Tag Archives: ilotte

iStyle Business Strategy and Growth Post Rebranding

The large demand for beauty and lifestyle products becomes iStyle’s current focus, as an e-commerce platform with an online mall concept. After last year rebranding, they continue to focus on expanding the product line by presenting Korean fashion brands such as Marhen J & Find Kapoor followed by various merchandise and K-Pop albums.

The company’s focus on Korean products is supported by the Korean Foundation for International Cultural Exchange (KOFICE) research in 2021. Indonesia is a country with high interest in the Korean wave. Based on this research, Indonesia positioned in the 4th rank as a country with high interested in Korean culture. 1 of 2 Indonesians like Korean things, from movies, dramas, music, and other entertainment programs.

“This Korean wave also influences people’s product preferences and becomes an inspiration for them in daily life, and this is proven as Korean products are the most sought after by iStyle.id customers,” iStyle’s CEO, Steven Calvin Victory said.

The changes made by the company last year started from changes in the organizational structure and also from the lessons learned during the four years of operation.

Pandemi and plans in 2022

During the pandemic, iStyle saw a change in the lifestyle of most of their users. The pandemic has changed people’s shopping behavior in fulfilling their needs, proven by the significant increase in the groceries category at the beginning of the pandemic (March-May 2020).

iStyle’s CMO, Ardi Sudarto revealed to DailySocial that demographically, the platform’s main users are women aged 22-35 years. However, iStyle also targets users aged 18-22 and above 35 as it is in line with the products offered.

These users are mostly live in big cities in Indonesia such as Jabodetabek, Surabaya, Makassar, and Medan. Currently, iStyle has reached 1.5 million members with 2.5 million monthly visitors.

“In 2021, as people getting used to shopping online, there are also improvements in other categories such as beauty, Korean fashion, and sports, especially at certain times,” Ardi said.

Next year, the company is to launch several initiatives, including strengthening the Online-to-Offline (O2O) shopping experience through the iStyle.id Offline Store such as Marhen J x iStyle for K-Fashion located at Lotte Shopping Avenue, K-Point. which is a Korean Convenience Store located at Wisma 46, and other offline stores.

“This is necessary for customers can see directly the products sold on iStyle and can shop online and offline easily,” Ardi added.

Was founded in 2017, this site has adopted the mall in mall concept which provides alternative solutions for shopping products from Lotte Shopping Avenue, LotteMart grocery store, Planet Sports, Kidz Station, Lejel Home Shopping, K-Mall, Kinokuniya, and Best Denki. The various brands that are partnered with, move shopping habits at malls into one application and can be accessed anytime.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
iStyle Lotte

Perkembangan dan Strategi Bisnis iStyle Setelah Rebranding

Besarnya permintaan akan produk kecantikan dan gaya hidup menjadi fokus bagi iStyle, selaku platform e-commerce berkonsep online mall. Setelah melakukan rebranding tahun lalu, kini mereka terus fokus melakukan perluasan lini produk, termasuk dengan menghadirkan brand fashion Korea seperti Marhen J & Find Kapoor diikuti dengan berbagai merchandise dan album K-Pop.

Fokusnya perusahaan kepada produk asal Korea didukung dengan riset yang dirilis oleh Korean Foundation for International Cultural Exchange (KOFICE) di tahun 2021, Indonesia merupakan negara dengan minat yang tinggi akan Korean wave. Berdasarkan riset tersebut Indonesia merupakan negara ke-4 tertinggi di dunia yang paling tertarik dengan budaya Korea. 1 dari 2 orang Indonesia menyukai hal-hal yang berbau Korea, mulai dari film, drama, musik, dan acara hiburan lainnya.

“Tren Korean wave ini ikut memengaruhi preferensi produk masyarakat dan menjadi inspirasi bagi mereka untuk menjalani kehidupan sehari-hari, dan ini terlihat dari bagaimana produk-produk Korea menjadi yang paling banyak diminati oleh pelanggan iStyle.id,” ungkap CEO iStyle Steven Calvin Victory.

Perubahan yang dilakukan perusahaan tahun lalu, bermula dari perubahan struktur organisasi dan juga dari hasil pembelajaran selama empat tahun beroperasi.

Pandemi dan rencana tahun 2022

Selama pandemi, iStyle melihat telah terjadi perubahan gaya hidup dari kebanyakan pengguna mereka. Pandemi mengubah perilaku berbelanja masyarakat dalam memenuhi kebutuhan, dilihat dari peningkatan signifikan dari kategori groceries di awal pandemi (Maret-Mei 2020) silam.

Kepada DailySocial.id, CMO iStyle Ardi Sudarto mengungkapkan, secara demografi pengguna utama mereka adalah perempuan berumur 22-35 tahun. Namun pengguna di umur 18-22 dan di atas 35 juga menjadi target pengguna iStyle, karena sejalan dengan produk yang ditawarkan.

Pengguna tersebut pada umumnya tinggal di kota-kota besar di Indonesia seperti Jabodetabek, Surabaya, Makassar, dan Medan. Saat ini iStyle telah memiliki jumlah anggota mencapai 1,5 juta dengan pengunjung bulanan 2,5 juta.

“Di tahun 2021, karena masyarakat sudah terbiasa berbelanja online, peningkatan di kategori lain seperti beauty, Korean fashion, dan sports juga terlihat terlebih pada saat tertentu,” kata Ardi.

Tahun depan ada beberapa rencana yang ingin dilancarkan oleh perusahaan, di antaranya adalah penguatan pengalaman belanja Online-to-Offline (O2O) lewat Offline Store iStyle.id seperti Marhen J x iStyle untuk K-Fashion yang berada di Lotte Shopping Avenue, K-Point yang merupakan Korean Convenience Store yang berada di Wisma 46, dan toko-toko offline lainnya.

“Hal ini dilakukan agar pelanggan bisa melihat langsung produk yang di jual di iStyle dan bisa berbelanja online dan offline dengan mudah,” kata Ardi.

Sejak dirilis pada 2017, situs ini mengambil konsep mall in mall yang memberikan solusi alternatif belanja produk dari Lotte Shopping Avenue, LotteMart grocery store, Planet Sports, Kidz Station, Lejel Home Shopping, K-Mall, Kinokuniya, dan Best Denki. Berbagai brand yang digandeng ini, memindahkan kebiasaan belanja di mal ke dalam satu aplikasi dan bisa diakses kapan saja.

Application Information Will Show Up Here
iLOTTE, situs e-commerce besutan Salim Group dan Lotte Group, mengumumkan rebrand menjadi iStyle memasuki tahun ketiganya

iLOTTE Berganti Nama Jadi iStyle, Pertajam Fokus ke Produk Gaya Hidup

iLOTTE, situs e-commerce besutan Salim Group dan Lotte Group, mengumumkan rebranding menjadi iStyle memasuki tahun ketiganya. Perubahan tersebut menajamkan strategi perusahaan dengan nama badan hukum PT Indo Lotte Makmur ini dalam menyediakan produk gaya hidup yang lebih beragam.

Per 15 November 2020, situs domain iLOTTE sudah dialihkan ke situs terbaru, tampilan UI/UX juga diperbarui untuk menyesuaikan fokus barunya. Pun untuk aplikasi, pengguna akan diarahkan untuk memperbarui ke versi terbaru.

Perwakilan perusahaan yang dihubungi DailySocial menerangkan, brand iStyle dianggap lebih mewakili posisi perusahaan dengan nuansa yang lebih fresh, young, dan menjawab kebutuhan penggunanya. iStyle kini fokus menyediakan berbagai produk gaya hidup, termasuk di dalamnya produk kecantikan, fesyen, olahraga, dan kebutuhan harian.

Ia juga menjelaskan, tidak ada perubahan model bisnis dari perubahan merek ini. Malah, penambahan fitur dan pengalaman belanja dengan hadirnya konsep K-Hub, sebuah platform media yang bisa diakses semua orang mencari informasi dan tren terkini.

“iStyle membawa harapan untuk tidak hanya menjadi situs e-commerce, namun juga bisa mencari tren-tren dan informasi terkini mengenai gaya hidup, mulai dari produk kecantikan, Korea, fashion, dan gaya hidup lainnya,” terangnya.

Sejak iLOTTE pertama kali dirilis pada 2017, situs ini mengambil konsep mall in mall yang memberikan solusi alternatif belanja produk dari Lotte Shopping Avenue, LotteMart grocery store, Planet Sports, Kidz Station, Lejel Home Shopping, K-Mall, Kinokuniya, dan Best Denki. Berbagai brand yang digandeng ini, memindahkan kebiasaan belanja di mal ke dalam satu aplikasi dan bisa diakses kapan saja.

Lebih lanjut dipaparkan, berdasarkan data yang ditarik di internal, sepanjang tahun ini terjadi peningkatan hingga empat kali lipat untuk jumlah member dan trafik yang masuk, terlebih ketika masa PSBB total pada Maret lalu. Sayangnya, tidak disertai data pendukung yang disertakan.

Sementara produk yang paling banyak dicari adalah produk kecantikan seperti skincare dan make up, produk olahraga, dan kebutuhan harian. “Insight yang menarik adalah perubahan perilaku belanja di masa pandemi, di mana peningkatan untuk pemesanan kebutuhan harian meningkat secara signifikan, tetap tinggi walaupun PSBB total sudah tidak diberlakukan,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here
Kantor iLotte terletak di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, memiliki ruangan "transformer" untuk meeting

DStour #66: Menikmati “Transformer Room” di Kantor iLotte

Platform e-commerce iLotte memiliki kantor baru yang memiliki ruang kerja yang luas dengan ruangan berbagai fungsi. Mengedepankan konsep ruang open space dengan desain minimalis, kantor pusat iLotte dilengkapi dengan play room, transformer room, hingga locker khusus untuk menyimpan barang bawaan pegawai. Dipandu CMO iLotte Ardi Sudarto, simak liputan DStour kali ini.

Menggandeng Vospay untuk pilihan pembayaran cicilan tanpa kartu kredit, iLotte memperkenalkan kembali platform ke masyarakat melalui ketersediaan aplikasi

iLotte Perkenalkan Kembali Platform Melalui Aplikasi

Di akhir tahun 2017, Salim Group dan Lotte Group memperkenalkan platform e-commerce iLotte dengan janji investasi $100 juta (atau lebih dari 1,3 triliun Rupiah). Dalam temu media hari ini, perusahaan memperkenalkan kembali platform-nya dengan mencoba fokus ke penggunaan platform melalui aplikasi dengan kampanye #Ngemalldarihape.

Dalam presentasinya, CMO iLotte Ardi Sudarto menyebutkan, satu tahun terakhir dimanfaatkan iLotte untuk mengembangkan teknologi sekaligus menambah jumlah mitra.

“Saat awal iLotte diluncurkan, kami hanya menggandeng dua mitra saja dari brand ternama, kini kami sudah memiliki delapan mitra sekaligus kategori khusus dalam platform yaitu K-Mall, produk khusus asal Korea.”

Saat ini di iLotte telah tersedia sejumlah brand populer, seperti LEJEL, Planet Sport, Kidz Station, Kinokuniya, Best Denki, Lotte Mart, dan Lotte Shopping Avenue.

Tampilan dan semangat baru yang coba dihadirkan iLotte diharapkan bisa mewujudkan komitmen perusahaan sebagai platform e-commerce yang fokus ke produk brand ternama.

“Di iLotte kami sengaja menggandeng brand ternama yang banyak ditemui di mall atau saat pembeli melakukan kegiatan belanja secara offline. Harapannya kami bisa menghadirkan pengalaman belanja offline melalui platform online,” kata Ardi.

Selain pilihan barang dari brand tertentu, iLotte mencoba memberikan pilihan same day delivery dalam waktu 3 jam khusus untuk kawasan Jadetabek. Untuk logistik, selain memanfaatkan tim internal, iLotte juga menggandeng layanan logistik pihak ketiga.

Menggandeng Vospay

Untuk pilihan pembayaran, iLotte menggandeng Vospay, platform yang menyediakan pembayaran kredit secara online untuk mereka yang tidak memiliki kartu kredit. Layanan ini serupa dengan yang ditawarkan Kredivo dan Akulaku.

“Untuk saat ini kami memang baru saja bermitra dengan Vospay, namun ke depannya kita juga akan menambah pilihan pembayaran secara cicilan dari platform lainnya,” kata Ardi.

iLotte sengaja tidak menyediakan pilihan pembayaran Cash on Delivery (COD), seperti yang banyak disediakan layanan lain, untuk meminimalisir erjadinya pembatalan transaksi secara sepihak.

Masih didominasi konsumen yang tinggal di kawasan Jadetabek, fokus iLotte saat ini menambah jumlah mitra dan pengguna aktif yang melakukan transaksi melalui smartphone.

“Saat ini bisa dibilang jumlah pengguna kami memang belum banyak, namun dengan kualitas produk yang terjamin hingga pilihan brand yang beragam, kami berharap bisa menambah jumlah pelanggan iLotte di tahun 2019 ini,” kata Ardi.

Application Information Will Show Up Here

Dengan Dana Awal 1,3 Triliun Rupiah, Layanan E-Commerce “Joint Venture” Salim Group dan LOTTE Group Resmi Meluncur

Setelah sempat dirilis dalam versi beta, layanan e-commerce iLOTTE yang merupakan perusahaan hasil joint venture dua konglomerasi besar, Salim Group dan LOTTE Group Korea Selatan, hari ini, (10/10), di Jakarta meresmikan kehadiran mereka.

Mengklaim memiliki konsep berbeda dari layanan e-commerce dan marketplace pada umumnya, kehadiran iLotte diharapkan bisa menjadi angin segar bagi dunia e-commerce di Indonesia saat ini.

“Secara khusus kami tidak ingin bersaing dengan layanan e-commerce dan marketplace lainnya yang sudah hadir di Indonesia, namun kita ingin bersama menjalankan bisnis menawarkan konsep yang berbeda untuk seluruh masyarakat di Indonesia,” kata CEO iLOTTE Phillip Lee.

iLOTTE menawarkan beragam produk dari toko dan perusahan ritel besar seperti LOTTE Shopping Avenue dan LOTTE Mart, layanan online-to-offline (O2O), layanan pembelian secara langsung, dan pembelian melalui permintaan khusus untuk barang-barang impor yang berkualitas tinggi dan diklaim terjamin transparansinya.

“Untuk kepuasan pelanggan yang bermukim di wilayah Jakarta, kami menyediakan fitur Flash Delivery, di mana dalam waktu 3 jam barang sudah bisa diantar ke rumah pembeli,” kata CMO iLOTTE Ardi Sudarto.

Pilihan pembayaran beragam dan integrasi dengan Indomaret

Untuk memudahkan pembeli melakukan pembayaran, iLOTTE menyediakan pilihan pembayaran beragam seperti, bank transfer dengan 9 bank ternama dan ATM bersama, pembayaran kartu kredit, hingga pembayaran melalui Indomaret. Untuk pengantaran, iLOTTE bermitra dengan logistik pihak ketiga.

“Selain produk dari Lotte Mart dan Lotte Shopping Avenue, kami juga menghadirkan produk asli dari Korea Selatan dalam kanal K-Shop. Semua kami hadirkan langsung dari Korsel,” kata Lee.

Fokus kepada brand ternama dan sudah memiliki nama besar, harga yang ditawarkan oleh iLOTTE tergolong premium, iLOTTE juga tidak membuka penjualan kepada personal seller atau kalangan UMKM, demi menjaga kualitas hingga kepercayaan kepada pembeli.

“Dengan beragam merek internasional hingga lokal yang berkualitas, kami ingin menghadirkan pengalaman seru berbelanja offline di mal melalui situs dan aplikasi lengkap iLOTTE,” kata Sudarto.

Untuk memberikan rewards kepada pelanggan, iLOTTE juga menghadirkan iPoints yang cara kerjanya serupa dengan rewards point Lotte Mart dan Lotte Shopping Avenue.

“Dengan iPoints ini semakin banyak pembeli melakukan transaki melalui iLOTTE, semakin besar kesempatan mendapatkan rewards point yang nantinya bisa di transfer kepada pengguna lainnya dengan mudah,” kata Sudarto.

Investasi $ 100 juta untuk iLOTTE

Selama satu tahun penuh Salim Group dan Lotte Group merencanakan dan mempersiapkan peluncuran iLOTTE kepada publik secara resmi. Untuk mendukung kegiatan tersebut mereka telah menggelontorkan uang sekitar $ 100 juta (sekitar 1,3 triliun Rupiah), yang digunakan untuk membangun iLOTTE.

Disinggung tentang adanya konsolidasi dengan elevenia yang baru-baru ini telah dibeli sahamnya 100% oleh Salim Group, menurut VP iLOTTE Steven Calvin, hal tersebut tidak termasuk dalam rencana iLOTTE, namun jika ke depannya dilihat adanya celah atau kesempatan untuk melakukan konsolidasi hingga integrasi, iLOTTE tidak menutup kemungkinan tersebut.

“Fokus kami usai peresmian ini adalah fokus kepada akuisisi pelanggan dengan konsep baru yang mengedepankan kehadiran produk asli dari Korea Selatan hingga groceries.”

Untuk menampung semua produk khusus dari iLOTTE, Salim Group telah memiliki gudang penyimpanan yang terletak di kawasan Sunter Jakarta Utara. Selain di situs resmi, aplikasi mobile iLOTTE juga sudah bisa diunduh di platform Android dan iOS.

Application Information Will Show Up Here

Layanan E-Commerce iLotte Masuk Fase “Open Beta”, Sudah Melayani Transaksi (UPDATED)

Setelah melakukan proses pengembangan dan persiapan sejak tahun 2016, saat ini situs layanan e-commerce joint venture Salim Group dan Lotte Group iLotte sudah tampil live dan siap menerima transaksi (pembelian dan pembayaran). Layanan e-commerce, yang hampir semuanya menyediakan produk dan brand milik Salim Group ini sudah dalam versi open beta dan disebutkan akan meluncur resmi akhir tahun atau awal tahun 2018 mendatang.

Kehadiran PT Indo Lotte Makmur, sebagai pemilik brand iLotte, merupakan bagian ekspansi digital Salim Group yang cukup gencar tahun ini. Menariknya, Salim Group disebutkan baru mengakuisisi kepemilikan SK Planet di Elevenia dan kehadiran iLotte bakal melengkapi portofolio Salim Group di industri e-commerce.

Karena Elevenia berkiprah di sektor C2C, sementara iLotte tampaknya bersifat B2C, sangat menarik melihat peta persaingan industri e-commerce di masa mendatang, apalagi Alibaba, pemilik mayoritas layanan B2C Lazada, baru saja masuk sebagai pemegang saham minoritas layanan C2C Tokopedia.

 

SK Planet Disebutkan Keluar dari Elevenia, Jual Sahamnya ke Salim Group

Menurut informasi yang diperoleh dari media Korea Selatan Pulse, SK Planet saat ini dalam proses reposisi bisnis-bisnisnya di luar negeri yang diawali dengan penjualan seluruh sahamnya di Elevenia ke Salim Group. Salim Group sendiri, dalam usaha terpisah, sedang mengembangkan layanan marketplace bersama Lotte Group.

Elevenia adalah joint venture 50-50 SK Planet dan XL Axiata, dengan total suntikan dana hingga kini mencapai hampir 2 triliun Rupiah. Meskipun Elevenia dianggap sukses secara volume transaksi, karena diklaim berada di posisi tiga besar, tetapi hasil tersebut tidak bisa diterjemahkan sebagai pemasukan bagi perusahaan.

Indonesia disebut sebagai exit pertama SK Planet di Asia Tenggara. Setelah Elevenia, SK Planet disebutkan bakal menjual bisnisnya di Malaysia, Thailand, dan Turki.

Keluarnya SK Planet dari Elevenia adalah pukulan telak bagi XL Axiata yang juga telah memberikan “rambu kuning” untuk bisnis digitalnya. Disebutkan SK Planet sendiri di negara asalnya sedang dalam proses penjualan saham ke Lotte Group. Bisa saja nantinya iLotte, yang baru saja memasuki tahap beta, dan Elevenia menjadi entitas gabungan jika keduanya benar-benar dikuasai Salim Group dan Lotte Group.

Application Information Will Show Up Here

Menelusuri Arah Grup Salim Kuasai Dunia Digital

Berbicara mengenai betapa besarnya potensi ekonomi digital di Indonesia sebagai the next big thing, sudah banyak data acuan yang berseliweran mencoba untuk membuktikannya. Semua pihak pun sadar, tak terkecuali Grup Salim, salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia.

Nama Grup Salim, cukup tersohor lewat berbagai anak usahanya Indofood Sukses Makmur yang merupakan produsen mi instan dengan nama merek dagang Indomie. Untuk sektor ritel, Grup Salim memiliki Indomaret dengan total sekitar 14 ribu gerai tersebar di seluruh Indonesia.

Sedangkan sektor otomotif, ada Indomobil dengan berbagai anak usaha bergerak sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) dan perusahaan multifinance untuk menyokong bisnisnya.

Bagaimana langkah yang diambil Grup Salim untuk ikut terjun ke dalam ekosistem dunia digital? Grup Salim lebih memilih strategi awal dengan mendirikan perusahaan patungan bersama mitra dari luar negeri dan berinvestasi langsung lewat anak usahanya. Terlihat dari aksinya saat terlibat investasi di Rocket Internet untuk pengembangan solusi pembayaran online dan mobile dalam negara berkembang pada 2014.

Grup Salim masuk ke Rocket Internet lewat anak usaha telko berbasis di Filipina, Philippine Long Distance Telephone Company (PLDT). Saat itu, PLDT menyuntikkan dana investasi sebesar 333 juta Euro atau senilai kepemilikan 10% saham di Rocket Internet. Meskipun saat ini investasinya di Rocket Internet belum menunjukkan hasil, malah semakin rendah karena performa saham Rocket Internet yang tidak kunjung membaik, Grup Salim tampak sudah siap untuk terjun lebih dalam di dunia digital.

Rekam jejak Grup Salim mulai kencang ketika mengumumkan kemitraannya dengan berbagai perusahaan asal Jepang demi menguatkan ekosistem layanan e-commerce yang sedang dirintisnya. Salah satunya adalah kemitraan mendirikan perusahaan patungan antara Indomobil dengan Seino Holdings pada 2015.

Dalam wawancara dengan Nikkei, Chairman dan CEO Grup Salim Anthoni Salim mengatakan pihaknya siap bersaing di dunia e-commerce Indonesia, yang terbilang baru saja dimulai. Menurutnya, jika ingin sukses, logistik, manajemen transportasi, dan infrastruktur IT harus sangat kuat.

Alasan itulah yang melandaskan terjadinya kemitraan dengan Seino. Dia menilai Seino memiliki banyak tenaga engineer dan pengalaman berkutat dengan perusahaan IT.

“Perusahaan Jepang banyak memiliki produk yang bagus, proses yang baik, dan yang terpenting adalah pengalamannya. Di sisi lain, dalam negara berkembang seperti ASEAN, dengan populasi sekitar 600 juta menyimpan potensi yang besar. Ini sangat baik untuk menjembatani [keduanya]. Kami sudah beroperasi di lebih dari 40 negara dan kami ingin tumbuh dalam kancah regional demi menjaga keseimbangan,” kata Anthoni.

Setelah mendirikan anak usaha patungan di sektor otomotif, Grup Salim mengumumkan kerja sama patungan lainnya lewat anak usaha PT Indomarco Prismatama, operator waralaba Indomaret, dengan Lotte untuk mendirikan platform e-commerce iLotte (Indo Lotte Makmur).

Nantinya, layanan e-commerce patungan tersebut akan fokus menyediakan barang kosmetik untuk perempuan dari merek Korea Selatan sekaligus menghubungkannya dengan gerai Lotte.

Perusahaan patungan berikutnya yang didirikan adalah PT Indoliquid Technology Sukses, hasil kemitraan dengan Liquid Inc Japan untuk mengembangkan teknologi biometrik. Tujuan yang ingin disasar lewat kemitraan tersebut adalah Grup Salim dapat menyediakan platform otentikasi untuk pembayaran yang fleksibel dan efisien di seluruh Indonesia.

Gebrakan besar Grup Salim lewat akuisisi Bank Ina Perdana

Sektor keuangan menjadi pilar utama yang memayungi seluruh lini bisnis karena di sanalah bisnis sebenarnya berada. Bisnis seperti tidak banyak berarti, bila suatu konglomerasi tidak memiliki anak usaha yang bergerak di sektor keuangan.

Taktik yang digunakan Grup Salim lewat mendirikan berbagai perusahaan patungan dari berbagai sektor sebagai bagian mempersiapkan diri dari dunia digital, semakin terasa lengkap dengan pengumuman akuisisi oleh Grup Salim terhadap bank beraset mini Bank Ina Perdana pada awal tahun ini.

Grup Salim masuk ke Bank Ina Perdana lewat perusahaan afiliasinya, di antaranya Indolife, Samudra Biru, dan Gaya Hidup.

Sebelumnya, Grup Salim pernah memiliki anak usaha di jasa keuangan yakni BCA. Namun, harus terpaksa harus dilepas ketika Indonesia mengalami krisis moneter di 1998.

Lantaran pengumuman ini masih baru, belum banyak hal yang bisa digali lebih dalam. Hanya saja, ada gambaran besar yang bisa terlihat dari aksi tersebut, yakni ada ambisis besar Grup Salim membuat “BCA kedua”.

Mereka ingin mentransformasikan pembayaran secara non tunai dengan mengembangkan layanan internet banking, mobile banking, e-money, dan lainnya. Berikutnya mereka ingin menghubungkannya dengan jaringan gerai Indomaret yang kini sudah menjadi poin pembayaran transaksi digital.

Sentuh dunia startup lewat Block71

Pendekatan Grup Salim dalam upayanya membentuk ekosistem dunia digital kini mulai bergeser ke ranah startup lewat pengumuman keterlibatannya di pusat komunitas Block71 di Jakarta bersama NUS Enterprise.

Direktur Eksekutif Grup Salim Axton Salim mengatakan inisiatif ini dilakukan karena pihaknya ingin mendukung para wirausahawan sekaligus mendorong perkembangan baru di Indonesia. Dengan fasilitas bantuan jaringan dan pengalaman grup diharapkan akan mendorong masuknya startup dan inovasi ke pasar lokal dan memberi manfaat bagi masyarakat luas.

Axton, seperti halnya Martin Hartono, John Riady, atau Alvin Sariaatmadja, menjadi penerus konglomerasi keluarga yang ingin mencoba peruntungan di dunia digital. Menurut Axton, Block71 dipilih sebagai mitra karena telah memiliki jaringan startup global yang bisa membantu mendorong startup Indonesia mengglobal.

“Kalau untuk startup Indonesia itu kami lihat banyak ide-ide baru. Jadi kami bekerja sama dengan NUS Enterprise agar bisa membawa pasar Indonesia ke Singapura, Tiongkok, dan San Fransisco,” kata Axton, seperti dikutip dari Katadata.

Meskipun agak terlambat, dibanding konglomerasi lainnya, gerakan Grup Salim cukup gesit. Dalam waktu tiga tahun, Grup Salim sudah memiliki berbagai tambahan anak usaha berkat afiliasi dengan perusahaan teknologi di luar negeri.

Ke depannya, grup konglomerasi besar bakal bergantung pada startup untuk berinovasi di sektor teknologi.

Seperti halnya EMTEK yang mulai melengkapi kepingan roadmap teknologinya dengan BBM sebagai perekat, Grup Salim yang memiliki pengalaman panjang di dunia ritel menganggap value chain pendukung industri e-commerce adalah hal penting. Salah satunya adalah investasinya ke layanan logistik Popbox yang mengembangkan smart locker sebagai tempat penyimpanan dan pengiriman barang.

I think opportunity banyak, honestly opportunity banyak. That’s why we start investing,” ujar Axton, kepada Katadata, soal peluang dan langkah Grup Salim menapaki dunia digital Indonesia.