Tag Archives: Index

Melacak Barang dengan Mudah Menggunakan Rumus INDEX MATCH di Excel

Dalam dunia bisnis dan manajemen persediaan, melacak barang dengan efisien adalah kunci untuk menjaga kelancaran operasional. Excel, sebagai salah satu perangkat lunak spreadsheet yang paling populer, menyediakan berbagai rumus yang dapat membantu kita melakukan tugas ini dengan lebih efektif. Salah satu rumus yang sangat berguna dalam konteks ini adalah INDEX MATCH.

Rumus INDEX MATCH merupakan kombinasi dari dua fungsi Excel, yaitu INDEX dan MATCH. Kombinasi ini memungkinkan kita untuk mencari dan menemukan nilai dalam suatu rentang data berdasarkan kriteria tertentu. Dengan menggunakan rumus INDEX MATCH, kita dapat dengan cepat dan akurat melacak barang atau informasi lainnya dalam spreadsheet Excel.

Apa itu Rumus INDEX MATCH?

Sebelum masuk ke langkah-langkah praktis, mari kita pahami apa itu rumus INDEX MATCH dan mengapa rumus ini lebih unggul daripada metode pencarian lainnya.

Rumus INDEX digunakan untuk mengembalikan nilai dari sel tertentu dalam rentang sel yang diberikan. Sedangkan rumus MATCH digunakan untuk mencari nilai tertentu dalam rentang sel dan mengembalikan posisinya. Jika tidak ditemukan, MATCH dapat memberikan hasil yang paling mendekati.

Dengan menggabungkan rumus INDEX dan MATCH, kita dapat mencapai pencarian dan pencocokan data yang lebih fleksibel dan akurat. Rumus ini membantu kita menghindari kendala-kendala yang biasanya muncul pada VLOOKUP, terutama ketika kita berurusan dengan rentang data yang besar atau kompleks.

Cara Melacak Barang dengan Rumus INDEX MATCH di Excel

Untuk melacak stok barang dengan rumus INDEX MATCH di Excel, langkah-langkahnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Buka Data di Excel

Mulailah dengan membuka data yang ingin Anda cari. Misalnya, kita ingin mencari stok sweater berukuran XL.

Gunakan Rumus INDEX

Jika data Anda relatif sedikit, gunakan rumus INDEX dengan format berikut: =INDEX(C4:G13, 7, 4). Di sini, C4:G13 adalah rentang data referensi, 7 adalah baris data yang ingin dicari (sweater XL), dan 4 adalah kolom data yang ingin dicari (jumlah stok).

Klik Enter

Untuk menemukan data yang dibutuhkan, silakan klik Enter. Dalam contoh ini, Anda akan menemukan jumlah stok sweater berukuran XL sebanyak 82 pcs.

Gunakan Rumus INDEX MATCH

Jika data Anda lebih banyak, kombinasikan rumus INDEX dan MATCH untuk memudahkan pencarian. Sisipkan rumus MATCH dalam rumus INDEX di atas. Rumus MATCH adalah =MATCH(sel acuan, rentang data referensi, 0).

Dalam rumus INDEX diatas, hapus angka 7 dan ubah menjadi match(K4,B4:B13,0), maka rumus keseluruhan akan menjadi =INDEX(C4:G13,match(K4,B4:B13,0),4).

Keterangan:

K4= sel acuan barang yang akan dicari

B4:B13= range data referensi untuk pencarian

Kemudian, ubah angka 4 menjadi MATCH(K5,C3:G3,0). Rumus akhir akan menjadi =INDEX(C4:G13,MATCH(K4,B4:B13,0),MATCH(K5,C3:G3,0))

Klik Enter

Setelah mengetik rumus tersebut, tekan Enter. Hasilnya akan memberikan informasi stok dari sweater berukuran XL berdasarkan sel acuan yang telah Anda tentukan.

Dengan menggunakan rumus INDEX MATCH, Anda dapat dengan mudah melacak barang atau informasi lainnya dalam spreadsheet Excel tanpa harus membuang waktu mencari manual.

Kemampuan ini sangat bermanfaat untuk manajemen persediaan, penjualan, atau tugas-tugas lain yang melibatkan analisis data di tingkat yang lebih tinggi. Semakin Anda mahir menggunakan rumus Excel, semakin efisien Anda dalam menangani data dan membuat keputusan bisnis yang tepat.

Tiga Gameplay Video Baru Ungkap Fitur-Fitur Unik Half-Life: Alyx

Setelah hampir 13 tahun berlalu, gamer akhirnya bisa kembali bertualang di jagat Half-Life lewat peluncuran permainan terbaru di seri ini. Meski begitu, Half-Life: Alyx memang bukan sekuel yang banyak orang nantikan. Kisah permainan berlangsung sebelum Half-Life 2, dan (sayangnya) ia hanya dapat diakses menggunakan headset virtual reality. Langkah ini kemungkinan besar merupakan upaya Valve mempromosikan VR gaming.

Mendekati hari peluncuran Half-Life: Alyx, tim developer memublikasikan tiga video gameplay baru yang memperlihatkan potongan-potongan kecil permainan. Meski terbilang singkat, ada banyak informasi penting serta detail menarik tersingkap di sana. Kabarnya, Valve tadinya berniat untuk memamerkan video-video ini di ajang The Game Awards 2019, tapi di menit-menit terakhir, mereka memutuskan buat menundanya.

Seperti trailer perdana Half-Life: Alyx, ketiga video kembali mendemonstrasikan level interaksi yang tinggi antara pemain dan dunia game. Permainan mempersilakan kita untuk memanipulasi hampir segala objek. Berbeda dari mayoritas permainan shooter, item-item penting tidak berserakan atau tersimpan rapi. Seringkali mereka tersembunyi dalam wadah atau rak, dan kita perlu menggeledahnya secara cermat demi memastikan tak ada yang terlewat.

Half-Life: Alyx tersaji tanpa UI. Indikator health dan amunisi ditampilkan di sarung tangan kiri dan Anda bisa menyimpan sejumlah item di sarung tangan kanan. Sistem health disuguhkan secara tradisional: Anda hanya dapat mengobati diri di health station. Permainan mempersilakan kita meng-upgrade senjata dengan mengumpulkan ‘resin’, kemudian objek/item bisa diambil langsung atau ‘ditarik’ menggunakan sarung tangan gravitasi.

Menariknya lagi, sejumlah objek yang tampak remeh ternyata sangat berguna. Contohnya: helm proyek bisa menyelamatkan nyawa jika Anda secara tak sengaja terperangkap Barnacle (makhluk berlidah panjang yang menempel di langit-langit bangunan). Video juga menampilkan musuh-musuh familier yang akan Anda hadapi: Headcrab, zombie sampai prajurit Combine. Selain aksi baku tembak, Half-Life: Alyx menantang pemain dengan beragam puzzle.

Salah satu elemen paling krusial yang diperlihatkan Valve di tiga video gameplay ini adalah pilihan metode navigasi atau pergerakan. Half-Life: Alyx menyajikan tiga opsi sistem locomotion: berbasis teleportasi, gerakan natural, atau shift/bergeser secara cepat. Kita dibebaskan untuk menggonta-gantinya di tengah permainan melalui menu options.

Metode teleportasi cocok bagi mereka yang masih awam dengan VR gaming. Opsi ini mempersilakan pemain untuk menunjuk ke mana mereka ingin pergi, lalu game segera mematuhinya. Sesaat, permainan akan menampilkan layar hitam, gunanya ialah buat mengurangi disorientasi. Metode shift tersaji mirip teleportasit, tanpa black screen. Kita bisa melihat pergeseran lokasi secara langsung. Saya pribadi lebih memilih continous movement karena navigasi terasa lebih natural.

Half-Life: Alyx rencananya akan meluncur di PC lewat Steam pada tanggal 23 Maret 2020. Selain Valve Index, game juga dapat dinikmati via Oculus Rift, HTC Vive, Oculus Quest dan headset Windows Mixed Reality.

Half-Life: Alyx Bantu Dongkrak Penjualan Headset VR Valve Index

Sempat berkolaborasi dengan HTC dalam penggarapan Vive serta mengukuhkan pijakannya di ranah virtual reality lewat pengembangan SteamVR, Valve kian percaya diri untuk meramu headset VR-nya sendiri. Index diumumkan di bulan April 2018 lalu mulai dipasarkan tak lama setelahnya. Selain spesifikasi yang lebih canggih dibanding perangkat sekelas, Index menjanjikan sistem kendali intuitif lewat Knuckles Controllers.

Melengkapi upaya Valve berkiprah di segmen VR, sang pemilik Steam itu akhirnya mengumumkan kelanjutan dari seri Half-Life sesudah keheningan selama 12 tahun. Meski demikian, Half-Life: Alyx bukanlah game biasa. Untuk bisa menikmatinya, kita diharuskan mempunyai headset virtual reality. Ada cukup banyak gamer yang kecewa dengan arahan ini, namun langkah tersebut terbukti tepat. Menyusul dibukanya gerbang pre-order Alyx, penjualan Index juga terdongkrak naik.

Berdasarkan data terkini dari firma analis SuperData, permintaan terhadap Index melonjak dua kali lipat lebih di kuartal keempat 2019 dibanding triwulan sebelumnya. Valve berhasil menjual 103 ribu unit Index di antara bulan Oktober sampai Desember, dan kini total penjualan headset di 2019 mencapai 149 ribu. Hal ini sangat menarik karena Index bisa dibilang merupakan produk premium – satu setnya dibanderol US$ 1.000.

Angka penjualan sebetulnya berpotensi melambung lebih tinggi lagi seandainya tidak ada kendala pada persediaan unit. Info Road to VR mengungkapkan bahwa produk tersebut terjual habis di mana-mana per tanggal 15 Januari 2020. Saat ini laman Index di Steam masih menunjukkan status ‘kehabisan stok’. Anda yang benar-benar menginginkannya diminta memasukkan email agar Valve bisa mengabarkan langsung jika unit telah kembali tersedia.

Selain Index, SuperData juga menyingkap penjualan HMD virtual reality lain di periode kuartal empat 2019. PlayStation VR terlihat masih memimpin di depan, tentu saja berkat ketiadaan ‘daftar kebutuhan hardware‘. Headset bisa langsung bekerja begitu disambungkan ke PlayStation 4. Posisi kedua ditempati oleh HMD virtual reality standalone Oculus Quest. Uniknya lagi, penjualan Index lebih tinggi dari Rift S, lalu Vive sendiri tidak muncul di daftar lima besar.

Top VR headsets.

Kabar gembiranya, Half-Life: Alyx bukanlah game yang dieksklusifkan untuk Valve Index. Pemilik HTC Vive, Oculus Rift dan Quest, serta headset Windows Mixed Reality juga dipersilakan menikmatinya. Tapi khusus buat pengguna Index, Alyx bisa diperoleh secara gratis. Di Indonesia, game dijual seharga Rp 225 ribu dan dijadwalkan meluncur di bulan Maret 2020 besok.

Masih ada satu hal yang membuat saya penasaran. Ketika Half-Life: Alyx baru disingkap, Valve bilang bahwa salah satu alasan mengapa game disajikan via virtual reality adalah karena pemanfaatan sistem kendali berbasis motion dalam pertempuran, eksplorasi serta menyelesaikan puzzle. Apakah itu artinya gamer wajib memiliki aksesori Knuckles atau sejenisnya, atau adakah solusi lainnya?

Via Eurogamer.

Jelang Perilisan Half-Life: Alyx, Seri Game Half-Life Digratiskan Sementara

Pengumuman Half-Life: Alyx dilakukan ketika gamer terlena dan tidak menyangka Valve akan memberi kesempatan lagi untuk kembali ke jagat Half-Life 12 tahun sesudah Half-Life 2: Episode Two dirilis. Namun Alyx bukanlah game biasa. Kontennya disajikan secara eksklusif lewat perangkat virtual reality namun tetap menjanjikan pengalaman gaming blockbuster dengan dunia permainan yang ekspansif dan siap dieksplorasi.

Setelah digarap secara rahasia selama bertahun-tahun, Half-Life: Alyx akhirnya siap buat meluncur di kuartal pertama tahun 2020. Dan bermaksud untuk menyegarkan kembali memori Anda terhadap petualangan (dan perjuangan membebaskan Bumi dari alien) yang dilakukan oleh tokoh protagonis Gordon Freeman, Valve secara sementara menggratiskan permainan-permainan Half-Life sebelumnya hingga saat Half-Life: Alyx dilepas nanti.

Game yang dapat Anda nikmati secara cuma-cuma terdiri dari Half-Life (versi engine Source tahun 2004), Half-Life 2 (2004), Episode One (2006), dan Episode Two (2007); plus sejumlah expansion pack: Opposing Force dan Blue Shift. Semuanya dapat diakses tanpa perlu membayar selama kurang lebih dua bulan. Itu artinya selain cocok buat menyegarkan ingatan gamer veteran, program ini bisa jadi kesempatan bagi para pendatang baru untuk mendalami dan memahami dunia Half-Life.

Sayangnya, Valve tidak menyertakan Black Mesa di program ini. Alasannya mungkin karena bukan mereka yang mengembangkannya. Black Mesa adalah remake Half-Life pertama yang dikerjakan oleh pihak ketiga. Developer-nya, Crowbar Collective, merekonstruksi hampir seluruh aset permainan serta menambahkan skenario baru, memastikan konten, visual dan penyajiannya sekelas dengan game-game shooter modern.

Lewat Steam, Valve menyampaikan, “Half-Life: Alyx mengusung latar belakang sebelum Half-Life 2 dan episode-episode setelahnya. Developer berkeyakinan bahwa permainan baru dapat dinikmati secara maksimal jika kita sudah memainkan game-game sebelumnya, terutama Half-Life 2 serta dua episode penerusnya. Untuk itu, kami ingin membuat akses [ke semesta Half-Life] lebih mudah bagi pemain.”

Half-Life: Alyx membutuhkan headset virtual reality agar dapat dimainkan. Kabar baiknya, tidak ada pembatasan model HMD. Game siap mendukung HTC Vive, Oculus Rift, Oculus Quest, perangkat Windows Mixed Reality, serta produk buatan Valve sendiri, Index. Alyx rencananya akan dilepas di bulan Maret 2020, disuguhkan sebagai ‘full game‘ dan dibanderol seharga US$ 54 dengan penyesuaian di kawasan tertentu, termasuk Indonesia.

Sedikit catatan: khusus bagi pemilik Valve Index, Half-Life: Alyx akan diberikan secara gratis. Valve juga sudah menyiapkan sejumlah bonus menarik lain seperti SteamVR Home dan konten Counter-Strike: Go bertema Half-Life, serta skin senjata alternatif.

Via The Verge, sumber: Steam.

Valve Mempertimbangkan Untuk Garap Headset VR Index Versi Standalone

Undur dirinya Valve dalam kolaborasi pengembangan ekosistem HTC Vive sempat membuat orang (termasuk saya) berpikir bahwa sang pencipta Steam berniat meninggalkan ranah ini. Namun kami semua keliru. Valve ternyata berniat menggarap perangkat VR-nya sendiri. Agenda tersebut terungkap di bulan April kemarin, kemudian detail mengenai HMD bernama Index itu disingkap tak lama setelahnya.

Dilihat dari sisi hardware dan kelengkapan fitur, Index boleh dikatakan lebih superior dibanding Rift dan Vive. Namun pada dasarnya, headset VR Valve tersebut masih menggunakan solusi penyajian serupa model kompetitor. Perangkat bersandar pada PC agar dapat menghidangkan konten. Itu berarti, Index mungkin belum bisa jadi solusi bagi mereka yang menginginkan HMD virtual reality standalone.

Menariknya, Valve sempat mengakui ketertarikannya mengembangkan head-mounted display ‘mandiri’. Dalam presentasi di acara peluncuran Index beberapa hari lalu, co-founder Gabe Newell mengungkapkan bagaimana timnya tengah mempertimbangkan pembuatan versi alternatif dari Index yang tak mengikat penggunanya di satu tempat. Dengan kata lain, perangkat bisa bekerja tanpa memerlukan dukungan PC.

Newell menyampaikan bahwa Valve mempunyai banyak ide yang dapat diterapkan pada aspek layar dan optik. Kemudian, ada beragam peluang untuk meningkatkan kapabilitas sistem pelacakan sembari menyederhanakan prosesnya. Dengan tercapainya hal-hal ini, terbuka pula kesempatan buat mengembangkan permainan-permainan virtual reality revolusioner, baik dari Valve atau mitranya.

Sebelum sampai di sana, Newell sendiri berkeyakinan bahwa aksesori kendali ‘Knuckles’ dapat memicu digarapnya ‘game-game jenis baru’. Knuckles lebih mutakhir dibanding unit controller motion pendukung perangkat kompetitor. Ia dirancang agar Anda tidak perlu terus menggenggamnya. Di sana ada joystick, trackpad mini, rangkaian tombol, serta input sekunder yang mampu membaca seberapa erat genggaman tangan Anda. Valve membubuhkan tidak kurang dari 87 buah sensor di dalamnya.

Terkait Index, Gabe Newell menyebutnya sebagai tonggak sejarah penting bagi Valve, merepresentasikan terobosan signifikan di segmen virtual reality. Untuk sekarang, perusahaan akan fokus pada hal-hal sederhana, misalnya memperluas distribusi produk keluar wilayah Amerika Serikat, menuju Eropa dan negara-negara lain. Valve juga melihat adanya celah buat menurunkan harga produk, serta membuat Index lebih ringan dan lebih ergonomis.

Berbicara soal harga, Valve Index memang dibanderol cukup mahal. Harganya berada jauh di atas Oculus Rift S (setara Oculus Quest di US$ 400) namun masih lebih murah dibanding satu set lengkap HTC Vive Pro (US$ 1.400, headset-nya saja dipatok US$ 800).

Pertanyaannya kini adalah, jika Valve betul-betul mengembangkan versi standalone dari Index, apakah mereka akan menjualnya di harga lebih tinggi atau lebih rendah dibanding varian standar?

Sumber: GamesIndustry.

Headset VR Valve Index Resmi Diumumkan, Usung Sejumlah Teknologi Inovatif

Bagi mayoritas orang, Valve ialah salah satu nama tersukses di ranah software dan layanan distribusi digital. Mereka merupakan pemegang sejumlah franchise game terbesar di dunia sekaligus pemilik Steam. Tapi upaya Valve dalam menembus pasar hardware belum bisa dikatakan sukses. Prakarsa Steam Machines tenggelam begitu saja dan belakangan perusahaan tampak menarik diri dari pengembangan VR.

Namun di awal bulan lalu, kita akhirnya tahu bagaimana Valve tidak menyerah begitu saja. Secara tiba-tiba, perusahaan yang dinahkodai Gabe Newell dan Scott Lynch itu menyingkap produk barunya: headset virtual reality bernama Index. Sesuai janji mereka ketika men-tease perangkat ini, Valve mengumumkan dan mengungkap segala detail mengenai Index bahkan sebelum bulan April berakhir.

Index 4

Valve Index menjanjikan pengalaman ‘superior’ dalam menikmati konten VR baik dalam hal visual, audio, maupun kenyamanan pemakaian. Pengoperasiannya dibantu oleh motion controller Knuckles yang versi purwarupanya pernah Valve pamerkan di Steam Dev Days 2016 dan telah mendapatkan beberapa kali penyempurnaan. Berbeda dari periferal sejenis, Knuckles mempunyai desain ber-strap unik yang memungkinkannya tidak terlepas dari tangan meski Anda tak menggenggamnya.

Index 6

Secara garis besar, penampilan head-mounted display VR Valve ini tak begitu berbeda dari Rift atau Vive. Index dibekali strap serta bantalan empuk dan headphone terintegrasi. Ada lapisan glossy semi-transparan di sisi depan, membuatnya tampak seperti visor futuristis, dan Anda akan melihat sepasang kamera di area bawah. Untuk bekerja, perangkat tetap harus tersambung secara fisik ke PC dan ia juga membutuhkan unit base station. Terdengar biasa saja? Sebetulnya, Aspek paling istimewa dari Index terletak pada kemampuannya menyajikan konten.

Index 5

Di bagian dalam, produsen mencantumkan sepasang layar LCD RGB beresolusi 1440x1600p yang kabarnya mempunyai kepadatan pixel 50 persen lebih tinggi dari jenis OLED, seehingga mampu menghasilkan gambar lebih tajam tanpa menambah beban pada hardware. Dalam penggunaannya, Index mampu menampilkan teks lebih jelas serta mengurangi efek screen door (saat Anda bisa melihat garis-garis antar pixel di panel) secara signifikan.

Index 2

Selain itu, layar Valve Index menyuguhkan refresh rate di 120Hz, yang dapat diturunkan ke 90Hz atau dinaikkan ke 144Hz jika konten mendukungnya. Display tersebut juga mempunyai ‘reduced illumination period‘ antara 0,33- sampai 0.53-milidetik. Saya belum terlalu memahami fitur ini tapi Valve bilang setup tersebut memastikan objek terlihat tetap fokus dan tajam meski Anda sedang bergerak.

Index 3

Menariknya lagi, Anda bisa menyesuaikan jarak lensa ke mata untuk memaksimalkan field of view (20 derajat lebih luas dari HTC Vive) via knop di bagian luar dan dalam. Lalu satu knop lagi di area kanan bawah berfungsi buat mengubah jarak antara lensa.

Index 7

Valve rencananya akan mulai mendisitribusikan Index pada tanggal 30 September 2019. Agar bekera optimal, PC Anda membutuhkan setidaknya kartu grafis GeForce GTX 970 atau AMD Radeon RX480 dan RAM minimal 8GB. Kompensasi dari teknologi baru di dalam Index adalah harganya yang tergolong tinggi. Satu set Valve Index dibanderol seharga US$ 1.000, US$ 200 lebih mahal dari headset standalone Vive Focus Plus.

Via Games Industry.

Valve Resmi Berkecimpung di Ranah Hardware VR Lewat Valve Index

Virtual reality sempat mencuri perhatian seisi industri teknologi kira-kira tiga sampai lima tahun silam. Ketika itu beberapa nama dianggap sebagai pionir produk VR kelas konsumen: Oculus VR yang kini dipunyai Facebook, HTC sang produsen Vive, serta Valve yang turut mengembangkan SteamVR. Kondisi ini direspons oleh para produsen lewat penyediaan hardware-hardware hingga deretan aksesori pendukungnya.

Sejauh ini, SteamVR merupakan kontribusi besar Valve Corporation terhadap ranah virtual reality. Sederhananya, SteamVR adalah platform virtual reality yang memungkinkan HMD serta pernak-perniknya bekerja optimal, dan saat ini telah mendapatkan dukungan penuh dari engine Unity serta terintegrasi dalam Unreal Engine 4. Selain dari sisi software, Valve memang sudah lama punya ketertarikan pada aspek penggarapan piranti keras. Dan di penghujung minggu lalu, perusahaan resmi mengungkap Valve Index.

Eksistensi Valve Index dikonfirmasi melalui kemunculan laman resminya di situs Steam Store. Hampir tidak ada informasi apa-apa mengenainya di sana kecuali penampilan head-mounted display, serta kalimat ‘upgrade your experience‘ dan ‘Mei 2019’ yang boleh kita asumsikan sebagai waktu rilis atau momen sang produsen mengungkap detailnya lebih jauh. Untuk sekarang, kita bisa membuat hipotesis dari apa yang tidak muncul di page tersebut.

Lihat lebih teliti dan Anda akan sadar absennya branding HTC yang telah lama menjadi mitra Valve dalam mengembangkan Vive. Ada kemungkinan, Index dibangun sendiri oleh perusahaan tanpa bantuan pihak ketiga. Kemudian Valve juga tidak turut mengiklankan tiga permainan berbasis virtual reality yang dikonfirmasi oleh co-founder Gabe Newell sendiri di bulan Oktober 2017. Game-game tersebut dibangun menggunakan engine Unity dan Source 2 – salah satunya di-setting di jagat Half-Life.

Rumor mengenai headset VR buatan Valve sendiri sebetulnya sudah beredar sejak bulan November tahun lalu lewat beredarnya foto-foto unit purwarupa yang menampilkan lensa, sirkuit, hingga wujud perangkat secara garis besar. Perlu digarisbawahi bahwa gambar di teaser punya penampakan hampir serupa prototype, dilihat dari penempatan kamera/sensor eksternal. Berdasarkan laporan narasumber UploadVR, HMD Valve itu punya field of view seluas 135 derajat dan resolusi setara Vive Pro.

Di teaser, Anda bisa melihat kehadiran slider di area bawah. Menurut Arstechnica, slider ini boleh jadi berfungsi untuk mengubah interpupillary distance. Fungsinya adalah agar display dapat disesuaikan dengan jarak antar mata kita sehingga pemakaiannya lebih nyaman.

Kita perlu menunggu hingga bulan Mei 2019 untuk mengetahui informasi mengenai Valve Index lebih lengkap lagi.

Via The Verge.

Indonesia is on the Bottom of the “IT Industry Competitiveness Index 2011” List

Although the IT startups make significant actions, in general, IT condition in Indonesia is quite bad in the International perception. On the list of IT Industry Competitiveness Index 2011 arranged by Business Software alliance (BSA), Indonesia is on the 57th from 66 countries (increased only 2 rank from the previous year). In Southeast Asia, Indonesia is in the bottom position “being beat” by Philippines and Vietnam.

As a comparison, Singapore is on the 3rd position (increased 6 rank from last year), Malaysia is on the 31st position (increased 11 rank from the last year), Thailand, Philippines and Vietnam are on the 50th, 52nd, and 53rd. Indonesia is only higher than other developing countries such as Venezuela, Ecuador, Bangladesh, and Pakistan. The lowest rank is for Iran and the highest is, of course, The USA.

Continue reading Indonesia is on the Bottom of the “IT Industry Competitiveness Index 2011” List