Tag Archives: Indie Gogo

Arkade Blaster Ialah Controller Game FPS Berwujud Pistol Futuristis

Bagi banyak pemain, gamepad dianggap sebagai sistem kendali paling fleksibel, sementara itu keyboard dan mouse merupakan pilihan bagi mereka yang menginginkan keakuratan serta tingkat respons tinggi. Tapi upaya buat merombak status quo dan mencari metode input yang lebih intuitif lagi terus dilakukan, dan ini sebabnya sejumlah developer terdorong untuk bereksperimen dengan virtual reality. Hasilnya pun sama sekali tidak mengecewakan.

Namun saat ini VR memang bukan buat semua orang. Perangkat pendukungnya tidak murah dan ia juga memerlukan hardware berperforma tinggi. Sementara itu, sebagian besar konsumen mengakses game lewat perangkat bergerak atau PC berspesifikasi menengah. Kondisi ini mendorong satu tim inventor untuk merancang controller unik yang mampu membuat pengalaman bermain game FPS jadi istimewa. Kreasi tersebut mereka namai Arkade Blaster.

Sederhananya, Arkade Blaster adalah unit controller berbasis motion/gerakan yang dirancang untuk menikmati permainan shooter. Wujudnya menyerupai pistol futuristis, dibekali rangkaian tombol di sisi kanan dan kiri beserta stik analog. Terdapat pula mount buat tempat menyematkan smartphone. Perangkat bergerak bisa berperan jadi layar utama atau sekunder, bergantung dari game yang Anda mainkan.

Jantung dari Arkade Blaster adalah ialah gyroscope yang berfungsi untuk mengubah gerakan jadi input. Ia juga menyimpan motor haptic penghasil vibrasi (seperti controller DualShock), akan bergetar saat Anda menembak atau tertembak. Uniknya lagi, garis-garis LED yang ada di sisi kiri Arkade Blaster bukanlah sekadar hiasan. Mereka berguna sebagai indikator, misalnya buat menampilkan status health, armor, amunisi dan lain-lain.

Arkade Blaster mendukung beragam game PC serta mobile, termasuk judul-judul baru dan populer (Fortnite, Modern Combat 5, Apex Legends, Call of Duty: Warzone, hingga Doom Eternal). Untuk menggunakannya, pertama-tama Anda perlu mengunduh aplikasi Arkade di perangkat bergerak. Selanjutnya, cantumkan smartphone di mount dan sambungkan ke Arkade Blaster. Controller juga bisa dipasang langsung ke PC secara plug-and-play tanpa membutuhkan ponsel pintar.

IMG_07042020_121408_(1000_x_650_pixel)

Ada dua mode penggunaan Arkade Blaster: 360-derajat dan 180-derajat. Opsi 360-derajat memungkinkan kita bergerak bebas, cocok untuk menikmati game mobile atau ketika Anda ingin berolahraga sambi bermain. Alternatifnya, mode 180-derajat memperkenankan kita buat tetap duduk di depan komputer atau di atas sofa. Selain menunjang penyajian game secara tradisional, Arkade Blaster juga kompatibel dengan layanan cloud serta streaming seperti GeForce Now dan Steam Link.

Arkade Blaster kabarnya sudah memasuki tahap produksi dan bisa Anda pesan di situs Indie Gogo. Proses perancangannya dilakukan oleh tim Arkade bersama PewDiePie. Selama kampanye crowdfunding masih berlangsung, produk dapat dibeli seharga mulai dari US$ 100 – dengan harga retail US$ 150.

Astro Slide Ialah Perpaduan Smartphone 5G Dengan Komputer Saku

Sebagai cara beradaptasi terhadap meningkatkannya jumlah serta kualitas konten digital, produsen smartphone terus membekali produknya dengan layar beresolusi lebih tinggi serta menyesuaikan rasionya demi menyajikan pengalaman penggunaan yang optimal. Mayoritas brand kini sudah meninggalkan pemakaian papan ketik fisik untuk memaksimalkan penyajian konten tanpa membuat wujudnya jadi terlalu besar ataupun bulky.

Namun buat sebagian orang, keyboard masih jadi metode input paling responsif dan intuitif. Kabar baiknya, sejumlah perusahaan (walaupun bukan brand besar) masih terus menyediakan smartphone ber-keyboard, salah satunya adalah Planet Computers. Beberapa tahun silam, produsen asal London ini meluncurkan pewaris Nokia Communicator bernama Gemini PDA yang kemudian disusul oleh Cosmo Communicator. Dan memasuki kuartal kedua 2020, mereka memperkenalkan produk flagship anyar, Astro Slide.

Secara konsep, Astro Slide ialah perpaduan antara smartphone 5G dan komputer saku. Ia diklaim pula sebagai perangkat genggam berkonektivitas 5G dengan keyboard fisik pertama di dunia. Sekilas, Astro Slide punya penampilan seperti ponsel pintar berlayar sentuh standar. Tapi ketika dibutuhkan, sistem slider Rockup-nya mempersilakan kita untuk menggeser sisi depan Astro demi menampilkan papan ketik. Saat terbuka penuh, layar akan sedikit condong ke depan.

IMG_06042020_120906_(1024_x_576_pixel)

Astro Slide 5G Transformer menyuguhkan layar seluas 6,53-inci beresolusi 2340×1080, dibekali keyboard backlight, kamera utama bersensor 48Mp, sensor pemindai sidik jari untuk menyederhanakan akses serta fitur NFC. Perangkat berjalan di sistem operasi Android 10, dengan opsi multi-boot Linux. Segala kelengkapan ini membuat Astro Slide menjadi salah satu perangkat komputasi berukuran saku paling fleksibel.

IMG_06042020_120424_(1024_x_576_pixel)

Menggali spesifikasinya lebih dalam, Astro Slide mengusung system-on-chip MediaTek Dimensity 1000 MT6889 yang menyimpan CPU octa-core, GPU ARM G77 9-core Manhattan 3.0 dan APU gen-3. Terdapat pula RAM 4-channel LPDD4x (minimal) 6GB, penyimpanan internal 128GB yang bisa diperluas dengan menambahkan kartu microSD, slot nanoSIM 2x, serta dua buah port USB type-C. Smartphone ditenagai oleh baterai 4.000mAh.

IMG_06042020_120652_(1024_x_576_pixel)

Di sisi konektivitas nirkabel, hybrid smartphone dan laptop ini dilengkapi modem 5G ganda, Wi-Fi 6, Bluetooth 5.1 dan BLE Audio. Planet Computers menjanjikan sambungan berkecepatan tinggi, dengan tingkat unduh dan unggah masing-masing mencapai 4,7-Gigabit per detik serta 2,5-Gigabit per detik.

Seperti Gemini dan Cosmo, Planet Computers memilih buat menggunakan platform crowdfunding (Indie Gogo) dalam menggalang modal pengembangan Astro Slide. Prosesnya terbilang sukses, produsen berhasil mengumpulkan uang 400 persen lebih dari target awal mereka. Anda bisa memesannya di sana seharga mulai dari € 491 (sekitar US$ 530, harga retail-nya € 819), dan produk siap dikirim ke seluruh dunia mulai bulan Maret 2021.

castAway Adalah Case Sekaligus Layar Kedua Untuk Smartphone Anda

Hidup tanpa layar ialah hal yang mustahil bagi manusia di era digital. Layar merupakan elemen penting dalam berinteraksi, membantu kita berkomunikasi hingga mengakses konten digital. Dengan kehadirannya di perangkat elektronik, berbagai hal dapat dilakukan. Esensialnya display juga mendorong para raksasa teknologi mengembangkan perangkat-perangkat berstruktur foldable hingga dual screen.

Lalu bagaimana dengan pengguna biasa yang butuh layar tambahan di smartphone, tapi mereka tak punya banyak modal buat membeli perangkat baru? Sebuah solusi menarik diajukan oleh inventor bernama Ken Mages dan mantan desainer Dell Joe Jasinski. Melalui Indie Gogo, mereka memperkenalkan castAway, yaitu aksesori cover/case smartphone yang juga berperan sebagai layar ultra-slim sekunder. castAway dirancang untuk mempermudah multi-tasking, memperkenankan kita melakukan beberapa hal sekaligus secara lebih simpel.

castAway 1

castAway terdiri dari beberapa bagian. Pertama, kita perlu memasang case pelindung smartphone – layaknya aksesori casing pada umumnya. Selanjutnya, bagian cover sekaligus layar kedua didesain agar terpasang ke engsel via magnet. castAway sejauh ini baru mendukung resmi dua merek smartphone, yaitu Apple iPhone dan Samsung Galaxy. Aksesori kompatibel dengan varian iPhone 6 dan Galaxy S7 hingga model-model terbaru (termasuk iPhone 11 Pro dan Galaxy Note 10).

Sejatinya, castAway merupakan tablet yang mampu bekerja mandiri. Itu alasannya tim desainer memanfaatkan engsel magnet yang dapat dilepas. Perangkat diotaki prosesor berkecepatan 1,5Gz, dilengkapi dua buah port USB type-C, slot microSD dan audio, ada sensor gravitasi dan gyroscope, penyimpanan internal eMMC 32GB, koneksi Wi-Fi 802.11 ac dan Bluetooth 4.1, serta ditenagai oleh baterai 35WHr – menjanjikan waktu pemakaian ‘seperti smartphone pada umumnya’.

castAway 4

castAway bahkan mempunyai kamera depan 2Mp serta kamera belakang 5Mp, dan bergantung dari tipe yang dipilih, aksesori case sekaligus layar sekunder ini memiliki layar sentuh seluas 5,8- atau 6,3-inci beresolusi 2048x1535p.

Tim pengembang mengaku, aspek tersulit dari proses pengembangan castAway adalah memastikannya dapat bekerja kompak dengan smartphone Anda. castAway berjalan di Chrome OS terbaru, dan agar bisa tersinkronisasi, ia dan perangkat Anda perlu mengoperasikan aplikasi MultiTask+ sehingga memungkinkan kedua device mandiri tersebut dapat berkomunikasi via Wi-Fi terenkripsi.

castAway 3

Saat ini, Ken Mages dan kawan-kawan tengah melangsungkan kampanye pengumpulan dana di Indie Gogo. Agar proyek castAway bisa dimulai, mereka membutuhkan modal minimal sebesar US$ 50 ribu. Jika semuanya berjalan lancar, castAway rencananya akan didistribusikan perdana pada bulan Mei 2020. Produk bisa Anda pesan sekarang, dibanderol seharga mulai dari US$ 130.

PrinCube Ialah Printer Mungil Sebesar Telapak Tangan Sekaligus Mesin Tato

Seperti beberapa periferal komputer lain, penyajian printer modern tak begitu banyak berubah karena produsen umumnya fokus pada aspek-aspek penting, misalnya hasil cetakan serta kemudahan pemakaian. Desain printer mungkin bertambah kecil, namun pada umumnya ia bukanlah perangkat yang benar-benar ringkas hingga sejumlah perusahaan mencoba menggodok printer berkonsep portable.

Menyusul Canon, Fujifilm dan Hewlett-Packard, kali ini startup asal New York TheGodThings memperkenalkan printer ringkas PrinCube. Perusahaan ini mengklaim produknya sebagai mesin cetak warna paling kecil di dunia, berukuran hanya sebesar telapak tangan. Uniknya lagi, PrinCube kabarnya mampu mencetak di permukaan apapun: kertas, kain, plastik, logam, kayu, tas kulit, bahkan bisa pula untuk membuat tato sementara.

Sesuai namanya, PrinCube berwujud seperti balok kecil berwarna putih. Konstruksinya terbuat dari plastik, memiliki dimensi 72x51x68-milimeter dan mempunyai bobot 110-gram sehingga kita bisa mudah menyimpannya dalam tas. PrinCube memanfaatkan sistem Thermal Tri-color Ink-Jet 1200dpi. Satu cartridge dapat mencetak 415 halaman, juga mampu mampu menghasilkan konten seluas 3-meter saat fitur multi-line diaktifkan.

Tersedia dua opsi cartridge yang dapat dipilih, yaitu standar dan permanen. Cartridge standar berisi tinta dye-based, sifatnya cepat kering, cocok buat mencetak gambar di kertas, kain atau kayu, serta aman di kulit (dapat dimanfaatkan untuk mencetak tato temporary). Tinta jenis ini bisa mudah dibersihkan menggunakan air atau sabun. Cartridge dengan tinta permanen sendiri cocok untuk mencetak di permukaan kaca, logam atau plastik. Ia tahan air dan sulit dihapus.

PrinCube 1

Pengoperasian PrinCube sangat mudah. Yang perlu Anda lakukan adalah menyambungkan alat ini ke smartphone atau PC via Wi-Fi, kemudian scan QR code di sisi bawah untuk membuka dashboard aplikasi. Selanjutnya, Anda hanya tinggal mengunggah gambar atau pola yang ingin dicetak dan tinggal tekan tombolnya. Saat proses cetak tengah berlangsung, Anda hanya tinggal menggeser PrinCube secara horisontal.

PrinCube menyimpan baterai internal. Ketika terisi penuh, baterai tersebut memungkinkan perangkat bekerja selama enam jam (dengan waktu standby yang mencengangkan: satu tahun), dapat diisi ulang via port USB type-C di area bawah. PrinCube juga dibekali memori berkapasitas besar – 20 kali lebih banyak dibanding printer mobile lain.

PrinCube 2

PrinCube sudah bisa Anda pesan sekarang di Indie Gogo. Di situs crowdfunding ini, produk ditawarkan seharga mulai dari US$ 100, dengan harga retail US$ 200. Proses distribusi rencananya akan dilakukan pada bulan November 2019 nanti, diprioritaskan bagi para backer.

Lumzag Ialah Tas Pintar Dengan Tujuh Fitur Unggulan

Kita telah menjadi saksi bagaimana konsep pintar yang diterapkan pada benda-benda ‘biasa’ dapat memberikan dampak begitu besar pada kehidupan: smartwatch yang menjadi ekstensi fungsi smartphone hingga dompet pintar sehingga lebih kecil kemungkinan bagi kita untuk menghilangkannya. Tentu saja gagasan ini juga sudah pernah diterapkan pada tas dan ransel.

Sejak beberapa tahun silam, sejumlah inventor sempat menggarap tas pintar berkemampuan menerima panggilan telepon serta merekam, hingga produk dengan sistem unik untuk mencegah kita belanja secara berlebihan. Dan kali ini, tim developer asal San Francisco memperkenalkan deretan model smart bag Lumzag. Produk tersebut menyajikan tujuh fitur unggulan yang disiapkan untuk membuat hidup kita lebih mudah.

Tas pintar Lumzag disuguhkan dalam tiga pilihan model: tipe selempang berukuran kecil CrossBody, Messenger jika Anda membutuhkan volume lebih besar untuk menaruh buku dan laptop, lalu tipe Backpack bagi kita yang mengutamakan kenyamanan. Produsen juga sangat memprioritaskan faktor desain serta mutu, dan memanfaatkan material-material premium seperti kulit sapi Itali serta serat karbon Carbitex dalam pembuatannya.

Lumzag 3

Tentu saja tas pintar Lumzag tak hanya menawarkan rupa. Seperti yang saya singgung tadi, produk ini dibekali tujuh kapabilitas unik. Berikut rinciannya:

  • Hotspot Wi-Fi. Ada fungsi kartu SIM built-in, memperkenankan kita buat menyambungkan smartphone ke Wi-Fi.
  • GPS tracker. Via aplikasi, Anda bisa memantau keberadaan tas Lumzag secara real-time.
  • Power bank dan wireless charger. Tas menyimpan baterai internal removable (juga tersertifikasi TSA) berkapasitas 10.000 mAh. Lalu unuk mengisi baterai smartphone, tinggal selipkan perangkat di kantong yang telah disediakan – lokasinya bersebelahan dengan charging pad.
  • Lampu internal. Akan menyala begitu tas dibuka di kegelapan untuk memudahkan kita mencari barang.
  • Sistem tracking barang bawaan. Tinggal tempelkan stiker identifikasi ke barang-barang yang dibawa (misalnya buku, mouse, laptop, keyboard portable) dengan stiker, lalu via app, kita bisa mengecek keberadaan mereka.
  • Notifikasi saat tas terbuka dan alarm anti-maling. Tiap kali tas seseorang (yang bukan pemiliknya) membuka tas, aplikasi akan menampilkan notifikasi. Kemudian jika tas Lumzag keluar dari jangkauan, ia segera mengeluarkan alarm bersuara nyaring.
  • Kamera pengawas. Desainer juga membubuhkan kamera di sisi punggung, memungkinkan kita melihat keadaan di belakang tanpa perlu menolehkan kepala.

Lumzag 4

Produk tas pintar Lumzag bisa Anda pesan sekarang di situs crowdfunding Indie Gogo. Masing-masing model dijajakan di harga berbeda: US$ 200 (Lumzag Prime CrossBody), US$ 260 (Lumzag Prime Messenger), dan US$ 290 (Lumzag Prime Backpack).

Alternatifnya, tim Lumzag juga menyediakan varian Basic yang lebih ekonomis, tetapi hanya dilengkapi empat fitur, yaitu lampu internal, wireless charger dan power bank built-in, dan alarm anti-maling serta notifikasi ketika tas dibuka. Lumzag Basic dibuat dari bahan nilon Cordura, tidak ada opsi kulit.

Lumzag 1

MobiScribe Adalah Buku Catatan Unik Berbasis E-paper

Instrumen tulis berupa pena sudah digunakan sejak zaman Mesir kuno, dan meski kita telah masuk ke era digital, metode tersebut tidak akan ditinggalkan begitu saja. Sebaliknya, teknologi malah dimanfaatkan agar interaksi antara manusia dan konten jadi lebih intuitif, misalnya lewat layar sentuh hingga implementasi stylus dengan karakteristik yang dibuat agar menyerupai alat tulis sesunguhnya.

Yakin bahwa masih ada banyak orang lebih memilih kertas daripada layar, Team UC mencoba menggabungkan kesederhanaan baca-tulis di buku dengan kemudahan akses konten digital lewat perangkat bernama MobiScribe. Sejatinya, MobiScribe adalah buku catatan elektronik yang memungkinkan Anda menuliskan atau menggambarkan segala ide tanpa perlu mengorbankan pepohonan (berkayu lunak yang digunakan dalam pembuatan kertas).

MobiScribe punya penampilan seperti tablet e-reader, menyajikan layar e-ink (electronic paper display) 265DPI monokromatis seluas 6,8-inci – tidak kecil tapi tak juga terlampau lebar sehingga mudah dibawa-bawa. Perangkat ditopang oleh RAM sebesar 1GB dan memori internal 8GB yang dapat ditambah lagi dengan microSD card 32GB. Itu berarti ia siap menyimpan ribuan e-book.

Penampilannya tidak se-stylish Galaxy Tab terbaru dengan bezel tipisnya, namun MobiScribe memang lebih mengedepankan fungsi ketimbang rupa. Buku digital ini turut dibekali cover penyerap benturan yang berperan pula sebagai tempat menaruh stylus.

MobiScribe 1

Walaupun terlihat sederhana, MobiScribe dibekali rangkaian teknologi krusial pendukung aktivitas baca-tulis. Tablet memanfaatkan layar buatan WACOM yang mampu mendeteksi 4096 tingkat tekanan (degree of pressure). Sensitivitas tinggi itu dijanjikan sanggup memenuhi kebutuhan para seniman yang paling sulit dipuaskan sekalipun. Panel tersebut punya karakter kapasitif, memperkenankan kita menavigasi menu berbekal jari, kemudian segera ‘menolak’ sentuhan telapak tangan ketika stylus sedang digunakan.

Mungkin Anda sudah tahu, layar e-paper punya sifat menyerupai kertas dan pada dasarnya tidak mengeluarkan cahaya. Permukaannya juga tidak glossy sehingga Anda tidak terganggu bayangan dan pantulan sinar. Meski begitu, Team UC paham ada kalanya kita harus menulis/mencatat di kondisi temaram. Untuk mendukungnya, mereka mencantumkan pencahayaan ‘frontlight‘ dengan tingkat keterangan, temperatur warna dan kontras yang bisa disesuaikan.

Bagian stylus-nya juga tidak kalah unik. Selain punya profil ala pensil dan mempersilakan kita membuat garis berbeda berdasarkan keras atau lembutnya tekanan, bagian belakangnya berfungsi sebagai penghapus. Kombinasi hal-hal kecil tersebut memastikan pengalaman penggunaa MobiScribe jadi lebih natural.

MobiScribe 2

‘Buku catatan e-ink‘ MobiScribe sudah bisa dipesan lewat situs resminya. Di sana, bundel tablet dan stylus dijajakan seharga US$ 264. Aksesori cover, pensil digital dan beberapa opsi ujung stylus juga dijual terpisah, ditawarkan masing-masing di harga US$ 15, US$ 20, dan US$ 7.

Via IndieGogo.

Dompet Super-Pintar Volterman Siap Temani Anda Keliling Dunia

Beberapa orang yang saya kenal mengaku bahwa mereka lebih baik lupa membawa dompet daripada meninggalkan smartphone secara tak sengaja. Kondisi ini memperlihakan pentingnya peran ponsel pintar dalam kehidupan masyarakat modern. Namun tak berarti dompet kehilangan esensinya. Di sinilah kita menyimpan benda-benda penting semisal SIM, KTP, kartu kredit dan debit.

Akan sangat merepotkan jika dompet tiba-tiba tidak bisa ditemukan di saat-saat penting. Dalam menanggulangi masalah tersebut, beberapa perusahaan mulai membenamkan kemampuan pintar di aksesori tersebut. Salah satu penjelmaan terunik dari ‘dompet pintar’ diajukan oleh satu tim asal Newark, Amerika Serikat. Via Indie Gogo mereka menjajakan Volterman, yaitu dompet yang siap jadi rekan Anda dalam bertamasya keliling dunia.

Volterman dirancang untuk menjadi smart-wallet paling lengkap. Ia menawarkan lima fitur utama: alarm jika Anda tak sengaja meninggalkannya, didukung GPS, dapat bekerja sebagai hotspot Wi-Fi serta power bank ketika baterai smartphone mulai menipis (ada opsi 2.000 sampai 5.000mAh), plus satu kapabilitas mendeteksi dan merekam wajah orang yang mencoba mencurinya.

Volterman 1

Aspek paling menarik dari Volterman ialah, tim produsen bisa mengemas semua kapabilitas itu dalam aksesori tipis dan berbobot ringan layaknya dompet biasa. Volterman tersaji dalam beberapa pilihan model, di antaranya Bifold (tipe lipat dua), Travel (memanjang), serta Cardholder (dirancang untuk menaruh kartu-kartu penting). Produsen menawarkan dua tipe bahan, yaitu kulit asli (Nappa) dan sintetis (Vegan). Keduanya diklaim mempunyai kualitas tinggi.

Volterman 3

Masing-masing dompet pintar Volterman punya ukuran dan berat berbeda, dengan kapasitas power bank yang bervariasi. 2.000mAh untuk Cardholder, 2.600mAh buat varian Bifold dan 5.000mAh di tipe Traveler. Uniknya lagi, semua dompet pintar Volterman punya struktur anti-air. Bahkan memasukkannya ke dalam air bisa berperan jadi sistem pendinginan darurat demi mencegah suhu baterai naik terlalu tinggi.

Volterman 4

Untuk mengakses dan mengendalikan segala macam fungsi di Volterman, tim desainer telah menyiapkan aplikasi mobile companion di Android maupun iOS. Di sana Anda dapat melihat siapa yang mencoba membuka dompet serta lokasi detail tempat Anda meninggalkannya atau ketika seseorang mengambilnya. Modul kameranya sangat mungil dan lokasinya tersembunyi sehingga orang awam mungkin tak menyadari bahwa dompet pintar ini telah merekam wajahnya.

Volterman 5

Power bank di Volterman dapat diisi secara standar atau via unit wireless charger opsional – Anda hanya tinggal menaruh dompet di atasnya saja. Dompet Volterman bisa Anda pesan sekarang juga di situs crowdfunding Indie Gogo. Masing-masing model dibanderol di harga berbeda: US$ 170 (Bifold), US$ 115 (Cardholder), US$ 180 (Traveler).

Canon Siap Luncurkan Action Cam Mungil ‘Clippable’ Ivy Rec

Produk-produk fotografi dari Fujifilm dan Sony saat ini memang tengah naik daun di kalangan pengguna, namun data terbaru menunjukkan bahwa Canon-lah yang menempati urutan pertama daftar penjualan kamera DSLR dan mirrorless pada tahun 2018 di kawasan Jepang, dibuntuti Nikon dan Olympus. Tapi meski jadi pemimpin pasar, perusahaan imaging asal Tokyo itu tidak berhenti bereksperimen.

Setelah sempat memperkenalkan printer kamera instan Ivy Mini di bulan April 2018, Canon meluncurkan lagi sepasang kamera instan dengan printer build-in bernama Ivy Cliq dan Ivy Cliq Plus. Namun Ivy sendiri sepertinya bukanlah sub-brand yang dikhususkan pada produk instant camera semata. Buktinya, Canon baru-baru ini diketahui tengah menggodok kamera action mini spesialis kegiatan outdoor di bawah nama Ivy.

Melalui situs Indie Gogo, Canon memperkenalkan Ivy Rec, kamera portable yang siap jadi rekan ketika Anda pergi bertualang. Buat sekarang, hanya ada sedikit informasi terkait Ivy Rec yang telah produsen ungkap. Dari pengamatan saya, kamera ini memiliki wujud mirip thumb drive, dilengkapi dengan clip di bagian atas – sehingga kita dapat mudah menggantungnya. Modul lensa diposisikan di tengah, dilindungi bezel dari benturan.

Canon Ivy Rec 2

Ivy Rec tidak mempunyai layar, tetapi di sinilah aspek teruniknya. Bagian clip/gantungan kamera ini juga berfungsi sebagai viewfinder analog. Menurut Canon, absennya display LCD akan mengurangi kecemasan kita soal peluang layar tersebut rusak. Alternatifnya, Anda bisa mengakses live preview dari aplikasi mobile di smartphone. Ketika Ivy Rec tersambung ke ponsel pintar via Bluetooth, Anda dapat dengan mudah menyimpan, memindahkan serta men-share foto dan video.

Dari beberapa gambar di situs Indie Gogo, saya melihat adanya dial di sisi belakang untuk mengubah mode pemakaian (foto, video, multi dan buat mengakses fungsi wireless). Canon Ivy Rec kabarnya mempunyai struktur tubuh yang tahan benturan, kedap air (tercemplung maksimal sedalam 1-meter selama setengah jam), serta berbobot ringan (produsen belum menginformasikan berat perangkat ini secara spesifik).

Dalam mengabadikan momen, Ivy Rec mengandalkan sensor CMOS 13-megapixel 1/3-inci. Kamera action ini mampu merekam video di resolusi full-HD hingga 60-frame per detik. Canon juga sempat menekankan bagaimana Ivy Rec sangat ideal untuk pengambilan gambar di luar ruangan.

Canon berencana untuk memulai kampanye crowdfunding Ivy Rec di Indie Gogo dalam waktu dekat, tetapi waktu spesifiknya belum diketahui. Itu berarti, belum dapat dipastikan pula harga serta kapan produk ini akan tersedia.

MiniBook Ialah ‘Mobile Workstation’ Mungil Berdesain Convertible

Banyak orang masih membayangkan workstation sebagai alat komputasi berukuran besar untuk kebutuhan teknis atau ilmiah. Pandangan ini pelan-pelan berubah setelah versi mobile-nya bermunculan. Teknologi memungkinkan produsen memampatkan hardware-hardware berkinerja tinggi di perangkat berukuran mungil, termasuk laptop-laptop berdesain ultra-thin.

Sejak ide itu diajukan, rancangan dan penyajian mobile workstation tidak banyak berubah – kecuali pada tingkat ketipisan produk. Namun sebuah perusahaan asal Shenzhen bernama Chuwi mencoba sesuatu yang berbeda. Mereka mengajukan sebuah pertanyaan: bagaimana seandainya workstation tak cuma berukuran kecil, tapi juga dapat digunakan layaknya notebook convertible? Inilah dasar dari penggarapan MiniBook.

Sederhananya, MiniBook adalah mobile workstation berukuran saku (volumenya kurang lebih hanya seperempat laptop tradisional), sehingga memudahkan kita menyimpan dan membawa-bawanya. Aspek terunik dari desain MiniBook sendiri ialah kehadiran sepasang engsel putar 360 derajat, yang memungkinkan perangkat digunakan secara terbalik atau dalam mode tablet berkat dukungan layar sentuh.

“Lewat riset, kami menyadari bahwa perangkat ultra-mobile personal computer yang banyak tersedia di pasar masih menyimpan kekurangan,” tulis Chuwi di laman Indie Gogo, “hal inilah yang menginspirasi kami untuk mengembangkan MiniBook. Tujuannya adalah buat mengoptimalkan pengalaman penggunaan para user.”

MiniBook menyajikan layar sentuh seluas 8-inci dengan dimensi 20,1×12,8×1,9-sentimeter. Saat mengangkat layarnya, Anda disuguhkan keyboard berdesain padat dipadu tombol abjad lengkap. Desainer Chuwi tetap memerhatikan jarak antar tuts sehingga kegiatan mengetik tetap nyaman, sembari menawarkan opsi layout Inggris atau Jepang. Bagian display-nya mengusung rasio 16:10 dan menyajikan resolusi 1920x1200p.

MiniBook 2

Bagi saya, yang sedikit mengganjal adalah bagaimana Chuwi memasarkan MiniBook sebagai mobile workstation ketika pada nyatanya ia memiliki susunan hardware sekelas MacBook Air dan Surface Go.

Perangkat diotaki prosesor Intel Core m3-8100Y, juga ditopang chip grafis Intel HD 615, RAM 8GB LPDDR3 dual-channel, penyimpanan seluas 128GB, serta kamera 2Mp untuk kebutuhan teleconference. Selain itu, tersedia slot ekspansi yang memungkinkan kita menambahkan storage SSD M.2 dan kartu TF.

MiniBook 3

MiniBook juga punya aspek konektivitas yang lebih luas dari produk-produk kompetitor, dibekali satu port USB type-C, USB type-A 3.0 dan 2.0 serta microHDMI. Sebagai komparasi di sisi koneksi, keunggulan MacBook Air hanya terletak pada eksistensi Thunderbolt.

MiniBook 4

Rencananya akan didistribusikan mulai bulan September 2019, MiniBook bisa Anda pesan via situs crowdfunding  Indie Gogo seharga mulai US$ 530. Tersedia pula opsi alternatif yang lebih ekonomis lagi, memanfaatkan prosesor Intel Celeron N4100 seharga US$ 430. Perlu Anda ketahui bahwa Chuwi bukanlah pemain baru di ranah pembuatan laptop mini. Mereka pernah memproduksi beberapa tablet berbasis Windows ala Microsoft Surface.

Berbobot Cuma 440g, GPD MicroPC Ialah Komputer Saku Untuk Para Profesional

Di tahun 2016, ketika demam notebook berperforma tinggi sedang ada di puncaknya, produsen bernama GPD mengajukan sebuah ide unik: bagaimana jika konsep laptop dan console handheld dipadukan jadi satu produk yang bisa Anda selipkan dalam kantong? Sejak saat itu, terlahir-lah perangkat-perangkat komputasi berukuran mungil – baik yang diracik sebagai netbook serta gaming PC.

Dan lewat produk terbarunya, sang produsen asal Shenzhen itu mencoba untuk memberi dukungan bagi ranah produktif. Belum lama ini, GPD menyingkap MicroPC, sebuah laptop berlayar 6-inci yang didesain khusus buat para profesional. Dengan wujud yang begitu mungil dan berat hanya 440-gram, GPD yakin MicroPC dapat menjadi solusi perangkat komputasi di berbagai skenario: eksplorasi, penambangan, arkeologi, institusi pendidikan, manufaktur, retail hingga militer.

MicroPC 2

MicroPC punya form factor menyerupai saudara-saudaranya, dengan dimensi 153x113x23.5-milimeter – kurang lebih sebesar dompet. Begitu layar diangkat, Anda segera disuguhkan papan ketik QWERTY minimalis yang turut ditunjang backlight putih. GPD menempatkan touchpad di area kanan atas serta rangkaian tombol mouse di sebelah kiri. MicroPC mengusung layar H-IPS buatan Sharp beresolusi 1290x720p yang diproteksi oleh lapisan Corning Gorilla Glass 4.

MicroPC 1

Salah satu hal menarik dari MicroPC adalah bagaimana GPD berupaya menyajikannya sebagai alternatif dari Microsoft Surface Go. Beberapa aspek menjadi komparasi, dan MicroPC memang unggul di beberapa poin, misalnya harga yang lebih terjangkau, opsi sistem operasi berbeda (ada Windows 10 Pro dan Ubuntu Mate 18.10), dan koneksi nirkabel lebih baru (Bluetooth 4.2 vs. 4.1).

MicroPC 4

Ditakar dari penampilan, Surface Go memang lebih tipis dibandingkan MicroPC, namun hal tersebut dimanfaatkan GPD untuk membubuhkan berbagai port fisik krusial seperti LAN, HDMI, tiga buah USB A, serta RS-232 yang mungkin masih dibutuhkan buat keperluan industri. Lalu produsen juga membekalinya dengan sistem pendingin aktif sehingga hardware dapat bekerja lebih maksimal. Tentu saja, produsen tidak melupakan konektivitas modern. MicroPC turut ditopang Wi-Fi 802.11 a/b/g/n/ac dan slot card reader Micro SDXC.

MicroPC 3

Berbicara soal hardware, MicroPC diotaki oleh chip Intel Celeron N4100 berisi empat-core dan empat-thread, juga ditunjang GPU Intel UHD Graphics 600, memori RAM LPDDR4 8GB (Surface Go masih memakai LPDRR3), serta medium penyimpanan berbasis SSD M.2 seluas 128GB.

MicroPC kabarnya sudah masuk dalam tahap produksi, dan GPD punya agenda untuk mulai memasarkannya di bulan Mei 2019 ini. Produk bisa Anda pesan sekarang di situs Indie Gogo, dan selama kampanye crowdfunding masih berlangsung, MicroPC bisa dibeli seharga mulai dari US$ 314 – dengan harga retail US$ 414.