki salesforce untuk menjaring para advertiser untuk memasang iklan di situs mereka. Hal ini tentu saja hal yang positif, dan layanan luar negeri kebanyakan cukup sukses melaksanakan tugasnya mencari advertisers yang relevan.

Meskipun begitu, mencari advertiser bukanlah satu-satu solusi yang harus bisa ditawarkan oleh penyedia layanan PPC. Penyedia layanan PPC seharusnya bisa memberikan filter terhadap advertiser / iklan mana yang bisa tampil di satu website sesuai dengan isi kontennya, satu faktor yang membuat Google Ad Sense unggul jauh dibandingkan kompetitornya.

Tren advertising bukan lagi Promosi, melainkan Rekomendasi.

Tampilan iklan yang lebih relevan tentu akan menjadi fitur yang menarik baik untuk publisher maupun advertiser. Dengan iklan yang relevan Publisher menjadi nyaman karena isi iklan sesuai dengan isi konten, dengan begitu meningkatkan kemungkinan pengunjung untuk meng-klik iklan tersebut dan menambah pemasukan untuk publisher. Untuk advertiser tentunya lebih senang dengan relevansi iklan yang tinggi karena memastikan bahwa iklan mereka ditampilkan ke hadapan pengunjung yang tepat, targeted. Disinilah iklan dengan model Rekomendasi lebih mendapatkan perhatian dari para pengunjung. Anda tidak cukup bodoh untuk menawarkan untuk membeli sebuah laptop kepada seseorang yang ingin membeli nasi goreng bukan?

Jadi untuk para penyedia layanan PPC lokal, tugas anda masih banyak kalau ingin tetap bertahan lama. Melihat kondisi PPC yang sudah ada sekarang, tidak ada satupun yang menyediakan layanan penempatan iklan yang relevan jadi sepertinya diperlukan evolusi dan perubahan cara pikir dari para penyedia layanan PPC lokal ini. Dan saya tekankan lagi sesuai judul diatas, Evolve or die!

Apakah anda pernah menggunakan PPC lokal? Bagaimana pendapat anda selama menggunakannya, dan apa saja yang harus dilakukan oleh para penyedia layanan PPC lokal untuk bisa maju?