Tag Archives: Indra Gunawan

Salah satu yang terkena dampak positif lonjakan aktivitas pariwisata lokal adalah hotel bujet. Tahun ini mereka berekspansi ke segmen baru

Imbas Pariwisata Lokal Meningkat, Bisnis Hotel Bujet Melesat

Genap tiga tahun terkena dampak pandemi, industri pariwisata tanah air diprediksi memasuki babak baru tahun ini. Pemulihan sudah terlihat dan industri ini perlahan mulai bangkit. Hal ini juga tercermin dari kenaikan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia serta peningkatan jumlah perjalanan domestik..

Berdasarkan data BPS, dari Januari hingga Oktober 2022, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 3,92 juta kunjungan, naik 215,16 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama di tahun 2021. Peningkatan juga terlihat dari angka perjalanan domestik di Indonesia.

Di akhir tahun 2022 lalu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan bahwa Indonesia telah memecahkan all time record dengan lebih dari 800 juta pergerakan wisatawan domestik sepanjang tahun. Angka ini melampaui jumlah perjalanan domestik sebelum pandemi sebanyak 722,16 juta pada 2019.

Jumlah perjalanan domestik di Indonesia selama 2012-2021 (dalam juta). Sumber: Statista

Bangkitnya industri pariwisata turut menghadirkan peluang dan tantangan baru bagi para pelaku industri. Pasalnya selama pandemi ada pergeseran kebiasaan berlibur pada masyarakat dan para pelaku usaha terkait yang ingin mengembangkan bisnisnya harus berusaha untuk tetap relevan dengan tren dan kebutuhan masyarakat saat ini.

Pergeseran tren pariwisata

Pada 2021, ketika pembatasan interaksi mulai longgar dan akses vaksin sudah merata, wisatawan domestik menjadi penggerak kinerja sektor ini. Mengingat risiko virus masih tinggi, alih-alih melakukan perjalanan internasional, wisatawan gencar mengeksplorasi wisata domestik. Menurut data Statista, terdapat lebih dari 603 juta perjalanan domestik terjadi di Indonesia.

Berdasarkan data Pegipegi Travel Report 2022 , hasil survei secara online terhadap lebih dari 450 pelanggan menunjukkan bahwa 49 persen responden telah traveling lebih dari lima kali, dan 44 persen lainnya traveling sebanyak 2–4 kali sepanjang tahun. Sebagian besar dari mereka menyukai traveling di dalam kota maupun menuju destinasi-destinasi di luar kota.

Terkait perencanaan kegiatan liburan, mayoritas responden atau sekitar 82 persen, mengalokasikan budget secara rinci untuk kebutuhan traveling, mencakup biaya transportasi, akomodasi, konsumsi, dan kebutuhan lainnya. Adapun rentang alokasi budget yang dikeluarkan responden untuk satu kali perjalanan yaitu sekitar Rp1 juta–Rp3 juta (sebesar 36 persen) dan Rp3 juta–Rp5 juta (sebesar 25 persen).

Sumber: Pegipegi Travel Report 2022

Melihat data di atas, salah satu yang diproyeksi akan menjadi tren masa depan industri pariwisata adalah budget travel yang berarti bepergian dengan biaya minim. Dari sini, lahir beberapa konsep liburan baru. Salah satunya staycation, konsep ini mengedepankan sisi praktis liburan yang dilakukan di rumah atau area dalam kota.

Di samping itu, satu hal yang juga memengaruhi pariwisata lokal semakin meningkat adalah konsep kerja di beberapa perusahaan yang masih menerapkan WFA atau work from anywhere. Hal ini memungkinkan para pekerja untuk lebih fleksibel dan bisa bekerja dari mana saja, termasuk area wisata. Tren liburan sambil bekerja ini juga disebut workation.

Laporan dari Asia Travel Leaders Summit juga menyebutkan bahwa karakter wisatawan milenial Indonesia merupakan yang paling memperhatikan keterjangkauan harga jika dibandingkan dengan karakter wisatawan China, Singapura, dan India. Pertumbuhan tren budget travel ini tentunya mendorong bisnis hotel bujet yang sebagian besar dipilih karena keterjangkauan harga.

Industri hotel bujet mulai ekspansi

Di Indonesia sendiri, industri hotel bujet mulai ramai ketika pemain global masuk dan menyasar pasar Indonesia. RedDoorz menjadi salah satu pionir yang masuk ke Indonesia di tahun 2015. Perusahaan menganut model bisnis bekerja sama dengan properti yang bersifat kecil dan independen.

Pada dasarnya, model bisnis ini tidak jauh berbeda dengan pemain hotel bujet terbesar di India, OYO, yang akhirnya ikut masuk ke pasar Indonesia di tahun 2018. Kedua platform ini menawarkan renovasi, pengelolaan manajemen hotel, serta pemberdayaan bagi pegawai dalam mengelola akomodasi.

Selain mengakibatkan perubahan tren, kehadiran pandemi juga melahirkan fenomena baru yang tengah berlangsung di industri hotel bujet. Jika sebelumnya kebanyakan hotel berbintang memperluas jangkauan dengan membuka cabang hotel bujet, kini hotel bujet mulai memperluas jangkauan dengan menambahkan segmen pelanggan, termasuk premium.

RedDoorz mulai menerapkan strategi baru untuk menjadi perusahaan new age hospitality dengan membangun merk hotel baru “Sans Hotel” di akhir tahun 2020. Melalui brand ini, perusahaan menargetkan pelancong dari generasi Z dan milenial dengan mengedepankan konsep akomodasi yang youthful, design inspired, dan warmth, memadukan teknologi pintar dan harga terjangkau.

Perubahan strategi ini terbukti menghantarkan perusahaan mencapai break even point (BEP) atau tidak lagi merugi.

“Melalui implementasi strategi dan fundamental bisnis yang berfokus kepada property owners dan customers, kami berhasil memenuhi janji kami untuk mencapai BEP di tahun 2022,” ujar Regional VP Marketing RedDoorz Henry Manampiring.

Selain Sans Hotel, RedDoorz juga memiliki Urbanview Hotel untuk para urban traveler, Sunerra Hotel yang cocok bagi keluarga yang menginginkan layanan berkelas, KoolKost yang cocok untuk akomodasi jangka panjang, serta The Lavana yang akan segera diluncurkan. Selama tujuh tahun beroperasi, RedDoorz telah mengakomodasi sekitar 3 ribu properti di 257 kota di seluruh Indonesia.

Country Operation Head OYO Indonesia Hendro Tan mengungkapkan, “Tren perjalanan saat ini menunjukkan bahwa wisatawan mencari tempat menginap yang nyaman, sehingga permintaan pada akomodasi premium diperkirakan akan naik secara signifikan.”

OYO sendiri disebut tengah menggenjot akomodasi di segmen bisnis dan premium di Indonesia sebagai core market-nya di Asia Tenggara dan global. “Indonesia menjadi kunci dari rencana pertumbuhan bisnis dalam skala global, OYO telah membuktikan transformasinya, dan berfokus pada properti premium,” tegasnya.

Beberapa pilihan akomodasi segmen premium OYO, termasuk Townhouse OAK, Townhouse, Collection O, dan Capital O. “Kami juga ingin menjalin kemitraan yang kuat dengan pelanggan kami di kota-kota bisnis dan kota tujuan rekreasi, dengan penetrasi yang lebih kuat ini kami yakin untuk terus menambah portofolio kami untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, serta menerapkan lokalisasi produk dan layanan,” tutupnya.

Dengan konsep yang berbeda, bobobox menyasar pasar hotel bujet di Indonesia dengan menawarkan layanan hotel kapsul yang mengutamakan efisiensi ruang. Didirikan pada 2018, bisnis hotel kapsul Bobobox telah melejit dengan total okupansi sebanyak 922 kamar di 16 lokasi yang tersebar di sejumlah kota besar di Indonesia.

Perusahaan juga memiliki cabang premium yang diberi nama bobocabin. Tahun ini, Bobocabin menjadi fokus ekspansi Bobobox dengan menjangkau lebih banyak daerah di Indonesia, diantaranya Padusan, Jawa Timur, dan Ubud, Bali. Harapannya, ekspansi yang dilakukan Bobobox dapat berkontribusi terhadap perekonomian serta pemberdayaan sosial daerah setempat.

Tantangan dan peluang

Industri pariwisata memang sempat mengalami titik terendah pada awal pandemi yang memicu pembatasan mobilitas masyarakat secara besar-besaran. Pada 2020, salah satu pelaku industri, Airy, memutuskan untuk menutup bisnis secara permanen setelah dilaporkan telah memberhentikan 70 persen jumlah karyawannya.

Hal ini juga menimpa pelaku industri lainnya seperti OYO yang mencatat tingkat okupansi mitra hotel anjlok sebanyak 60%. Tidak hanya kondisi fisik, mental pun juga terdampak. RedDoorz sendiri sempat meluncurkan program Hope Hotline untuk menyediakan layanan sesi penyuluhan kepada mitra secara online.

Di samping pandemi, CEO Bobobox Indra Gunawan juga mengungkapkan bahwa selama beberapa dekade, ada beberapa hal yang masih menjadi penghambat terbesar dari bisnis akomodasi, seperti modal yang tinggi, standar yang tidak konsisten, dan profitabilitas yang rendah. “Hal inilah yang ingin kami lawan di Bobobox,” tegasnya.

Selain skena jaringan hotel kapsul, bobobox juga menawarkan model bisnis kemitraan untuk investor yang berminat masuk ke bisnis bobobox. Mereka dapat terlibat pendanaan proyek, maupun bekerja sama terkait kepemilikan lahan.

Di tengah isu perlambatan ekonomi global, perekonomian nasional terus menunjukkan resiliensi dan beranjak pulih lebih cepat. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan IV-2022 yang tumbuh solid sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang tahun 2022 bahkan mencapai 5,31% (ctc), kembali mencapai level sebelum pandemi.

Melihat hal ini, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga optimistis bahwa Indonesia memiliki potensi wisatawan domestik yang cukup besar untuk menyokong industri pariwisata tanah air. Tahun ini, pemerintah telah menargetkan sekitar 1,2-1,4 miliar pergerakan perjalanan wisatawan domestik serta 3,5-7,4 juta kunjungan wisata mancanegara.

Pada awal Februari 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia mengumumkan total 5,47 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2022 penuh. Angka ini memang masih jauh dari total kunjungan sebelum Covid-19 sebanyak 16,11 juta wisatawan pada 2019. Namun, krisis COVID-19 telah merusak jumlah wisatawan Indonesia secara struktural. Maka dari itu, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar dan proses yang tidak instan untuk bisa pulih secara menyeluruh.

DailySocial mewawancarai Indra Gunawan dari Bobobox / DailySocial

[Video] Bobobox Tambah Layanan dan Terapkan “Contactless Experience”

DailySocial bersama CEO Bobobox Indra Gunawan membahas  tantangan yang dihadapi perusahaan selama pandemi dua tahun terakhir. Ia juga bercerita strategi ekspansi yang dilakukannya Bobobox untuk memberikan kemudahan bagi pelanggan mendapatkan penginapan.

Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis dan kontribusi sejumlah startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi DScussion.

Bobobox Expands Services, Optimistic with Local Tourism Industry

The tourism industry is the first most affected layer by the Covid-19 pandemic. Many companies are competing to develop other businesses as a pivot to buffer due to survival. The same strategy is taken by proptech startup Bobobox, which is developing several innovations outside the capsule hotel.

Bobobox’s Co-Founder and CEO, Indra Gunawan said to DailySocial that his startup was quite affected by the pandemic. However, thanks to the team persistence, the company was able to adapt quickly and continue to innovate during that time.

“As a result, we managed to get a V shape recovery that is much faster than we predicted. This is also the fact that 90% of our market is domestic, has helped us to survive the crisis better,” Indra said.

The Series A funding was announced in March 2020, which is the right ammunition for Bobobox to stay afloat. Currently, the company has launched two new products, accommodation services with the concept of co-living (Boboliving) and glamping/glamor camping (Bobocabin). There are other products currently in progress, including hourly rental single pods and campervan accommodation.

Indra explained that Bobobox and Boboliving originated from the company’s internal findings from its customers. It was found that the domestic market rose faster and used to stay in the range of 1-2 days, now it is longer by around weeks to months. This condition is reflected in the Bobobox report, where long-term guests have grown rapidly during the pandemic.

As narrowed down, there are now two types of hotel guests. First, those who still need to go to the office during the pandemic and want to avoid long-distance travel. Second, people who work from home, but do not have fast work facilities such as high-speed Wi-Fi and a safe environment. “This led us to develop Boboliving and the product was sold out within 3 weeks on the market.”

The result is, Bobobox noticed that WFH lifestyle will continue in the future, even when Covid-19 has ended. Then, today’s consumer trends are driven by self-protection and social distancing. “We want to develop solutions where people can have alternative options for work and school fees (for the younger ones).”

Bobocabin and Boboliving

Boboliving / Bobobox
Boboliving / Bobobox

Bobocabin and Boboliving take advantage of existing technology for their operations. In terms of design, Bobocabin is designed by adopting a futuristic modular design with a capacity of two adults and one child while considering the need for social distancing restrictions. Each cabin is equipped with modern facilities, supported by IoT technology to control the features in it, such as windows, lights, doors, and audio speakers that can be controlled from a visitor’s smartphone.

Bobocabin is available in two areas in Bandung, Rancupas, and Cikole by utilizing land owned by Perhutani. Respectively an area of ​​1.26Ha and 1Ha. Apart from the rooms, Bobocabin is also equipped with 24-hour front desk, barbecue and bonfire. The official fee ranges from IDR 450 thousand to IDR 550 thousand per night.

Bobocabin emphasizes the need for sustainable tourism through the nature-based tourism segment that offers more benefits from an economic, social, and environmental perspective.

Meanwhile, Boboliving is like a boarding house with more spacious room facilities for work areas. The rooms are prepared with 10 pods containing mattresses and wardrobes. These capsules can be rented daily, weekly, monthly, and yearly. Currently, Boboliving is available in Pancoran, South Jakarta.

“Bobobox sees the huge economic potential with the existence of a residential business ecosystem such as co-living, especially for property business activists who want to start a business yet constrained by limited land. This is also driven by the need for housing which is increasing every year, but it is inversely proportional to the availability of land, especially in big cities,” Indra said in an official statement.

Regarding the latest development of the Bobobox capsule hotel, it has distributed in several cities on Java, including Yogyakarta, Semarang, and Solo. Until the fourth quarter of 2020, this product recorded an occupancy rate of back to 80% from the pre-pandemic position which reached the 80% -90% range.

Indra is optimistic from the various sources he summarized, indicating that more than 70% are interested in traveling. This shows that vacations seem non-negotiable to many. “With a market fit for our new product, we are confident that we can reimagine tourism across Indonesia with an extraordinary experience.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Startup proptech Bobobox luncurkan akomodasi co-living Boboliving dan glamping Bobocabin. Produk lainnya yang sedang disiapkan adalah akomodasi dengan konsep sewa perjam dan campervan

Ekspansi Layanan, Bobobox Optimis dengan Industri Pariwisata Lokal

Industri pariwisata adalah layer pertama yang paling terdampak akibat pandemi Covid-19. Perusahaan banyak berlomba-lomba mengembangkan bisnis lain sebagai langkah pivot untuk buffer agar tidak jatuh terlampau dalam. Strategi yang sama juga diambil oleh startup proptech Bobobox yang mengembangkan beberapa inovasi di luar hotel kapsul.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO Bobobox Indra Gunawan menuturkan, startupnya juga ikut terdampak dari pandemi. Akan tetapi berkat kegigihan tim, perusahaan dapat beradaptasi dengan cepat dan tetap melanjutkan inovasi dalam kurun waktu tersebut.

“Sebagai hasilnya, kami berhasil mendapat pemulihan kurva V (V shape recovery) yang jauh lebih cepat dari yang kami prediksi. Ini juga fakta bahwa 90% pasar kami adalah domestik, berhasil membantu kami untuk bertahan lebih baik dari krisis,” terang Indra.

Pendanaan Seri A yang diumumkan pada Maret 2020 lalu merupakan amunisi tepat buat Bobobox untuk tetap bertahan. Saat ini perusahaan sudah meluncurkan dua produk baru, yakni produk jasa akomodasi dengan konsep co-living (Boboliving) dan glamping/glamour camping (Bobocabin). Produk lainnya yang sedang disiapkan adalah akomodasi dengan konsep sewa perjam (hourly rental single pods) dan campervan.

Indra menjelaskan Bobobox dan Boboliving berawal dari hasil temuan internal perusahaan dari para konsumennya. Ditemukan bahwa pasar domestik bangkit lebih cepat dan dulunya masa inap berada di kisaran 1-2 hari, sekarang jadi lebih panjang sekitar mingguan hingga bulanan. Kondisi inilah yang tercermin dengan laporan Bobobox, yang mana tamu jangka panjang telah berkembang pesat selama pandemi.

Bila dikerucutkan, kini ada dua tipe tamu hotel. Pertama, mereka yang masih perlu pergi ke kantor selama pandemi dan ingin menghindari perjalanan jarak jauh. Kedua, orang yang bekerja dari rumah, tatapi tidak memiliki fasilitas kerja yang cepat seperti Wi-Fi berkecepatan tinggi dan lingkungan aman. “Ini mengarahkan kami untuk mengembangkan Boboliving dan produknya terjual habis dalam waktu 3 minggu di pasaran.”

Dari hasil kajian ini, Bobobox menangkap bahwa ke depannya WFH adalah gaya hidup yang akan terus berlanjut, bahkan ketika Covid-19 sudah berakhir. Lalu, tren konsumen saat ini didorong oleh perlindungan diri dan jarak sosial. “Kami ingin mengembangkan solusi di mana orang dapat memiliki pilihan alternatif untuk bekerja dan biaya sekolah (untuk yang lebih muda).”

Bobocabin dan Boboliving

Boboliving / Bobobox
Boboliving / Bobobox

Bobocabin dan Boboliving memanfaatkan keberadaan teknologi untuk operasionalnya. Dari segi desain, Bobocabin dirancang dengan mengadopsi desain modular yang futuristik berkapasitas dua orang dewasa dan satu anak dengan tetap memerhatikan kebutuhan untuk pembatasan jarak sosial. Tiap kabin dilengkapi dengan fasilitas modern, didukung teknologi IoT untuk mengontrol fitur-fitur di dalamnya, seperti jendela, lampu, pintu, dan audio speaker yang bisa dikendalikan dari smartphone pengunjung.

Bobocabin tersedia di dua kawasan di Bandung, yaitu Rancupas dan Cikole dengan memanfaatkan lahan milik Perhutani. Masing-masing seluas 1,26Ha dan 1Ha. Selain kamar, Bobocabin dilengkapi dengan fasilitas resepsionis 24 jam, barbeque, dan api unggun. Biaya yang banderol berkisar dari Rp450 ribu hingga Rp550 ribu per malam.

Bobocabin ini mengedepankan kebutuhan pariwisata yang keberlanjutan melalui segmen nature-based tourism yang menawarkan manfaat lebih dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Sementara itu, Boboliving seperti indekos dengan fasilitas kamar yang lebih luas untuk area bekerja. Kamar yang disiapkan sebanyak 10 unit pods berisi kasur dan lemari pakaian. Kapsul ini dapat disewa harian, mingguan, bulanan, hingga tahunan. Saat ini Boboliving sudah tersedia di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.

“Bobobox melihat potensi ekonomi yang besar dengan adanya ekosistem bisnis hunian seperti co-living, terutama bagi pegiat bisnis properti yang ingin memulai bisnis namun terkendala oleh keterbatasan lahan. Hal ini didorong pula oleh adanya kebutuhan hunian yang semakin meningkat setiap tahunnya, namun berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan terutama di kota-kota besar,” ujar Indra dalam keterangan resmi.

Terkait perkembangan terkini hotel kapsul Bobobox, sekarang sudah tersebar di beberapa kota di pulau Jawa, antara lain Yogyakarta, Semarang, dan Solo. Hingga kuartal IV 2020, produk ini mencatatkan tingkat okupansi kembali ke besaran 80% dari posisi sebelum pandemi yang mencapai kisaran 80%-90%.

Indra optimis dari berbagai sumber yang ia rangkum, menunjukkan bahwa lebih dari 70% tertarik untuk bepergian. Hal ini memperlihatkan bahwa liburan tampaknya tidak bisa dinegosiasikan bagi banyak orang. “Dengan kesesuaian pasar untuk produk baru kami, kami sangat yakin dapat menata kembali pariwisata di seluruh Indonesia dengan pengalaman yang luar biasa.”

Application Information Will Show Up Here

Bobobox Secures Series A Funding Worth 170 Billion Rupiah

Bobobox, known as a startup of capsule hotel accommodation service, recently announced Series A funding worth of US$ 11.5 million or equivalent to 170 billion Rupiah. This round was led by Horizons Ventures with the previous investor, Alpha JWC Ventures. It is with participation of some investors, including Cocoa Investments, Sequoia Surge, and Mallorca Investment.

Prior to this, Bobobox’s pre series A began in March 2019, it was involving Alpha JWC Ventures, Genesia Ventures, and three other investors. Later, in May 2019, the Bandung based startup returned to get funding from Sequoia Capital India (Surge), Agaeti Ventures, Everhaus, Alpha JWC Ventures, and Ganesia Ventures.

With this additional capital fund, the company will focus on developing features to improve the experience of using pods (call for lodging capsules). In addition, they also plan to strengthen teams in manufacturing and operations, plus expansion to several other countries in Southeast Asia after the Covid-19 pandemic ends.

This round becomes quite unique, as the Covid-19 outbreak happened, many players in the accommodation and tourism industries have collapsed, some are shutting down the business. Bobobox’s Co-Founder & CEO Indra Gunawan said, “We are grateful and proud to still be able to obtain funding from global investors amid the crisis due to the Covid-19 outbreak. I believe this is part of the result from our discipline in maintaining our unit economics in all branches.”

In the past year, Bobobox has established six new locations in three cities: Bandung, Jakarta, and Semarang. To date, they operate eight locations with a total of 572 pods and occupancy rates of 80-90% before the pandemic. After the pandemic it is significantly dropped to 50-60%.

“In my opinion, another factor behind investor’s trust in Bobobox is the unique selling proposition that allows us to be prepared for the crisis and behavioral changes that arise from this pandemic, even before we know this will happen. It will benefit us later when technology-based accommodation becomes an industry demand,” he added.

Alternative lodging during pandemic

Launching pods for medical staff of Covid-19 hospital partners / Bobobox
Launching pods for medical staff of Covid-19 hospital partners / Bobobox

It is stated in the release, the Covid-19 pandemic also opened up new opportunities. As the tourism industry slows down, local residents become new customers of the Bobobox pods. In order to meet consumer demand and maintain the safety of its staff and customers, Bobobox implements preventive measures, including limiting the number of entrants and closing public gathering spaces.

“With additional preventive measures, many local residents have chosen to relocate to our pods to support their work-from-home needs. Some of them choose the closest Bobobox from their office to avoid long travel and the crowds, all to reduce the risk of exposure to Covid-19,” Bobobox’s Co-Founder & President, Antonius Bong explained.

Previously, in collaboration with the Li Ka Shing Foundation, Bobobox also donated 100 sleeping pods to Covid-19 referral hospitals in DKI Jakarta and West Java. It is to be used as a resting place for medical staff during their breaks.

“The crisis shows the true state of the company and how strong their business and revenue framework is. The crisis finally shows which companies are really solid. With satisfactory performance and growth since we first invested in Bobobox in 2018, we believe Bobobox will not only be able to overcome the current shocks but will be a leading player in the regional tourism industry,” Alpha JWC Ventures’ Managing Partner, Chandra Tjan said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan seri a Bobobox

Bobobox Dapatkan Pendanaan Seri A 170 Miliar Rupiah

Bobobox, yang dikenal sebagai startup penyedia layanan akomodasi hotel kapsul, baru-baru ini mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai US$11,5 juta atau setara 170 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin Horizons Ventures dan investor sebelumnya Alpha JWC Ventures. Beberapa pemodal yang turut terlibat termasuk Kakao Investments, Sequoia Surge dan Mallorca Investment.

Sebelumnya pendanaan pra-seri A Bobobox sudah dimulai sejak Maret 2019, waktu itu melibatkan Alpha JWC Ventures, Genesia Ventures, dan tiga investor lainnya. Kemudian pada Mei 2019, startup asal Bandung tersebut kembali dapatkan pendanaan dari Sequoia Capital India (Surge), Agaeti Ventures, Everhaus, Aplha JWC Ventures, dan Ganesia Ventures.

Dengan dana modal tambahan ini, perusahaan akan fokus pada pengembangan fitur demi meningkatkan pengalaman penggunaan pods (sebutan untuk kapsul penginapan). Selain itu, mereka juga rencanakan penguatan tim di bidang manufaktur dan operasional, plus ekspansi ke beberapa negara lain di Asia Tenggara setelah pandemi Covid-19 berakhir.

Pendanaan ini menjadi menarik, pasalnya di tengah terpaan Covid-19, banyak pemain di industri akomodasi dan pariwisata terpuruk, bahkan sampai ada yang memutuskan menghentikan bisnisnya. Co-Founder & CEO Bobobox Indra Gunawan mengatakan, “Kami bersyukur dan bangga masih dapat meraih pendanaan dari investor global di sela-sela guncangan yang ditimbulkan Covid-19. Saya percaya hal ini tak terlepas dari disiplin kami dalam menjaga unit economics yang sehat di semua cabang.”

“Menurut saya, faktor lain di balik kepercayaan investor pada Bobobox adalah unique selling proposition yang memungkinkan kami siap menghadapi krisis dan perubahan perilaku yang muncul dari pandemi ini, bahkan sebelum kita tahu hal ini akan terjadi. Hal ini juga memberikan keuntungan bagi kami nantinya saat akomodasi berbasis teknologi menjadi kebutuhan industri,” imbuhnya.

Dalam satu tahun terakhir, Bobobox telah mendirikan enam lokasi baru di tiga kota: Bandung, Jakarta, dan Semarang. Saat ini, mereka mengoperasikan delapan lokasi dengan total 572 pods dan tingkat okupansi 80-90% sebelum pandemi. Setelah pandemi turun menjadi 50-60%.

Selama pandemi digunakan jadi alternatif menginap

Peluncuran pods yang ditujukan untuk tenaga medis RS mitra Covid-19 / Bobobox
Peluncuran pods yang ditujukan untuk tenaga medis RS mitra Covid-19 / Bobobox

Dalam rilisnya perusahaan menguraikan, masa pandemi Covid-19 turut membuka peluang baru. Di saat industri pariwisata melambat, penduduk lokal menjadi pelanggan baru pods Bobobox. Untuk memenuhi permintaan konsumen dan tetap menjaga keselamatan staf dan pelanggannya, Bobobox menerapkan langkah-langkah preventif, termasuk membatasi jumlah penginap dan menutup ruang berkumpul umum.

“Dengan adanya langkah-langkah preventif tambahan, banyak penduduk lokal memilih relokasi ke pods kami demi menunjang kebutuhan work-from-home mereka. Tidak sedikit yang memilih Bobobox terdekat dari kantor mereka agar tidak perlu melakukan perjalanan jauh demi menghindari keramaian dan mengurangi risiko terpapar Covid-19,” jelas Co-Founder & President Bobobox Antonius Bong.

Sebelumnya, bekerja sama dengan Li Ka Shing Foundation, Bobobox juga mendonasikan 100 sleeping pods ke rumah sakit rujukan Covid-19 di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Difungsikan sebagai tempat istirahat tenaga medis di sela-sela tugasnya.

“Krisis memperlihatkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya serta seberapa kuat bisnis dan kerangka pemasukan mereka. Krisis juga akhirnya menunjukkan mana perusahaan yang benar-benar solid. Dengan kinerja dan pertumbuhan yang memuaskan sejak pertama kali kami berinvestasi di Bobobox pada 2018, kami percaya Bobobox tak hanya dapat melewati guncangan krisis saat ini, tapi juga akan menjadi pemain unggulan industri pariwisata regional,” ujar Managing Partner Alpha JWC Ventures Chandra Tjan.

Application Information Will Show Up Here

Bobobox Mission to Revolutionize User Experience in Staying

The more affordable cost and comfortable offers have encouraged capsule hotel or pods to become an alternative for tourists. This concept used to be for urgent matters, but recently, there are new concepts of pods that offer tech features.

Not only through the OTA platform, but the tech-based capsule hotel also started to offer solutions with the direct-to-consumer concept. One of the players in this industry is the Bandung based smart accommodation startup, Bobobox.

Following the trend

Smartphone usage to access the service
Smartphone usage to access the service

Bobobox is a graduate from India’s Sequoia accelerator program, Surge, that facilitates users with pods and has its own app. The app can help consumers for door access, adjusting brightness, security feature, Bluetooth speaker, and air conditioner.

This concept is claimed to distinguish Bobobox with other similar services.

“The world is moving fast now. Long working hours and high mobility have become a way of life. More people travel than before. […] At the same time, solving the economically saturated hotel industry unit is not easy. Through modularity and space efficiency, Bobobox generates more revenue per square meter,” Bobobox’s CEO Indra Gunawan told DailySocial.

In order to enjoy all services, users are required to use applications available on Google Play and the App Store. In addition to providing a seamless user experience, Bobobox also wants to change the habits of users enjoying their stay.

“We are quite proud of the current uniqueness. Starting from modular and pre-fabricated [easy to assemble]. Two unique independent units, and integrated with exclusive technology (such as smart booking, payment, check in / out),” Gunawan added.

Expansion and technology implementation

Bobobox located in Semarang
Bobobox located in Semarang

Bobobox is currently available in 8 locations across Bandung, Jakarta, and Semarang. This year, they are targeting to add 8 other locations in Indonesia and to serve around 100,000 users. The company also intends to add an internal team to accelerate growth.

The company has obtained Pre Series A funding from Alpha JWC Ventures, Genesia Ventures, and three other investors and initial funding from several investors, including Sequoia Capital India (Surge), Agaeti Ventures, and Everhaus.

“By prioritizing seamless and efficient user experience, we can run a business without spending large costs. Bobobox was established to address guests’ needs for an affordable, comfortable and comfortable sleep experience and the economic unit of the property owner,” Gunawan said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Bobobox membawa konsep hotel kapsul yang disandingkan dengan kemudahan teknologi

Misi Bobobox Ubah Kebiasaan Pengguna Menikmati Penginapan

Biaya yang lebih terjangkau dan penawaran kenyamanan mendorong hotel kapsul atau pods menjadi alternatif pilihan bagi wisatawan. Jika dulu penginapan dengan konsep ini hanya untuk keperluan mendesak, kini mulai banyak konsep pods yang hadir menawarkan fitur yang disandingkan dengan teknologi.

Tidak hanya melalui platform OTA, hotel kapsul yang berorientasi teknologi mulai menawarkan solusinya secara langsung dengan konsep direct-to-consumer. Salah satu pemain di industri ini adalah startup smart accommodation asal Bandung, Bobobox.

Mengikuti perubahan tren

Penggunaan smartphone untuk menagkses layanan
Penggunaan smartphone untuk mengakses layanan

Bobobox adalah lulusan program akselerator Sequoia India, Surge, yang menawarkan kemudahan bagi pengguna dengan menghadirkan pods yang dilengkapi aplikasi. Aplikasi ini mampu membantu konsumen  mengendalikan akses pintu, nyala lampu yang bisa disesuaikan, fitur keamanan, bluetooth speaker, hingga pendingin ruangan.

Konsep ini yang diklaim membedakan Bobobox dengan layanan sejenis.

“Saat ini dunia bergerak dengan cepat. Jam kerja yang panjang dan dan mobilitas tinggi telah menjadi gaya hidup. Orang bepergian lebih banyak dari sebelumnya. [..] Pada saat yang sama, menyelesaikan ekonomi unit industri perhotelan yang jenuh tidaklah mudah. Melalui modularitas dan efisiensi ruang, Bobobox menghasilkan lebih banyak pendapatan per meter persegi,” kata CEO Bobobox Indra Gunawan kepada DailySocial.

Untuk bisa menikmati semua layanan, pengguna wajib menggunakan aplikasi yang bisa diunduh di Google Play dan App Store. Selain memberikan pengalaman pengguna yang seamless, Bobobox juga ingin merubah kebiasaan pengguna menikmati penginapan mereka.

“Kami cukup bangga dengan keunikan yang ada. Mulai dari modular dan pra-fabrikasi [mudah dirakit]. Dua unit mandiri yang unik, dan terintegrasi dengan teknologi eksklusif (seperti smart booking, payment, check in/out),” kata Indra.

Ekspansi dan penerapan teknologi

Lokasi Bobobox di Semarang
Lokasi Bobobox di Semarang

Saat ini Bobobox sudah hadir di 8 lokasi yang tersebar di Bandung, Jakarta, dan Semarang. Tahun ini mereka menargetkan bisa menambah 8 lokasi lainnya di Indonesia dan bisa melayani sekitar 100 ribu pengguna. Perusahaan juga berniat untuk menambah tim internal untuk mempercepat pertumbuhan.

Perusahaan telah mendapatkan pendanaan Pra Seri A dari Alpha JWC Ventures, Genesia Ventures, dan tiga investor lain dan pendanaan awal dari beberapa investor, termasuk Sequoia Capital India (Surge), Agaeti Ventures, dan Everhaus.

“Dengan mengedepankan pengalaman pengguna yang seamless dan efisien, kami bisa menjalankan bisnis tanpa menghabiskan biaya yang besar. Bobobox didirikan untuk mengatasi kebutuhan tamu akan pengalaman tidur yang terjangkau, nyaman dan nyaman serta ekonomi unit pemilik properti,” kata Indra.

Application Information Will Show Up Here

Bobobox Receives Pra-Series A Funding, to Expand Service in Indonesia

Bandung-based smart accommodation startup, Bobobox, today (3/5), announces Pra-Series A funding from Alpha JWC Ventures, Genesia Ventures, and three hidden investors with undisclosed value. It’s to be used for service expansion in all over Indonesia within the next two years.

Founded in 2017, Bobobox provides pods, bed capsules that offers convenience and calming atmosphere for customers at affordable price. The pods are including an app to control gate access, lamp adjusting, safety feature, bluetooth speaker, and air conditioner.

Bobobox presents as a game changer that focuses on millennials/ travelers market in need for convenience and easy at affordable price. Using the technology in pods, Bobobox answered the needs of space, safety, and accommodation of affordable hostel.

“We aim to be the biggest chain accommodation in Indonesia by 2020 with more than 200 locations. Properties are owned or managed by Bobobox. We’re now planning to build new property around Jakarta, Bogor, Bali, and Yogyakarta,” Bobobox’s Co-Founder, Antonius Bong said.

Previously, Alpha JWC Ventures and Ganesha Ventures are involved in Bobobox funding in mid-2018. Bobobox is expected to continue developing, particularly in hospitality industry revolution in Indonesia.

“Bobobox’s growth and traction has gone exponential since our first investment in team, no wonder we’re supporting them with our best, in terms of funding and business support. We believe within the next two years, Bobobox will achieve their target to be the fastest growing pods service in Indonesia supported by technology which going to create hospitality industry revolution,” Alpha JWC Ventures’ Co-Founder and Managing Partner, Chandra Tjan said.

Bobobox’s Co-founder, Indra Gunawan explained that Bobobox started to offer single bed pods this year. Previously, they just offered king size bed. In addition, they will form some new partnerships, and create opportunity for frenchise.

“”We also renovate the current hotels. Unlike the other hospitality SaaS which only provides branding, we also help independent hotels with pods, system, even marketing. Trial project has done and we’re to expand with this model,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan yang diperoleh Bobobox berasal dari Alpha JWC, Genesia Ventures, dan tiga investor yang tidak disebutkan

Bobobox Terima Pendanaan Pra-Seri A, Segera Perluas Layanan di Indonesia

Startup smart accommodation asal Bandung, Bobobox, hari ini, (5/3), mengumumkan telah menerima pendanaan Pra-Seri A dari Alpha JWC Ventures, Genesia Ventures, dan tiga investor yang tidak disebutkan dengan nilai yang tidak disebutkan. Pendanaan kali ini akan dimanfaatkan untuk memperluas layanan di seluruh Indonesia dalam kurun waktu dua tahun mendatang.

Didirikan pada tahun 2017, Bobobox menghadirkan pods, kapsul ruang tidur, yang menawarkan kebutuhan yang membuat para pengguna tenang dan nyaman dengan biaya yang terjangkau. Pods tersebut dilengkapi dengan aplikasi yang mampu mengendalikan akses pintu, nyala lampu yang bisa disesuaikan, fitur keamanan, bluetooth speaker, hingga pendingin ruangan.

Bobobox dihadirkan sebagai game changer yang fokus pada pasar milenial/traveler yang membutuhkan kenyamanan dan kemudahan yang terjangkau. Dengan teknologi yang ada di pods, Bobobox juga menjawab kebutuhan akan ruang, keamanan, dan akomodasi tempat istirahat yang terjangkau.

“Kami bertujuan untuk menjadi biggest chain accommodation di Indonesia pada tahun 2020 dengan operasi di lebih dari 200 lokasi. Properti dimiliki oleh atau dioperasikan oleh Bobobox. Kami sekarang menggulirkan rencana untuk membangun tempat baru di sekitar Jakarta, Bogor, Bali, dan Yogyakarta,” terang Co-Founder Bobobox Antonius Bong.

Sebelumnya, Alpha JWC Ventures dan Genesia Ventures juga terlibat dalam pendanaan Bobobox para pertengahan tahun 2018. Bobobox diharapkan bisa terus berkembang, terutama dalam merevolusi industri hospitality di Indonesia.

“Pertumbuhan dan traksi Bobobox telah eksponensial sejak kami pertama kami berinvestasi di tim, jadi wajar kami terus mendukung mereka dengan cara terbaik yang kami bisa, dalam hal pendanaan dan dukungan bisnis. Kami percaya dalam dua tahun ke depan Bobobox akan mencapai target mereka untuk menjadi pods dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia dengan fitur yang didukung teknologi yang akan merevolusi industri hospitality,” terang Co-Founder dan Managing Partner Alpha JWC Ventures Chandra Tjan.

Co-founder Bobobox Indra Gunawan menjelaskan Bobobox mulai menawarkan pods dengan single bed tahun ini. Sebelumnya mereka hanya menawarkan tempat tidur king size. Indra juga menjelaskan tahun ini mereka akan lebih banyak menjalin kerja sama, karena juga membuka peluang untuk frenchise.

“Kami juga memperbaiki hotel yang sudah ada. Tidak seperti banyak SaaS perhotelan yang hanya menyediakan branding, kami membantu hotel independen dengan menyediakan pods, sistem, dan bahkan pemasaran. Proyek percontohan telah berhasil dan kami menantikan memperluas model ini,” pungkas Indra.  

Application Information Will Show Up Here