Indonesia Flight resmi menjadi keluarga baru Blibli dengan akuisisi penuh. Menurut keterangan dari Marcella Einstein selaku Co-Founder & CEO, pasca akuisisi tersebut Indonesia Flight tetap meneruskan operasinya seperti biasa. Tiket dan Indonesia Flight yang memiliki pelanggan dengan segmen berbeda menjadi salah satu alasan keduanya akan bisa bersinergi dengan “keluarga” yang baru. Peran Blibli juga dirasa bisa memberikan manfaat bagi Indonesia Flight untuk terus tumbuh di kemudian hari.
Diceritakan oleh Marcella, proses akuisisi berjalan cukup cepat, memakan waktu dua bulan. Marcella menilai dengan bergabung kembali bersama Tiket di bawah Blibli membuka peluang sangat besar bagi Indonesia Flight dan Tiket untuk bertumbuh baik dari rencana sinergi yang ada dan dari segi penetrasi pasar.
“Kami melihat ini akan membuka peluang sangat besar bagi Indonesia Flight bersama Tiket untuk bertumbuh secara eksponensial, baik dari rencana sinergi yang ada dan dari segi penetrasi pasar. Melihat potensi ke depan dan banyaknya kesamaan dalam culture dan visi bisnis, kami sangat bersemangat untuk bergabung dalam keluarga Blibli,” terang Marcella.
Sayangnya Marcella tidak mau membeberkan mengenai apa yang akan dilakukan Indonesia Flight selepas akuisisi ini.
“Mohon maaf kami belum bisa share mengenai hal ini,” ungkap Marcella ketika disinggung mengenai rencana Indonesia Flight ke depannya.
Hanya saja Marcella optimis menatap masa depan Indonesia Flight mengingat pertumbuhan GMV yang naik 100% dari tahun sebelumnya. Dengan diakuisisinya Tiket dan Indonesia Flight menandakan bahwa Blibli menatap serius industri OTA (Online Travel Agency).
Setelah akuisisi oleh Blibli, kini Tiket telah melakukan rebranding dengan mengganti logo mereka. Saat ini selain tiket perjalanan dan hotel, Tiket juga menyediakan fitur untuk menyewa mobil di kota-kota besar dan fitur untuk membeli tiket pertunjukan masuk ke acara-acara hiburan. Sementara untuk Indonesia Flight terlihat menyiapkan fitur pemesanan kamar hotel di laman mereka. Tampaknya tahun 2018 akan menjadi tahun yang cukup sibuk bagi Indonesia Flight.
Persaingan di lanskap OTA (Online Travel Agency) Indonesia masih terbuka lebar, seiring dengan pesatnya inovasi dan berkembangnya pangsa pasar. Memang, babak baru seakan hadir, pasca salah satu pemain terbesarnya Tiket.com diakuisisi Blibli, yang mana sebelumnya para pemain di sektor e-commerce dan online marketplace sendiri sudah memulai menjajakan layanan OTA kepada pelanggannya.
Persaingan tidak hanya vertikal milik pemain OTA murni, artinya perlu strategi yang kuat bagi para pemain untuk mampu bertahan dan berkembang. Kondisi ini tidak menyurutkan Indonesia Flight sebagai salah satu pemain OTA yang sebelumnya merupakan bagian dari Tiket. Pun demikian selepas akuisisi Tiket.com, Indonesia Flight kini berdiri secara independen dengan kepemilikan penuh oleh Co-Founder Indonesia Flight Marcella Einstein dan Yoppy Nelwanto.
Cella sapaan akrab Marcella, kepada DailySocial menceritakan awal mula pendirian startupnya. Pada tahun 2012 Indonesia Flight merupakan sebuah aplikasi pemesanan tiket pesawat yang menggunakan inventori Tiket, bertindak sebagai B2B Offcial Partner. Hal ini dikarenakan pada periode itu hanya Tiket.com OTA di Indonesia yang membuka inventori API secara publik dan bisa dikonsumsi aplikasi pihak ketiga.
Perlahan tapi pasti Indonesian Flight mendapatkan pertumbuhan pengguna dan keuntungan secara organik. Dari data yang disampaikan Cella, hingga tahun 2014 Indonesia Flight mengalami pertumbuhan mencapai 200 persen.
Tiga tahun berjalan, tepatnya pada tahun 2015, Tiket.com menawarkan kerja sama untuk akuisisi Indonesia Flight. Dengan pertimbangan visi dan misi yang sejalan Cella akhirnya menerima pinangan Tiket.com tersebut.
“Dalam perjalanannya, kami melakukan resource sharing di beberapa divisi dengan Tiket.com, contohnya divisi HR, finance, internal control, legal, customer service sampai dengan berbagi security dan office boy. Hal tersebut betul-betul efektif, karena terjadi pengurangan beberapa fixed cost di bagian OPEX untuk Indonesia Flight. Namun untuk tim intinya sendiri, kami melakukan perekrutan secara terpisah, khususnya di bagian IT, sales dan marketing,” ungkap Cella menjelaskan.
Indonesia Flight dalam persaingan OTA di Indonesia
Kini mau tidak mau Indonesia Flight harus bersaingan dengan lebih banyak pemain sektor tikecting di Indonesia, termasuk dengan Tiket.com itu sendiri. Menyikapi hal ini Cella dan tim tengah meyiapkan roadmap yang akan dilakukan Indonesia Flight dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Dinilai efektif dan menjadi upaya mereka untuk tetap bersaing di industri OTA di Indonesia.
“To be honest, alasan kenapa saya dan partner mengiyakan untuk diakuisisi oleh Tiket.com adalah selain kesamaan visi misi, tetapi juga karena komitmen Tiket.com yang berjanji tidak akan mengkerdilkan Indonesia Flight, kami akan didukung untuk terus bertumbuh parallel dengan mereka, dan pada kenyataannya Tiket.com memegang janjinya, kami tidak dilebur ke Tiket.com, kami tetap dapat menjalankan apa yang menjadi mimpi kami dengan menyatukan visi misi dengan Tiket.com”
“Untuk konsumennya sendiri, sudah pasti ada irisan antara Tiket.com & Indonesia Flight. Namun yang menarik, irisan tersebut tidaklah besar. Tiket.com membesar ke kiri dan kami ke kanan. Hal tersebut yang membuat kami semakin yakin bahwa pangsa pasar untuk online travel masih sangat luas sekali,” jelas Cella.
Lalu menanggapi persaingan dengan para pemain baru termasuk dari sektor marketplace yang juga kini berjualan tiket Cella masih percaya pemain OTA baru akan membutuhkan waktu (dan investasi) yang signifikan guna menggeser posisi pemain OTA murni yang sudah ada.
Menurut Cella para pemain OTA baru yang memberikan promosi besar-besaran dan initial cost yang tidak murah untuk memulai bisnisnya belum tentu dapat mengalahkan pemain OTA yang sudah dulu ada. Menurutnya kualitaslah yang menjadi tolak ukurnya.
“Nantinya review, bintang, dan rating yang menjadi tolok ukur yang adil. Parameter-parameter ini akan memberikan gambaran seberapa maksimal para pemain melayani dan melakukan improvisasi terhadap barang/jasanya,” pungkas Cella.
Indonesia Flight, sebuah aplikasi pemesanan penerbangan dan hotel yang berbasis di Indonesia, hari ini mengumumkan bahwa pihaknya telah meluncurkan dua produk inovatif: tiket pulang-pergi ke ujung Bumi dan tiket pulang-pergi ke luar angkasa. Mulai 1 April, pengguna dapat memesan perjalanan luar biasa tersebut melalui Indonesia Flight.
Ini merupakan pencapaian penting bagi Indonesia Flight sebab ini menjadikannya sebagai perusahaan pertama yang menawarkan rute perjalanan tersebut di tengah persaingan e-commerce travel nasional yang sengit. Dua penawaran baru tersebut terinspirasi oleh debat mengenai apakah bentuk Bumi bulat atau datar yang sedang berlangsung di Indonesia. Walaupun terdapat bukti-bukti yang cukup mendukung bagi kedua belah pihak, akan lebih konkret bila pelanggan bisa mencari tahu dengan mata kepala sendiri.
“Tim Indonesia Flight sangat peduli terhadap Indonesia dan masyarakatnya. Kami percaya bahwa persatuan bangsa dapat lebih terpupuk bila perdebatan mengenai bentuk Bumi datar atau bulat berhasil diselesaikan,” jelas Marcella Einsteins, CEO dari Indonesia Flight.
“Kami menyediakan harga jujur di muka, tanpa biaya tambahan. Seluruh permintaan dan pembelian bagi semua produk, termasuk perjalanan pulang pergi ke ujung Bumi dan luar angkasa, akan diproses secara cepat.”
Indonesia Flight juga melihat peluang bisnis dari peristiwa ini. Di Indonesia, ribuan orang bergabung ke dalam Flat Earth Society, sementara terdapat ratusan juta orang yang mendukung teori bahwa Bumi berbentuk bulat. Berdasarkan perusahaan riset Statista, jika dikombinasikan, hal tersebut dapat menghadirkan peluang pasar sebesar 29 triliun rupiah (2,2 miliar dolar AS) bagi industri travel online pada tahun 2017.
Menurut Flat Earth Society, Bumi memiliki bentuk seperti cakram, yang dikelilingi oleh dinding es yang menjaga posisi samudra agar tetap di tempat. Para penjelajah menyebutnya dinding es ini sebagai Antartika. Sejauh yang diketahui oleh perkumpulan ini, tidak ada seorang pun yang pernah melewati dinding es tersebut sebelumnya. Apapun yang terdapat di balik dinding es tersebut masih menjadi misteri besar.
Indonesia Flight menawarkan perjalanan dari mana saja di Indonesia ke Antartika. Para penumpang akan mencoba menemukan dinding es tersebut dan mengambil foto, termasuk merekam video bukti untuk dibawa kembali ke Indonesia. Penumpang dianjurkan untuk membawa baju hangat dan jaket tebal mereka ke benua yang paling dingin di Bumi ini sebab suhu di sana rata-rata berkisar antara -10 derajat celsius hingga -55 derajat celsius.
Walaupun beberapa orang seperti Roald Amundsen (pada 1912) dan Felicity Aston (pada 2012) diketahui telah berhasil menjelajahi Antartika hingga Kutub Selatan, para anggota Flat Earth Society tetap percaya bahwa prestasi tersebut merupakan sesuatu yang hampir tidak mungkin. Dengan kata lain, semua orang dapat saja memanipulasi dokumen, foto, video, serta testimoni.
Cara lain untuk membuktikan apakah Bumi datar atau bulat ialah dengan pergi ke luar angkasa dan mengambil foto bentuk Bumi. Berkat kursus pelatihan luar angkasa Indonesia Flight (hak paten sedang diproses), penumpang yang berminat hanya butuh menjalani sesi pelatihan selama tiga jam untuk persiapan terbang ke luar angkasa. Biasanya, seseorang butuh menjalani pelatihan intensif selama dua tahun hingga dianggap siap pergi ke luar angkasa.
Marcella menjelaskan, “Salah satu kekuatan Indonesia Flight adalah kecepatan. Sebagai contoh, Anda dapat merasakan seberapa cepat aplikasi kami memproses setiap ketukan Anda. Berkat kerja keras seluruh tim Indonesia Flight, kami dapat menjaga kelangsungan filosofi produk kami dalam kursus pelatihan luang angkasa tanpa menurunkan kualitas. Karena kursus tersebut masih dalam proses patent-pending, kami tidak dapat memberi tahu detail apapun mengenai pelatihan ini.”
Perjalanan luar angkasa ini lebih cocok bagi pendukung teori bahwa Bumi berbentuk bulat, sebab pendukung teori Bumi datar tidak mempercayai bahwa perjalanan luar angkasa merupakan sesuatu yang mungkin. Apapun teori yang Anda dukung, tawaran terbaru Indonesia Flight berlaku bagi semua orang.
Cerita tentang liku-liku founder startup Indonesia di balik kesuksesannya selalu menarik untuk disimak. Di tengah persaingan segmen bisnis Online Travel Agency (OTA), nama Indonesia Flight menjadi salah satu pengusung layanan yang kini patut diperhitungkan.
Startup di bawah naungan PT Globalnet Aplikasi Indotravel ini lahir dari sebuah proses belajar yang unik oleh founder sekaligus CEO-nya, Marcella Einsteins. Kariernya dimulai dari keterlibatannya dalam berbagai job desc di salah satu startup pemimpin OTA saat ini, Tiket.com. Mulai dari menjadi quality assurance (QA), copywriter, tim event, media sosial, partnership, fraud analyst hingga customer service pernah ia kerjakan.
Perempuan lulusan jurusan Teknik Informatika Binus, yang mengambil spesialisasi Artificial Intelligence, dari awal mengenyam karier sudah merasa dan bertekad bahwa menjadi entrepreneur adalah tujuan kariernya. Keyakinan tersebut juga pada akhirnya yang mengantarkannya untuk memilih bekerja di startup, ketimbang di korporasi layaknya teman-teman seangkatannya kala itu. Bagi Marcella, memilih bekerja di startup bukan tanpa alasan. Banyak hal yang melandasi dan menjadi perhitungan, mulai dari produk, visi misi yang jelas, lingkungan kerja, hingga founder.
“Kepribadian pemimpin atau founder dapat memberikan impact positif dan menjadikan saya pribadi yang berkarakter, bukan hanya dalam professional kerja, namun juga dalam kehidupan saya sehari-hari.”
Dari menjadi Quality Assurance hingga Product Manager
Bercerita kepada DailySocial, alasan Marcella menjadi QA di Tiket.com karena lowongan tersebut satu-satunya yang tersedia kala itu di luar job desc yang mengharuskannya coding. Ia merasa kurang nyaman untuk coding, karena lebih suka menjadi “kutu loncat” mencoba segala sesuatu sembari mencari jati diri. Baginya QA hanya sebuah jabatan. Selama di Tiket.com ia mencoba dan mencicipi beragam jenis pekerjaan, hingga pada akhirnya dipercaya untuk menjadi manajer produk untuk sebuah divisi baru.
“Uniknya saya mengenal CEO Tiket.com ketika itu dari game online DOTA, jauh sebelum Tiket.com dibangun […] Di bulan ke delapan bekerja, saya baru mendirikan Indonesia Flight, dengan memanfaatkan peluang penggunaan API Tiket.com dengan dibekali restu dari para founder-nya.”
Intuisi yang memberinya keyakinan bahwa Indonesia Flight akan mampu berdiri survive kendati pasar Online Travel Agency sudah sangat riuh, setidaknya sudah sangat jelas pemimpin pasarnya di Indonesia. Tahun 2012, di saat platform BlackBerry sedang berada di puncak kejayaan, Marcella justru melihat peluang lain untuk mengembangkan aplikasi di platform Android yang masih sedikit sekali peminatnya, pun demikian dengan ekosistem aplikasi lokal di dalamnya, masih sangat minim.
Berbekal belajar otodidak dan bantuan partner bisnisnya, Marcella mengembangkan aplikasi Indonesia Flight, sebagai aplikasi lokal pertama yang mampu memfasilitasi pemesanan pesawat untuk beragam maskapai di Google Play. Setahun kemudian, platform iOS segera disinggahi. Dari awal traksi pengguna menunjukkan angka yang fantastis, dalam guraunya Marcella mengatakan ketika 5 bulan setelah peluncuran pertamanya, komisi yang didapat dari penjualan tiket di Indonesia Flight sudah mampu melebihi gajinya di Tiket.com kala itu.
“Lalu apakah saya keluar dari Tiket.com? Tidak. Karena saya tahu, saya masih belum cukup berpengalaman untuk menjalankan perusahaan saya sendiri, dan dari saya sendiri pun ingin memberikan nilai lebih di Tiket.com, agar tidak menjadi seperti kacang lupa kulitnya,” ungkap Marcella.
Baru setelah 2 tahun Indonesia Flight berdiri, Marcella memutuskan untuk keluar dar Tiket.com, di saat banyak feedback dan permintaan pelanggan yang menuntut Indonesia Flight memacu inovasi dan layanannya. Seiring dengan peningkatan angka pengguna dan kualitas layanan, beberapa investor mulai melirik dan membincangkan investasi di Indonesia Flight. Hal mengejutkan, 2 bulan pasca aplikasi dirilis, jumlah unduhan aplikasi mencapai 10.000 lebih dan semuanya organic download.
Traksi dan capaian Indonesia Flight dan target ke depannya
Dalam menggerakkan roda bisnis, Marcela menekankan pada pemahaman behaviour dari pelanggan dan target pangsa pasarnya. Hal tersebut terbukti dari survei yang pernah ia buat, kendati price sensitive masih menjadi faktor pertama penentu OTA di kalangan konsumen, faktor lain yang mendominasi adalah tentang pilihan favorit, kenyamanan pelanggan dalam melakukan pembelian.
“Meski sudah ada raksasa pemain OTA, toh masih banyak pelanggan yang memilih membeli tiket di Indonesia Flight, bahkan kadang mereka membeli tanpa menggunakan kode promo. Demi pelanggan setia itu, membuat saya menjadi lebih semangat melanjutkan bisnis ini,” sahut Marcella menjelaskan prinsipnya dalam berbisnis.
Di bulan ke 9 bisnisnya berjalan, penjualan mencapai angka Rp 65 miliar. Angka yang sangat tinggi, mengingat kala itu Marcella mengelola platform tersebut di waktu luangnya bekerja, 2-3 jam di sela-sela waktu istirahat. Ia membalas feedback dan email sampai batas waktu jam 12 malam untuk menjaga kestabilan fokus keesokan harinya.
Keseriusannya dalam berbisnis membuahkan hasil manis, setiap tahun penjualan naik secara organik 200%, dan tahun 2016 penjualan sudah mencapai lebih dari Rp 432 miliar.
Sejak awal berdiri, Indonesia Flight sudah fokus pada profit. Di tahun pertama berdiri, berbagai kebutuhan operasional seperti membayar gaji karyawan, biaya pemasaran, dan berbagai keperluan lainnya sudah berhasil di-cover dari hasil penjualan tiket pesawat.
“Saat ini Indonesia Flight hanya fokus pada tiket penerbangan. Ke depannya kami akan melebarkan sayap ke hotel dan produk lainnya […]. Target kami tahun 2017 adalah 3x lipat (pertumbuhan) dari tahun sebelumnya.”
Juga mengembangkan aplikasi pemesanan tiket kereta api
Siapa sangka aplikasi Tiket Kereta Api yang sebelumnya banyak dikira sebagai aplikasi resmi PT Kereta Api Indonesia juga karya tim Indonesia Flight. Sampai dengan tulisan ini dibuat, aplikasi tersebut masih menjadi aplikasi #1 untuk reservasi tiket kereta di kategori Travel & Local platform Android. Jumlah unduhannya telah mencapai 2,5 juta dengan growth per tahun mencapai 200%.
“Sering dianggap sebagai aplikasi resmi dari PT KAI, terbukti dengan banyaknya email masuk yang meminta perhatian kami mengenai fasilitas kamar mandi ataupun tiket di stasiun, bahkan ada yang menanyakan nama penjaga loket karena ingin berkenalan dengan petugas wanita yang bekerja di sana.”
April 2016 lalu, aplikasi Tiket Kereta Api menjamah platform iOS. Dari pemaparan Marcella marketing cost yang dikeluarkan untuk pengelolaan aplikasi ini tidak pernah lebih dari Rp 10 juta per bulan, baik untuk digital marketing, paid channel maupun offline marketing.
Untuk pemasaran offline pun baru dilakukan akhir-akhir ini, setelah 3 tahun mengudara. Beberapa waktu lalu aplikasi mulai diperkenalkan melalui aktivitas kampanye di stasiun Pasar Senen.
Sebagai aplikasi yang tidak memiliki dan melayani pembelian di web, Tiket Kereta Api berhasil menjadi mitra terbaik kedua sebagai kanal penjual tiket berdasarkan data laporan penjualan mitra PT KAI per 8 Juni 2016.
Perencanaan matang dan keyakinan untuk tujuan cita-cita
Memilih untuk bekerja di startup dan mendirikan startup bukan hanya semata dengan pilihan melempar dadu, itulah keyakinan yang digenggam Marcella di awal kariernya. Keyakinan tersebut harus kokoh.
Di awal memulai pekerjaannya di Tiket.com, iming-iming bekerja di tempat berfasilitas bagus, insentif terjamin, dan tunjangan stabil dari lingkungan pertemanan sering terlihat menggiurkan.
Meskipun demikian ia selalu mengembalikan kepada fitrah hidup bahwa setiap manusia berhak untuk memilih jalannya. Dengan mengenali kepribadiannya sendiri tentang keinginan dan cita-citanya, Marcella selalu merasa kokoh dan yakin dengan pilihannya.
“Tanyakan kepada diri Anda, apakah siap menerima kondisi terburuk apabila startup yang kita dirikan atau startup tempat bekerja ternyata cuma bertahan seumur jagung? Di luar ketidakstabilan perjalanan startup yang ngeri-ngeri sedap, fleksibilitas dalam berinovasi dan peluang untuk menciptakan lapangan kerja bagi orang lain membuat saya memilih untuk bekerja dan membangun startup.”
Kemudahan dalam membeli tiket pesawat kini kian terfasilitasi oleh banyaknya aplikasi mobile yang dapat membantu kita mendapatkan tiket pesawat secara online dan realtime. Salah satunya yang populer adalah Indonesia Flight. Kini, aplikasi yang telah lebih dahulu populer di platform Android dan berhasil mencetak 200.000 download hanya dalam waktu dua bulan, kini telah hadir juga di platform iOS demi menjangkau penggunanya lebih luas. Continue reading Aplikasi Ticketing Mobile “Indonesia Flight” Kini Hadir di Plaform iOS→