Tag Archives: indomaret

15 Brand Non-Endemic asal Indonesia yang Sudah Terjun ke Esports dan Game

Jika beberapa waktu yang lalu kami telah membuat daftar brand-brand terbesar dunia yang sudah terjun ke esports, seperti janji kami, sekarang kita akan melirik ke para pemain industri asal Indonesia yang sudah mulai main mata ataupun sudah basah kuyup nyemplung ke industri game dan esports.

Tanpa basa-basi lagi, mari kita langsung bahas satu per satu.

1. Telkomsel

Dokumentasi: Telkomsel
Dokumentasi: Telkomsel

Saya kira Telkomsel wajib ditaruh di urutan pertama karena mungkin investasi mereka yang paling besar di ekosistem esports dan industri game Indonesia dibandingkan yang lainnya di daftar ini – setidaknya saat artikel ini ditulis (akhir Oktober 2018).

Mereka yang berangkat dari industri telekomunikasi mungkin memang boleh dibilang bersinggungan dengan industri game dan esports yang butuh jaringan internet. Namun Telkomsel setidaknya terlihat lebih gencar dari yang lain untuk penetrasi ke pasar gaming.

Mereka punya divisi gaming sendiri yang diberi nama Dunia Games, yang punya bentuk media online dan event. Telkomsel juga sudah menggelar ajang kompetitif esports yang cukup mewah sejak IGC (Indonesia Games Championship) 2017 – yang jadi ajang esports tahunan mereka.

Belum cukup sampai di situ, Telkomsel malah juga merilis game Shell Fire yang berarti mereka juga melebar menjadi publisher game. Terakhir, mereka bahkan mengumumkan akan membuat liga mereka sendiri untuk 2 game, Mobile Legends: Bang Bang dan Free Fire.

Oh iya, Telkomsel juga sudah jadi sponsor salah satu tim esports Indonesia, Elite 8.

2. Indomie – Indomaret (Salim Group)

ESL Indonesia
Sumber: ESL

Akhir September 2018 kemarin, Salim Group memberikan kejutan saat mereka menggandeng ESL untuk garap industri esports di Indonesia. Pasalnya, ESL bisa dibilang sebagai salah satu perusahaan paling berpengaruh terhadap perkembangan ekosistem esports dunia. Sedangkan Salim Group sendiri juga salah satu perusahaan konglomerasi terbesar yang ada di Indonesia.

Anak-anak perusahaan Salim Group juga telah mengikuti jejak orang tuanya dengan terjun ke esports. 2 perusahaan yang sudah mampir adalah Indomie (Indofood) dan Indomaret.

Indomaret merupakan salah satu sponsor yang mendukung gelaran SEACA di bulan Oktober 2018 ini. Di dalam rangkaian SEACA sendiri, ada juga kompetisi yang bertajuk UIC (Unipin & Indomaret Championship).

Sedangkan Indomie (Indofood) juga sudah memutuskan untuk terjun ke esports. Lucunya, mereka justru memutuskan untuk jadi sponsor di Australia untuk gelaran AEL University Cup 2018. Harusnya, Indomie juga nantinya jadi sponsor untuk turnamen esports kelas mahasiswa di Indonesia karena Indomie adalah makanan pokok para mahasiswa kita.

3. GO-JEK

IGX 2018. Sumber: Kincir
IGX 2018. Sumber: Kincir

Meski memang tidak setua Telkomsel, GoJek merupakan salah satu startup kelas unicorn asal Indonesia yang perkembangnya begitu pesat dan langsung mendisrupsi industri transportasi dalam negeri.

GoJek memberikan kejutan saat mereka menjadi sponsor salah satu organisasi esports lokal, EVOS Esports, penghujung tahun 2016.

Selain itu, salah satu divisi GoJek, GoLive, juga mensponsori salah satu hajatan esports tanah air yang bertajuk Indonesia Game Xperience (IGX) bersama Metrodata. Mereka juga bekerja sama dengan Codashop untuk membuat GoPay Arena yang merupakan sebuah payment gateway untuk Mobile Legends: Bang Bangv (MLBB).

4. Tokopedia

Garuda Cup 2018
Garuda Cup 2018. Sumber: DailySocial

Satu lagi startup asal Indonesia yang sudah cukup besar investasinya di industri game dan esports. Tokopedia sudah beberapa kali menjadi sponsor utama untuk hajatan esports yang berkala nasional.

Jika saya tidak salah ingat, gelaran nasional pertama yang mereka buat adalah Tokopedia Garuda Cup yang digelar pada bulan Mei 2018 yang mempertandingkan MLBB dan PUBG.

Hebatnya lagi, mereka juga jadi sponsor salah satu turnamen yang berbentuk liga, yaitu IESPL – Tokopedia Battle of Friday yang mempertandingkan 4 game selama 22 minggu.

Tokopedia juga sudah menjadi sponsor beberapa tim esports besar nasional seperti EVOS Esports dan Rex Regum Qeon (RRQ).

5. KompasTV

Mungkin memang benar bahwa salah satu faktor terbesar kebangkitan esports Indonesia adalah berkat jumlah masif pemain MLBB namun saya kira KompasTV juga punya andil yang cukup besar dalam memancing media dan pemain industri mainstream lainnya untuk melirik ke esports.

Pertama, mereka membuat gempar komunitas gaming dan esports saat memutuskan untuk menayangkan final kompetisi MLBB se-Asia Tenggara, Mobile Legends: Bang Bang South East Asia Cup (MSC) 2018. Setelah itu, mereka pun tertarik untuk kembali menayangkan gelaran esports dan ajang terbesar Dota 2 di dunia pun (TI8) yang dipilih.

Peran KompasTV ini sebenarnya menarik karena Kompas adalah merek kedua tertua dari semua brand yang ada di sini (setelah BCA). Mereka juga berawal dari industri tua juga, media cetak. Karena itulah, jika brand tua ini saja tertarik untuk terjun ke esports, seharusnya mereka bisa membuat pemain lain yang lebih muda untuk ikut-ikutan.

6. XL Axiata

Sumber: TEAMnxl>
Sumber: TEAMnxl>

XL Axiata menjadi 1 lagi dari 3 pemain di industri telekomunikasi yang ada di daftar ini. Mereka sudah jadi sponsor organisasi esports Indonesia yang paling tua dan masih eksis sampai artikel ini ditulis, TEAMnxl>.

Tak hanya itu, bersama Garena, mereka memasukkan turnamen Arena of Valor (AoV) ke dalam rangkaian XL Axiata Digifest yang diklaim sebagai festival musik dan game pertama di Indonesia.

Mereka juga rutin kerja sama dengan Garena untuk memberikan berbagai bonus top-up untuk AoV.

7. BCA

Sumber: Unipin Esports
Sumber: Unipin Esports

Inilah brand tertua yang ada di sini karena BCA didirikan tahun 1957. Industrinya pun tua karena dari perbankan. Sayangnya, memang investasi dan penetrasi mereka ke esports mungkin masih bisa dibilang kurang agresif (mengingat sebesar apa BCA itu di Indonesia).

Pada SEACA 2018 kemarin, mereka mengadakan promo bersama Unipin untuk para pengguna yang top up menggunakan Sakuku. Jujur saja, saya pribadi penasaran akan sebesar apa jika BCA benar-benar terjun dan investasi besar-besaran ke esports. Kira-kira kapan ya?

8. Smartfren

Sumber: Esports ID
Sumber: Esports ID

Smartfren merupakan pemain ketiga dari industri telko yang sudah melek esports. Mereka pernah menjadi sponsor acara esports yang berbeda bersama salah satu EO esports Indonesia, World of Gaming (WOG), yang bertajuk WOG Goes to Campus.

Acara ini sedikit berbeda dengan kebanyakan acara esports lainnya karena bukan gelaran kompetitif, melainkan bersifat edukatif yang bergerak dari satu kampus ke kampus lainnya.

9. Kratingdaeng

IEC Kratingdaeng 2018. Sumber: Advance Guard
IEC Kratingdaeng 2018. Sumber: Advance Guard

Kratingdaeng adalah pemain pertama dari industri makanan dan minuman (F&B) yang menjadi sponsor utama gelaran kompetitif. Acara tersebut bernama Kratingdaeng Indonesia Esports Championship (IEC) yang digelar dari bulan Juli sampai September 2018.

Belum lama ini, Kratingdaeng juga mengumumkan bahwa mereka telah menjadi sponsor resmi untuk salah satu organisasi esports terbesar, RRQ. 

10. Biznet

Sumber: Rex Regum Qeon
Sumber: Rex Regum Qeon

Masih seputar RRQ, Biznet yang memang punya kedekatan dengan organisasi besar tadi menjadi salah satu sponsor pertama mereka.

Biznet sendiri merupakan penyedia jaringan internet yang cukup dikenal baik untuk perkantoran di kota-kota besar. Bahkan hampir semua perusahaan-perusahaan terbesar (baik nasional ataupun internasional) di Jakarta menggunakan provider ini.

Mungkin juga karena hal itulah (karena sudah cukup dikenal di kalangan perkantoran), Biznet juga ingin merangkul pasar gaming yang memang berhubungan erat dengan penyedia jaringan internet.

11. Traveloka

Satu lagi startup unicorn asal Indonesia yang terjun ke esports. Meski memang tak segalak GoJek penetrasinya, Traveloka juga jadi salah satu sponsor tim esports yang sama dengan GoJek: EVOS Esports.

12. Good Day

Sumber: Elite8
Sumber: Elite8

Satu lagi pemain dari industri F&B yang ada di daftar kali ini. Good Day terjun ke esports dengan menjadi salah satu sponsor untuk organisasi Elite 8 (sama dengan Telkomsel).

Elite 8 sendiri juga cukup menarik karena organisasi yang dipimpin oleh CEO muda, Heinrich Ramli, ini berhasil menggandeng sponsor-sponsor besar meski usianya yang relatif baru.

Sedangkan Good Day juga sudah beberapa kali turut mendukung gelaran esports seperti Point Blank National Championship (PBNC).

13. Torabika

Sumber: RevivalTV
Sumber: RevivalTV

Torabika juga sudah melek ke esports saat mereka menjadi sponsor untuk gelaran PINC 2018 (PUBG Mobile Indonesia National Championship).

PINC 2018 merupakan gelaran esports pertama untuk PUBG Mobile yang kualifikasinya digelar tatap muka alias “offline” di 12 kota yang berbeda. Sedangkan babak Grand Finalnya baru saja rampung diselenggarakan di Britama Arena (Mahaka Square), 21 Oktober 2018 kemarin.

14. Tiket.com

Buat yang belum tahu, Indonesia pernah satu kali (setidaknya sampai artikel ini ditulis) jadi tuan rumah ajang Minor Dota 2, yaitu GESC: Indonesia Minor yang digelar tanggal 15-16 Maret 2018.

Tiket.com adalah salah satu sponsor gelaran tersebut. Tiket.com sendiri adalah sebuah perusahaan yang head-to-head dengan Traveloka yang menyediakan tiket transportasi dan akomodasi.

15. Fruit Tea

Sumber; Garena
Sumber; Garena

Inilah brand terakhir yang ada di daftar ini. Namun Fruit Tea mungkin belum bisa dibilang sudah terjun ke esports secara langsung. Mereka baru berkolaborasi dengan Garena untuk AoV.

Meski demikian, kolaborasi promosi antara Garena dan AoV cukup menarik karena ada bonus in-game item di AoV yang bisa didapatkan saat membeli Fruit Tea di Indomaret ataupun Alfamart / Alfamidi.

Itu tadi 15 brand asal Indonesia yang sudah melirik ataupun terjun langsung jadi bagian dari ekosistem esports. Apakah daftar ini nanti akan bertambah besar di penghujung tahun 2019? Ada brand-brand yang terlewatkan di sini?

Strategi Nafas Panjang Ala elevenia Bersaing di Industri E-Commerce / elevenia

Strategi Nafas Panjang Ala elevenia Bersaing di Industri E-Commerce

elevenia memutuskan untuk mundur dari perang ‘tidak sehat’ antar perusahaan e-commerce demi meningkatkan performa bisnisnya dengan meningkatkan pendapatan bersih yang diincar perusahaan. Pergeseran fokus tersebut datang dari arahan induk baru perusahaan, Salim Group yang mulai efektif masuk pada kuartal IV 2017.

Arahan ini diambil lantaran banyak faktor pemicu, salah satunya adalah hiruk pikuknya persaingan e-commerce yang kini bisa dikategorikan sudah tidak sehat. Kondisi yang terjadi adalah perang besar-besaran diskon, ongkos kirim, voucher, dan gimmick marketing yang bertebaran di berbagai situs.

CMO elevenia Edward Killian menuturkan Salim Group memiliki komitmen jangka panjang untuk membesarkan elevenia. Namun strategi yang dipilih bukan memberikan sokongan dana besar untuk turut subsidi, melainkan arahan untuk fokus pada peningkatan pendapatan bersih (net revenue).

Caranya dengan mengurangi subsidi, bukan menghilangkan sama sekali. Awalnya besaran persentasenya bisa mencapai kisaran 7-20 persen disokong dari kantong elevenia sendiri. Subsidi yang diberikan elevenia kini sudah tidak sebesar itu, tapi di angka yang dirasa perusahaan masih mampu untuk mensubsidinya. Sayangnya Edward enggan membeberkan angkanya.

Pendapatan bersih itu selisih positif dari total pendapatan (operasional dan non operasional) dengan total biaya (operasional dan non operasional) setelah dikurangi dengan taksiran pajak pendapatan.

Perlu diketahui, elevenia melakukan monetisasi salah satunya lewat komisi transaksi yang diambil dari tiap transaksi yang berhasil terjadi dari para penjualnya. Besarannya sekitar 1-3 persen per transaksi.

“Kita cari kombinasi yang benar seperti apa [untuk subsidi] karena kalau kita enggak ada promo, di dunia yang luar biasa sudah ter-cluster dengan diskon akan susah juga. Tapi bagaimana caranya bisa atur promo tanpa harus mengorbankan sustainability kita, itu yang bisa dilakukan,” terang Edward kepada DailySocial.

“Ini adalah approach baru bersama Salim Group,” sambungnya.

Langkah tersebut mulai dilakukan elevenia menjelang akuisisi efektif pada kuartal IV 2017. Secara berangsur pendapatan bersih merangkak naik ke level positif, padahal sebelumnya tercatat negatif di kuartal sebelumnya. Era ketika perusahaan masih memberikan subsidi, diskon, dan lainnya.

Ketika subsidi dikurangi, sambungnya, pasti punya efek samping bagi bisnis elevenia. Volume transaksi ikut turun karena awalnya transaksi datang dari orang-orang yang mau pakai subsidinya. Efek ini sudah diperhitungkan sebelumnya oleh perusahaan.

Pendapatan bersih adalah indikasi yang dipilih untuk mempersiapkan fondasi struktur keuangan elevenia agar lebih sehat di masa depannya. Ini belum membicarakan soal laba. Menurut Edward, elevenia belum sampai ke tahap tersebut.

“Tapi kasarannya jika net revenue sudah positif, tinggal perkara waktu dan scale saja ke depannya. Kita growth pelan-pelan sampai tahap tertentu masuk ke critical mass, harusnya cost di bawahnya akan tertutup.”

Dia melanjutkan, “Akan tetapi bila net revenue-ya sudah negatif, ya gimana mau tutup pembelanjaan yang lain, sama sekali enggak masuk akal. Tapi bila sudah positif, makin lama akan besar karena volume. Kalau hidup dari margin tipis tapi dengan volume besar, suatu saat kita bisa tutup semua pengeluaran. Mungkin waktunya bisa beberapa tahun lagi. Tapi paling enggak setup udah benar dari awal.”

Bersiap sambut masa depan

(Ki-ka) CEO elevenia Sugiharto Darmakusuma, CSMO elevenia Edward Kilian / elevenia
(Ki-ka) CEO elevenia Sugiharto Darmakusuma, CSMO elevenia Edward Kilian / elevenia

Edward melanjutkan strategi yang dipilih elevenia ini adalah bentuk antisipasi perusahaan untuk menyambut masa depan, di mana orang belanja online itu karena kenyamanan dan akses. Bukan karena diskon atau gimmick marketing. Dia menilai dari kacamata bisnis, strategi tersebut bukan setup yang sustainable.

“Tapi kalau kita lihat di lingkungan saat ini yang sedang tidak sehat, pertarungannya di subsidi. Itu kan buat short term saja. Padahal kita harus lihatnya bisnis ini sebagai jangka panjang, jadi cara mainnya enggak matching.”

“Kalau terus-terusan subsidi, growth [bisnis] makin lama memang makin besar, tapi mau sampai kapan [beri subsidi].”

Dia mengibaratkan kondisi e-commerce saat ini seperti sedang lomba lari marathon. Semua e-commerce lari sprint berlomba-lomba melakukan promosi, menarik perhatian calon konsumen untuk bertransaksi. Ketika lari sprint, tidak ada yang tahu nafasnya akan sepanjang apa. Yang pasti, nafas pasti akan habis.

Edward meyakini hal tersebut akan terjadi juga di industri e-commerce, cepat atau lambat.

“Bisnis kalau berdarah terus-terusan, dan belum ketemu titik finish di ujung marathon kan aneh. Bisnis tiap bulan kasih subsidi, net revenue merah terus, ini bukan jadi bisnis.”

Oleh karena itu, Salim Group tetap memberikan dukungan kepada elevenia, namun bentuknya bukan diperuntukkan untuk subdisi. Melainkan untuk operasional elevenia itu sendiri, demi memastikan perusahaan tetap produktif.

Kejar ketertinggalan

Ketika memilih untuk mengurangi subsidi, artinya elevenia memilih untuk tumbuh secara perlahan. Kendati demikian, perusahaan terus berinovasi demi mengejar ketertinggalannya, meski golnya bukan untuk melampaui kompetitor.

Beberapa diantaranya menggaet berbagai komunitas dari pecinta kopi dan sepak bola untuk terhubung dengan elevenia lewat penjualan merchandise khusus atau produk edisi terbatas.

“Pengenalannya bukan ke diskon, kami inign mereka bisa kenal elevenia dengan cara berbeda. Kalau dengan diskon, pasti ke depannya yang mereka harapkan adalah diskon lagi.”

Kemudian memanfaatkan jaringan bisnis dengan Salim Group, misalnya bekerja sama dengan Indomaret lewat Indo Paket. Gerai Indomaret jadi tempat logistik untuk mengambil barang pesanan konsumen yang paling terdekat dari lokasi mereka.

Berikutnya inisiasi program eMart untuk menyasar kebutuhan bulanan. Produknya disuplai dari Indomarco dan beberapa distributor lainnya yang sudah terhubung dengan elevenia.

Perusahaan juga memanfaatkan kerja sama dengan OttoPay (PT Reksa Transaksi Sukses Makmur) untuk kemudahan pembayaran di elevenia lewat uang elektronik. Sementara ini baru bisa bekerja sama dengan penerbit seperti OttoCash dan iSaku (milik Indomaret).

Di luar itu, elevenia juga masih mempertimbangkan kemungkinan untuk perluas segmen bisnis dari marketplace (C2C) ke B2C dan B2B.

“Buat B2C yang punya warehouse ada kemungkinan, masih dilihat feasible atau tidak, B2B juga ada dimungkinkan kita mau ke sana.”

Upaya tersebut dilakukan perusahaan untuk menarik konsumennya yang kebanyakan berasal dari kalangan first jobber, white collar worker dengan rentang usia 20-35 tahun. Penetrasi elevenia kuat di kota-kota besar di seluruh Indonesia.

Sepanjang tahun lalu elevenia mencatat 4 juta transaksi dengan perputaran dana di atas Rp1 triliun. Pengguna terdaftar di elevenia mencapai 5,8 juta orang, namun pengguna aktifnya sekitar 580 ribu orang.

Penjual yang terdaftar di elevenia mencapai 81 ribu penjual, sekitar 93% diantaranya adalah penjual individu. Total SKU yang dimiliki sekitar 4,5 juta SKU. Situs elevenia dikunjungi 419 juta kali. Adapun aplikasi-nya telah diunduh 1,4 juta kali.

“Sekarang kita lihat bukan saatnya untuk bertanding, timing-nya belum tepat. Inovasi-inovasi ini upaya kita untuk catching up supaya enggak ketinggalan jauh pace-nya karena momennya bukan untuk mati bersama di saat ini,” ujar Edward.

Zen Rooms Accepts Payment via Alfamart and Indomaret

Following the launch of hotel direct payment, Zen Rooms, a franchise budget
accomodation company, is back with a new payment option using the biggest
modern retail company in Indonesia, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart
Group) and PT Indomarco Prismatama (Indomaret Group).

In the release, the strategic partnership is said to be done after seeing
customer interest to make payment at various retail merchants and increasing
growth of mini market segment by 11% since 2015.

Jafar Jafarov, Zen Rooms Indonesia’s Country Manager, said the
opportunity is used to build strategic partnership with two
biggest modern retail companies in Indonesia.

“We are committed to help consumer in finding the right hotel on budget and also to improve our services. One of which is adding new option
for the latest payment system,” he explained.

“Pay at Supermarket” Feature

Customers with no bank account, credit card, or other digital payment options
may take advantage of this direct payment after making reservation on Zen
Rooms website or app. By choosing Pay at Supermarket method, consumer can opt to pay in Alfamart Group (Alfamart, Lawson, Dan+Dan, Alfamidi, AlfaExpress) or Indomaret.

Zen Rooms will send confirmation email and booking code after the payment
successfully made.

“Alfamart and Indomaret is two great players of supermarket segment. It will
be an easier option for consumer on paying its reservation at Zen Rooms,” Jafarov added.

In 2018, Zen Rooms plans to expand its services to several regions in Indonesia and Asia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Kerja sama strategis Zen Room dengan Alfamart dan Indomaret / Zen Rooms

Zen Rooms Hadirkan Pilihan Pembayaran Melalui Alfamart dan Indomaret

Setelah sebelumnya meluncurkan pembayaran langsung di hotel, perusahaan franchise budget accomodation Zen Rooms kembali menghadirkan pilihan pembayaran baru, memanfaatkan perusahaan ritel modern terbesar di Indonesia, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart Group) dan PT Indomarco Prismatama (Indomaret Group).

Dalam rilisnya disebutkan, kerja sama strategis ini dilakukan, setelah melihat besarnya minat pelanggan melakukan pembayaran di berbagai gerai toko ritel tersebut dan makin meningkatnya pertumbuhan di segmen minimarket sebesar 11% sejak tahun 2015.

Menurut Country Manager Zen Rooms Indonesia Jafar Jafarov, peluang tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Zen Rooms untuk melakukan kerja sama dengan dua perusahaan ritel modern terbesar di Indonesia.

“Kami selalu berkomitmen untuk membantu konsumen dalam menemukan hotel yang tepat sesuai bujet dan keperluan mereka, serta selalu meningkatkan pelayanan, salah satunya dengan menambah opsi ini sebagai sistem pembayaran terbaru,” jelas Jafar.

Fitur “Bayar di Supermarket”

Bagi pelanggan yang tidak memiliki akun rekening bank, kartu kredit dan pilihan pembayaran lainnya, bisa memanfaatkan pembayaran langsung ini usai melakukan pemesanan kamar di situs dan aplikasi Zen Rooms. Dengan memilih metode pembayaran, Pay at Supermarket atau Bayar di Supermarket, nantinya akan muncul tampilan di halaman berikutnya, pilih “Convenient Store”, dan pilih apakah konsumen ingin bayar di Alfamart Group (Alfamart, Lawson, Dan+Dan, Alfamidi, AlfaExpress) atau Indomaret.

Setelah pembayaran dilakukan, pihak Zen Rooms akan mengirimkan email konfirmasi dan pemesanan kamar ketika pembayaran telah berhasil.

“Alfamart dan Indomaret adalah dua pemain besar di area pasar swalayan. Ini akan menambah opsi kemudahan bagi konsumen dalam melakukan pembayaran pemesanan kamar yang telah mereka lakukan di Zen Rooms,” kata Jafar.

Konsisten dengan visi dari Zen Rooms yaitu menghadirkan budget hotel berkualitas di Indonesia, di tahun 2018 mendatang Zen Rooms berencana untuk menambah pelayanan hingga melakukan ekspansi ke beberapa daerah di Indonesia dan Asia.

Application Information Will Show Up Here

Menelusuri Arah Grup Salim Kuasai Dunia Digital

Berbicara mengenai betapa besarnya potensi ekonomi digital di Indonesia sebagai the next big thing, sudah banyak data acuan yang berseliweran mencoba untuk membuktikannya. Semua pihak pun sadar, tak terkecuali Grup Salim, salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia.

Nama Grup Salim, cukup tersohor lewat berbagai anak usahanya Indofood Sukses Makmur yang merupakan produsen mi instan dengan nama merek dagang Indomie. Untuk sektor ritel, Grup Salim memiliki Indomaret dengan total sekitar 14 ribu gerai tersebar di seluruh Indonesia.

Sedangkan sektor otomotif, ada Indomobil dengan berbagai anak usaha bergerak sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) dan perusahaan multifinance untuk menyokong bisnisnya.

Bagaimana langkah yang diambil Grup Salim untuk ikut terjun ke dalam ekosistem dunia digital? Grup Salim lebih memilih strategi awal dengan mendirikan perusahaan patungan bersama mitra dari luar negeri dan berinvestasi langsung lewat anak usahanya. Terlihat dari aksinya saat terlibat investasi di Rocket Internet untuk pengembangan solusi pembayaran online dan mobile dalam negara berkembang pada 2014.

Grup Salim masuk ke Rocket Internet lewat anak usaha telko berbasis di Filipina, Philippine Long Distance Telephone Company (PLDT). Saat itu, PLDT menyuntikkan dana investasi sebesar 333 juta Euro atau senilai kepemilikan 10% saham di Rocket Internet. Meskipun saat ini investasinya di Rocket Internet belum menunjukkan hasil, malah semakin rendah karena performa saham Rocket Internet yang tidak kunjung membaik, Grup Salim tampak sudah siap untuk terjun lebih dalam di dunia digital.

Rekam jejak Grup Salim mulai kencang ketika mengumumkan kemitraannya dengan berbagai perusahaan asal Jepang demi menguatkan ekosistem layanan e-commerce yang sedang dirintisnya. Salah satunya adalah kemitraan mendirikan perusahaan patungan antara Indomobil dengan Seino Holdings pada 2015.

Dalam wawancara dengan Nikkei, Chairman dan CEO Grup Salim Anthoni Salim mengatakan pihaknya siap bersaing di dunia e-commerce Indonesia, yang terbilang baru saja dimulai. Menurutnya, jika ingin sukses, logistik, manajemen transportasi, dan infrastruktur IT harus sangat kuat.

Alasan itulah yang melandaskan terjadinya kemitraan dengan Seino. Dia menilai Seino memiliki banyak tenaga engineer dan pengalaman berkutat dengan perusahaan IT.

“Perusahaan Jepang banyak memiliki produk yang bagus, proses yang baik, dan yang terpenting adalah pengalamannya. Di sisi lain, dalam negara berkembang seperti ASEAN, dengan populasi sekitar 600 juta menyimpan potensi yang besar. Ini sangat baik untuk menjembatani [keduanya]. Kami sudah beroperasi di lebih dari 40 negara dan kami ingin tumbuh dalam kancah regional demi menjaga keseimbangan,” kata Anthoni.

Setelah mendirikan anak usaha patungan di sektor otomotif, Grup Salim mengumumkan kerja sama patungan lainnya lewat anak usaha PT Indomarco Prismatama, operator waralaba Indomaret, dengan Lotte untuk mendirikan platform e-commerce iLotte (Indo Lotte Makmur).

Nantinya, layanan e-commerce patungan tersebut akan fokus menyediakan barang kosmetik untuk perempuan dari merek Korea Selatan sekaligus menghubungkannya dengan gerai Lotte.

Perusahaan patungan berikutnya yang didirikan adalah PT Indoliquid Technology Sukses, hasil kemitraan dengan Liquid Inc Japan untuk mengembangkan teknologi biometrik. Tujuan yang ingin disasar lewat kemitraan tersebut adalah Grup Salim dapat menyediakan platform otentikasi untuk pembayaran yang fleksibel dan efisien di seluruh Indonesia.

Gebrakan besar Grup Salim lewat akuisisi Bank Ina Perdana

Sektor keuangan menjadi pilar utama yang memayungi seluruh lini bisnis karena di sanalah bisnis sebenarnya berada. Bisnis seperti tidak banyak berarti, bila suatu konglomerasi tidak memiliki anak usaha yang bergerak di sektor keuangan.

Taktik yang digunakan Grup Salim lewat mendirikan berbagai perusahaan patungan dari berbagai sektor sebagai bagian mempersiapkan diri dari dunia digital, semakin terasa lengkap dengan pengumuman akuisisi oleh Grup Salim terhadap bank beraset mini Bank Ina Perdana pada awal tahun ini.

Grup Salim masuk ke Bank Ina Perdana lewat perusahaan afiliasinya, di antaranya Indolife, Samudra Biru, dan Gaya Hidup.

Sebelumnya, Grup Salim pernah memiliki anak usaha di jasa keuangan yakni BCA. Namun, harus terpaksa harus dilepas ketika Indonesia mengalami krisis moneter di 1998.

Lantaran pengumuman ini masih baru, belum banyak hal yang bisa digali lebih dalam. Hanya saja, ada gambaran besar yang bisa terlihat dari aksi tersebut, yakni ada ambisis besar Grup Salim membuat “BCA kedua”.

Mereka ingin mentransformasikan pembayaran secara non tunai dengan mengembangkan layanan internet banking, mobile banking, e-money, dan lainnya. Berikutnya mereka ingin menghubungkannya dengan jaringan gerai Indomaret yang kini sudah menjadi poin pembayaran transaksi digital.

Sentuh dunia startup lewat Block71

Pendekatan Grup Salim dalam upayanya membentuk ekosistem dunia digital kini mulai bergeser ke ranah startup lewat pengumuman keterlibatannya di pusat komunitas Block71 di Jakarta bersama NUS Enterprise.

Direktur Eksekutif Grup Salim Axton Salim mengatakan inisiatif ini dilakukan karena pihaknya ingin mendukung para wirausahawan sekaligus mendorong perkembangan baru di Indonesia. Dengan fasilitas bantuan jaringan dan pengalaman grup diharapkan akan mendorong masuknya startup dan inovasi ke pasar lokal dan memberi manfaat bagi masyarakat luas.

Axton, seperti halnya Martin Hartono, John Riady, atau Alvin Sariaatmadja, menjadi penerus konglomerasi keluarga yang ingin mencoba peruntungan di dunia digital. Menurut Axton, Block71 dipilih sebagai mitra karena telah memiliki jaringan startup global yang bisa membantu mendorong startup Indonesia mengglobal.

“Kalau untuk startup Indonesia itu kami lihat banyak ide-ide baru. Jadi kami bekerja sama dengan NUS Enterprise agar bisa membawa pasar Indonesia ke Singapura, Tiongkok, dan San Fransisco,” kata Axton, seperti dikutip dari Katadata.

Meskipun agak terlambat, dibanding konglomerasi lainnya, gerakan Grup Salim cukup gesit. Dalam waktu tiga tahun, Grup Salim sudah memiliki berbagai tambahan anak usaha berkat afiliasi dengan perusahaan teknologi di luar negeri.

Ke depannya, grup konglomerasi besar bakal bergantung pada startup untuk berinovasi di sektor teknologi.

Seperti halnya EMTEK yang mulai melengkapi kepingan roadmap teknologinya dengan BBM sebagai perekat, Grup Salim yang memiliki pengalaman panjang di dunia ritel menganggap value chain pendukung industri e-commerce adalah hal penting. Salah satunya adalah investasinya ke layanan logistik Popbox yang mengembangkan smart locker sebagai tempat penyimpanan dan pengiriman barang.

I think opportunity banyak, honestly opportunity banyak. That’s why we start investing,” ujar Axton, kepada Katadata, soal peluang dan langkah Grup Salim menapaki dunia digital Indonesia.

Salim Group Siap Rambah Perbankan Digital di Indonesia

Besarnya peluang sektor perbankan digital saat ini menjadi salah satu alasan mengapa akhirnya Salim Group mengakuisisi 51 persen saham Bank Ina Perdana dengan nilai yang diperkirakan mencapai 42 juta dolar AS atau setara Rp570 miliar. Akuisisi ini dilakukan sebagai upaya Salim Group memperkuat layanan e-payment untuk bisnis online.

“Menjadi masuk akal bagi kami untuk kembali fokus ke perbankan karena transaksi yang dilakukan bank saat ini cukup besar,” kata salah seorang eksekutif Salim Group kepada Nikkei.

Makin meningkatnya penetrasi smartphone membuktikan layanan e-payment semakin dibutuhkan, dalam hal ini sektor perbankan di Indonesia masih memiliki posisi krusial untuk pengembangan layanan e-payment. Keputusan Salim Group untuk mengoperasikan bank milik sendiri karena sangat penting untuk menjalankan bisnis digital end-to-end.

Mengembangkan layanan bank digital di Indonesia

Setelah mengakuisisi Bank Ina Perdana, Salim Group memiliki kesempatan untuk mengembangkan layanan e-payment menargetkan pemain skala kecil dengan menghadirkan layanan keuangan seperti pembayaran elektronik dan pinjaman peer-to-peer, yang saat ini makin marak bermunculan di tanah air. Untuk melancarkan rencana tersebut, melalui Indomaret, yang saat ini telah memiliki jaringan di seluruh Indonesia berjumlah 14 ribu gerai, bakal diterapkan teknologi pengenalan sidik jari yang dikembangkan oleh perusahaan patungan antara Salim Group dengan Liquid yang berbasis di Tokyo.

Untuk uji coba, Salim Group akan mulai menguji layanan baru secara internal untuk 500 ribu karyawannya pada paruh kedua tahun 2017. Nantinya karyawan Salim akan membuka rekening bank di Bank Ina dan membayar barang di Indomaret menggunakan pembaca sidik jari yang terhubung dengan rekening mereka.

Salim Group juga berencana untuk mengembangkan layanan peer-to-peer transfer uang dan pinjaman melalui gerai indomaret yang berfungsi sebagai cabang dari bank. Hal tersebut diungkapkan oleh  Presiden bank Ina Edy Kuntardjo. Kegiatan tersebut akan mulai diimplementasikan pada tahun 2018 mendatang. Saat ini Bank Ina masih terus berbenah terkait sistem utama dari perbankan, untuk meningkatkan proses transaksi yang nantinya akan dilakukan melalui Indomaret.

Langkah Salim Group ini menambah daftar panjang usahanya memasuki bisnis berbasis teknologi di Indonesia. Salim dan Lotte saat ini sedang membangun layanan e-commerce Indo Lotte. Mereka juga membawa co-working space Block 71 ke Indonesia.

Maraknya layanan perbankan digital lokal hingga asing di Indonesia

Bukan hanya Salim Group dengan Bank Ina Perdana yang membidik layanan perbankan digital di Indonesia, bank lokal dan bank asing lainnya juga sudah mempersiapkan perbankan digital.

Salah satu bank asing yang mulai serius merambah layanan pembayaran digital, adalah Digibank milik bank DBS (Singapura) diperkenalkan ke publik India April 2016 silam. Digibank disebut-sebut menjadi satu-satunya layanan mobile-only bank yang ada saat ini. Dengan dilengkapi teknologi AI (Artificial Intelligence) untuk membantu para penggunanya, Digibank mencoba menghadirkan pengalaman baru dalam dunia perbankan.

Bank lokal lainnya yang saat ini sudah menunjukkan niatnya untuk menjadi bukan sekedar bank biasa adalah bank BTPN, yang menawarkan terobosan baru dalam dunia perbankan berbentuk aplikasi yang dirancang dapat membantu masyarakat dalam mengatur finansial pribadi lebih mudah lewat perangkat smartphone, dinamai Jenius.

Produk terkini yang sempat dipuji oleh Menkominfo Rudiantara, dibuat untuk menyasar segmen orang dengan mobilitas tinggi dan akses ke konektivitas internet.

Meskipun masih dalam pengembangan, besarnya peluang dan faktor pendukung yang ada bisa menjadi kunci utama Salim Group memasuki perbankan digital di Indonesia.

RPX Jadi Mitra Logistik Baru Elevenia

Elevenia, marketplace anak usaha milik XL Axiata, menambah kerja sama dengan perusahaan logistik RPX dalam memudahkan mitra seller dalam melakukan drop off dan pick up. Layanan ini sudah bisa dinikmati oleh mitra seller mulai bulan ini di seluruh gerai Indomaret yang kini berjumlah 13.200 gerai.

PT Indomarco Prismatama (Indomaret) dan RPX membentuk perusahaan patungan jasa pengiriman ritel dan e-commerce dengan nama PT Indo Repex Global. Tujuan utama pendirian perusahaan, pelanggan dapat mengirimkan paket, mengambil pesanan, dan melakukan pembayaran tunai untuk setiap transaksi Elevenia di Indomaret.

Menurut Anggita Vela Lydia, General Manager Partnership & Promotion Elevenia, hal ini bisa memudahkan seller dalam berbagai hal. Misalnya seller tidak perlu menuliskan nomor resi secara manual.

Mereka hanya perlu mendaftarkan template pengiriman pada Seller Office dengan menekan tombol “RPX Regular”. Apabila memilih Drop Off/I-Drop, seller dapat mengundung kode booking di halaman Print Out Invoice di menu seller office Elevenia.

“Dengan menempelkan kode booking dan menyebutkan layanan I-Drop, seller dapat memberikan nomor akun pada kasir Indomaret. Mereka akan memproses scan kode booking pada paket tersebut,” ujar Anggita dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Dia menambahkan untuk layanan pick up minimal mitra seller mengirimkan lima paket pesanan dengan tujuan yang berbeda. Kemudian, kurir RPX akan melakukan pick up ke lokasi seller dan proses scan kode booking paket pesanan. Layanan ini bisa dilakukan sepanjang hari kerja Senin-Jumat hingga pukul 3 sore dan Sabtu hingga pukul 11 siang.

Bertambahnya kemitraan logistik, sambungnya, menjadi bagian dari program loyalti Elevenia. Menurut Anggita, layanan terbaik tidak hanya diberikan kepada konsumen saja, tetapi juga untuk seller dengan memberikan kemudahan untuk pemasarannya.

Dengan bertambahnya RPX, mitra logistik Elevenia untuk regular costum kini semakin bervariatif, termasuk aCommerce, Etobee, Gojek, J&T, Ninja Express, Pandu Logistic, Pos Indonesia, SAP Express (Satria Antaran Prima) dan Si Cepat.

Application Information Will Show Up Here

Gandeng Indomaret, Layanan Logistik RPX Luncurkan I-Drop dan Kembangkan Aplikasi Mobile

Setelah meluncurkan layanan I-Paket bersama Indomaret tahun 2014 silam, perusahaan logistik RPX kembali menghadirkan layanan terbaru menyasar kalangan pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) dan layanan e-commerce bernama I-Drop dan aplikasi mobile Kiriman Express. Kerja sama strategis ini nantinya akan memanfaatkan jaringan Indomaret yang memiliki sekitar 10.650 gerai di pulau Jawa dan Bali.

“Transformasi digital akhirnya menuntut perusahaan terus berinovasi dalam menyediakan beragam terobosan layanan baru kepada pelanggan. Peningkatan kemampuan RPX Mobile Apps menjadi langkah pembaruan RPX sesuai permintaan pelanggan dewasa ini, penetrasi penggunaan internet, kemudahan operasional smartphone, meningkatnya penggunaan jejaring sosial serta memperkuat jaringan ritel dan e-commerce di Indonesia,” kata Vice President Services RPX Group Muhammad Kadrial.

Untuk mendukung I-Drop, RPX meluncurkan aplikasi Kiriman Express sebagai solusi pengembangan aplikasi mobile RPX. RPX sudah mengembangkan aplikasi mobile sejak tahun 2011 dan Kiriman Express adalah versi terbarunya.

Setiap pengguna yang ingin memanfaatkan layanan I-Drop bisa membuka aplikasi RPX, kemudian setelah transaksi dilakukan pengguna akan mendapatkan notifikasi di aplikasi mobile yang berisikan informasi bahwa pengguna bisa menitipkan barang tersebut ke gerai Indomaret terdekat. Barang yang dikirimkan memanfaatkan aplikasi I-Drop harus memiliki berat maksimal 5 kilogram dan semua barang akan langsung dikirimkan ke lokasi tujuan oleh RPX.

Kehadiran I-Drop bisa menjadi alternatif bagi pengguna dan peluang baru bagi RPX untuk menjadi solusi pengiriman paket B2B2C atau layanan e-commerce.

“RPX terus meningkatkan layanan, mendekatkan ke pelanggan, menjangkau area potensial yang belum terlayani saat ini dan memperluas jaringan melalui kerja sama 10.650 gerai Indomaret di Jawa dan Bali,” kata Kadrial kepada Tribun.

Indomaret selama ini sudah menjadi gerai favorit yang diincar oleh kalangan industri online hingga perusahaan rintisan di tanah air. Selain dimanfaatkan sebagai salah satu sistem pembayaran, banyaknya gerai Indomaret yang tersebar di seluruh pelosok daerah, menjadikan Indomaret gerai populer di kalangan pelaku startup dan perusahaan logistik.

Application Information Will Show Up Here

Indomaret Jadi Mitra Perdana Penjualan Gift Card Google Play di Indonesia (UPDATED)

Google akhirnya bermain langsung di pasar ritel konsumsi aplikasi di Indonesia dengan menggandeng Indomaret, sebagai mitra perdana, untuk menjual gift card Google Play secara fisik. Sementara ini mereka menyediakan 3 jenis denominasi, 150 ribu, 300 ribu, dan 500 ribu Rupiah. Diharapkan penjualan gift card di lebih dari 12 ribu jaringan Indomaret bisa mendorong konsumsi konten yang lebih mudah.

Selama ini, selain menggunakan kartu kredit, Google telah menggandeng Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat Ooredoo untuk skema carrier billing. Google Play di Indonesia bisa dikonsumsi untuk membeli konten di Play Store, Play Books, Movies, dan Newsstand. Satu-satunya layanan yang belum resmi masuk adalah Play Music.

Android adalah platform smartphone yang paling dominan di Indonesia untuk saat ini dan usaha Google menerbitkan gift card dalam bentuk fisik merupakan bentuk diversifikasi metode pembayaran untuk menjangkau khalayak yang lebih luas (dan pendapatan yang lebih besar).

Dibandingkan platform iOS, tingkat konsumsi konten pengguna Android cenderung lebih rendah. Hal ini berimbas pada perolehan pendapatan yang lebih tinggi untuk pengembang iOS. Penerbitan gift card fisik seperti ini menambah opsi pembayaran di Indonesia yang tingkat penetrasi kartu kreditnya hanya sekitar 3-4% dari total populasi.

Google Play Kode Voucher
Google Play Kode Voucher

Jika saya bisa memberi saran, denominasi di bawah 100 ribu Rupiah, misalnya 25 ribu dan 50 ribu Rupiah, seharusnya membawa animo konsumen yang lebih tinggi lagi.

Update: Pihak Google mengkonfirmasi bahwa gift card yang dijual di Indomaret tidak dalam bentuk fisik, tetapi melalui gerai-gerai yang menyediakan mesin i-Kios. Berikut ini adalah panduan untuk menukarkan kode voucher atau promosi di Google Play https://support.google.com/googleplay/answer/3422659?hl=id.

Cipika Hadirkan Pembayaran via Indomaret

Layanan online marketplace bersutan Indosat Ooredoo Cipika baru-baru ini mengumumkan kerja sama dengan Indomaret untuk memperluas mode pembayaran. Skema O2O (Online-to-Offline) seperti ini memang patut diperhitungkan, mengingat segmen konsumtif menengah ke bawah masih dalam tahap transisi menuju layanan jual beli online.

Division Head E-Commerce Indosat Ooredoo Carlos Karo Karo dalam rilis yang kami terima menyampaikan:

“Harapan kami lewat pengembangan layanan e-commerce di Cipika Store, dapat memberikan kemudahan jasa belanja online bagi konsumen dalam melakukan transaksi. Berbelanja menjadi semakin mudah dengan sistem pembayaran langsung, para konsumen bisa memesan barang secara online dan membayar di Indomaret terdekat. Tentunya dengan Cipika Store belanja akan semakin mudah.”

Sama dengan layanan e-commerce lain yang sudah terlebih dulu menggandeng Indomaret, mekanisme pembayaran dilakukan ketika pelanggan telah memesan, kemudian memilih opsi Indomaret sebagai metode pembayaran. Selanjutnya Cipika akan mengirimkan 6 digit kode pembayaran melalui email dan SMS. Menggunakan kode tersebut, pelanggan dapat datang ke Indomaret dan melakukan pembayaran melalui kasir berbekal kode tadi.

Per transaksi yang dapat dilakukan melalui Indomaret maksimal adalah Rp 5.000.000. Verifikasi pembayaran akan dilakukan otomatis melalui sistem Indomaret ke server Cipika.