Tag Archives: ilham habibie

Ayoconnect Secures 143 Billion Rupiah Pre Series B Funding

The startup developer of the fintech API platform, Ayoconnect, today (01/9) announced to close a pre-series B funding round of $10 million or equivalent to 143 billion Rupiah. This news also confirms the information we previously received regarding Ayoconnect’s fundraising in early August.

A number of investors participated in this round, including Mandiri Capital Indonesia, Patamar Capital, and angel investors including Ilham Akbar Habibie, Paul Bernard, Jeff Lin, and several others. In addition, there are some previous investors, including BRI Ventures, AC Ventures, Kakaku, and Finch Capital.

The fresh funds will be focused on increasing company’s growth, recruitment, and product development. With this new investment, the company has raised $15 million in total. Furthermore, according to the sources, the estimated valuation of the company has reached around $34 million.

“Ayoconnect is now one of Indonesia’s few companies receiving investment from the two largest banks in Indonesia, Bank Mandiri and Bank BRI. Their presence as investors is a big support in our efforts to build an infrastructure layer that allows interoperability between various Indonesian companies providing financial services, such as financial institutions, fintech, and startups,” Ayoconnect’s Co-Founder & CEO, Jakob Rost said.

Ayoconnect was founded in 2016 by Jacob with his two colleagues Chiragh Kirpalani (Co-Founder and COO) and Adi Vora (Co-Founder and CTO) with a focus on building API-based solutions for bill payments and other digital products. The company currently provides API services for various needs, which they refer to as Full Stack APIs (including: Financial APIs, Bill APIs, Open Finance APIs, and Insights APIs).

To date, Ayoconnect claims to have more than 100 API clients, while connecting more than 1000 companies through its API network.

Fintech’s new era through open finance

Fintech services in the form of APIs are starting to develop, forming an open finance ecosystem for a more accessible financial system. Aside from Ayoconnect, there are several other players in Indonesia that offer similar solutions with a unique focus, from Brick, Brankas, Finantier, and others.

This model allows application developers to insert various financial technology capabilities more efficiently, instead of developing their own which would be time-consuming and expensive, not to mention having to ensure compliance with regulatory standards.

The business potential is getting interesting to observe, especially since Bank Indonesia has launched the national Open API standard. According to BI’s Governor, Perry Warjiyo, the existence of the Payment Open API standardization can create a healthy, competitive and innovative payment system industry, therefore, it can provide payment system services that are efficient, safe, and reliable to the public.

Bank Indonesia’s open API standard plan in Fintech Report 2020 / DSInnovate

With API solutions, these fintechs can reach various groups, ranging from digital companies to banking. The Autobilling API service from Ayoconnect, for example, has been used by Bank Mandiri to boost their credit card performance. Enables customers to make payments for various billing transactions automatically at more than 200 merchants from 8 product categories.

“Ayoconnect’s vision to democratize open finance in Indonesia has convinced us to take a role in this investment. We’ve formed our trust with Ayoconnect from its long experience in building APIs, the ability to collaborate with various leading companies, as well as its continuous efforts to enter the open banking business segment,” Mandiri Capital Indonesia’s CEO, Eddi Danusaputro said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pendanaan Pra-Seri B Ayoconnect

Ayoconnect Umumkan Pendanaan Pra-Seri B Senilai 143 Miliar Rupiah

Startup pengembang platform fintech API, Ayoconnect, hari ini (01/9) mengumumkan telah menutup putaran pendanaan pra-seri B senilai $10 juta atau setara 143 miliar Rupiah. Kabar ini sekaligus mengonfirmasi informasi yang sebelumnya kami dapat, terkait penggalangan dana yang tengah dilakukan Ayoconnect pada awal Agustus kemarin.

Sejumlah investor bergabung dalam putaran ini, termasuk Mandiri Capital Indonesia, Patamar Capital, dan angel investor meliputi Ilham Akbar Habibie, Paul Bernard, Jeff Lin, dan beberapa lainnya. Selain itu turut bergabung juga investor sebelumnya meliputi BRI Ventures, AC Ventures, Kakaku, dan Finch Capital.

Disampaikan dana segar akan difokuskan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan, perekrutan, dan pengembangan produk. Dengan investasi baru ini, secara total perusahaan berhasil mengumpulkan $15 juta dalam pendanaan. Lalu, menurut sumber yang kami dapat, estimasi valuasi perusahaan telah mencapai sekitar $34 juta.

“Ayoconnect kini menjadi satu dari sedikit perusahaan di Indonesia yang mendapat investasi dari dua bank terbesar di Indonesia, yaitu Bank Mandiri dan Bank BRI. Kehadiran mereka sebagai investor merupakan sokongan besar dalam upaya kami membangun lapisan infrastruktur yang memungkinkan interoperabilitas antara berbagai perusahaan Indonesia penyedia jasa keuangan, seperti institusi keuangan, fintech, dan startup,” ujar Co-Founder & CEO Ayoconnect Jakob Rost.

Ayoconnect didirikan sejak tahun 2016 oleh Jacob bersama dua rekannya Chiragh Kirpalani (Co-Founder dan COO) dan Adi Vora (Co-Founder dan CTO) dengan fokus membangun solusi berbasis API untuk pembayaran tagihan dan produk digital lainnya. Kini perusahaan menyediakan layanan API untuk berbagai kebutuhan, yang mereka sebut sebagai API Full Stack (meliputi: Financial APIs, Bill APIs, Open Finance APIs, dan Insights APIs).

Saat ini, Ayoconnect mengklaim telah memiliki lebih dari 100 klien API, sekaligus menghubungkan lebih dari 1000 perusahaan lewat jaringan API yang dimiliki.

Era baru fintech melalui open finance

Layanan fintech berbentuk API mulai berkembang dewasa ini, membentuk ekosistem open finance untuk sistem keuangan yang lebih mudah diakses. Selain Ayoconnect, ada beberapa pemain lain di Indonesia yang sajikan solusi serupa dengan fokus yang unik, mulai dari Brick, Brankas, Finantier, dan lain-lain.

Model ini memungkinkan pengembang aplikasi untuk menyisipkan berbagai kapabilitas teknologi finansial secara lebih efisien, alih-alih mengembangkan sendiri yang akan memakan waktu dan biaya besar, belum lagi harus memastikan sesuai standar regulator.

Potensi bisnis ini makin menarik diamati, terlebih Bank Indonesia telah meresmikan standar nasional Open API  beberapa waktu lalu. Adanya standardisasi Open API Pembayaran tersebut, menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, dapat menciptakan industri sistem pembayaran yang sehat, kompetitif, dan inovatif, sehingga dapat menyediakan layanan sistem pembayaran kepada masyarakat yang efisien, aman, dan andal.

Rancangan standar open API Bank Indonesia yang dirangkum Fintech Report 2020 / DSInnovate

Dengan solusi API, para fintech tersebut dapat menjangkau berbagai kalangan, mulai dari perusahaan digital, bahkan sampai perbankan.  Layanan Autobilling API dari Ayoconnect misalnya, telah digunakan Bank mandiri untuk mendorong kinerja kartu kredit mereka. Memungkinkan nasabah melakukan pembayaran berbagai transaksi tagihan secara otomatis di lebih dari 200 merchant dari 8 kategori produk.

“Visi Ayoconnect untuk mendemokratisasi open finance di Indonesia telah memantapkan kami untuk mengambil peran dalam investasi ini. Kepercayaan kami terhadap Ayoconnect juga terbentuk dari  pengalaman panjang dalam membangun API, kemampuan mereka dalam menjalin kerja sama dengan berbagai perusahaan terkemuka, serta upaya berkesinambungan mereka dalam memasuki segmen bisnis open banking,” ucap CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro.

Ayoconnect Finalisasi Pendanaan Lanjutan Tahun Ini

Startup fintech penyedia layanan API Ayoconnect tengah merampungkan pendanaan lanjutan. Sejumlah venture capital turut andil di dalamnya. Beberapa nama angel investor ternama juga berpartisipasi di putaran ini.

Menurut data yang kami terima, sebuah impact investor dan sebuah CVC BUMN terlibat di dalam putaran pendanaan kali ini. Selain itu, beberapa angel investor, termasuk anak mantan Presiden, juga berpartisipasi. Yang bersangkutan saat ini menjadi Penasihat perusahaan.

Pihak Ayoconnect mengonfirmasi, putaran investasi ini masih dalam tahap finalisasi. Disebutkan belum ada keputusan final mengenai keterlibatan nama-nama tersebut dan jumlah investasinya. Hal senada disampaikan salah satu investor yang kabarnya terlibat dalam putaran tersebut.

Sebelumnya pendanaan Pra-Seri B diumumkan pada pertengahan tahun 2020 lalu, bersamaan dengan rebranding perusahaan dari Ayopop menjadi Ayoconnect. BRI Ventures memimpin pendanaan tersebut dengan keterlibatan Kakaku.com, Brama One Ventures, dan investor sebelumnya, yakni Finch Capital, Amand Ventures, Strive, dan AC Ventures.

Berbasis API, ekosistem produk open finance yang disediakan Autoconnect cukup beragam. Satu yang paling populer adalah Digital Products API, memungkinkan pengembang aplikasi untuk mengintegrasikan pembayaran ke lebih dari 3000 layanan digital (bill payment). Selain itu mereka menyediakan API untuk berbagai kebutuhan lainnya, seperti auto-billing, payment points, bulk-transaction, pembayaran pendidikan, hingga properti.

Tidak hanya mengelola proses transaksi, Ayoconnect juga menawarkan platform skoring kredit alternatif melalui fitur Insight.

Sebelumnya Ayoconnect juga telah menjalin kemitraan secara khusus dengan Bank Mandiri (induk MCI) untuk integrasi layanan Autobilling API ke Mandiri Power Bill. Solusi ini memungkinkan pengguna kartu kredit Mandiri untuk melakukan pembayaran berbagai transaksi tagihan secara otomatis di lebih dari 200 merchant dari 8 kategori produk.

Dorongan penetrasi e-wallet

Layanan bill payment ini didesain untuk memudahkan berbagai jenis aplikasi untuk menyediakan layanan pembayaran seperti PPOB atau langganan, integrasinya termasuk di e-commerce, fintech, sampai aplikasi produktivitas bagi UMKM. Bagi pelaku bisnis, ini menjadi salah satu kanal yang cukup baik untuk meningkatkan perputaran transaksi dalam aplikasi dan meningkatkan retensi. Kemudian bagi konsumen, adanya opsi pembayaran kebutuhan pokok (seperti listrik, telepon dll.) di aplikasi favoritnya tentu akan memudahkan.

Tingginya penetrasi e-wallet disinyalir menjadi faktor kunci peningkatan adopsi dan penggunaan layanan bill payment ke depannya. Di sisi pengalaman pengguna, metode pembayaran dengan e-wallet tergolong paling memudahkan saat ini, terlebih terintegrasi langsung kepada aplikasi tertentu.

Menurut hasil penelitian yang diterbitkan BCG pada pertengahan tahun lalu, penetrasi e-wallet di Indonesia sendiri telah mendekati tingkat kematangan.

Penetrasi layanan e-wallet di Indonesia mendekati tahap matang / BCG

Pihak Ayoconnect sendiri mengatakan bahwa hingga Desember 2021 mereka menargetkan pertumbuhan hingga 10x lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan traksi, termasuk dengan menyajikan bill payment aggregator. Per H1 2021, total transaksi dari jaringan API mereka diklaim meningkat 600% dari 80 mitra integrasi.

Helicap Fintech Secures Over 155 Billion Rupiah Funding from Saison Capital

The Singapore-based fintech Helicap announced Series A funding worth of $10 million (over Rp155 billion) led by Saison Capital, an investment ar of Japan-based consumer finance Credit Saison. The fund is available as equity issuance and managed fund placement of Asset Under Management (AUM) in the form of Redeemable Preference Shares.

Participated also the previous investor, East Venture, and the new ones, Access Capital, Lamivoie multi-family asset management, and other High Networth Individuals.

In total, Helicap has raised nearly $18 million in funding. The latest funding is said to be used to spur business expansion, improve credit scoring technology, and expand private debt investment products to overcome market turmoil due to the Covid-19 pandemic.

Helicap’s Co-Founder and CEO David Z. Wang explained that the Series A round was based on the company’s performance that exceeded expectations for the past year, including obtaining a Registered Fund Management Company (RFMC) business license from the MAS authority (Monetary Authority of Singapore) for children Helicap investment management.

Moreover, through the acquisition of Arcor Capital securities companies, the company now has a capital market business license (Capital Markets Services) for the sale and purchase of capital market products. Arcor Capital was acquired last year at an unspecified value.

“We are very proud of Credit Saison’s participation in the line of top investors and we will soon announce a number of strategic initiatives with Saison Capital next month,” Wang said in an official statement on Tuesday (28/4).

Yet to registered in OJK

When obtaining funds in 2018, Helicap plans to expand to Indonesia. In 2020, as Helicap obtaining various licenses in Singapore, the company is yet to obtained permits from OJK or registered as an association member.

This should be Helicap’s next focus. The company announced Ilham Akbar Habibie as Special Advisor. Ilham is the President Commissioner of Bank Muamalat and Co-Founder of Ilthabi Rekatama, a private investment company. His presence is expected to help Helicap sharpen its business in Indonesia, as one of the company’s main markets.

“I’m excited to work together and become an advisor to fintech companies like Helicap. […] Data-based companies such as Helicap will play an important role in the alternative lending market,” Ilham mentioned.

Helicap calls itself the Capital as a Services platform covering B2B2C service. They do not provide loans directly, but channel loans from organizations that have become partners by providing guarantees from the data analysis conducted.

The company holds access to credit data collected by various financial organizations. The data proceed in such ways that provide insight for investment allocation. It is considered to be a “helicopter view” or a comprehensive understanding of the business to be invested.

Helicap focuses on credit analytic technology and strict scoring models in examining millions of lending data points from various issuing platforms, allowing Helicap’s subsidiaries to provide risk-adjusted returns to investors.

“Southeast Asia is the most growing economic region, driven by SMEs. In fact, that growth also results in a fragmented loan ecosystem, unable to serve capital loans for business as a whole,” Wang revealed.

The company is based in Singapore with a wide area coverage in Southeast Asia, Hong Kong, and Australia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Helicap mengangkat Ilham Habibie sebagai Penasihat. Informasi perihal operasional Helicap di Indonesia belum tersedia

Startup Fintech “Helicap” Raih Pendanaan Lebih dari 155 Miliar Rupiah dari Saison Capital

Startup fintech asal Singapura Helicap mengumumkan pendanaan segar Seri A senilai $10 juta (lebih dari Rp155 miliar) dipimpin Saison Capital, ventura yang merupakan anak usaha pembiayaan konsumen Credit Saison dari Jepang. Pendanaan ini berbentuk penyertaan emisi ekuitas dan penempatan dana kelolaan Asset Under Management (AUM) dalam bentuk Redeemable Preference Shares.

Turut berpartisipasi investor sebelumnya, East Ventures, investor baru Access Capital, pengelola aset multi-family Lamivoie, dan orang-perorangan dengan kekayaan bersih tinggi (HNWI / High Networth Individuals) lainnya.

Secara total, Helicap telah mengumpulkan pendanaan hampir $18 juta. Disebutkan pendanaan teranyar akan digunakan untuk memacu perluasan usaha, meningkatkan teknologi skoring kredit, dan ekspansi produk investasi surat utang pribadi (private debt) untuk mengatasi kekalutan pasar karena pandemi Covid-19.

Co-Founder dan CEO Helicap David Z. Wang menerangkan putaran Seri A ini dilatarbelakangi kinerja perusahaan yang melebihi ekspektasi selama satu tahun belakangan, termasuk mendapat izin usaha Registered Fund Management Company (RFMC) dari otoritas MAS (Monetary Authority of Singapore) untuk anak-anak manajemen investasi Helicap.

Kemudian lewat akuisisi pterhadap erusahaan sekuritas Arcor Capital, perusahaan kini mereka mengantongi izin usaha pasar modal (Capital Markets Services) untuk jasa jual beli produk pasar modal. Arcor Capital diakuisisi tahun lalu dengan nilai tidak disebutkan.

“Kami sangat bangga dengan keikutsertaan Credit Saison di lini investor papan atas dan kami segera mengumumkan sejumlah inisiatif strategis dengan Saison Capital bulan mendatang,” ucap Wang dalam keterangan resmi, Selasa (28/4).

 

Belum terdaftar di OJK

Saat memperoleh dana tahun 2018, Helicap berencana melakukan ekspansi ke Indonesia. Di tahun 2020, meski Helicap sudah mengantongi beragam izin di Singapura, perusahaan belum mengantongi izin dari OJK ataupun terdaftar sebagai anggota asosiasi.

Hal ini seharusnya menjadi fokus Helicap berikutnya. Perusahaan mengumumkan pengangkatan Ilham Akbar Habibie sebagai Special Advisor. Ilham merupakan Komisaris Utama Bank Muamalat dan Co-Founder Ilthabi Rekatama, perusahaan investasi swasta. Kehadirannya diharapkan membantu Helicap mempertajam bisnisnya di Indonesia, sebagai salah satu pasar utama perusahaan.

“Saya bersemangat untuk bekerja sama dan menjadi penasihat perusahaan fintech seperti Helicap. [..] Perusahaan berbasis data seperti Helicap akan memainkan peran penting di pasar pinjaman alternatif,” terang Ilham.

Helicap menyebut dirinya sebagai platform Capital as a Services dengan cakupan B2B2C. Mereka tidak memberikan pinjaman secara langsung, tetapi menyalurkan pinjaman dari organisasi yang telah menjadi mitra dengan memberikan jaminan dari analisis data yang dilakukan.

Perusahaan menampung akses data kredit yang dikumpulkan berbagai organisasi keuangan. Data tersebut diolah sedemikian rupa sehingga memberikan wawasan untuk memberikan alokasi investasi. Wawasan tersebut dinilai menjadi “helicopter view” atau pemahaman menyeluruh terkait bisnis yang akan diinvestasi.

Helicap fokus pada teknologi analitik kredit dan azas ponten (scoring model) yang ketat dalam mencermati jutaan titik data peminjaman dari berbagai platform penerbit, sehingga memungkinkan anak-anak usaha Helicap memberikan imbal hasil sesuaian (risk-adjusted returns) kepada investor.

“Asia Tenggara menjadi kawasan ekonomi yang paling bertumbuh, didorong oleh UKM. Namun pertumbuhan tersebut juga menghasilkan ekosistem pinjaman yang terfragmentasi, belum dapat melayani pinjaman modal untuk bisnis secara keseluruhan,” tutup Wang.

Perusahaan berbasis di Singapura dengan cakupan wilayah tersebar di Asia Tenggara, Hong Kong, dan Australia.

Kegiatan IPTEK dan Inovasi Habibie Festival 2017 Kembali Digelar di Jakarta

Kegiatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan inovasi Habibie Festival kembali digelar tahun ini selama satu pekan penuh mulai dari tanggal 7-13 Agustus 2017 di JIExpo Kemayoran, Jakarta.

Habibie Festival adalah bentuk apresiasi atas kerja keras Presiden Republik Indonesia ke-3 B.J Habibie dalam membangun dan mengembangkan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.

Berbeda dari tahun sebelumnya, kegiatan kali ini akan digelar dengan skala yang lebih besar, baik dalam lingkup tema, program, aktivitas, dan pengunjung. Tempat yang dipilih pun lebih luas dari sebelumnya yakni Museum Nasional, Jakarta.

Habibie Festival 2017 akan mengangkat tema “Technology and Innovation for People” (Lihat, Sentuh, dan Rasakan Teknologi Terbaru untuk Masa Depan yang Lebih Baik). Adapun untuk tema acara harian bakal dikemas dengan unsur edutainment, diantaranya Connectivity, Mobile Life, Innovation Nation, Women in Tech, Makers Land, dan STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematic).

Dari sisi pameran, akan dipamerkan pula kokpit pesawat CN-250 koleksi dari PT Dirgantara Indonesia, alat berat tempur koleksi PT Pindad, mobil ambulan teknologi tinggi milik RS Siloam, serta berbagai inovasi food truck.

“Antusiasme masyarakat, terutama anak-anak usia sekolah, guru, dan orang tua ternyata sangat tinggi. Tercatat ada lebih dari 56 ribu orang memadati festival tahun lalu. Tahun ini diharapannya bisa lebih dari 100 ribu orang,” ujar Pendiri dan Ketua Habibie Festival 2017 Ilham Habibie, Rabu (2/8).

Bekraf pun turut dilibatkan dalam kegiatan ini, lantaran bakal ada sejumlah pelaku ekonomi kreatif digital yang hadir sebagai eksibitor, pengisi kelas dan workshop. Tak hanya itu, bakal ada lebih dari 100 perusahaan dan komunitas dengan beragam aktivitas aktual sesuai perkembangan IPTEK, memamerkan produk dan inovasi mereka.

Mereka diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam perekonomian nasional. Sebab, mengacu dari survei Bekraf bersama Badan Pusat Statistik di 2016, industri ekonomi kreatif di Indonesia pada 2015 tercatat mampu menyumbangkan Rp852 triliun kepada pendapatan domestik bruto (PDB) nasional, dengan total 15,9 juta tenaga kerja yang terserap.

“Fakta bahwa para eksibitor di Habibie Festival merupakan pelaku ekraf di bidang IPTEK, menjadikan dukungan Bekraf terhadap Habibie Festival 2017 sebagai hal yang strategis. Kami berharap acara ini menjadi ajang pembelajaran, berbagi, dan apresiasi atas pencapaian industri IPTEK di Indonesia,” tutup Kepala Bekraf Triawan Munaf.

Simak Rangkuman Diskusi Mengenai VR Oleh Para Praktisi Industri Teknologi Indonesia

Jika 2016 dikatakan sebagai tahunnya virtual reality, maka bulan Oktober besok merupakan momen krusial ‘kedua’ dalam perkembangan ekosistemnya selepas perilisan Oculus Rift dan HTC Vive. Alasannya, Oculus Connect 3 dan Steam Dev Days 2016 akan dilangsungkan bulan depan, lalu setelah ditunggu-tunggu, PlayStation VR rencananya juga segera meluncur di bulan Oktober.

Dan mendekati saat-saat penting tersebut, memang bukan kebetulan Berkarya!Indonesia mencoba mengumpulkan pemain di industri teknologi tanah air, dari mulai developer, produsen hardware, pencipta konten, praktisi industri digital sampai pengguna di satu forum khusus buat membahas VR. Para pakar diundang oleh tim pimpinan Ilham Habibie dalam diskusi bertajuk ‘Mari Bicara tentang Virtual Reality’ yang diadakan di Perpustakaan Habibie Ainun. Di sana, peserta dipersilakan bertukar pikiran dan mencoba mencari tahu apakah VR akan jadi the next big thing di Indonesia.

VR discussion 1

Ada beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh moderator, dan di bawah ini adalah rangkuman penjelasan dari para ahlinya:

Apakah teknologi virtual reality akan menjadi mainstream, atau tetap jadi tren niche?

Dedy Irvan selaku perwakilan dari media melihat bahwa sebetulnya kita sudah sedikit terlambat untuk membahas VR – khalayak global mulai menyorotinya sejak satu dua tahun lalu: Saat itu, Google telah menyediakan Cardboard dan Oculus VR juga melepas development kit Rift. Sekarang para raksasa teknologi telah mengalihkan fokus ke konsep lain, yaitu mixed reality (Microsoft) dan merged reality (Intel). Karena memungkinkan pengguna tetap bisa berinteraksi dengan orang dan lingkungan di sekitarnya, MR lebih mudah diaplikasikan di banyak industri.

VR discussion 7

VR sendiri mempunyai basis penyajian mengisolasi user demi membawa mereka ke dunia virtual. Dan berdasarkan alasan ini, ada kemungkinan ia akan tetap menjadi tren niche.

Sebagai salah satu pemain hardware, OmniVR berpendapat bahwa VR merupakan propaganda karena sebetulnya teknologi ini sudah lama diciptakan. Baru pada era Oculus Ramai ia ramai dibicarakan, apalagi setelah tim developer pimpinan Palmer Luckey/Brendan Iribe itu diakuisisi Facebook. Hal tersebut turut terbantu oleh berpartisipasinya Google dengan Cardboard, memungkinkan lebih banyak orang mencicipi pengalaman virtual reality berkat alternatif yang jauh lebih murah. Dan metode penyajian itu bisa dicontoh produsen lain.

VR discussion 6

VR menjadi mainstream adalah harapan besar untuk OmniVR, tapi saya bisa merasakan sedikit keraguan. Menurut head of business development Nicko Alyus, perkembangan teknologi virtual reality sangat sulit diprediksi. Kita tidak akan tahu apa yang terjadi minggu depan atau dua jam ke depan, apalagi sekarang VR masih berada di masa infancy. Konsumen mungkin sudah menyadari kecanggihannya, namun banyak dari mereka masih ragu membeli device-nya.

VR discussion 2

Intel memperlihatkan optimisme tinggi karena faktanya, pelaku hardware telah melakukan dorongan untuk mendukung VR. Jika sudah begitu, kemungkinan besar teknologi akan berkembang, dan ke depannya ada lebih banyak perangkat yang siap menyajikan virtual reality. Para pemain tinggal menentukan segmentasinya, misalnya di tingkatan produk seperti apa kepabilitas VR disuguhkan.

VR discussion 5

Industri apakah yang paling gampang beradaptasi atau yang cepat berkembang dengan adanya teknologi VR?

ShintaVR yakin, virtual reality akan memberi banyak manfaat bagi sektor real estate. Alasannya, VR dapat membantu memvisualisasikan ide tanpa menuntut terlalu banyak biaya. Sebelumnya desain hanya bisa ditampilkan dalam medium dua dimensi atau foto. Dengan dituangkan ke virtual reality, client dapat mudah membayangkan tempat tinggal sebelum rampung dibangun.

Mereka juga bilang, pasarnya akan cepat sekali terbentuk; bahkan boleh jadi sudah ada dan siap diimplementasikan. Pembuatannya tidak terlalu sulit dan tersedia banyak talenta ahli di Indonesia.

VR discussion 4

Memang secara teori VR bisa dimanfaatkan di beragam ranah – dari mulai pendidikan, hiburan, militer, penyampaian berita, manufaktur, pariwisata, kesehatan sampai fashion – tapi seperti yang diungkap oleh Digital Hapiness, pakar di masing-masing negara punya spesialisasi berbeda. Contohnya di Taiwan, khalayak lebih tertarik pada membuat hardware VR; sedangkan di tempat lain, software atau konten mungkin jadi minat utama pelaku industri.

Bahkan hingga sesi diskusi panjang ini selesai, tabir yang menutup rahasia-rahasia mengenai VR masih belum sepenuhnya tersibak. Walaupun membantu meningkatkan produktivitas, teknologi virtual reality di industri belum benar-benar menawarkan lompatan besar, dan itu sebabnya eksperimen harus terus dilakukan.

VR discussion 3

Mimpi dan imajinasi adalah elemen penting, tetapi saya juga mendengar ada satu hal esensial yang diperlukan supaya virtual reality bisa lebih berkembang pesat di nusantara: kekompakan dari semua pihak.

Microsoft Dukung Pembangunan Kota Sekunder di Indonesia untuk Menjadi Smart City

Microsoft bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada, Lee Kuan Yew School of Public Policy dan National University of Singapore tengah melakukan riset bertajuk Microsoft Secondary City yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman publik terkait masalah perkotaan di kota-kota sekunder Asia Tenggara, serta mensosialisasikan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mengoptimalkan berbagai aktivitas di dalamnya. Di Indonesia riset ini mengkaji optimalisasi TIK di 12 kota sekunder yakni Ambon, Surabaya, Bandung, Denpasar, Jayapura,Makassar, Medan, Palembang, Samarinda, Semarang, Surakarta dan Yogyakarta. Continue reading Microsoft Dukung Pembangunan Kota Sekunder di Indonesia untuk Menjadi Smart City

JakCare Memenangi Kompetisi Hackathon HACKJAK 2015

Malam penganugerahan pemenang HACKJAK2015 digelar Selasa (18/8) di Balai Agung Balaikota DKI Jakarta. Dari tiga kategori yang dikompetisikan, terpilih masing-masing tiga pemenang, dengan aplikasi JakCare yang dibuat Tim Anging Mamiri menjadi pemenang pertama kompetisi Hackathon.

Continue reading JakCare Memenangi Kompetisi Hackathon HACKJAK 2015